Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Malang

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2 0 1 2
K E U S K U P A N M A L A N G





“Panggilan Hidup dan Tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan bersama” (Mat 25: 15-18; 20,22)

Saudara-saudari
Segenap Umat Beriman
Para Imam, Biarawan dan biarawati
di seluruh Wilayah Keuskupan Malang terkasih,

Pengantar
Saudara dan saudari yang terkasih, umat Katolik Keuskupan Malang yang sangat saya cintai. Sebentar lagi kita akan bersama-sama memasuki masa Prapaskah yang kita awali dengan liturgi Rabu Abu. Melalui misteri liturgi Rabu Abu ini kita semua diingatkan arti dan hakekat masa prapaskah sebagai “saat” retret umat. Saat dimana kita diingatkan kembali bahwa melalui gerakan puasa bersama ini kita diajak untuk setia menghadirkan Kerajaan Allah dalam gerakan doa, puasa dan pantang serta belas kasih melalui amal yang kita berikan. Melalui tema-tema yang dikembangkan oleh Panitia Gerakan APP Keuskupan Malang dalam suasana doa, pantang puasa dan amal tersebut kita diajak untuk mendalami kehendak Allah melalui tema-tema pendalaman yang sudah dipersiapkan.
“Panggilan Hidup dan Tanggungjawab” yang diangkat oleh Panitia APP merupakan penjabaran dari tema besar yaitu: “Mewujudkan Hidup Sejahtera”. Panggilan hidup dan tanggungjawab yang kita angkat sebagai tema di tahun 2012 ini merupakan penjabaran dan gerakan dari semangat APP yaitu tanggungjawab Gereja untuk dengan setia menghadirkan Kerajaan Allah. Kita menyadari kehadiran Kerajaan Allah secara nyata ketika hidup sejahtera terwujud dan bukan hanya berhenti pada idealisme atau berhenti pada pemahaman spiritualitas sosial saja, melainkan harus diwujudkan dengan nyata. Pada hemat saya kita sebagai Gereja sungguh Gereja Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini sewaktu lewat hidupnya Gereja sanggup membela kehidupan demi menghadirkan kesejahteraan hidup bagi manusia. Itulah panggilan hidup dan tanggungjawab kita sebagai Gereja.

Panggilan Hidup dan Tanggungjawab
Panggilan hidup dan tanggungjawab untuk mewujudkan hidup sejahtera pertama-tama kita mulai dengan bagaimana kita mengupayakan suasana guyub membangun Gereja dan masyarakat. Kesejahteraan hidup menjadi semakin nyata kalau diantara umat manusia tidak terjadi perpecahan dan persaingan yang tidak sehat. Sektarianisme, budaya mengagungkan kelompoknya, kepentingan diri dan golongannya, tidak menghargai golongan lain, merupakan sikap yang jauh dari rasa guyup. Guyub tidak lain adalah suatu pengalaman hidup dimana kita menyadari sebagai saudara karena kita semua ciptaan Allah. Suku, agama dan golongan adalah kehendak Allah yang kodrati dan tidak bisa kita tolak melainkan kita letakkan sebagai kebersamaan dalam perbedaan. Untuk mencapai suasana tersebut sebagai umat Katolik pertama-tama menghayati suasana guyub dalam komunitas basis gerejani. Kuatnya rasa dan suasana guyub dalam kehidupan umat katolik pasti akan mempengaruhi suasana dan rasa guyub dalam kehidupan komunitas basis insani. Sebab Gereja ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sangat majemuk.

Suasana dan rasa guyub yang merupakan wujud iman Gereja karena kita semua dipersatukan dalam Ekaristi hendaknya memberikan buah-buah yang nyata. Ekaristi sebagai sumber dan dasar paguyuban Gereja menjadi sebuah ekaristi yang hidup, kalau kita yang dipersatukan melalui Ekaristi tersebut rela berbagi. Cinta kasih Yesus yang terungkap dengan nyata dalam pemecahan dan pembagian Roti Hidup itulah yang menjadi dasar bahwa masing-masing dari kita yang dipersatukan dengan-Nya mempunyai kewajiban untuk berbagi. Berbagi hendaknya merupakan buah-buah paguyuban yang dipersatukan dalam misteri Ekaristi.

Pengalaman Hidup Saat Ini
Saudara dan saudari yang terkasih, pengalaman kehidupan saat ini semakin mempertegas kita semua bahwa budaya berbagi bukan hal yang mudah kita lihat. Ada kecenderungan bahwa diantara kita menjadi orang-orang yang serakah dan begitu memikirkan diri sendiri. Padahal semakin nyata bahwa dihadapan kita banyak ditemukan pengalaman hidup yang sangat memprihatinkan dan jauh dari kehendak Allah sendiri, seperti kemiskinan, kehancuran lingkungan hidup, ketidakberdayaan buruh karena sistem kapitalis, dan masih banyak lagi yang lain. Pengalaman iman dan pemaknaan Ekaristi menjadi semakin hidup dan subur dalam pengalaman iman Gereja, kalau membentuk dan menggerakkan kita semua untuk menjadi pribadi yang peka dan terlibat serta berpartisipasi untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Kesadaran ini akan semakin bertumbuh, kalau kita kembali pada makna dasar dari Ekaristi itu sendiri yaitu kasih yang mau berkorban dengan tidak memikirkan diri sendiri atau golongannya. Melalui Ekaristi itulah kita diajak untuk berpartisipasi bersama Yesus dalam cinta kasihNya untuk membebaskan manusia dari keterpurukan dan dosa.
Saudara dan saudari yang terkasih, kesadaran dan tanggungjawab penghadiran Kerajaan Allah di dunia dengan mengupayakan kesejahteraan hidup juga menuntut kehendak baik dan kerjasama manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya dan ciptaan lainnya. Kesadaran inilah yang semakin menguatkan pengalaman iman kita akan karya keselamatan; karya Kerajaan Allah sudah ada meski belum sempurna. Perjumpaan antara Rahmat Allah dengan usaha manusia itulah yang akan membuahkan karya keselamatan. Maka tidaklah berlebihan kalau kesejahteraan hidup manusia akan menjadi semakin jelas dan nyata ketika sebagai orang beriman kita merasa bertanggungjawab untuk mewujudkannya serta rela untuk saling kerjasama. Kerjasama yang tulus dan ikhlas diantara kita dan bersama kehendak Allah akan membuahkan tata keselamatan. Untuk mencapai budaya kerjasama dan bertanggungjawab tentu dibutuhkan semangat pertobatan dan kerendahan hati.

Komitmen Gereja akan kesejahteraan Hidup
Ditegaskan dalam Dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes, Gereja sadar dirinya merupakan persekutuan murid-murid Yesus yang diutus mewartakan keadilan, kedamaian, dan kebebasan kepada sesama menurut cita-cita terciptanya keutuhan alam lingkungan hidup. Dasar perutusan itu ialah iman, Kepercayaan, dan pembabtisan. Kita menjadi ciptaan baru, dipenuhi dengan Roh Kudus. Anugerah kasih mendorong kita untuk mencari bentuk baru hubungan kita dengan Allah, keluarga Allah dan semua ciptaan. Bentuk baru hubungan yang dibangun diharapkan mendatangkan kesejahteraan hidup bagi semua orang yang bersahabat dengan lingkungan seluruh ciptaan.
Dalam kenyataannya, hubungan antar manusia dengan sesamanya cenderung saling berebut kebenaran, kekuasaan dan harta kekayaan. Sedangkan dengan alam ciptaan, manusia menguras habis-habisan tanpa rasa sayang, bahkan tanpa memikirkan nasib anak cucu dan nasib generasi berikutnya. Manusia telah membunuh bumi ini makin lama-makin cepat. Pada gilirannya terjadilah bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, angin rebut, keracunan gas alam, dan sebagainya. Dampak yang lebih jauh, masyarakat miskin semakin tidak berdaya menghadapi situasi hidupnya, bahkan mereka kehilangan sanak-saudara dan harta miliknya yang sedikit.

Penutup
Kesadaran akan dampak perubahan iklim dan tantangan hubungan manusiawi, mendorong kita untuk membangun persahabatan dan persaudaraan. Persahabatan ini dapat kita ungkapkan melalui pembelajaran bersama, bagaimana hidup dan kehidupan yang berpangkal dalam budaya “Gotong Royong” mampu menggerakkan serta membangkitkan kesadaran kristiani demi kesejahteraan bersama. Berbagai upaya pengembangan yang kita renungkan dan kerjakan mengarahkan kita kepada kemajuan dan kesucian pribadi dalam kebersamaan dengan sesama di dalam kerangka kesejahteraan bersama.
Masa Puasa atau Prapaskah sebagai masa rahmat istimewa dalam kehidupan kita sebagai umat beriman Katolik senantiasa menyadarkan kita akan perutusan untuk menjadikan kita murid-murid sejati dari Kristus. Kesadaran ini kiranya memacu kita untuk rela dan berani bekerjasama demi keseimbangan hidup yang terungkap dalam kesejahteraan bersama. Panggilan iman Kristiani ini mendorong kita untuk mengutamakan peran talenta kita demi kesejahteraan rohani dan jasmani bersama dalam tanggungjawab kita sebagai mitra kerja Allah kepada semua.

Selamat memasuki masa Puasa prapaskah dengan hati terbuka. Tuhan Memberkati

Malang, Februari 2012
Uskup Keuskupan Malang

Msgr. Herman Joseph Pandoyoputro O. Carm

Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Agung Semarang

SURAT GEMBALA PRAPASKA 2012
KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Hari Minggu Biasa VII/B, Tanggal 18-19 Februari 2012







Katolik Sejati Harus Peduli dan Berbagi

“Lakukanlah Pekerjaan Baik meski Kecil dan Sederhana Sekalipun”


Para Ibu, Bapak, Suster, Rama, Bruder, orang muda, remaja, anak-anak dan saudari-saudaraku yang terkasih dalam Tuhan,


1. Hari Rabu yang akan datang, tanggal 22 Februari 2012, kita akan memulai masa tobat atau masa prapaska. Bagi kita masa prapaska merupakan masa khusus dan istimewa, karena disebut juga sebagai retret agung umat. Masa itu menjadi masa yang sangat baik untuk meneliti hidup kita, apakah hidup kita selaras dengan kehendak Tuhan. Masa prapaska juga menjadi kesempatan yang sangat istimewa untuk bersyukur kepada Tuhan, karena kita orang yang lemah dan berulang kali jatuh dalam dosa senantiasa dikasihi oleh Tuhan yang mahakasih. Cinta kasih Tuhan yang begitu dalam tersebut dikisahkan amat indah oleh nabi Yesaya yang diwartakan hari ini, ”Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.” (Yes 43:25). Sabda Tuhan ini mengingatkan kita, agar mau membangun pertobatan yang sejati. Tuhan tidak pernah menghukum, namun Tuhan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat.

Membangun pertobatan sejati berarti berani memulai hidup baru, dengan meninggalkan cara hidup lama. Untuk memulai hidup baru, melalui nabi Yesaya Tuhan mengingatkan kita, ”Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala” (Yes 43:18). Dalam bacaan Injil hari ini wujud hidup baru tersebut tampak jelas dalam peristiwa penyembuhan orang yang tadinya lumpuh, dapat berjalan (bdk. Mrk. 2:1-12). Hal itu terjadi karena kehendak dan cinta kasih Yesus sendiri kepada orang lumpuh yang berharap akan belas kasih Tuhan. Maka, kita semua diajak untuk membuka diri terhadap bimbingan Tuhan, agar bisa hidup secara baru meninggalkan dosa-dosa kita.


Saudari-saudaraku yang terkasih

2. Ada dua hal penting untuk dihayati selama masa prapaska sebagaimana ditegaskan oleh Konsili Vatikan II, “dua ciri khas masa ‘empat puluh hari’, yakni terutama mengenangkan dan menyiapkan baptis dan membina pertobatan” (Sacrosanctum Concilium 109). Jika dua hal itu dihayati dalam hidup, saya yakin masa prapaska akan menghasilkan buah yang sangat berguna bagi kehidupan kita bersama di tengah-tengah Gereja dan masyarakat.

3. Dengan diterangi sabda Tuhan hari ini dengan mantab kita menghayati hidup kerohanian kita selama masa prapaska. Salah satu buah yang dapat kita petik dari pertobatan kita adalah semangat gotong-royong, tulus menolong dan tumbuh suburnya kepedulian terhadap sesama. Semangat, ketulusan dan solidaritas seperti itu-lah yang diceritakan di dalam Injil hari ini. Ketika melihat orang lumpuh yang akan berjumpa dengan Yesus, orang-orang di sekitarnya dengan rela hati mem-berikan pertolongan. Yang sangat mengharukan dari kutipan tersebut diceritakan dengan amat indah, ”Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepadaNya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap di atasNya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu” (Mrk 2:4). Meski ada kendala, mereka tidak menyerah. Hanyalah satu hal keinginan mereka, orang lumpuh itu sampai di depan Yesus, sembuh dan bisa berjalan.

4. Melihat orang yang lumpuh, mereka bergegas memberikan pertolongan; tidak ada yang menyuruh atau meminta tetapi keluar dari ketulusan hati. Mereka bertindak karena didorong oleh iman. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu, ”Hai anakKu, dosamu sudah diampuni” (Mrk 2:5). Orang-orang memberikan pertolongan karena kepedulian, ketulusan dan solidaritas kemanusiaan kepada sesama. Hal ini menjadi daya dorong bagi kita semua untuk melakukan sesuatu, jika ada orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan.

Kisah seperti dalam Injil tadi ternyata masih dapat dijumpai saat ini. Beberapa waktu yang lalu saya mendapat sharing dari seorang dokter: “Suatu hari rumah sakit kami menerima seorang pasien, “Bu Fatimah”; diantar oleh seorang pemuda. Keadaannya sangat buruk: badan kurus, berbau, luka gangren, wajah pucat dan tampak depresif. Pemuda itu berkata kepada perawat: ‘Ini bukan Ibu saya tetapi saya menemukannya dari alun-alun kota. Saya membawanya ke sini karena rumah sakit ini pasti mau menolong Ibu ini’. Setelah dirawat beberapa hari Ibu itu mengembuskan nafasnya dengan tenang. Karena tidak ada identitas apa pun, pemakaman Bu Fatimah diurus oleh pihak rumah sakit. Pada saat pemakaman pemuda itu datang bersama pacarnya dan ternyata ia telah memberikan beberapa rupiah kepada Ibu itu untuk biaya perawatan. Bebe¬rapa hari kemudian, waktu ia bermobil lewat di pinggir alun-alun kota, ia jumpai lagi "Bu Fatimah" yang lain tergeletak di sana. Dengan rasa kasih, pemuda itu memasukkan Ibu itu ke dalam mobilnya, dan dibawa ke rumah sakit yang berjarak 40 km dari alun-alun kota tempat tinggalnya”.

Sebagai murid-murid Yesus Kristus kita masih bisa menghadirkan karya baik di sekitar kita seperti pemuda tadi. Meski tidak persis sama seperti pemuda itu, namun saya yakin karya baik yang kita lakukan meski kecil dan sederhana sekalipun akan sangat berguna bagi sesama. Seperti yang diceritakan di dalam Injil hari ini, karena ada kepedulian dan perhatian kepada sesama, maka meski ada kendala, tetap ada juga usaha berbuat kebaikan bagi orang lain. Berkat kebaikan itu orang lumpuh bertemu dengan Yesus dan dapat berjalan. Sikap, semangat peduli, dan ketulusan hati inilah yang harus kita jaga kelestariannya, agar hidup kita menjadi berkat bagi sesama. Empat orang yang mengusung orang lumpuh tadi tidak hanya memikirkan kebutuhan mereka sendiri, namun memikirkan kebutuhan orang lain lebih-lebih orang yang tidak bisa berbuat apa-apa. Demikian juga pemuda tadi: ia tidak jijik dengan keadaan Bu Fatimah. Ia telah membuat Bu Fatimah ‘bertemu dengan Sang Penciptanya’ secara tenang dan bermartabat.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

5. Apa yang dilakukan empat orang terhadap si lumpuh dan pemuda terhadap Bu Fatimah mengingatkan kita, bahwa tolong-menolong, saling peduli menjadi keutamaan hidup yang harus tetap dipupuk dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat. Kita tidak bisa tinggal diam, jika masih melihat keadaan yang memprihatinkan. Kita harus berani berbuat sesuatu demi kebaikan. Meskipun yang kita perbuat itu hal yang sangat kecil dan sederhana, namun pasti sangat berguna. Apa yang kita perbuat itu bisa jadi tidak kelihatan atau tidak membuat kita menjadi populer dan terkenal, bahkan oleh orang-orang tertentu dianggap cari perhatian. Berbuat baik tidak untuk mencari pujian atau mencari popularitas diri. Kita berbuat baik karena didorong iman kita, dan sebagai bentuk kesaksian sebagai murid-murid Yesus Kristus. Sebagai murid-murid Yesus Kristus kita melakukan perbuatan baik, terutama bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.

6. Dilandasi oleh iman dan sabda Tuhan hari ini, saya mengajak para Ibu/Bapak/Suster, Bruder/Rama/orang muda/ remaja dan anak-anak untuk memasuki masa prapaska dan merenungkan tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) tahun 2012, yaitu Katolik Sejati Harus Peduli dan Berbagi. Saya mengajak Anda semua untuk terus mengupayakan hidup kekatolikan kita. Tanpa ragu-ragu memberikan kesaksian hidup sebagai murid-murid Yesus Kristus di tengah-tengah masyarakat. Berbuat kebaikan bagi siapa saja tanpa memandang pangkat dan kedudukan. Berani meninggalkan sikap serakah dan mengutamakan sikap bersyukur. Karena bagi kita lebih baik menderita karena berbuat baik daripada menderita karena berbuat jahat. Sikap dan keutamaan hidup seperti inilah yang selalu kita wujudkan setiap tahun dalam gerakan APP.

APP yang sudah berjalan selama empat puluh tahun ini menjadi contoh konkret, bahwa kita selalu peduli kepada sesama. Maka ketika kita memasuki masa prapaska dan mengadakan APP bukan diri kita sendiri yang pertama-tama dipikirkan, namun orang lain yang lebih membutuhkan. Puasa dan pantang kita telah berbuah bagi sesama. Apa yang kita lakukan selama ini dalam rangka prapaska sebenarnya menjadi penegasan apa yang disampaikan oleh para pemimpin Gereja. Di dalam dokumen Konsili Vatikan II ditegaskan, ”Pertobatan selama empat puluh hari itu hendaknya jangan hanya bersifat batin dan perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosial kemasyarakatan” (Sacrosanctum Concilium 110)

7. Akhirnya, para Ibu, Bapak, Suster, Rama, Bruder, orang muda, remaja dan anak-anak yang terkasih, dilandasi iman yang teguh marilah dengan gembira hati dan mantab kita mulai masa tobat, masa prapaska ini. Semoga apa yang kita renungkan bersama di lingkungan-lingkungan dan komunitas-komunitas maupun di dalam kelompok kategorial semakin meneguhkan jatidiri kita sebagai orang Katolik sejati, yaitu peduli dan rela berbagi. Dengan begitu permenungan yang kita jalani dengan setia bisa menghasilkan buah melimpah-limpah bagi banyak orang yang susah dalam hidupnya. Berkat Tuhan senantiasa melimpah bagi Anda semua, keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas dan paguyuban Anda. Tuhan meneguhkan karya baik Anda semua, meski sederhana dan kecil sekalipun.


Perkenankan saya menutup surat ini dengan berpantun,

Lungguh dingklik nang ngisor wit waru
Sinambi ngisis ngicipi roti
Dadi wong Katolik aja mangu-mangu
Kudu peduli lan rila andum rejeki



Semarang, 1 Februari 2012


Salam, doa dan Berkah Dalem,


† Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang

Kamis, 16 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VI

Kamis, 16 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VI

Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. --- Roma 6:10

Antifon Pembuka (Mzm 34:2)

Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu, mulutku tetap menyanyikan pujian-Nya.


Doa Pagi


Yesus, dalam melayani sesama aku masih sering memandang muka, menurut selera hati. Tuntunlah aku hari ini agar semakin berani membuka lebar-lebar pintu hatiku bagi sesama. Amin.


Kedudukan semua orang itu sama di hadapan Tuhan. Tuhan tidak memandang status seseorang: kaya-miskin, penguasa-bawahan, dan sebagainya. Justru Tuhan menghargai orang yang taat dan tekun melaksanakan kehendak-Nya. Orang yang rendah hati, sederhana, menghargai dan menghormati orang lain akan mengerti kehendak Tuhan. Mereka mudah mencintai Tuhan dan sesama.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-9)


Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah? Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Orang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkannya
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7)

1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandangan-Mu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.

Taat-setia melaksanakan kehendak Allah menjadi visi Yesus di tengah-tengah dunia. Dialah Mesias, Sang Penyelamat yang diurapi Allah. Mesias harus banyak menderita sengsara, ditolak, dibunuh, dan bangkit dari antara orang mati. Inilah misi Yesus yang mewujudkan visi keselamatan Allah. Kelemahan manusiawi Petrus tidak bisa menghalangi karya Allah.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)


Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?" Para murid menjawab, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi". Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini" Maka Petrus menjawab, "Engkaulah Mesias!" Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, "Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia".

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Mesias adalah harapan setiap orang Israel. Puncak seluruh kehidupan religius (bahkan sosial politik) bangsa Israel berada di tangan Mesias. Namun, untuk mencapai cita-cita puncak itu, Yesus menjelaskan bahwa Dia mesti menanggung banyak penderitaan. Pesan Injil hari ini: Tak ada suatu cita-cita tinggi yang bisa dicapai tanpa penderitaan, bahkan banyak penderitaan. Semoga kita tidak salah mengerti kearifan seperti ini.


Doa Malam


Ampunilah aku, ya Yesus, karena dalam banyak hal aku masih mengandalkan pikiranku sendiri. Aku mencari kenyamanan bagi diri sendiri sehingga tak ingin menghadapi kesulitan hidup apalagi untuk menderita.


RUAH

Rabu 15 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VI

Rabu 15 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VI

“Alam semesta itu baik, karena diciptakan begitu indah; memang itulah yang dikehendaki-Nya” (St. Atanasius)


Antifon Pembuka (Mzm 95:12-13a)


Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan, yang Kaudidik dalam hukum-Mu. Hatinya akan tenang di hari-hari malapetaka.


Doa Pagi


Tuhan, karuniakanlah kami rahmat untuk mendengarkan agar dalam berelasi dengan sesama kami tidak cepat bereaksi yang kurang tepat. Dalam mendengarkan sabda-Mu, mampukan kami dapat memahami, mengerti dan mewujudkan dalam hidup kami. Amin.


Pada awalnya adalah firman. Firman itu menjadi manusia dan hadir di tengah dunia. Firman yang menjadi manusia itu adalah kabar sukacita bagi semua orang. Maka, berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan melaksanakannya. Menjadi pelaksana firman berarti taat setia kepada kehendak Allah. Seluruh peri hidupnya dijiwai ajaran firman Tuhan.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:19-27)


Saudara-saudara yang terkasih, ingatlah akan hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. Sebab amarah manusia tidak dibenarkan oleh Allah. Maka buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang demikian banyak itu, dan terimalah dengan lemah lembut sabda yang tertanam dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Hendaklah kalian menjadi pelaksana sabda, dan bukan hanya pendengar. Sebab jika tidak demikian, kalian menipu diri sendiri. Sebab jika orang hanya mendengar sabda saja dan tidak melakukannya, ia itu seumpama orang yang sedang mengamat-amati mukanya dalam cermin. Sesudah memandangi dirinya sesaat, ia lalu pergi, dan segera lupalah ia bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melaksanakannya, ia akan berbahagia karena perbuatannya. Kalau ada orang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, dan sia-sialah ibadahnya. Ibadah sejati dan tak tercela di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemari oleh dunia.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = f, 3/4, PS 848

Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat. (Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5)

1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya; yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.
2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Ef 1:17-18)
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi kata hati kita, supaya kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita. Alleluya.

Karya keselamatan Tuhan menyapa seluruh umat-Nya. Tuhan melaksanakan-Nya tepat pada waktu-Nya. Keselamatan-Nya membuat orang mengalami pembaruan hidup. Orang buta dapat melihat dengan jelas. Imannya telah mengubah hidup yang lama menjadi baru penuh harapan. Penyembuhannya berlangsung tahap demi tahap, sesuai proses perkembangan iman seseorang.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:22-26)


Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia. Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya, Ia bertanya, “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang! Kulihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan.” Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata, “Jangan masuk ke kampung!”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Seorang buta dapat mengalami penyembuhan, mulai dari melihat samara-samar sampai akhirnya dapat melihat dengan jelas. Karya Tuhan itu juga melewati proses. Sikap menghargai proses adalah sikap Tuhan juga. Mentalitas instan adalah ibu dari ketidakjujuran. Bukankah ‘jalur sogok’ juga akibat dari mentalitas instan?


Doa Malam


Sembuhkanlah mata hatiku, ya Tuhan, agar aku semakin dapat melihat segala sesuatu dari sisi yang positif dan memaknai hidup dengan sukacita. Ke dalam tangan-Mu, ya Tuhan, aku serahkan istirahat malam ini. Amin.



RUAH

Selasa, 14 Februari 2012 Peringatan Wajib. St. Sirilus dan St Metodius, Rahib dan Uskup.

Selasa, 14 Februari 2012
Peringatan Wajib. St. Sirilus dan St Metodius, Rahib dan Uskup.


Ya Tuhan, berilah umat, Gereja-Mu bertambah besar jumlahnya dan kumpulkan semua anggotanya dalam kesatuan --- St Sirilus.

Antifon Pembuka (Mzm 96:3)

Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.

Doa Pagi


Jadikanlah hatiku sederhana, ya Tuhan, agar segala situasi yang kualami semakin menguatkan imanku. Jauhkanlah aku dari keinginan-keinginan yang menyesatkan jiwaku. Amin.


Pada dasarnya, manusia diciptakan Tuhan dengan anugerah akal budi dan kehendak bebas. Kehendak manusia ini memungkinkannya punya keinginan di dalam hatinya. Padahal, dunia konkrit menawarkan banyak hal kepada manusia. Segala keinginan ini menjadi percobaan yang besar bagi manusia. Ia mesti bijak dalam menghadapi aneka cobaan dalam dirinya ini.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:12-18)

"Allah tidak mencobai siapa pun."

Saudara-saudara terkasih, berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan. Apabila tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada setiap orang yang mengasihi Dia. Apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata, "Pencobaan ini datang dari Allah." Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang terkasih, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang. Pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh sabda kebenaran, supaya pada tingkat yang tertentu kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 94:12-13a.14-15.18-19)
1. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan, yang Kaudidik dalam Taurat-Mu hatinya akan tenang di hari-hari malapetaka.
2. Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik pusaka-Nya tidak akan Ia tinggalkan; sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan semua orang yang tulus hati akan mematuhi.
3. Ketika aku berpikir, "Kakiku goyah! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, menopang aku. Apabila keprihatinanku makin bertambah, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.


Tuhan selalu memelihara hidup manusia. Tuhan tidak ingin manusia kelaparan dan menderita. Tuhan terus berkarya sampai sekarang. Tiap hari, Tuhan memberkati segala usaha manusia sehingga menghasilkan buah. Semua manusia mesti percaya akan kasih karunia Tuhan ini. Namun, iman harus diwujudnyatakan dengan karya nyata. Inilah harmonisasi kehidupan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:14-21)

"Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, "Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes". Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti". Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata, "Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?" Jawab mereka, "Tujuh bakul". Lalu kata Yesus kepada mereka, "Masihkah kalian belum mengerti?"
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

Renungan

Ada peribahasa yang mengatakan, "Ketidaktahuan adalah ibu dari kesesatan." Hari ini Yesus menegur kedegilan hati yang tak kunjung mau mengerti. Hal ini sama sekali tidak menyangkut kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan spiritual. Orang yang sengaja menutup hati untuk 'mengerti' sama saja dengan menggali lubang kehidupannya sendiri. Orang yang sengaja untuk 'tidak-mau-tahu' mengundang malapetaka bagi dirinya.

Doa Malam

Allah Bapa mahakuasa, Putera-Mu Yesus Kristus menghardik para murid-Nya yang belum mengerti akan siapa Dia dan apa yang hendak diwartakan-Nya, meskipun Dia telah melakukan mukjizat yang luar biasa. Semoga dari hari ke hari, kami semakin mengenal-Mu dengan lebih mendalam dan semakin mencintai-Mu sepanjang hidup kami. Berkatilah istirahat kami malam ini. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

R U A H

Senin, 13 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VI

Senin, 13 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VI

Aku tak lagi memiliki apa pun. Allah yang baik dapat memanggilku kapan pun Ia kehendaki (St Yohanes Maria Vianney)


Antifon Pembuka


Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.


Doa Renungan

Allah Bapa yang Mahamurah, kami bersyukur kepada-Mu atas hari baru yang Kauberikan kepada kami. Berilah kami rahmat, kekuatan serta pengetahuan pada hari ini untuk mengenal tanda-tanda kehadiran-Mu dalam kehidupan kami sehingga hari demi hari kami semakin mencintai Engkau dengan hidup lebih baik dan berbakti kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:1-11)


"Ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan, agar kamu menjadi sempurna dan utuh."

Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit; maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah berharap, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. Bila seorang saudara berada dalam keadaan yang rendah baiklah ia bermegah karena kedudukannya yang tinggi, dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput; matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya: di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Semoga rahmat-Mu sampai kepadaku, ya Tuhan, supaya aku hidup.
Ayat. (Mzm 119:67.68.71.72.75.76)

1. Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.
2. Engkau baik dan murah hati, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
3. Memang baik, bahwa aku tertindas, supaya aku belajar memahami ketetapan-ketetapan-Mu.
4. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih berharga daripada ribuan keping emas dan perak.
5. Aku tahu, ya Tuhan, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan memang tepat bahwa Engkau telah menyiksa aku.
6. Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Aku ini jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:11-13)


"Mengapa angkatan ini meminta tanda?"

Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata, “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda.” Lalu Yesus meninggalkan mereka. Ia naik ke perahu dan bertolak ke seberang.

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Pak Slamet selalu berkendaraan dengan hati-hati. Suatu hari nasib sial menimpanya. Seorang pengemudi angkot yang ugal-ugalan menabrak pak Slamet dari belakang. Slamet jatuh bersama motornya yang ia kendarai. Tangan kirinya patah. Pak Slamet tidak bisa menerima kanyataan ini. Hatinya dipenuhi dengan kemarahan dan dendam. Hal ini membuat tensi darahnya menjadi tinggi. Beberapa hari kemudian, peristiwa lebih tragis menimpa dirinya. Ia terkena stroke….


Berbagai kesusahan dapat menimpa hidup kita, termasuk kesusahan akibat kelalaian pihak lain. Santo Yakobus, dalam bacaan pertama, mengajak kita untuk melihat kesusahan hidup dari kacamata berbeda. Menurutnya, kesusahan hidup dapat juga dipandang sebagai ujian terhadap iman yang akan menghasilkan ketekunan. Pada gilirannya, ketekunan akan mengantar kita pada kesempurnaan.


Ajakan Rasul Yakobus pantas untuk kita renungkan. Bukankah Kristus juga kerap mengalami penderitaan akibat ulah orang lain yang tidak bertanggung jawab? Kristus tetap bertahan hingga akhir hayat-Nya. Dialah tanda dari surga itu, tanda yang mendatangkan keselamatan berkat pengurbanan Tubuh dan Darah-Nya sendiri.


Tuhan Yesus, Engkau mencintai aku seutuhnya. Kuatkanlah aku manakala aku di*landa kesusahan hidup. Amin.


Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Bacaan Harian 13-19 Februari 2012

Bacaan Harian 13-19 Februari 2012

Senin, 13 Februari 2012: Hari Biasa Pekan VI (H)
Yak 1: 1-11; Mzm 119:67,68,71,72,75,76; Mrk 8: 11-13
Melalui peristiwa-peristiwa hidup kita, seyogyanya kita dapat merenungkan tanda-tanda kasih Allah kepada kita. Untuk itu diperlukan kerendahan hati dan kepekaan diri. Sudah waktunya bagi kita untuk lebih menyalurkan kasih itu kepada orang-orang yang hadir di sekitar kehidupan kita: keluarga, sahabat, rekan kerja, dan masyarakat sekitar.

Selasa, 14 Februari 2012: Peringatan Wajib. St. Sirilus dan St Metodius, Rahib dan Uskup (P)
Yak 1: 12-18; Mzm 94:12-13a,14-15,18-19; Mrk 8: 14-21
Yesus mengeluh karena murid-murid-Nya masih belum mengerti juga apa yang dikehendaki-Nya. Yesus mungkin juga mengeluh karena ulah kita yang juga belum mengerti dan tidak mau mengerti apa yang menjadi kehendak-Nya pada diri kita. Marilah kita merenung, memahami kehendak-Nya dan sungguh pula melakukannya.

Rabu, 15 Februari 2012: Hari Biasa Pekan VI (H)
Yak 1: 19-27; Mzm 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Mrk 8: 22-26
Kalau mau, Tuhan tentu bisa membereskan segala yang tidak beres dengan seketika. Tapi, Tuhan membiarkan ’suatu proses’ terjadi. Untuk menyembuhkan orang buta itu, Yesus harus meletakkan tangan-Nya sampai dua kali. Begitulah Ia mendidik kita. Nikmatilah proses itu dan belajarlah darinya; tak semuanya harus instan.

Kamis, 16 Februari 2012: Hari Biasa Pekan VI (H)
Yak 2: 1-9; Mzm 34:2-3,4-5,6-7; Mrk 8: 27-33
Petrus memahami bahwa Yesus adalah Mesias. Tapi Mesias yang dipahaminya adalah Mesias yang ’jaya’ menurut ukuran manusia, yang akan membawa kesejahteraan duniawi. Maka Petrus tak dapat menerima kalau Mesias harus menderita, disalib dan wafat. Ingatlah selalu, kemenangan Mesias adalah kemenangan atas salib, atas maut. Inilah jalan salib yang harus dilalui, juga oleh kita para murid-Nya.

Jumat, 17 Februari 2012: Hari Biasa Pekan VI (H)
Yak 2:14-24,26; Mzm 112:1-2,3-4,5-6; Mrk 8:34 – 9:1
Mengikuti Yesus harus siap menyengkal diri, memikul salib, dan sungguh-sungguh mengikut Dia. Maka, menjalankan ajaran Yesus bukan persoalan mudah. Diperlukan usaha keras untuk mengorbankan kepentingan diri, siap dicerca, dicemoohkan atau disingkirkan. Sudah siapkah kita menjadi pengikut-Nya?

Sabtu, 18 Februari 2012: Hari Biasa Pekan VI (H)
Yak 3:1-10; Mzm 12:2-3,4-5,7-8; Mrk 9:2-13
Ketika mengalami kemuliaan Tuhan, tiga murid Yesus ingin mendirikan tenda dan menikmati kemuliaan itu lebih lama lagi. Tapi, Yesus justru mengajak mereka untuk ’turun gunung’. Maka, kita pun yang sudah mengalami kasih Tuhan, jangan lupa pula untuk ’turun gunung’ membagikan kasih itu kepada orang-orang yang ’dikirim’ Tuhan kepada kita.

Minggu, 19 Februari 2012: Hari Minggu Biasa VII (H)
Yes 43: 18-19, 21-22, 24b-25; Mzm 41:2-3,4-5,13-14; 2Kor 1: 18-22; Mrk 2:1-12
Seringkali ’kelumpuhan’ disebabkan karena dosa yang kita pikul. Maka, bersihkanlah hati dari segala noda dosa; pulihkanlah diri dari segala belenggu jahat. Niscaya, hal itu akan ’memampukan’ kita untuk bangkit dan berjalan, pulang menuju tempat kita hidup untuk berbagi sukacita.

Minggu, 12 Februari 2012 Hari Minggu Biasa VI/B - “Aku mau jadilah Engkau tahir”.

Bacaan Injil, yang merupakan pusat dari bacaan-bacaan hari ini, berkisah tentang penyembuhan orang kusta. Alur kisahnya demikian: orang kusta itu datang kepada Yesus, berlutut dihadapan-Nya dan memohon kepada Yesus, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Maka, hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir”. Seketika itu juga, lenyaplah penyakit kusta orang itu dan ia menjadi tahir. Mari kita cermati kisah yang menarik ini dan kita timba pesan serta inspirasinya.

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit kulit yang mengerikan dan mudah menular. Kulit membusuk sedikit demi sedikit, semakin meluas (Jw: mbabrak) dan bagian demi bagian mulai terlepas satu persatu (Jw: mrithili). Keadaan ini menjadikan orang yang terkena kusta diasingkan dan dikucilkan. Hal ini digambarkan dengan jelas dalam bacaan I, "Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya" (Im 13:44-46). Jadi, orang kusta tidak hanya menderita secara fisik (sakit) tetapi juga batin (dianggap najis, diasingkan, disingkiri dan disingkirkan).

Meskipun orang kusta diasingkan dan tinggal di luar pemukiman, namun dalam Injil tadi dikisahkan bahwa ada seorang kusta datang kepada Yesus yang sedang berada di salah satu kota di Galilea (bdk. Mrk 1:38-19). Artinya, ia mempunyai keberanian keluar dari pengasingannya untuk datang kepada Yesus dan memohon bantuan-Nya. Apa yang membuatnya berani (nekad) adalah iman dan pengharapannya yang begitu besar kepada Yesus. Di hadapan Yesus, ia mengatakan, “Jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Ia percaya penuh bahwa Yesus dapat menyembuhkan dan mentahirkannya sehingga permohonannya bukan “Jika Engkau dapat” tetapi “Jika Engkau mau”. Ungkapan “jika Engkau mau” yang didasari oleh keyakinan iman bahwa Yesus pasti dapat (bisa) ini, menunjukkan kerendahan hati dan kepasrahan di kusta. Bahasa halusnya, “Jika Engkau berkenan … atau Menawi dados karsa/rena Dalem ….”

Tanggapan Yesus sungguh luar biasa. Ia tergerak oleh belas kasihan. Kalau banyak orang menyingkirkan, mengucilkan dan menjauhi orang kusta, Yesus justru sebaliknya. Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata, “Aku mau jadilah Engkau tahir”. Yesus tidak takut kalau Ia menjadi najis dan ketularan kustanya. Kekudusan Yesus tak tercemar dan tidak dapat dinajiskan dengan menyentuh orang atau barang najis. Ia justru menyalurkan pengudusan dan penyembuhan sehingga si kusta yang dianggap najis justru disembuhkan dan ditahirkan. Ketika menyentuh si kusta, Yesus tidak menjadi najis, tetapi sebaliknya si kusta justru menjadi tahir.

Setelah kita mencermati sepenggal kisah penyembuhan orang kusta ini, kita diajak untuk belajar beriman dari si kusta dan belajar berbelas kasih dari Yesus. Kita masing-masing mempunyai “kusta” dalam diri kita sehingga membuat kita tidak tahir: kesombongan, ketamakan, hawa nafsu, iri hati, rakus, kemarahan, kemalasan (7 dosa pokok). Kita percaya, Tuhan pasti bisa mentahirkan dan membebaskan kita dari dosa-dosa ini. Maka, marilah kita dengan rendah hati, seperti si kusta, datang kepada Yesus, berlutut di hadapan-Nya dan memohon agar Ia berkenan menyembuhkan dan mentahirkan kita. Sarana yang dapat kita pakai untuk datang kepada-Nya antara lain berupa doa, Ekaristi, adorasi, pengakuan dosa, dll.

Marilah kita juga belajar berbelas kasih dari Yesus. Ada banyak orang di sekitar kita yang menderita “kusta” sehingga dianggap memalukan: hamil di luar nikah, perkawinannya tidak sah, perkawinannya tidak harmonis bahkan bercerai, narapidana, korban narkoba, difabel, dll. Sebagaimana Yesus tidak mengucilkan dan menjauhi si kusta tetapi malah mengulurkan tangan-Nya untuk menjamah dia sehingga sembuh, marilah kita melakukan hal yang sama. Kalau ada saudara-saudara kita yang disingkiri dan disingkirkan oleh masyarakat karena diaggap “memalukan”, kita tidak ikut-ikutan berbuat demikian tetapi malah sebaliknya. Dengan penuh belas kasih, kita ulurkan tangan dan hati kita untuk menolong mereka sesuai kemampuan kita masing-masing. Dengan demikian, kita menghayati pesan bacaan II, “Lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah … supaya mereka beroleh selamat”. (1Kor 10:31.33).


Rm. Agus Widodo, Pr

Minggu, 12 Februari 2012 Hari Minggu Biasa VI/B

Minggu, 12 Februari 2012
Hari Minggu Biasa VI/B

Ketika Yesus menyebut Diri-Nya sendiri sebagai roti hidup, roti adalah, dapat kita katakan, makanan utama yang mewakili segala makanan ---- Paus Benediktus XVI


Antifon Pembuka (Mzm 30:3-4)

Sudilah Engkau menjadi gunung pengungsianku, dan benteng pertahananku yang kuat. Sebab Engkaulah pelindung dan penyelamatku demi nama-Mu Engkau akan membimbing dan menuntun daku.

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang maharahim, di mana sabda-Mu terdengar dan menyentuh hati orang, di situ segala kejahatan dihapuskan. Buatlah hati kami terbuka untuk menerima sabda-Mu, agar takkan lagi meragukan pengampunan-mu dan selalu mewartakan bahwa Engkau telah membebaskan dan menyucikan kami dalam Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami
yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Imamat (13:1-2.44-46)


"Orang yang sakit kusta harus tinggal terasing di luar perkemahan."

Tuhan Allah berfirman kepada Musa dan Harun, "Apabila pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya, ia harus dibawa kepada Imam Harun, atau kepada salah seorang dari anak-anaknya, yang adalah imam. Karena orang itu sakit kusta, maka ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. Orang yang sakit kusta harus berpakaian cabik-cabik, dan rambutnya terurai. Ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahanlah tempat kediamannya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 32:1-2.5.11; Ul: 7)

1. Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni, dan dosa-dosanya ditutupi. Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan tidak berjiwa penipu!
2. Dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata, "Aku akan menghadap Tuhan, dan mengakui segala pelanggaranku." Maka Engkau mengampuni kesalahanku.
3. Bersukacitalah dalam Tuhan! Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar; bersorak-gembiralah, hai orang-orang jujur!


Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1Kor 10:31-11:1)

"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus."

Saudara-saudara, jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953

Ref. Alleluya, alleluya

Ayat. (Lukas 7:16; 2/4)

Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita dan Allah telah melawat umat-Nya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (1:40-45)

"Orang kusta lenyap penyakitnya dan menjadi tahir."

Sekali peristiwa, seorang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil berlutut di hadapan Yesus, ia mohon bantuan-Nya, katanya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata kepadanya, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Yesus menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, kata-Nya, "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya ke mana-mana sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Yesus tinggal di luar kota di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Antifon Komuni (Yoh 3:16)

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.


Renungan

Rekan-rekan yang baik!

Diceritakan dalam Mrk 1:40-45 (Injil Minggu Biasa VI tahun B) bagaimana seorang penderita kusta memohon kepada Yesus dengan mengatakan bila Yesus menghendaki, tentu ia dapat membersihkannya, maksudnya menyembuhkannya. Yesus pun menyentuhnya dan mengatakan ia mau agar ia jadi bersih. Begitu sembuh, orang itu diperingatkan agar tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun. Kemudian disuruhnya pergi menghadap imam, karena menurut perintah Musa (Im 14:2-32), imamlah yang berwenang secara resmi menyatakan orang sudah bersih dari kusta. Apa sebetulnya pokok persoalannya? Penyembuhan atau pernyataan bahwa sudah bersih dari kusta? Kita boleh bertanya-tanya, bagaimana perasaan Yesus ketika melihat orang tadi? Apa pula relevansi kisah ini bagi kita?

PENDERITA KUSTA


Dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, "kusta" sebenarnya bukan penyakit kusta yang dikenal ilmu kedokteran sekarang, yaitu yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae, melainkan. semacam penyakit kulit akibat jamur yang membuat kulit melepuh merah. Penyakit kulit ini menyeramkan dan membuat penderita dijauhi orang. Mereka juga tak diizinkan mengikuti ibadat karena dalam keadaan itu mereka dianggap tidak cukup bersih untuk masuk ke tempat suci.

Menurut hukum adat dan agama Yahudi dulu, meski sudah sembuh, orang kusta baru akan diterima kembali ke dalam masyarakat dan boleh ikut perayaan suci setelah dinyatakan sembuh dalam upacara yang hanya dapat dilakukan para imam. Hanya imamlah yang berhak menyatakan "najis" (kotor karena kusta) atau "tahir" (bersih, sembuh dari kusta). Peraturan ini termaktub dalam bagian Taurat, yakni Im 14:2-32. Tujuannya tentunya menjaga kebersihan kurban. Tetapi pelaksanaan hukum itu kemudian menjadi soal. Menjelang zaman Perjanjian Baru, semua upacara keagamaan yang penting semakin dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Penegasan sudah tahir atau masih kotor praktis kemudian hanya dilakukan di Bait Allah pada kesempatan terbatas walaupun tidak ada larangan melakukannya di tempat lain. Alhasil orang kusta yang sudah sembuh sekalipun sulit sekali mendapat pernyataan sudah bersih kembali. Orang itu akan benar-benar terkucil dan tidak memiliki tempat mengadu lagi. Dengan latar belakang seperti ini Yesus itu memang menjadi harapan satu-satunya. Tak heran orang tadi datang kepadanya, berlutut, lalu mengatakan kalau engkau mau, engkau dapat mentahirkan diriku.

Orang itu memohon dua hal. Pertama, kesembuhan dari kusta, dan kedua, tidak kalah pentingnya, ia mohon agar Yesus mau menyatakan ia sudah tahir kembali. Baginya, Yesus inilah yang dapat memenuhi peraturan dalam Taurat karena kelembagaan yang didukung imam-imam tidak lagi mendukung. Inilah sudut pandang orang kusta tadi. Bagaimana dengan Yesus?

PERASAAN YESUS


Dikatakan Yesus "tergerak hatinya" (Mrk 1:41). Kerap disebut Yesus iba hati bila melihat penderitaan atau kebutuhan orang yang tak terpenuhi. Ikut merasakan, itulah yang dimaksudkan Injil, dalam bahasa Yunani, "splagkhnistheis", kata yang dijumpai dalam ay. 41 ini. Tetapi pada ayat itu beberapa naskah tua memakai kata lain, yakni "orgistheis", yang artinya marah, kesal, berang. Mana yang benar? Bukankah iba hati lebih cocok dan lebih biasa? Pemikiran seperti inilah yang mengakibatkan penggantian teks asli "marah" menjadi "iba hati" pada ay. 41 itu. Tidak di setiap tempat ia disebut iba hati sebetulnya ia marah.

Waktu itu di seluruh Galilea ia memberitakan Injil dan mengusir setan (1:39). Tentunya ia berharap kekuasaan setan dan penyakit akan surut. Tapi masih ada saja! Malah sekarang datang orang kusta yang sembari berlutut minta disembuhkan. Apa lagi yang belum kulakukan, kata Yesus dalam hati! Kesal, berang, marah, begitulah perasaan Yesus waktu itu. Dan dengan perasaan inilah ia mengatakan, tentu saja aku mau. Hai, kau, jadilah bersih! Dan seketika itu juga penyakit kusta itu pergi meninggalkan orang tadi, sama seperti demam yang lenyap dari badan ibu mertua Simon. Kekuatan kusta itu jeri padanya, begitu gagasan Markus.

Selanjutnya dalam ay. 43 disebutkan Yesus "menyuruh pergi orang tadi dengan peringatan keras". Dan dalam ayat selanjutnya dikutip kata-kata yang melarang orang itu menceritakan apapun kepada siapa saja dilanjutkan perintah agar menghadap imam agar dinyatakan bersih menurut hukum Musa. Sebenarnya teks aslinya lebih keras, harfiahnya, "Dengan geram Yesus menyuruh orang itu pergi. Katanya, 'Ingat, jangan katakan apapun kepada siapa saja!'" Orang itu disuruhnya menghadap imam supaya dinyatakan bersih menurut aturan Musa. Apa yang membuat Yesus geram?

Sering para imam, yang berwenang menyatakan orang kusta sudah sembuh serta bisa diterima kembali dalam masyarakat, kurang bersedia melakukannya. Jadi sekalipun sudah sembuh, orang yang bersangkutan tetap tersisih. Yesus menyuruh orang itu membawa persembahan yang diwajibkan hukum untuk keperluan seperti itu justru untuk menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan siap dinyatakan bersih. Inilah yang dimaksud dengan "sebagai bukti" dalam ay. 44. Tapi Yesus sendiri tentu juga tahu bahwa tak mudah orang itu menemui imam yang bersedia menolong orang itu. Karena itu ia geram. Lebih parah lagi, yang menghalangi bukan kekuatan jahat yang menyebabkan penyakit - yang sudah tersingkir - melainkan orang-orang yang memiliki wewenang menjalankan hukum Musa, yakni para imam! Ini membuatnya geram dan merasa tak berdaya.

SIAPA MENGABARKANNYA?


Bila dibaca sekilas, bagian pertama ay. 45 memberi kesan bahwa yang pergi memberitakan dan mengabarkan ke mana-mana ialah orang yang baru saja dilarang mengatakan tentang hal itu. Beberapa kali memang Yesus ingin agar kejadian luar biasa yang dilakukannya tidak disiarkan. Tetapi "ia" dalam ay. 45 itu dapat menunjuk pada orang kusta, tapi bisa juga pada Yesus sendiri. Secara harfiah bunyinya begini: "Sambil berjalan pergi ia (=si kusta, tapi bisa juga Yesus) mulai mengabarkan dan menyebarluaskan..." Lebih lanjut, yang disebarluaskan, ialah "ton logon", dari kata "logos", yang bisa berarti "hal itu", maksudnya penyembuhan, bila "ia" dimengerti sebagai orang kusta; tetapi "logos" bisa pula berarti "kata", dan dalam konteks ini khususnya, "Injil". Ini cocok bila yang dimaksud dengan "ia" ialah Yesus sendiri.

Memang akhirnya orang yang barusan disembuhkan itu menyebarluaskan berita tentang hal itu. Ia tidak diam seperti yang diinginkan Yesus. Tetapi juga benar bahwa Yesus mengabarkan dan menyebarluaskan Injil. Dalam kedua makna ini, kejadiannya sama: baik warta Injil maupun berita tentang kesembuhan si kusta itu tersebar luas. Akibatnya juga sama, seperti disebutkan dalam bagian kedua ay. 45, "...ia (=Yesus) tidak dapat memasuki kota dengan terang-terangan. Ia tinggal di luar di tempat-tempat terpencil, namun orang terus juga datang kepadanya dari segala penjuru" Boleh dicatat, dalam teks asli tidak dipakai kata "Yesus" yang ditambahkan dalam terjemahan Indonesia demi kejelasan. Kiranya Markus bermaksud memunculkan dua gambaran tumpang tindih bagi kejadian yang sama. Pembaca diajak melihat kejadian itu baik dari sisi orang kusta maupun dari sisi Yesus. Kisah ini bukan hanya kisah kesembuhan, melainkan juga kisah pewartaan Injil. Kedua-duanya perlu ditampilkan dalam pembicaraan mengenai petikan ini.

HIKMAT KISAH

Dikatakan, Yesus tinggal di "tempat-tempat terpencil", dari kata Yunani "eremos" yang juga sering dialihbahasakan sebagai padang gurun yang memang terpencil. Kita boleh ingat akan peristiwa Yesus menghadapi kekuatan iblis yang menggodainya di padang gurun, di tempat terpencil (Mrk 1:12). Tapi kekuatan ilahi tetap menyertainya. Pada lain kesempatan, dikatakan pagi-pagi benar ia pergi berdoa di tempat terpencil (Mrk 1:35). Dan orang-orang mencari dan mendatanginya, seperti disebutkan dalam petikan kali ini juga. Kisah ringkas ini menjadi ajakan untuk menemukan dia yang mengusahakan diri agar bersama dengan Yang Maha Kuasa. Di situ kekuatannya, di situ terjadi kesembuhan yang utuh.

Markus menggambarkan perasasan Yesus yang kesal, mengalami frustrasi melihat adanya halangan-halangan yang memisahkan manusia dari sumber hidupnya sendiri. Kita diajak penginjil untuk mulai bersimpati pada Yesus, menyelami perasaannya agar makin memahami kesungguhannya. Bukan supaya kita menirunya atau membenarkan diri kita bila kesal dan kecewa, melainkan untuk membantu agar kita dapat mengenal siapa dia itu. Bukan pula untuk mengutuk kaum imam yang kurang bersedia menjalankan yang digariskan hukum Musa. Kita diajak menyadari akan adanya halangan-halangan yang membuat kebaikan terbelenggu. Akan makin besar pula kebutuhan mendengarkan warta yang melegakan.

Tadi disebutkan bahwa sukar bagi orang kusta yang sembuh untuk menghadap imam di Bait Allah agar resmi dinyatakan sembuh dan dapat kembali ke dalam masyarakat. Tempat Yang Ilahi hadir secara nyata sekarang tidak lagi di Bait Allah, tapi di tempat Yesus berada. Dialah Bait yang baru. Dia juga yang menyatakan orang jadi bersih kembali. Ia sendiri jugalah yang menjadi kurban bagi pulihnya orang kusta serta kaum terpinggir lainnya. Ini warta yang melegakan yang disampaikan Injil!

Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy