Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.

Rabu, 20 Mei 2015
Hari Biasa Pekan VII Paskah -- Novena Roh Kudus hari Keenam


Kis. 20:28-38; Mzm. 68:29-30,33-35a,35b-36c; Yoh. 17:11b-19.

Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.

Keberadaan kita di dunia ini, bukanlah suatu kebetulan tetapi karena memang dikehendaki oleh Tuhan. Kita dilahirkan dalam sebuah keluarga tertentu, di daerah tertentu, kemudian saat ini dipanggil dan diutus di tempat tertentu dengan profesi atau pekerjaan tertentu. Sebagai orang beriman, kita tidak akan mengatakan bahwa itu semua adalah kebetulan belaka tetapi itu semua terjadi karena Tuhan memang menghedaki demikian untuk kita masing-masing. Tuhanlah yang mengutus kita untuk berada di tempat tertentu di dunia ini dan pada saat ini. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat bahwa di mana pun berada, kita harus selalu menjalin kontak dengan Tuhan yang mengutus dan menempatkan kita. Apalagi, kita sadar bahwa kadangkala, dunia dan lingkungan sekitar di mana kita berada, kurang bersahabat dengan kita. Bahkan, Yesus juga mengatakan bahwa dunia kadangkala membenci kita. Namun, kita tidak perlu takut karena Ia selalu menyertai kita dan telah menyerahkan kita semua pada perlindungan Allah Bapa.

Doa: Tuhan, lindungilah kami dari segala yang jahat dan mampukanlah kami untuk menjalankan tugas perutusan kami di dunia ini. Amin. -agawpr-

Rabu, 20 Mei 2015 Hari Biasa Pekan VII Paskah

Rabu, 20 Mei 2015
Hari Biasa Pekan VII Paskah -- Novena Roh Kudus hari Keenam

Roh Kudus itu satu dalam hakikat-Nya, tetapi macam ragam dalam kuasa-Nya. (St. Basilius Agung)

Antifon Pembuka (lih. Mzm 47(46):2)

Bertepuktanganlah, hai segala bangsa, bersoraklah bagi Allah dengan suara gembira. Alleluya.

All peoples, clap your hands. Cry to God with shouts of joy, alleluia.


Doa Pagi


Allah Bapa Yang Mahaesa, perkenankanlah semua yang dihimpun Roh Kudus dalam Gereja-Mu, mengabdi Engkau dengan tulus ikhlas dan bersatu padu dalam cinta kasih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kisah Para Rasul (20:28-38)
. 
  
"Aku menyerahkan kamu kepada Tuhan yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu suatu bagian yang telah ditentukan."
    
Dalam perpisahan dengan para penatua jemaat dari Efesus, Paulus berkata, “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada henti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan berkuasa pula menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan. Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku. Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Sesudah mengucapkan kata-kata itu, Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua. Maka menangislah mereka semua tersedu-sedu, dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia. Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena Paulus katakan, bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka mengantar dia ke kapal.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah!
Ayat. (Mzm 68:29-30.33-35a.35b.36c.)
1. Kerahkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, tunjukkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, Engkau yang telah bertindak bagi kami. Demi bait-Mu di Yerusalem raja-raja menyampaikan persembahan kepada-Mu.
2. Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan, bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara, suara-Nya yang dahsyat! Akuilah kekuatan Allah.
3. Kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuatan-Nya di dalam awan-awan. Terpujilah Allah!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 17:17b.a)
Firman-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (17:11b-19)
        
"Supaya mereka menjadi satu sama seperti kita."
   
Dalam perjamuan malam terakhir Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi semua murid-Nya, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku. Aku telah menjaga mereka, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu. Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka, dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia. Dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
Renungan
   
Kedua bacaan hari ini sarat dengan nuansa perpisahan. Paulus mengucapkan amanat perpisahan dengan komunitas di Efesus, dan Yesus berdoa kepada Bapa di surga sebelum berpisah secara fisik dengan para murid-Nya.

Kedua amanat dan doa itu mencakup tiga hal penting berikut ini, yakni: PERLINDUNGAN bagi umat beriman di tengah dunia yang tidak bersahabat. Yesus selalu beserta kita dan melindungi kita, khususnya ketika situasi menjadi tidak menentu. Untuk itu, Ia ingin agar kita bersatu, sehati-sejiwa sama seperti Ia dan Bapa adalah satu. Dalam kesatuan, kita harus hidup dalam SUKACITA. Kita adalah pembagi kabar sukacita Allah, jadi tidak ada alasan untuk hidup dalam dukacita. Kemenangan Kristus atas dosa dan maut, serta kenaikan-Nya ke surga adalah sumber sukacita yang tidak akan musnah di telan zaman. Sukacita sepenuh itu hanya mungkin jika kita selalu bersedia DIKUDUSKAN DALAM KEBENARAN. Roh Kudus akan membantu kita untuk makin mengimani Yesus Kristus sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Kita bisa saja mendedikasikan hidup dalam pekerjaan, pelayanan dan komunitas tertentu, tetapi proses pengudusan hanya mungkin terjadi jika kita lebih percaya pada rahmat Allah daripada kemampuan diri sendiri.

Tuhan Yesus Kristus, lindungilah aku dari segala yang jahat, dan berilah aku sukacita dalam Roh-Mu agar aku selalu dikuduskan dalam kebenaran, dan dikuatkan untuk menjadi saksi Injil-Mu. Amin.
 
Ziarah Batin 2015, Renungan dan Catatan Harian

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

Selasa, 19 Mei 2015
Hari Biasa Pekan VII Paskah (Novena Roh Kudus Hari Kelima)


Kis. 20:17-27; Mzm. 68:10-11,20-21; Yoh. 17:1-11a.

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

Berapa kali dalam satu hari kita mendoakan Bapa Kami dan Kemuliaan? Mungkin berulang kali. Dalam kedua doa tersebut, mulut kita secara eksplisit memuliakan Tuhan. Dalam Bapa Kami, kita berdoa "dimuliakanlah nama-Mu". Dalam Kemuliaan, kita berdoa "Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus". Memuliakan Tuhan melalui doa-doa yang kita ucapkan tentu saja merupakan hal yang sangat baik. Namun, dengan itu saja tidak cukup. Hari ini, Yesus berkata kepada Bapa-Nya: "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." Artinya jelas: Yesus memuliakan Allah Bapa dengan cara menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepada-Nya. Hal yang sama berlaku bagi kita. Kita juga harus memuliakan Tuhan melalui tindakan nyata, yakni dengan melakukan dan menyelesaikan tugas pekerjaan kita masing-masing dengan penuh tanggungjawab. Oleh karena itu, setiap kali kita melakukan pekerjaan kita, mulai dari pekerjaan rutin sehari-hari yang paling remeh dan sederhana sampai pada pekerjaan-pekerjaan yang besar dan penting, hendaknya kita melakukannya dengan setia, sungguh-sungguh, penuh kasih dan tanggungjawab. Dan sampai selesai, tuntas. Sebab, dengan cara demikian, kita memuliakan Tuhan.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu, agar kami mampu memuliakan nama-Mu melalui pekerjaan kami sehari-hari yang kami lakukan dengan setia, sungguh-sungguh, penuh kasih dan tanggungjawab. Amin. -agawpr-

Selasa, 19 Mei 2015 Hari Biasa Pekan VII Paskah

Selasa, 19 Mei 2015
Hari Biasa Pekan VII Paskah (Novena Roh Kudus Hari Kelima)

“Dengan cara yang tidak lumrah, Maria menjadi ‘Gerbang Keselamatan’ bagi kita” (Youcat Indonesia, 84)


Antifon Pembuka (Why 1:17-18)

Akulah awal dan akhir. Aku mati, namun kini hidup. Sungguh, Aku hidup selama-lamanya. Alleluya.

I am the first and the last, I was dead and am now alive. Behold, I am alive for ever and ever, alleluia.

Doa Pagi


Allah Bapa Mahakuasa dan Maharahim, semoga Roh Kudus turun atas kami dan tinggal dalam diri kami, sehingga kami menjadi kenisah kemuliaan-Nya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Paulus menerima amanat untuk memberitakan Injil. Dia juga menyadari perlindungan dan penyertaan Allah sendiri dalam seluruh proses pelayanannya. Untuk menegaskan seluruh dinamika pelayanannya, Paulus menyampaikan apa yang sudah dikerjakannya dan apa yang akan menimpanya.

Bacaan dari Kisah Para Rasul (20:17-27)
   
 
"Aku dapat mencapai garis akhir, dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus."
      
Dalam perjalanannya ke Yerusalem paulus menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus. Sesudah mereka datang, berkatalah Paulus kepada mereka: “Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. Sungguh pun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumahmu. Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain apa yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. Sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah. Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih; aku tidak bersalah terhadap siapa pun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah!
Ayat. (Mzm 68:10-11.20-21)
1. Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; tanah milik-Mu yang gersang Kaupulihkan, sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana; dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas.
2. Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung beban kita; Allah adalah keselamatan kita. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan, Allah, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:16)
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.
 
Paulus menerima amanat untuk memberitakan Injil. Dia juga menyadari perlindungan dan penyertaan Allah sendiri dalam seluruh proses pelayanannya. Untuk menegaskan seluruh dinamika pelayanannya, Paulus menyampaikan apa yang sudah dikerjakannya dan apa yang akan menimpanya.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (17:1-11a)
   
"Bapa, permuliakanlah Anak-Mu."
     
Dalam perjamuan malam terakhir Yesus menengadah ke langit dan berdoa, “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Anak-Mu akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk Kulakukan. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku, dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka, dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu, dan segala milik-Mu adalah milik-Ku, dan milik-Ku adalah milik-Mu, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Aku tidak lagi ada dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
 
Yesus mendoakan murid-murid-Nya dan kita semua yang telah Dia panggil. Yesus mendoakan kita semua karena kita masih ada di dalam dunia. Yesus tahu selalu ada kemungkinan kita ingkar karena pengaruh dunia. Karena itu kita patut bersyukur bahwa Yesus mendoakan kita. Dalam tantangan iman macam apa pun Yesus ada bersama kita melalui doa-doa-Nya.

Antifon Komuni (Yoh 14:26)

Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu, demikianlah firman Tuhan. Alleluya.

The Holy Spirit, whom the Father will send in my name, will teach you all things and remind you of all I have told you, says the Lord, alleluia.

Doa Malam

Terima kasih ya Yesus, Engkau telah menyempurnakan kekurangan doa-doa kami di hadapan Bapa. Semoga belas kasihan-Mu membuat malam ini kami dapat beristirahat dengan nyenyak dan besok dapat memasuki hari baru dengan gembira hati. Engkaulah Tuhan dan harapan kami. Amin.


RUAH

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.

Senin, 18 Mei 2015
Hari Biasa Pekan VII Paskah
  

Kis. 19:1-8; Mzm. 68:2-3,4-5ac,6-7ab; Yoh. 16:29-33.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.

Sabda Tuhan ini mengandung paradoks. Bagaimana mungkin, setelah Ia mengatakan bahwa para murid akan mengalami penganiayaan dan diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri, kemudian menegaskan bahwa semua itu dikatakannya agar mereka beroleh damai sejahtera. Mungkinkah dalam derita kita bisa menemukan damai sejahtera? Kalau Yesus sendiri mengatakan demikian, tentu sangat mungkin. Dia sendiri telah mengalami penderitaan yang luar biasa, dan dari penderitaan itu memang kemudian lahir damai sejahtera, syaloom, selamat bagi kita semua. Para murid dan tokoh-rokoh Gereja pada abad-abad awal pun demikian: karena dianiaya dan dikejar-kejar, mereka harus melarikan diri dan tersebar di berbagai tempat. Namun, justru di tempat-tempat, di mana mereka melarikan diri itulah, mereka mewartakan Injil dan bersaksi akan Kristus sehingga semakin banyak orang yang percaya dan menjadi pengikut-Nya. Bagi kita, ada macam-macam derita: ada derita yang harus kita tanggung begitu saja; ada derita yang kita alami sebagai konsekuensi atas pengorbanan sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan dan sesama; ada pula derita yang sengaja kita tempuh demi peningkatan kualitas hidup kita. Semuanya itu akan membuahkan damai sejahtera dalam Tuhan kalau kita menghadapi dan menanggungnya dengan penuh penyerahan, pengharapan dan kasih.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu menghadapi dan menanggung setiap derita dan kesulitan dengan penuh penyerahan, pengharapan dan kasih. Amin. -agawpr-

Bacaan Harian 18 - 24 Mei 2015

Bacaan Harian 18 - 24 Mei 2015

Senin, 18 Mei : Hari Biasa Pekan VII Paskah (P).
Kis. 19:1-8; Mzm. 68:2-3,4-5ac,6-7ab; Yoh. 16:29-33.

Selasa, 19 Mei : Hari Biasa Pekan VII Paskah (P).
Kis. 20:17-27; Mzm. 68:10-11,20-21; Yoh. 17:1-11a.

Rabu, 20 Mei : Hari Biasa Pekan VII Paskah (P).
Kis. 20:28-38; Mzm. 68:29-30,33-35a,35b-36c; Yoh. 17:11b-19.

Kamis, 21 Mei : Hari Biasa Pekan VII Paskah (P).
Kis. 22:30; 23:6-11; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Yoh. 17:20-26.

Jumat, 22 Mei : Hari Biasa Pekan VII Paskah (P).
Kis. 25:13-21; Mzm. 103:1-2,11-12,19-20ab; Yoh. 21:15-19.

Sabtu, 23 Mei : Hari Biasa Pekan VII Paskah (P).
Kis. 28:16-20,30-31; Mzm. 11:4,5,7; Yoh. 21:20-25.

Minggu, 24 Mei : Hari Raya Pentokosta (M).
Kis. 2:1-11; Mzm. 104:1ab,24ac,29bc,-30,31,34; Gal. 5:16-25; Yoh. 15:26-27; 16:12-15.

Senin, 18 Mei 2015 Hari Biasa Pekan VII Paskah

Senin, 18 Mei 2015
Hari Biasa Pekan VII Paskah (Novena Roh Kudus hari keempat)

"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh 16:33)

Antifon Pembuka (Kis 1:8)

Kamu akan diberi kekuatan yakni Roh Kudus yang akan datang kepadamu. Maka, kamu akan menjadi saksi-Ku sampai ke ujung bumi. Alleluya.

You will receive the power of the Holy Spirit coming upon you, and you will be my witnesses, even to the ends of the earth, alleluia.


Doa Pagi

Allah Bapa Mahakudus, semoga kekuatan Roh-Mu turun, agar kami mematuhi kehendak-Mu dengan setia dan mengamalkannya dalam cara hidup kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
 
Bacaan dari Kisah Para Rasul (19:1-8)
   
 
"Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?"
     
Ketika Apolos masih berada di kota Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman Asia, dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. Katanya kepada mereka, “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?” Akan tetapi mereka menjawab dia, “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.” Lalu kata Paulus kepada mereka, “Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?” Jawab mereka, “Dengan baptisan Yohanes.” Kata Paulus, “Baptisan Yohanes adalah baptisan tobat, dan Yohanes sendiri berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian daripadanya, yaitu Yesus.” Ketika mendengar hal itu, mereka memberi diri dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa Roh dan bernubuat. Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang. Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Lewat pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah.
Ayat. (Mzm 68:2-3.4-5ac.6-7ab)
1. Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah.
2. Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukaria. Bernyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi nama-Nya! Nama-Nya ialah Tuhan!
3. Bapa bagi anak yatim dan pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Kol 3:1)
Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (16:29-33)
   
"Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."
     
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata bahwa akan tiba saat-Nya bahwa Ia tidak lagi berbicara dengan memakai kiasan. Maka para murid berkata kepada Yesus, “Lihat, sekarang Engkau berkata-kata terus terang dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.” Jawab Yesus kepada mereka, “Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan, masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
 
Sabda Tuhan ini mengandung paradoks. Bagaimana mungkin, setelah Ia mengatakan bahwa para murid akan mengalami penganiayaan dan diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri, kemudian menegaskan bahwa semua itu dikatakannya agar mereka beroleh damai sejahtera. Mungkinkah dalam derita kita bisa menemukan damai sejahtera? Kalau Yesus sendiri mengatakan demikian, tentu sangat mungkin. Dia sendiri telah mengalami penderitaan yang luar biasa, dan dari penderitaan itu memang kemudian lahir damai sejahtera, syaloom, selamat bagi kita semua. Para murid dan tokoh-rokoh Gereja pada abad-abad awal pun demikian: karena dianiaya dan dikejar-kejar, mereka harus melarikan diri dan tersebar di berbagai tempat. Namun, justru di tempat-tempat, di mana mereka melarikan diri itulah, mereka mewartakan Injil dan bersaksi akan Kristus sehingga semakin banyak orang yang percaya dan menjadi pengikut-Nya. Bagi kita, ada macam-macam derita: ada derita yang harus kita tanggung begitu saja; ada derita yang kita alami sebagai konsekuensi atas pengorbanan sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan dan sesama; ada pula derita yang sengaja kita tempuh demi peningkatan kualitas hidup kita. Semuanya itu akan membuahkan damai sejahtera dalam Tuhan kalau kita menghadapi dan menanggungnya dengan penuh penyerahan, pengharapan dan kasih.
      
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu menghadapi dan menanggung setiap derita dan kesulitan dengan penuh penyerahan, pengharapan dan kasih. Amin. -agawpr-

Antifon Komuni (Yoh 14: 18; 16: 22)

Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu, demikianlah firman Tuhan; Aku akan datang lagi, dan hatimu akan bersukacita, alleluya.

I will not leave you orphans, says the Lord; I will come to you again, and your heart will rejoice, alleluia.

Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-49: "Mengkomunikasikan Keluarga: Tempat Istimewa Perjumpaan Karunia Kasih"

Pesan Paus Fransiskus

Untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-49

Mengkomunikasikan Keluarga:

Tempat Istimewa Perjumpaan Karunia Kasih



KELUARGA adalah sebuah pokok refleksi mendalam Gereja dan sebuah proses yang melibatkan dua Sinode: Sinode luar biasa baru-baru ini dan Sinode biasa yang dijadwalkan pada Oktober mendatang. Maka, hemat saya, tepatlah bila tema untuk Hari Komunikasi Sedunia yang ke-49 semestinya menjadikan keluarga sebagai titik acuannya.
   
Bagaimanapun juga, dalam konteks keluarga itulah kita pertama-tama belajar bagaimana berkomunikasi. Memusatkan perhatian pada konteks ini dapat membantu menjadikan komunikasi kita lebih autentik dan manusiawi, seraya pada saat yang sama membantu kita melihat keluarga dalam perspektif baru.

Kita dapat menimba ilham dari perikop Injil yang mengisahkan kunjungan Maria kepada Elisabet (Luk 1:39-56). ”Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu’” (ay. 41-42).

Kisah perikop itu sekali lagi memperlihatkan bagaimana komunikasi itu pada dasarnya juga melibatkan bahasa tubuh. Respon Elisabet atas salam Maria pertama-tama diekspresikan oleh bayi di dalam kandungannya yang melonjak kegirangan. Merasakan sukacita karena berjumpa sesama –suatu pengalaman personal yang kita alami, bahkan sebelum lahir pun- dalam arti tertentu merupakan wujud asali dan simbol dari semua bentuk komunikasi.

Rahim adalah “sekolah” komunikasi yang pertama, tempat mendengarkan dan kontak fisik di mana kita mulai mengakrabkan diri dengan dunia luar dalam sebuah lingkungan yang terlindung, dengan suara yang menenteramkan dari detak jantung sang ibu. Pertemuan di antara dua orang, yang saling terkait begitu erat namun tetap berbeda satu sama lain, sebuah pertemuan yang sarat janji, adalah pengalaman komunikasi kita yang pertama. Ini adalah pengalaman yang kita semua miliki, karena masing-masing kita terlahir dari seorang ibu.

Bahkan setelah kita terlahir ke dunia, dalam arti tertentu kita masih tetap berada dalam sebuah “rahim”, yakni keluarga. Sebuah rahim terdiri dari berbagai orang yang saling terkait: keluarga adalah tempat “di mana kita, meskipun berbeda, belajar hidup bersama orang lain” (Evangelii Gaudium, 66). Betapapun ada perbedaan jenis kelamin dan usia di antara mereka, namun para anggota keluarga menerima satu sama lain karena ada ikatan di antara mereka. Semakin lebar cakupan relasi ini dan semakin besar perbedaan usia, maka akan semakin kaya lingkungan hidup kita. Ikatan inilah yang merupakan akar bahasa, yang pada gilirannya memperkuat ikatan tersebut. Kita tidak menciptakan bahasa kita; kita dapat menggunakan bahasa karena kita telah mewarisinya. Di dalam keluarga inilah kita belajar menuturkan “bahasa ibu”, yaitu bahasa dari mereka yang telah mendahului kita. (Bdk. 2 Makabe 7:25, 27). Di dalam keluarga kita menyadari bahwa ada orang-orang lain yang telah mendahului kita, mereka memungkinkan kita untuk berada dan pada gilirannya kita mesti menghasilkan kehidupan dan melakukan sesuatu yang baik lagi indah. Kita mampu memberi karena kita telah menerima. Lingkaran luhur ini merupakan intipati kemampuan keluarga untuk berkomunikasi di antara para anggotanya dan dengan orang-orang lain. Secara umum, lingkaran tersebut adalah model untuk semua komunikasi.

Pengalaman tentang relasi yang “mendahului” kita memungkinkan keluarga untuk menjadi latar di mana bentuk komunikasi yang paling dasar, yaitu doa, diwariskan. Ketika para orangtua menidurkan anak-anak mereka yang baru lahir, mereka sering kali mempercayakan anak-anak itu kepada Tuhan, seraya memohon agar Ia menjaga mereka. Ketika anak-anak itu bertambah usia, para orangtua membantu mereka untuk mendaraskan beberapa doa sederhana, seraya mengenang kasih sayang orang-orang lain, seperti kakek-nenek, para kerabat, orang-orang sakit dan menderita, dan semua orang yang membutuhkan pertolongan Tuhan. Di dalam keluarga itulah sebagian besar kita mempelajari dimensi rohani komunikasi, yang di dalam Kekristenan diresapi dengan kasih, yaitu kasih yang Allah anugerahkan kepada kita dan yang kemudian kita bagikan kepada orang-orang lain.

Di dalam keluarga itulah kita belajar bagaimana masing-masing bisa saling berbagi dan mendukung, belajar mampu mengartikan secara tepat ekspresi wajah orang dan membaca isi hatinya sekalipun diam tak berkata-kata; kita tertawa dan menangis bersama pribadi-pribadi yang tidak saling memilih tetapi begitu berarti satu sama lain. Realitas ini tentu saja sangat membantu kita untuk memahami makna komunikasi sebagai kedekatan pertalian batin yang saling meneguhkan dan mempertautkan.

Manakala kita mengurangi jarak dengan bertumbuh lebih dekat dan saling menerima, maka kita mengalami rasa syukur dan sukacita. Salam Maria dan lonjakan sukacita anaknya merupakan sebuah berkat bagi Elisabet; disusul madah indah Magnificat, di mana Maria memuji rencana kasih Allah bagi dirinya dan bagi kaumnya. Sebuah “ya” yang diujarkan dengan iman dapat memiliki dampak yang melampaui diri kita dan tempat kita di dunia ini.

”Mengunjungi” berarti membuka pintu, tidak tinggal tertutup di dunia kecil kita, melainkan pergi mendatangi orang-orang lain. Demikian pula keluarga menjadi hidup lantaran ia melampaui dirinya. Keluarga-keluarga yang melakukan hal demikian mengkomunikasikan pesan mereka tentang hidup dan persekutuan, seraya memberikan penghiburan dan pengharapan kepada keluarga-keluarga yang lebih rapuh, dan dengan demikian membangun Gereja itu sendiri, yang merupakan keluarga semua keluarga.

Lebih daripada apa pun juga, keluarga adalah tempat di mana kita setiap hari mengalami aneka keterbatasan kita sendiri dan keterbatasan orang-orang lain, pelbagai masalah besar dan kecil yang termaktub dalam kehidupan yang damai dengan orang-orang lain. Sebuah keluarga yang sempurna tidak ada. Kita tidak perlu takut akan cacat cela, kelemahan atau bahkan konflik, tetapi sebaliknya belajar untuk mengatasi semuanya secara konstruktif. Keluarga, di mana kita tetap mengasihi satu sama lain meskipun ada serba keterbatasan dan dosa-dosa kita, karenanya merupakan sebuah sekolah pengampunan. Pengampunan itu sendiri merupakan sebuah proses komunikasi. Ketika penyesalan diungkapkan dan diterima, maka ada kemungkinan untuk memulihkan dan membangun kembali komunikasi yang putus. Seorang anak yang belajar dalam keluarga bagaimana mendengarkan orang lain, bagaimana berbicara dengan hormat dan mengungkapkan pandangannya tanpa menafikan orang lain, akan menjadi sebuah kekuatan bagi dialog dan rekonsiliasi di tengah masyarakat.

Ketika bersinggungan dengan tantangan dalam berkomunikasi, maka keluarga-keluarga yang memiliki anak-anak dengan keterbatasan fisik maupun mental mengajarkan banyak hal kepada kita. Keterbatasan gerak (motorik), perasaan (sensorik) atau mental dapat menjadi alasan untuk kemudian menutup diri, namun sebaliknya –berkat kasih orangtua, saudara kandung dan teman—juga bisa menjadi pendorong untuk terbuka, kemauan berbagi dan kesiapan menjalin komunikasi dengan siapa saja. Hal ini juga bisa membantu sekolah, paroki, dan kelompok-kelompok orang untuk semakin terbuka dan inklusif bagi siapa pun.

Di dunia nyata dimana orang sering kali dengan gampangnya mengumpat, menggunakan kata-kata kasar, membicarakan kejelekan orang lain, menabur pertentangan dan meracuni pergaulan sosial dengan gosip, maka keluarga menjadi acuan tentang bagaimana seharusnya memahami komunikasi sebagai rahmat. Dalam banyak situasi yang secara nyata dikekang oleh nafas kebencian dan aroma kekerasan, dimana banyak keluarga terpisah satu sama lain oleh kokohnya tembok batu atau jurang pemisah lantaran prasangka buruk dan rasa tidak suka, dimana terjadi situasi yang memungkinkan mengatakan ‘cukuplah sudah sekarang ini!’, rasanya hanya dengan berkah daripada kutukan, dengan jalan berkunjung daripada mengusir, dengan menerima daripada mengajak ribut, maka kita akan mampu mematahkan rantai spiral kejahatan; juga mampu memperlihatkan bahwa kebaikan itu selalu saja mungkin dan mendidik anak-anak kita untuk menghargai pertemanan.
  
Dewasa ini media modern, yang merupakan bagian hakiki dari kehidupan kaum muda khususnya, dapat menjadi bantuan namun juga halangan bagi komunikasi di dalam dan di antara keluarga. Media bisa merupakan halangan jika dijadikan cara untuk mencegah kita mendengarkan orang lain, untuk mengelakkan kontak fisik, untuk mengisi setiap saat hening dan istirahat, sehingga kita lupa bahwa “keheningan adalah bagian terpadu dari komunikasi; tanpa keheningan, kata-kata yang kaya pesan tak akan ada”, (BENEDIKTUS XVI, Pesan Untuk Hari Komunikasi Sedunia Tahun 2012 ). Media dapat menjadi bantuan bagi komunikasi ketika media memungkinkan orang untuk berbagi kisah, untuk tetap menjalin kontak dengan teman-teman yang jauh, untuk mengucapkan terima kasih kepada orang lain atau meminta pengampunan mereka, dan untuk membuka pintu bagi perjumpaan-perjumpaan baru. Dengan berkembang setiap hari dalam kesadaran kita akan betapa pentingnya berjumpa dengan orang-orang lain, “peluang-peluang baru” ini, maka kita akan memakai teknologi secara bijaksana, alih-alih membiarkan diri kita dikuasai media. Di sini juga, para orangtua adalah pendidik utama, tetapi mereka tidak boleh dibiarkan sendirian. Komunitas Kristen dipanggil untuk membantu mereka mengajarkan anak-anak bagaimana hidup dalam sebuah lingkungan media secara sepadan dengan martabat mereka sebagai pribadi manusia dan demi melayani kesejahteraan umum.

Tantangan besar yang kita hadapi saat ini ialah untuk mempelajari kembali bagaimana berbicara satu sama lain, tidak sekadar bagaimana untuk menghasilkan dan memakai informasi. Yang terakhir tadi adalah kecenderungan yang dapat didorong oleh media komunikasi modern kita yang terbilang penting dan berpengaruh. Informasi memang penting, tetapi tidak cukup. Sekian sering hal-hal disederhanakan, aneka posisi dan sudut pandang berbeda diadu satu sama lain, dan orang-orang diajak memihak, alih-alih melihat hal-hal itu secara utuh.
  
Kesimpulannya, keluarga bukanlah pokok bahasan atau sumber darimana pertentangan ideologis muncul. Melainkan, keluarga harus dipandang sebagai ruang sosial dimana kita semua belajar berkomunikasi yang ditandai oleh pengalaman akan keakraban satu sama lain. Keluarga adalah ruang sosial dimana komunikasi itu terjadi, sebuah komunitas manusia yang saling berkomunikasi. Keluarga adalah suatu komunitas yang senantiasa menyediakan pertolongan, yang menyegarkan kehidupan dan membuahkan hasil. Begitu kita menyadari hal ini, maka kita sekali lagi akan dimampukan melihat bahwa keluarga senantiasa menjadi sumber daya manusia yang begitu kaya manakala bila bertabrakan dengan masalah. Banyak kali, media suka menampilkan keluarga lazimnya sebuah model abstrak yang bisa ditolak, dibela atau diserang dan bukannya pertama-tama melihatnya sebagai realitas sosial yang hidup. Sering juga keluarga diperlakukan sebagai sumber darimana pertentangan ideologis itu muncul daripada melihatnya sebagai ruang sosial dimana kita semua ini belajar apa artinya berkomunikasi dalam bingkai kasih yang diwarnai semangat saling memberi-menerima. Berpijak pada pengalaman nyata inilah kita menjadi sadar bahwa ternyata hidup kita ini terjalin bersama sebagai suatu realitas tunggal, bahwa kita masing-masing itu banyak perbedaannya namun sekali lagi setiap orang pada dasarnya tetaplah pribadi yang unik.

Keluarga-keluarga harus dilihat sebagai sumber daya alih-alih sebagai masalah bagi masyarakat. Keluarga-keluarga berkomunikasi secara aktif melalui kesaksian mereka tentang keindahan dan kekayaan relasi antara lelaki dan perempuan, dan antara para orangtua dan anak-anak. Kita tidak sedang berjuang untuk membela masa lalu. Sebaliknya, dengan kesabaran dan kepercayaan, kita bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi dunia di mana kita hidup.



Diberikan di Vatikan, 23 Januari 2015, Vigili Pesta Santo Fransiskus dari Sales



PAUS FRANSISKUS

Hari Minggu Komunikasi Sedunia

Minggu, 17 Mei 2015
Hari Minggu Paskah VII   - Hari Minggu Komunikasi Sedunia

Kis. 1:15-17,20a,20c-26; Mzm. 103:1-2,11-12,19-20ab; 1Yoh. 4:11-16; Yoh. 17:11b-19

Hari ini, Gereja mengajak kita untuk merayakan Minggu Komunikasi Sedunia yang ke-49. Saya merasa tidak perlu membuat renungan tetapi akan membuat doa singkat berdasarkan bacaan Injil hari ini. Sebelumnya, baik saya kutipkan beberapa hal yang berkaitan dengan Hari Komunikasi Sedunia kali ini. Tema yang diangkat tahun ini adalah, “Mengkomunikasikan Keluarga – Tempat Perjumpaan Istimewa dengan Karunia Cinta.” Pesan dalam tema ini mengajak kita untuk melihat keluarga-keluarga sebagai “sumber daya bukan sebagai persoalan bagi masyarakat.” Keluarga-keluarga juga diajak untuk menjadi contoh-contoh cinta, kebaikan dan persahabatan Kristus. Dalam pesannya, Paus Fransiskus antara lain mengatakan: “Dalam dunia di mana orang sering memaki, menggunakan bahasa kotor, menjelekkan orang lain, menabur perselisihan dan meracuni lingkungan manusia dengan gosip, keluarga bisa mengajarkan kita untuk memahami komunikasi sebagai berkah. ... Dalam situasi-situasi yang tampaknya didominasi oleh kebencian dan kekerasan, di mana keluarga-keluarga terpisahkan oleh dinding-dinding batu atau dinding-dinding prasangka dan kebencian yang kurang bisa ditembus, di mana rasanya tempat itu menjadi alasan-alasan yang baik untuk mengatakan ‘cukup sudah’, hanyalah berkat bukan caci maki, kunjungan bukan penolakan, dan penerimaan bukan perkelahian, yang mematahkan spiral kejahatan, menunjukkan bahwa kebaikan selalu mungkin, dan mendidik anak-anak kita menuju persahabatan,” (Selengkapnya, silakan dibaca di: http://renunganpagi.blogspot.com/2015/05/pesan-paus-fransiskus-untuk-hari.html). Setelah itu, bacalah Injil Yoh 17:11b-19, kemudian doakan doa berikut ini untuk masing-masing anggota keluarga, bisa juga dengan menyebut nama masing-masing:

Doa untuk anggota keluarga:
Ya Bapa yang kudus, peliharalah kami dalam nama-Mu, supaya kami tetap bersatu dengan utuh. Semoga kami saling mengasihi dan memelihara satu sama lain dalam nama-Mu; saling menjaga agar tidak ada seorangpun dari kami menjauh, apalagi terpisah dari-Mu. Lindungilah kami semua dari segala yang jahat dan kuduskanlah kami pula dalam kebenaran. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy