| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 13 Februari 2011 Hari Minggu Biasa VI

Minggu, 13 Februari 2011
Hari Minggu Biasa VI

Sungguh besarlah kebijaksanaan Tuhan, la adalah kuat dalam kekuasaan-Nya dan melihat segala-galanya. <--> Sirakh 15:18

Antifon Pembuka

Sudilah Engkau menjadi gunung pengungsianku, dan benteng pertahananku yang kuat. Sebab Engkaulah pelindung dan penyelamatku, demi nama-Mu Engkau akan membimbing dan menuntun aku.

Doa Renungan


Allah Bapa kami, sumber segala rahmat, Engkau berkenan tinggal dalam hati yang jujur dan murni. Bantulah kami kiranya dengan rahmat-Mu, agar mencapai kejujuran dan kemurnian hati, sehingga Engkau berkenan bersemayam dalam hati kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (15:15-20)

"Tuhan tidak memerintahkan siapapun untuk berdosa."

Asal sungguh mau, engkau dapat menepati hukum, dan berlaku setia pun dapat kaupilih. Api dan air ditaruh Tuhan di hadapanmu; kepada apa yang kaukehendaki, dapat kauulurkan tanganmu. Hidup dan mati terletak di depan manusia; apa yang dia pilih, akan diberikan kepadanya. Sungguh besarlah kebijaksanaan Tuhan. Dia kuat dalam kekuasaan-Nya dan melihat segala-galanya. Mata Tuhan tertuju kepada orang yang bertakwa kepada-Nya. Dan segenap pekerjaan manusia Ia kenal. Tuhan tidak menyuruh orang menjadi fasik, dan tidak memberi izin kepada siapa pun untuk berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = es, 2/4, PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat. (Mzm 1-2.4-5.17-18.33-34; R:1b)

1. Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berbahagialah orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.
2. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Kiranya hidupku mantap, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban hukum-Mu.
3. Perlihatkanlah kepadaku, ya Tuhan, petunjuk-petunjuk ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 2:6-19)


"Sejak dahulu kala Allah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita."

Saudara-saudara, sungguh demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Mat 11:25)
Terpujilah Engkau, Tuhan langit dan bumi, sebab rahasia kerajaan-Mu Kaubuka untuk orang sederhana.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-37)

"Dahulu dikatakan demikian; tetapi Aku mengatakan kepadamu begini."

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

API NERAKA, ZINAH BATIN, CUKIL MATA, POTONG TANGAN?

Bacaan Injil hari Minggu IV/A (Mat 5:17-37) dan hari Minggu selanjutnya (Mat 5:38-48) mengungkapkan beberapa pokok pengajaran Yesus yang nadanya keras. Juga terdengar keras bagi pendengar yang paham ajaran Taurat. Terdengar beberapa kali Yesus menegaskan, "Kamu telah mendengar yang difirmankan....., tetapi aku berkata kepadamu...." (ay. 21-22.; 27-28; 31-32; 32-33 38-39; 43-44). Seakan-akan hukum Taurat belum cukup. Bahkan diancamkan olehnya api neraka, diungkapkan kecaman mengenai zinah batin, ada anjuran cukil mata, potong tangan segala. Tokoh Yesus di sini amat berbeda dengan gambaran tokoh yang lemah lembut, penuh pengertian, mau membebaskan orang dari kungkungan ajaran hukum belaka. Bagaimana Injil kali ini bisa dijelaskan bagi pendegar lain di zaman lain?

APA ARTI "MENGGENAPKAN " TAURAT?"

Bagi orang Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada 613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya dengan sebaik-baiknya. Ada dua arah. Pertama ialah berusaha memenuhi yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang dengan seteliti-telitinya. Ini hidup saleh yang dijalankan oleh banyak orang beragama di zaman Yesus. Kehidupan beragama dalam arah ini diukur dengan hukum. Sering orang terpancang pada gagasan apa sudah betul menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Hukum dipandang sebagai hukum. Arah kedua ialah menerima Taurat dan mempercayainya sebagai cara mendengarkan Dia yang bersabda kepada manusia dan mendalami jiwa Taurat. Kedua arah ini bukanlah bertentangan satu sama lain. Boleh dikata, keduanya adalah kutub menjalani Taurat. Satu ketika orang bisa jadi lebih dekat ke yang satu, di lain ketika lebih ke arah yang lain. Inilah dinamika hidup beragama. Inilah yang memperkaya kehidupan beragama.

Yesus mengatakan dirinya datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya. Ia menerima kedua kutub itu. "Bukan meniadakan" tentunya bukan mengurungkan Taurat dalam pengertian satu persatu di atas. Ia samasekali tidak menyangkal kesahihan sikap orang menerima Taurat dalam cara itu. Kesalehan ini wajar. Tapi sekaligus ditegaskannya bahwa ia datang untuk memenuhi Taurat. Inilah sisi kedua tadi. Taurat dihayatinya sebagai yang membuatnya dekat pada Dia yang bersabda dengan Taurat. Orang seperti ini menggenapkan Taurat, membuatnya tampil utuh, bukan sebagai himpunan aturan, perintah, larangan belaka. Begitulah maka menjadi lebih jelas yang dimaksud dalam Mat 5:19: "...siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga, tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Surga."

Kedua arah menghayati Taurat sama-sama membawa orang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Namun arah yang kedualah yang membuat orang besar di dalamnya. Besar berarti leluasa, tidak ada kesesakan. Kecil dalam Kerajaan Allah lawan dari itu, mudah merasa sesak, kurang merdeka, tidak leluasa. Meniadakan salah satu perintah hukum Taurat berarti menjalankan Taurat sebagai rangkaian hukum, aturan, pengajaran yang dicoba diikuti satu persatu, seperti memenuhi daftar agenda

CONTOH-CONTOH

Yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya ialah menempuh arah kedua, tanpa mengecam arah pertama walaupun mengenali keterbatasan arah pertama tadi. Diberikannya 6 contoh mengenai bagaimana memandang Taurat dalam arah kedua. Berikut ini akan diulas empat contoh pertama yang termasuk bacaan Injil Minggu ini; Minggu berikutnya membicarakan kedua contoh lainnya: contoh kelima (5:38-39) berkisar pada pembalasan. Kel 21:24, Im 24:20 dan Ul 19:21; contoh keenam (5:43-44) membicarakan perintah mengasihi sesama dan membenci musuh dalam Im 19:18.

Marilah diteliti bagaimana contoh-contoh tadi menunjukkan dua arah Taurat. Contoh pertama (5:21-26) menyangkut larangan membunuh yang tertera dalam Kel 20:13 dan juga Ul 5:17. Larangan ini memang penting dan ditujukan untuk melindungi kehidupan. Yesus mengatakan siapa yang marah, mesti dihukum; yang mencaci-maki mesti diadili, siapa yang mengumpat bodoh harus diserahkan ke dalam api neraka. Bagaimana memahami maksudnya? Bukan dengan menaruh yang dikatakan Yesus sebagai aturan yang menambah beratnya Taurat. Yang dikemukakannya ialah hidup baik dengan sesama, menghormati perbedaan yang sering tidak menyenangkan. Inilah yang amat berharga. Menyalahi sesama dalam hal tidak menghormati diungkapkan sebagai yang patut dihukum berat.

Begitu pula dalam contoh kedua (Mat 5:27-30), hendak ditekankan inti larangan berzinah Kel 20:14 dan Ul 5:18 bukanlah semata-mata agar orang menghindari tindakan fisik, melainkan terutama sikap batin menginginkan orang lain jadi tujuan pemuasan nafsu. Memang pengajaran seperti ini tidak lagi dapat dianggap bagian hukum karena menyangkut yang tidak secara tegas-tegas diungkapkan melainkan tafsiran meluaskan cakupannya. Yang dikemukakan bukannya lagi larangannya melainkan apa yang mendasari larangan tadi. Masalah ini disoroti lebih jauh dengan contoh ketiga. Dalam pembicaraan contoh ini ditambahkan, bila menyebabkan dosa, lebih baik mata kanan dicukil mata kanan bila membuat orang berdosa, begitu pula, lebih baik kutungi tangan kanan.

Dalam contoh ketiga (Mat 5:31-32) diulas bagaimana memahami dengan benar prosedur menceraikan istri Ul 24:1-4. Memang dari sisi hukum Taurat, cukup bila dibuat surat cerai dan yang mesti diterima resmi oleh pihak istri. Demikian maka ada perlindungan hukum bagi bekas istri. Namun tak jarang prosedur semacam ini disalahgunakan, misalnya tanpa alasan yang kuat untuk menalak istri, atau alasan sebenarnya yang tidak lurus, misalnya menginginkan menikahi perempuan lain. Atau sekongkol suami-istri untuk bercerai demi alasan-alasan lain. Dalam Taurat ikatan nikah hanya bisa diputuskan bila istri menjalankan zinah. Dalam hal ini ikatan dengan suami sudah lepas, dan suami pun wajib menalak dengan prosedur surat talak tadi. Bila penalakan ini dibuat dengan cara lain, memang sang istri bebas dan bisa menikah lagi. Tetapi tindakan ini menyatakan istrinya pernah zinah - demikian merendahkan martabatnya. Lebih lagi, orang yang menikahinya kemudian akan ikut berzinah karena mengambil perempuan yang sebetulnya tidak dilepas dari ikatan nikah dengan alasan yang benar. Terlihat bagaimana pendengar diajak mengenali inti Taurat, yakni kejujuran terhadap diri sendiri dan kepada orang lain, dalam hal ini istri atau suami. Persetujuan yang sifatnya sekongkol melawan arah ini.

Dengan contoh keempat (5:32.33) mengenai larangan bersumpah palsu (Im 19.12 dan Ul 23:21) hendak ditekankan agar orang tidak gampang mengucapkan sumpah karena berat bebannya. Lebih sederhana dan lebih baik memegang perkataan, tampil berintegritas. Juga kerap dalam praktek, sumpah dijalankan untuk menipu tapi membuat pihak lain mau tak mau menerima karena sumpah itu mengatasnamakan perkara-perkara keramat.

WARTA?

Petikan yang memuat kata-kata keras ini sebenarnya mengajak orang untuk berpikir mengenai inti pengajaran agama - bagi orang Yahudi waktu itu ialah kewajiban menjalankan hukum Taurat. Orang diajak melihat lebih dalam yang dimaksudkan Taurat sendiri dan tidak hanya tinggal pada permukaan. Diajarkan bagaimana menemukan Dia yang bersabda di dalam hukum-hukum Taurat, bukan sebaliknya, untuk menjalankan Taurat dan tidak lagi mencari inti keagamaan, yakni mendapati Tuhannya Taurat.

Kata-kata keras Yesus akan diperdengarkan dalam kesempatan peringatan 40 tahun hidup religius dari 8 orang Yesuit di provinsi Indonesia. Tersirat ajakan melihat kembali apakah selama 40 tahun hidup religius tetap mengambang di permukaan atau juga sempat mengenali arah-arah batin. Injil kali ini bukan untuk mengadili atau menilai, melainkan untuk menyegarkan hidup religius. Seperti tampil dalam ulasan di atas, ada dua arah menjalani Taurat: arah luar dan arah dalam. Tidak perlu yang satu dianggap kurang berharga dari yang lain. Bahkan keduanya ada bersama. Kepekaan akan arah-arah inilah yang memungkinkan hidup religius berjalan terus.

Salam hangat,
A. Gianto

Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke- 45: Kebenaran, pemakluman dan hidup otentik di zaman digital

Pesan Bapa Suci Benediktus XVI
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke- 45, 5 Juni 2011

Kebenaran, pemakluman dan hidup otentik di zaman digital

Renungan Pagi


Saudara dan Saudari Terkasih,

Pada kesempatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-45, saya ingin berbagi beberapa refleksi yang dimotivasi oleh sebuah gejala khas zaman kita ini yakni munculnya internet sebagai jejaring untuk komunikasi. Ada pendapat yang sudah semakin umum bahwa, sebagaimana Revolusi Industri yang pada masanya membawa perubahan besar dalam masyarakat melalui perubahan- perubahan yang diterapkan ke dalam lingkaran produksi dan kehidupan para pekerja, demikian juga berbagai perubahan mendasar yang terjadi di dalam komunikasi di zaman sekarang ini secara signifikan sedang memandu perkembangan-perkembangan budaya dan sosial. Teknologi baru tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi melainkan juga memengaruhi komunikasi itu sendiri sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa kita sementara hidup dalam sebuah periode transformasi budaya yang besar. Sarana-sarana penyebaran informasi dan pengetahuan ini melahirkan cara baru belajar dan berpikir demi membangun relasi dan persaudaraan; sebuah peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kini, cakrawala baru telah terbuka yang belakangan ini tak dapat kita bayangkan. Ia membuat kita merasa kagum terhadap bebagai kemungkinan yang diberikan oleh media baru itu, dan pada saat yang sama menuntut suatu permenungan yang serius tentang makna komunikasi di zaman digital. Hal ini sangat jelas ketika kita dihadapkan dengan daya internet yang luar biasa dan pemanfaatannya yang kompleks. Sebagaimana halnya dengan setiap buah kecerdikan manusia, teknologi komunikasi baru harus ditempatkan bagi pelayanan demi kebaikan perorangan dan umat manusia secara utuh. Jika digunakan dengan bijaksana, teknologi komunikasi baru dapat memberikan sumbangsih bagi pemuasan kerinduan akan makna, kebenaran dan kesatuan yang masih menjadi cita-cita terdalam setiap manusia.

Menyampaikan informasi di dalam dunia digital kian dipahami sebagai memperkenalkannya dalam jejaringan sosial dimana apa yang diketahui menjadi ajang saling berbagi antar pribadi. Perbedaan yang jelas antara penyedia informasi dan pengenyam informasi dikurangi; sementara itu komunikasi tidak hanya nampak sebagai pertukaran data tetapi juga sebagai suatu cara berbagi. Dinamika ini melahirkan pemahaman baru tentang komunikasi itu sendiri, yang pada tempat pertama dilihat sebagai dialog, upaya berbagi, belarasa dan penciptaan hubungan yang positif. Pada sisi lain, ia dihadapkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari komunikasi digital yaitu interaksi sepihak, kecendrungan mengkomunikasikan dunia batin seseorang yang tidak utuh, resiko membangun citra palsu seseorang sebagai bentuk pemuasan diri sendiri.

Secara khusus, kaum muda sedang mengalami perubahan di bidang komunikasi dengan berbagai kecemasan, tantangan dan daya cipta, layaknya orang yang memiliki rasa ingin tahu dan penuh semangat terhadap pengalaman baru dalam hidupnya . Keterlibatan mereka yang semakin besar dalam forum publik digital yang disebut jejaringan sosial membantu menciptakan cara-cara baru membangun hubungan antar pribadi, memengaruhi kesadaran diri sendiri dan tak dapat dihindari mempertanyakan bukan saja bagaimana seharusnya bertindak tetapi juga tentang otentisitas diri seseorang. Masuk ke dalam ruang maya dapat menjadi tanda pencarian yang otentik seseorang untuk berjumpa dengan orang lain, asalkan tetap tanggap terhadap bahaya seperti menyertakan diri dalam bentuk eksistensi ganda atau menampilkan diri secara berlebihan di dalam dunia maya. Dalam usaha berbagi dan mencari “teman”, kita ditantang untuk menjadi otentik dan setia dan tidak menyerah kepada ilusi membangun tampang publik artifisial itu sendiri.

Teknologi baru memberikan kemungkinan untuk saling bertemu di luar batas-batas ruang dan budaya mereka sendiri, memungkinkan sebuah dunia persahabatan yang sungguh-sungguh baru. Ini merupakan peluang besar tetapi juga menuntut perhatian yang lebih besar dan kesadaran akan resiko yang muncul. Siapakah “tetangga” saya di dalam dunia baru ini? Entahkah ada bahaya bahwa kita kurang hadir di dalam diri orang-orang yang kita jumpai dalam hidup harian kita? Apakah ada risiko menjadi lebih terganggu karena perhatian kita terbagi-bagi dan diserap di “dunia lain” daripada dimana kita hidup? Apakah kita mempunyai waktu untuk merenungi pilihan kita secara kritis dan membina hubungan yang sungguh mendalam dan abadi? Penting untuk selalu diingat bahwa kontak virtual tidak dapat dan tidak boleh mengganti kontak manusiawi langsung dengan orang-orang di setiap tingkat kehidupan kita.

Dalam era digital juga, setiap orang dihadapkan dengan kebutuhan akan otentisitas dan refleksi. Selain itu, dinamika di dalam jejaringan sosial itu sendiri menunjukkan bahwa seseorang senantiasa terlibat dalam apa yang ia komunikasikan. Tatkala orang saling menukar informasi, mereka sudah terlebih dahulu mensyeringkan diri mereka, pandangannya tentang dunia, harapan dan cita-cita mereka. Lantas, cara hadir yang khas kristiani di dunia digital adalah bentuk komunikasi yang jujur dan terbuka, bertanggungjawab dan menghormati orang lain. Memaklumkan Injil melalaui media baru berarti tidak sekadar memasukkan konten religius secara eksplisit ke dalam berbagai pentas media, tetapi menjadi saksi setia di dunia digital itu sendiri dan di dalam cara berkomuniakasi, memilih, mengarus-utamakan serta penilaian yang sungguh selaras dengan Injil bahkan ketika hal itu tidak dibicarakan secara khusus. Selain itu, benar juga bahwa di dalam dunia digital pesan tak dapat disampaikan tanpa disertai dengan kesaksian yang konsisten dari pihak yang meyampaikannya. Dalam situasi baru itu dan dengan bentuk pengungkapan baru, orang Kristen sekali lagi dipanggil untuk memberikan jawaban kepada siapa saja yang meminta pertanggungjawaban terhadap pengharapan yang ada dalam diri mereka (bdk. 1 Petrus, 3:15)

Tugas memberikan kesaksian tentang Injil di era digital menuntut setiap orang untuk secara istimewa menaruh perhatian pada aspek pesan yang dapat menantang cara berpikir khas internet. Lebih dari itu, kita harus menyadari bahwa kebenaran yang layak kita bagikan bukan dilandaskan pada sisi “popularitas”nya atau jumlah perhatian yang diterima. Kita harus berusaha memperkenalkannya secara utuh, bukan sekadar supaya bisa diterima atau sebaliknya malah melemahkannya. Ia harus menjadi makanan harian dan bukannya daya tarik sesaat. Kebenaran Injil bukanlah sesuatu yang dinikmati atau digunakan secara dangkal, melainkan pemberian yang menuntut jawaban bebas. Bahkan apabila diwartakan dalam dunia internet, Injil harus terjelma dalam dunia nyata dan berkaitan dengan wajah riil saudara dan saudari kita, mereka yang dengannya kita berbagi keseharian hidup kita. Hubungan manusiwi yang langsung tetap menjadi fundamental bagi pemakluman iman.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak orang-orang kristiani untuk dengan percaya diri, dengan kreatifitas yang terinformasi dan bertanggungjawab bergabung dalam jejaringan hubungan yang dimungkinkan oleh zaman digital. Hal ini bukan untuk memuaskan keinginan untuk sekadar hadir, tetapi karena jejaringan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks dan bentuk-bentuk baru kesadaran untuk berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kirstus adalah Allah, penyelamat umat manusia dan penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (Bdk. Ef. 1:10). Pewartaan Injil menuntut sebuah komunikasi yang sekaligus menghormati dan peka, yang menggugah hati dan menggerakkan kesadaran; cerminan suri teladan Yesus yang bangkit tatkala Ia bergabung bersama para murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (bdk. Lk. 24:13-35). Dengan cara pendekatan ini, lewat dialog-Nya bersama mereka, melalui cara-Nya yang lembut menggerakkan hati, mereka perlahan-lahan dituntun untuk memahami misteri.

Dalam analisis terakhir, kebenaran Kristus merupakan jawaban yang utuh dan otentik bagi kerinduan manusia untuk membangun relasi, persekutuaun dan makna yang tercermin dalam popularitas jejaringan sosial yang besar. Orang beriman yang memberikan kesaksian iman yang sungguh-sungguh tentu akan memberikan bantuan yang berharga bagi internet dari sekadar menjadi sarana yang menjadikan manusia sebagai obyek, yang memanipulasi secara emosianal, dan yang memberikan kemungkinan kepada penguasa untuk memonopoli pendapat orang lain. Sebaliknya, orang beriman akan mendorong setiap orang untuk terus memberikan pertanyaan manusiawi yang abadi sebagai ungkapan kerinduan akan yang trasendental dan dambaan hidup yang otentik, yang patut untuk dihayati. Justru hasrat rohani manusia yang unik inilah yang mengilhami upaya kita untuk mencari kebenaran dan persekutuan dan mendorong kita untuk berkomunikasi dengan utuh dan jujur.

Di atas semuanya itu, Saya mengundang kaum muda untuk sungguh-sungguh hadir secara berdaya guna di dunia digital. Saya mengulangi lagi undanganku bagi mereka untuk Hari Kaum Muda sedunia di Madrid, dimana teknologi baru akan memberikan sumbangannya yang besar bagi persiapannya. Dengan perantaraan pelindungnya St. Fransiskus de Sales, saya berdoa agar Allah dapat selalu memberikan para pekerja di bidang komunikasi kemampuan untuk melaksanakan karya mereka dengan sadar dan profesional. Kepada kalian semua, saya menyampaikan berkat apostolik saya.

Vatikan 24 Januari 2011
Pesta St, Fransiskus de Sales

Benedictus PP XVI



MESSAGE OF HIS HOLINESS
POPE BENEDICT XVI
FOR THE 45th WORLD COMMUNICATIONS DAY

Truth, Proclamation and Authenticity of Life in the Digital Age

June 5, 2011

Dear Brothers and Sisters,

On the occasion of the 45th World Day of Social Communications, I would like to share some reflections that are motivated by a phenomenon characteristic of our age: the emergence of the internet as a network for communication. It is an ever more commonly held opinion that, just as the Industrial Revolution in its day brought about a profound transformation in society by the modifications it introduced into the cycles of production and the lives of workers, so today the radical changes taking place in communications are guiding significant cultural and social developments. The new technologies are not only changing the way we communicate, but communication itself, so much so that it could be said that we are living through a period of vast cultural transformation. This means of spreading information and knowledge is giving birth to a new way of learning and thinking, with unprecedented opportunities for establishing relationships and building fellowship.

New horizons are now open that were until recently unimaginable; they stir our wonder at the possibilities offered by these new media and, at the same time, urgently demand a serious reflection on the significance of communication in the digital age. This is particularly evident when we are confronted with the extraordinary potential of the internet and the complexity of its uses. As with every other fruit of human ingenuity, the new communications technologies must be placed at the service of the integral good of the individual and of the whole of humanity. If used wisely, they can contribute to the satisfaction of the desire for meaning, truth and unity which remain the most profound aspirations of each human being.

In the digital world, transmitting information increasingly means making it known within a social network where knowledge is shared in the context of personal exchanges. The clear distinction between the producer and consumer of information is relativized and communication appears not only as an exchange of data, but also as a form of sharing. This dynamic has contributed to a new appreciation of communication itself, which is seen first of all as dialogue, exchange, solidarity and the creation of positive relations. On the other hand, this is contrasted with the limits typical of digital communication: the one-sidedness of the interaction, the tendency to communicate only some parts of one’s interior world, the risk of constructing a false image of oneself, which can become a form of self-indulgence.

Young people in particular are experiencing this change in communication, with all the anxieties, challenges and creativity typical of those open with enthusiasm and curiosity to new experiences in life. Their ever greater involvement in the public digital forum, created by the so-called social networks, helps to establish new forms of interpersonal relations, influences self-awareness and therefore inevitably poses questions not only of how to act properly, but also about the authenticity of one’s own being. Entering cyberspace can be a sign of an authentic search for personal encounters with others, provided that attention is paid to avoiding dangers such as enclosing oneself in a sort of parallel existence, or excessive exposure to the virtual world. In the search for sharing, for “friends”, there is the challenge to be authentic and faithful, and not give in to the illusion of constructing an artificial public profile for oneself.

The new technologies allow people to meet each other beyond the confines of space and of their own culture, creating in this way an entirely new world of potential friendships. This is a great opportunity, but it also requires greater attention to and awareness of possible risks. Who is my “neighbour” in this new world? Does the danger exist that we may be less present to those whom we encounter in our everyday life? Is there is a risk of being more distracted because our attention is fragmented and absorbed in a world “other” than the one in which we live? Do we have time to reflect critically on our choices and to foster human relationships which are truly deep and lasting? It is important always to remember that virtual contact cannot and must not take the place of direct human contact with people at every level of our lives.

In the digital age too, everyone is confronted by the need for authenticity and reflection. Besides, the dynamic inherent in the social networks demonstrates that a person is always involved in what he or she communicates. When people exchange information, they are already sharing themselves, their view of the world, their hopes, their ideals. It follows that there exists a Christian way of being present in the digital world: this takes the form of a communication which is honest and open, responsible and respectful of others. To proclaim the Gospel through the new media means not only to insert expressly religious content into different media platforms, but also to witness consistently, in one’s own digital profile and in the way one communicates choices, preferences and judgements that are fully consistent with the Gospel, even when it is not spoken of specifically. Furthermore, it is also true in the digital world that a message cannot be proclaimed without a consistent witness on the part of the one who proclaims it. In these new circumstances and with these new forms of expression, Christian are once again called to offer a response to anyone who asks for a reason for the hope that is within them (cf. 1 Pet 3:15).

The task of witnessing to the Gospel in the digital era calls for everyone to be particularly attentive to the aspects of that message which can challenge some of the ways of thinking typical of the web. First of all, we must be aware that the truth which we long to share does not derive its worth from its “popularity” or from the amount of attention it receives. We must make it known in its integrity, instead of seeking to make it acceptable or diluting it. It must become daily nourishment and not a fleeting attraction. The truth of the Gospel is not something to be consumed or used superficially; rather it is a gift that calls for a free response. Even when it is proclaimed in the virtual space of the web, the Gospel demands to be incarnated in the real world and linked to the real faces of our brothers and sisters, those with whom we share our daily lives. Direct human relations always remain fundamental for the transmission of the faith!

I would like then to invite Christians, confidently and with an informed and responsible creativity, to join the network of relationships which the digital era has made possible. This is not simply to satisfy the desire to be present, but because this network is an integral part of human life. The web is contributing to the development of new and more complex intellectual and spiritual horizons, new forms of shared awareness. In this field too we are called to proclaim our faith that Christ is God, the Saviour of humanity and of history, the one in whom all things find their fulfilment (cf. Eph 1:10). The proclamation of the Gospel requires a communication which is at once respectful and sensitive, which stimulates the heart and moves the conscience; one which reflects the example of the risen Jesus when he joined the disciples on the way to Emmaus (cf. Lk 24:13-35). By his approach to them, his dialogue with them, his way of gently drawing forth what was in their heart, they were led gradually to an understanding of the mystery.

In the final analysis, the truth of Christ is the full and authentic response to that human desire for relationship, communion and meaning which is reflected in the immense popularity of social networks. Believers who bear witness to their most profound convictions greatly help prevent the web from becoming an instrument which depersonalizes people, attempts to manipulate them emotionally or allows those who are powerful to monopolize the opinions of others. On the contrary, believers encourage everyone to keep alive the eternal human questions which testify to our desire for transcendence and our longing for authentic forms of life, truly worthy of being lived. It is precisely this uniquely human spiritual yearning which inspires our quest for truth and for communion and which impels us to communicate with integrity and honesty.

I invite young people above all to make good use of their presence in the digital world. I repeat my invitation to them for the next World Youth Day in Madrid, where the new technologies are contributing greatly to the preparations. Through the intercession of their patron Saint Francis de Sales, I pray that God may grant communications workers the capacity always to carry out their work conscientiously and professionally. To all, I willingly impart my Apostolic Blessing.

From the Vatican, 24 January 2011, Feast of Saint Francis de Sales

BENEDICTUS XVI



(diambil dari http://katolisitas.org/2011/02/09/kebenaran-pemakluman-dan-hidup-otentik-di-zaman-digital/

http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/messages/communications/documents/hf_ben-xvi_mes_20110124_45th-world-communications-day_en.html )


Sabtu, 12 Februari 2011 Hari Biasa Pekan V

Sabtu, 12 Februari 2011
Hari Biasa Pekan V

Ajarilah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm 90:12)

Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda, "Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Kami percaya, saat ini pun Engkau mempersatukan kami agar sehati-sejiwa membangun gereja. Terimalah kehendak dan segala niat baik kami, agar hidup kami menampakkan cahaya kasih ilahi-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (3:9-24)

"Tuhan Allah mengusir manusia dari Taman Eden supaya mengolah tanah."

Pada suatu hari, di Taman Eden, TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, Engkaulah tempat perlindungan kami turun-menurun.
Ayat. (Mzm 90:2.3-4.5-6.12-13; R:1)
1. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, sebelum bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari sediakala sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
2. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.
3. Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang sudah lisut dan layu.
4. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan, -berapa lama lagi?- dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 4:4)
Manusia hidup bukan saja dari makanan, melainkan juga dari setiap sabda Allah

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:1-10)

"Mereka semua makan sampai kenyang."

Sekali peristiwa sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Ketika seseorang dituntut mempertanggungjawabkan kesalahannya, ada kecenderungan mencari kambing hitam. Tanggung jawab pribadi cenderung dilepaskan dan dilemparkan kepada orang lain. Itulah yang terjadi ketika Adam dan Hawa ditegur oleh Allah karena melawan perintah-Nya. Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa: ”Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberikan buah pohon itu kepadaku, maka kumakan” (Kej. 3:12).

Ketika Yesus mengetahui bahwa sejumlah besar orang yang mengikuti-Nya tidak mempunyai makanan, Dia tidak melemparkan tanggung jawab kepada masing-masing orang, Dia tidak mencari kesalahan tentang siapa yang bertanggung jawab atas kelaparan orang banyak. Justru, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan dan mengajak para muridnya untuk mencari jalan keluar bersama. Tujuh roti dan beberapa ikan yang ada dikumpulkan, diucapkan syukur, diberkati serta dibagi-bagikan kepada semua orang. Mereka makan sampai kenyang, bahkan masih banyak yang tersisa.

Di sini ada kelimpahan kasih Allah yang dibagi-bagikan kepada orang-orang lain, khususnya yang sungguh membutuhkan. Kemurahan dan kepekaan hati berbuah berkat yang melimpah. Kita pun diajak untuk mengalirkan kasih Allah yang berlimpah kepada siapa saja, khususnya yang berkekurangan dan sangat membutuhkan. Sebab, kita pun ikut bertanggung jawab atas nasib orang lain.

Tuhan Yesus Kristus, terima kasih, hanya Engkaulah yang dapat memenuhi kelaparan dan dahaga hidupku. Penuhilah diriku dengan rasa syukur dan kerinduan akan roti surgawi yang memberi keselamatan abadi. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Jumat, 11 Februari 2011 Hari Biasa Pekan V

Jumat, 11 Februari 2011
Hari Biasa Pekan V
Hari Orang Sakit Sedunia

Dunia perlu dimurnikan, perlu bertobat (Paus Yohanes Paulus II)

Antifon Pembuka

Berbahagialah orang bila dosanya diampuni, dan kesalahannya dihapus oleh Tuhan (Mzm 32:1)

Doa Pagi

Tuhan Allah kami, alam semesta Kauciptakan demi kelangsungan hidup kami. Engkau menyerahkan pada kami untuk kami pelihara dan kembangkan. Namun sayang, kecenderungan kami sering tak terkendali. Nikmat duniawi terlalu memikat. Maka kendalikanlah nafsu serakah yang ada pada kami. Bimbinglah kami untuk tetap menjaga kelestarian alam semesta. Amin.

Manusia digoda untuk menentukan sendiri hidupnya dan melepaskan diri dari Allah. Akibatnya manusia jatuh dalam dosa. Dosa membuat manusia sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya dan merasa malu. Kelemahan-kelemahan akibat dosa itu menjadi halangan manusia untuk hidup bebas lagi karena manusia telah memutuskan hidup lepas dari Allah yang menguatkannya.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (3:1-8)

"Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Ular adalah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada wanita, “Tentulah Allah bersabda, ‘Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya’, bukan?” Wanita itu menjawab, “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan. Tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah taman, Allah bersabda: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Tetapi ular itu berkata kepada wanita itu, “Sekali-kali kamu tidak akan mati! Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati, karena memberi pengertian. Maka ia mengambil buah itu, lalu dimakan, dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia; dan suaminya pun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua, dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara, dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang, yang pelanggarannya diampuni.
Ayat. (Mzm 32:1-2.5.6.7; R: 1a)
1. Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni dan dosa-dosanya ditutupi! Berbahagialah orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan tidak berjiwa penipu!
2. Akhirnya dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata, “Aku akan menghadap Tuhan, dan mengakui segala pelanggaranku.” Maka Engkau sudah mengampuni kesalahanku.
3. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi ditimpa kesesakan; kendati banjir besar terjadi ia tidak akan terlanda.
4. Engkaulah persembunyian bagiku, ya Tuhan! Engkau menjagaku terhadap kesesakan Engkau melindungi aku, sehingga aku luput dan bersorak.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Ya Allah, bukalah hati kami, agar kami memperhatikan sabda Anak-Mu. Alleluya.


Yesus menyembuhkan orang yang tuli dan gagap sehingga dia dapat mendengar dan berkata-kata dengan baik. Akan tetapi, dia tetap tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh Yesus. Orang itu justru semakin membuat apa yang dilarang oleh Yesus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:31-37)

"Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."

Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Tirus, dan lewat Sidon pergi ke Danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang tuli dan gagap dan memohon supaya Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Maka Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian. Kemudian Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya, “Effata”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu, dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang, dan berkata, “Ia menjadikan segala-galanya baik! Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Prinsip hidup seorang pengikut Kristus itu sederhana, yaitu menjadikan segala-galanya baik! Apa yang baik itulah yang patut dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan. Persoalannya, tidak semua yang baik tertampung dalam hukum atau aturan. Maka, hukum yang paling dekat dengan pergulatan hidup masing-masing orang adalah suara nurani, suatu percikan sabda kebaikan Allah yang mencuat dari kedalaman pendengaran kita.

Doa Malam

Tuhan, Engkau telah memberikan kepada kami pancaindra yang baik. Tuhan jadikan kami alat untuk memuliakan nama-Mu. Bukalah telinga kami agar mampu mendengar suara-Mu lewat sesama. Buatlah mulut kami mengumandangkan pujian hanya bagi-Mu saja. Amin.


RUAH

Kamis, 10 Februari 2011 Pw. Sta. Skolastika, Perawan

Kamis, 10 Februari 2011
Pw. Sta. Skolastika, Perawan

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan dan berikanlah kepada kami keselamatan daripada-Mu! --- Mzm 85:8

Doa Renungan

Allah Bapa yang maharahim, betapa besar kasih-Mu kepada kami dengan menganugerahkan Putera-Mu yang tunggal untuk menebus dosa kami. Maka ajarilah kami untuk berani berkorban seperti yang telah dilakukan Yesus maupun ibu berkebangsaan Siro-Fenisia yang juga rela berkorban untuk kesembuhan anaknya. Demi Kristus, Pengantara kami. Amin.

Sebenarnya teks ini tidak berbicara langsung soal manusia pria dan wanita. Teks ini berbicara tentang hakikat hidup manusia yang perlu hidup bersama dengan orang lain. Kemanusiaannya menjadi makin penuh bila manusia hidup saling menolong, menghargai martabat satu sama lain, dan memandang betapa semua orang perlu bersatu mengusahakan kebaikan.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (2:18-25)

"Tuhan membawa Hawa kepada Adam, dan keduanya menjadi satu daging."

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; R: 1a)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion; boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya.
Ayat. Terimalah dengan lemah lembut sabda Allah yang tertanam dalam hatimu, sebab sabda itu berkuasa menyelamatkan kamu.

Orang yang beriman selalu punya jalan untuk mengusahakan keselamatan bagi orang lain. Ia tidak takut berkorban dan menderita karenanya. Kata-kata Yesus, "Tidak patut melemparkannya kepada anjing" bukan bermaksud menghina ibu yang anaknya kerasukan roh jahat itu. Yesus hendak mengembangkan imannya lebih sempurna lagi dengan semangat kerendahan hati.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:24-30)

"Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."

Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Barangkali kita pernah merasa tidak dipedulikan oleh Tuhan dalam penderitaan atau kesulitan hidup kita. Ketika kita sungguh membutuhkan Dia, seolah-olah Dia jauh dari jangkauan kita. Wanita Yunani berkebangsaan Siro-Fenesia memohon kepada Yesus untuk menunjukkan belas kasih kepada anak perempuannya yang kerasukan roh jahat. Pada pandangan pertama Yesus tampaknya tidak mempedulikan permohonan ibu itu, malahan Dia melontarkan pertanyaan dengan memakai kata ”melemparkan roti kepada anjing-anjing”. Ketika itu orang-orang Yahudi suka mengibaratkan orang-orang kafir sebagai ”anjing-anjing yang kotor”.

Hal tersebut dibuat Yesus bukan untuk meremehkan atau menghina atau mengabaikan sang ibu, yang adalah seorang Yunani dan bukan Yahudi, tetapi untuk menguji imannya. ”Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Jawaban wanita ini mengagumkan Yesus dan ia dipuji karena imannya. Ketika pulang ke rumahnya ia mendapati anaknya sembuh, bebas dari kuasa setan. Seperti orang-orang lain pada umumnya, wanita ini pun merindukan keselamatan Allah.

Barang siapa yang dengan sepenuh hati dan iman mencari Yesus tidak akan pernah ditolak. Ketika Yesus menjadi bagian penuh dari kehidupan seseorang, hal ini bagaikan ungkapan Adam: ”Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Artinya, dia adalah bagian penuh dari hidupku sendiri, dia dan aku tidak dapat dipisahkan.

Demikianlah, orang yang beriman tidak dapat terpisahkan dari Dia yang diimaninya. Dalam kesatuan dengan Yesus dan iman akan Dia, segalanya menjadi mungkin.

Tuhan Yesus Kristus, satukanlah hidupku dengan hidup-Mu, dan tambahkanlah senantiasa imanku akan kuasa-Mu yang menyembuhkan, serta bebaskanlah aku dari segala yang jahat. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Rabu, 09 Februari 2011 Hari Biasa Pekan V

Rabu, 09 Februari 2011
Hari Biasa Pekan V

Awal dari doa adalah keheningan. (Ibu Teresa dari Kalkuta)

Antifon Pembuka

Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan Allahku, betapa agunglah Engkau! (Mzm 104:1)

Doa Pagi

Bapa, Engkau memelihara hidupku hingga saat ini. Kendati harus melalui suka duka, aku tetap menyadari campur tangan-Mu melalui rahmat dan kasih-Mu. Bantulah aku untuk selalu mampu memaknai hidupku sebagai tanda syukurku kepada-Mu. Amin.

Tuhan menciptakan segala-galanya dan menjadikan manusia sebagai yang utama dari segala ciptaan-Nya itu. Ia menempatkan manusia di dalam hadirat-Nya dan memberikan manusia jaminan kehidupan. Akan tetapi jaminan itu hanya bisa dialami sejauh manusia tetap mengindahkan perkataan dan kehendak Allah. Ketidaksetiaan akan kehendak Allah akan menyebabkan manusia kehilangan jaminan kehidupan dan mati.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (2:4b-9.15-17)

"Tuhan Allah mengambil manusia dan menempatkannya di Taman Eden."

Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah. Tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuknya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; Ia menumbuhkan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia, “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Ayat. (Mzm 104:1-2a.27-28.29b-30)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sungguh besar! Engkau berpakaian keagungan dan semarak, berselimutkan terang ibarat mantol.
2. Semuanya menantikan Engkau, untuk mendapatkan makanan pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan.
3. Apabila Engkau mengambil roh mereka maitilah mereka dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka pun tercipta kembali dan Engkau membaharui muka bumi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran. Alleluya

Yesus menegaskan bahwa segala yang berasal dari luar diri manusia tidaklah mendatangkan yang jahat dan menajiskan manusia. Akan tetapi segala yang jahat itu justru berasal dari dalam hati manusia sendiri. Karenanya, orang perlu mendengarkan yang benar dalam hidup, yaitu perkataan Yesus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:14-23)

"Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."

Pada suatu hari, Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkanlah Aku, dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya!” Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar! Sesudah itu Yesus masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak. Maka murid-murid bertanya kepada Yesus tentang arti perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Camkanlah! Segala sesuatu yang dari luar masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia, karena tidak masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya lalu dibuang di jamban.” Dengan demikian Yesus menyatakan semua makanan halal, Yesus berkata lagi, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya! Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Injil hari ini ingin mendorong kita untuk bercermin pada hati. Gereja mengajarkan bahwa hati adalah tempat perjumpaan paling tersembunyi antara Allah dan manusia. Jika hati kita kotor, bagaimana pula perjumpaan itu bisa terjadi? Maka, membersihkan hati dari segala pikiran jahat perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan adalah mutlak diperlukan.

Doa Malam

Yesus, jagalah hatiku dan bimbinglah di saat aku jatuh dalam prasangka maupun pikiran-pikiran jahat, Engkau berkenan menyadarkanku. Aku percaya Engkau selalu siap menolong dan membimbing aku. Amin.


RUAH

Selasa, 08 Februari, 2011 Hari Biasa Pekan V

Selasa, 08 Februari, 2011
Hari Biasa Pekan V

Kepada-Mulah orang lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong --- Mzm 10:14b

Doa Renungan


Allah sumber kebijaksanaan, syukur atas hari baru yang boleh kami rasakan. Juga atas rahmat kehidupan yang boleh kami terima. Tuhan, kami sadar bahwa peraturan diperlukan untuk membuat hidup semakin teratur dan harmonis. Maka bantulah kami untuk dapat menaati peraturan yang berlaku sehingga kami dapat menghargai orang lain. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (1:20-2:4a)

"Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita."

Ketika menciptakan alam semesta, Allah bersabda, "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, sabda-Nya, "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak." Jadilah petang dan pagi: hari kelima. Bersabdalah Allah, "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata serta segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Bersabdalah Allah, " Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara; atas ternak dan atas seluruh bumi, serta atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya; menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah bersabda kepada mereka, "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Bersabdalah Allah, "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji. Itulah akan menjadi makananmu. Sedang kepada segala binatang di bumi dan burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keenam. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi beserta segala isinya. Pada hari ketujuh Allah telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Maka berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 8:4-5.6-7.8-9; R: 2)
1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas perbuatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.
3. Domba, sapi dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:1-13)

"Kamu mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi -- seperti orang-orang Yahudi lainnya -- tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, "Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?" Jawab Yesus kepada mereka, "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata kepada mereka, "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: "Hormatilah ayahmu dan ibumu!" Dan: 'Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.' Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: 'Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah', maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya. Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Yesus terlibat perdebatan dengan kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang hal-hal mana yang lebih esensial dan menjadi prioritas, dan mana yang bersifat luaran dan tidak utama. Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat berkutat pada hal mementingkan adat istiadat kaku dan mengesampingkan isi dan hakikat hukum Taurat. Dengan gampang mereka mengadili dan menghakimi orang lain. Dengan semena-mena mereka menanggungkan beban-beban berat pada orang-orang lain.

Yesus mengecam dengan menyebut mereka ”orang-orang munafik”. Mereka hanya berpura-pura memuliakan Allah dengan bibirnya, tetapi hati mereka jauh dari Dia. Mereka lebih mementingkan adat istiadat kaku dan mengabaikan Sabda Allah serta perintah cinta kasih-Nya. Memang, lebih mudah mengenal dan menilai hal-hal luaran, tidak esensial dan tidak penting, daripada mempraktikkan tuntutan-tuntutan mendasar dari perintah Allah seperti kasih yang ikhlas dan hormat terhadap sesama. Lebih gampang hidup munafik daripada hidup lurus dan benar. Lebih gampang mengamati perilaku orang lain daripada berbuat karya baik dan nyata. Lebih gampang menjadikan aturan-aturan atau hukum-hukum tertulis sebagai dalih menghakimi atau bertindak keras terhadap orang lain daripada menghayati dan mempraktikkan semangatnya.

Kita sering merasa serba tahu tentang perintah cinta kasih, tetapi dalam kenyataannya kita jauh dari pengamalannya. Sesungguhnya, menjadi pelaku cinta kasih Allah mencerminkan maksud Allah menciptakan kita menjadi gambar dan citra-Nya (Kej. 1:26).

Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku untuk menjadi seorang pelaku cinta kasih yang sejati dan jauhkanlah aku dari sikap dan perilaku munafik. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy