| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>
Facebook  X  Whatsapp  Instagram 

Jumat, 26 Desember 2025 Pesta St. Stefanus, Martir Pertama (Hari Jumat Dalam Oktaf Natal)

Jumat, 26 Desember 2025
Pesta St. Stefanus, Martir Pertama (Hari Jumat Dalam Oktaf Natal)    

“Cinta yang dibawa Kristus dari surga ke dunia, mengangkat Stefanus dari dunia ke surga.” (St. Fulgensius dari Ruspe)


Antifon Pembuka

Pintu surga terbuka bagi Stefanus. Dialah yang pertama di antara para martir. Maka ia berseri mulia di surga, dimahkotai dengan kemenangan.

The gates of heaven were opened for blessed Stephen, who was found to be first among the number of the Martyrs and therefore is crowned triumphant in heaven.

  
  Ingat, selama Oktaf Natal ada Madah Kemuliaan
 
Travis | CC BY ND 2.0
   
Doa Pagi
    
Allah Bapa, sumber kemuliaan, pada pesta martir-Mu Santo Stefanus kami mengunjukkan persembahan ini di altar-Mu. Semoga kami mengikuti teladannya dalam membela iman dan menaruh cinta kasih kepada mereka yang memusuhi kita. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.  
   

Bacaan dari Kisah Para Rasul (6:8-10; 7:54-59)
  

"Aku melihat langit terbuka."
   
Sekali peristiwa Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini. – Anggota jemaat ini adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria. – Mereka tampil bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang ini bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmat Stefanus dan Roh Kudus yang mendorong dia berbicara. Mendengar semua yang dikatakan Stefanus, para anggota Mahkamah Agama sangat tertusuk hatinya. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit; ia melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Maka katanya, “Sungguh, aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Maka berteriak-teriaklah mereka, dan sambil menutup telinga serempak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya dengan batu. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sementara dilempari, Stefanus berdoa, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  

Mazmur Tanggapan
Ref. Ke dalam tangan-Mu, Tuhan, kuserahkan jiwaku.
Ayat. (Mzm 31:3cd-4.6.8ab.16bc.17)
1. Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
2. Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia. Aku akan bersorak sorai dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku.
3. Lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan bebaskanlah dari orang-orang yang mengejarku! Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu!
 
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:26a,27a)
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. 
   

Inilah Injil Suci menurut Matius (10:17-22)
 
"Karena Aku, kamu akan digiring ke muka para penguasa dan raja-raja."
 
Pada waktu mengutus murid-murid-Nya, Yesus berkata, “Waspadalah terhadap semua orang! Sebab ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama; dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Karena Aku, kamu akan digiring ke muka para penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Bapamu; Dialah yang akan berbicara dalam dirimu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh; demikian juga seorang ayah akan menyerahkan anaknya. Anak-anak akan memberontak terhadap orangtuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
Verbum Domini 
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe 
(U. Terpujilah Kristus)
.
 

Renungan
  
Kemarin, kita merayakan Hari Raya Natal, perayaan kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat kita. Dalam misteri Inkarnasi yang mendalam ini, kita percaya bahwa Allah datang ke dunia dan menjadi manusia, tinggal di antara kita. 
   
Adapun Santo Stefanus, ia percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan ia berkeliling mewartakan Injil keselamatan.

Santo Stefanus memilih untuk mengikuti Yesus, tetapi mungkin ia tidak pernah berpikir akan menjadi martir karena hal itu.

Namun peristiwa dan keadaan membawanya ke titik di mana ia harus menyatakan imannya di tengah penentangan dan permusuhan.

Sejak saat itu, tidak ada jalan untuk kembali karena Santo Stefanus terus bersaksi tentang Yesus dengan mengorbankan nyawanya, dan dengan demikian, ia menjadi martir pertama bagi Yesus.

Ketika kita percaya pada misteri Inkarnasi, bahwa Allah begitu mengasihi kita sehingga Ia bahkan menjadi seperti salah satu dari kita, maka kita pun harus bersaksi tentang iman kita.

Kita mungkin tidak tahu bagaimana, di mana, atau kapan kita akan bersaksi tentang Yesus.

Tetapi ketika saatnya tiba, marilah kita, seperti Santo Stefanus, bersaksi tentang Yesus dengan setia dan berani.

Seperti yang Yesus katakan dalam Injil, barangsiapa bertahan sampai akhir akan diselamatkan. (RENUNGAN PAGI)  
 
  
 
Baca renungan lainnya di lumenchristi.id silakan klik tautan ini 
 
Antifon Komuni (Kis 7:59)
  
Mereka merajam Stefanus yang berdoa, "Tuhan Yesus, terimalah nyawaku."
 
 

 
 
Pesta Santo Stefanus, martir pertama 
Komentar hari ini
Paus Benediktus XVI, Audiensi Umum, Makna kemartiran, 11 Agustus 2010

 
Kemartiran didasarkan pada apa? Jawabannya sederhana: pada kematian Yesus, pada pengorbanan kasih-Nya yang agung, yang digenapi di kayu Salib, agar kita memperoleh hidup (bdk. Yoh 10:10). Kristus adalah hamba yang menderita yang disebutkan oleh Nabi Yesaya (bdk. Yes 52:13-15), yang menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (bdk. Mat 20:28). Ia mendesak para pengikut-Nya, kita masing-masing, untuk memikul salib kita setiap hari dan mengikuti-Nya di jalan kasih yang total kepada Allah Bapa dan kepada manusia: "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku", Ia berkata kepada kita, "ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan hidupnya, ia akan kehilangannya, dan barangsiapa kehilangan hidupnya karena Aku, ia akan memperolehnya" (Mat 10:38-39). Itulah logika sebutir gandum yang mati untuk bertunas dan membawa kehidupan baru (bdk. Yoh 12:24). Yesus sendiri "adalah sebutir gandum yang berasal dari Allah, sebutir gandum ilahi yang membiarkan dirinya jatuh ke tanah, yang membiarkan dirinya tenggelam, terurai dalam kematian dan justru dengan melakukan hal itu berkecambah dan dengan demikian dapat menghasilkan buah di dunia yang luas" (Benediktus XVI selama Kunjungannya ke Komunitas Lutheran Injili di "Gereja Kristus", Roma, 14 Maret 2010). Martir mengikuti Tuhan sampai akhir, dengan rela menerima kematian demi keselamatan dunia dalam ujian kasih dan iman yang tertinggi (bdk. Lumen Gentium, n. 42). Sekali lagi, dari manakah datangnya kekuatan untuk menghadapi kemartiran? Dari persatuan yang dalam dan intim dengan Kristus, karena kemartiran dan panggilan untuk menjadi martir bukanlah hasil usaha manusia, melainkan tanggapan terhadap proyek dan panggilan Allah, semuanya merupakan anugerah kasih karunia-Nya yang memampukan seseorang, karena kasih, untuk menyerahkan hidupnya bagi Kristus dan bagi Gereja, dan karenanya bagi dunia. Jika kita membaca kehidupan para Martir, kita akan takjub dengan ketenangan dan keberanian mereka dalam menghadapi penderitaan dan kematian: kuasa Allah sepenuhnya dinyatakan dalam kelemahan, dalam kemiskinan mereka yang mempercayakan diri kepada-Nya dan menaruh harapan mereka hanya kepada-Nya (bdk. 2 Kor 12:9). Namun penting untuk ditegaskan bahwa kasih karunia Allah tidak menekan atau mencekik kebebasan mereka yang menghadapi kemartiran; sebaliknya, ia memperkaya dan meninggikan mereka: Martir adalah pribadi yang sangat bebas, bebas dalam hal kekuasaan, dalam hal dunia; pribadi bebas yang dalam satu tindakan definitif menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, dan dalam tindakan iman, harapan, dan kasih yang tertinggi, menyerahkan dirinya ke dalam tangan Pencipta dan Penebusnya; ia menyerahkan hidupnya agar dapat dikaitkan sepenuhnya dengan pengorbanan Kristus di kayu Salib. Singkatnya, kemartiran adalah tindakan kasih yang besar sebagai tanggapan atas kasih Tuhan yang tak terhingga.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id

renunganpagi.id 2025 -

Privacy Policy