| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 03 Mei 2009, Hari Minggu Paskah IV

Minggu, 03 Mei 2009
Hari Minggu Paskah IV

"Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Yesus Kristus."


Doa Renungan


Allah Bapa yang mahamulia, kami bersyukur karena Engkau telah mengundang kami mengambil bagian dalam perjamuan Ekaristi. Semoga sakramen yang mempersatukan ini, berdaya guna, menguatkan dan mendorong kami menjadi murid yang setia, serta menjadi kami rukun bersatu, saling mengasihi. Demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (4:8-12)

"Hanya Yesuslah sumber keselamatan."

Tatkala dihadapkan Mahkamah Agama Yahudi karena telah menyembuhkan seorang lumpuh, Petrus, yang penuh dengan Roh Kudus berkata, "Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa semua itu kami lakukan dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi dibangkitkan Allah dari antara orang mati. Karena Yesus itulah orang ini sekarang berdiri dengan sehat di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu kamu sendiri, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tangan kanan Tuhan telah memperlihatkan kekuatan, Tangan kanan Tuhan telah menjunjungku, Maka aku tak akan mati, melainkan hidup abadi
Ayat.
(Mzm 118:1.8-9.21-23.26.28.29)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik, Kekal abadi kasih setia-Nya! Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan.
2. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab engkau telah menjawab aku dan telah menjad keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
3. Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Allahkulah Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku aku hendak meninggikan Dikau. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya.


Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:1-2)

"Kita melihat Yesus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."

Saudara-saudara terkasih, lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Allah. Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata bagaimana keadaan kita kelak. Akan tetapi kita tahu bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan Aku mengenal domba-dombaKu, dan domba-dombaKu mengenal Aku (Yoh 10:14)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:11-18)

"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."

Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik. Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga; mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala! Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan


TENTANG GEMBALA YANG BAIK

Rekan-rekan yang budiman!

Dalam Yoh 10:11-18 Yesus mengibaratkan diri sebagai gembala bagi kawanan dombanya. Sebagai gembala, ia takkan lari bila ada serigala menyerang domba-dombanya. Tidak seperti orang upahan yang tak bertanggung jawab. Ia mengenal domba-dombanya dan mereka mengenalnya. Sebelum mulai membicarakan ibarat "gembala" dalam petikan yang dibacakan pada hari Minggu Paskah IV tahun B ini, baiklah dicatat bahwa dalam Injil Yohanes gagasan "gembala" sama dengan yang empunya kawanan domba. Tidak semua yang menggembalakan kawanan dibicarakan sebagai "gembala" yang juga menjadi pemilik kawanan tadi..


GEMBALA YANG BAIK

Bagaimana orang yang lahir dan besar di tengah kota besar bisa mengerti bahwa tokoh panutannya ialah gembala? Atau sebaliknya, apakah ibarat itu akan dimengerti dengan benar oleh orang yang mengenal kehidupan di desa dan yang tiap hari melihat orang yang menggembalakan kambing dan menuntun kerbau? Sering terdengar anggapan bahwa pelbagai ibarat Yesus mengenai dirinya sendiri dan mengenai Kerajaan Allah mudah ditangkap orang dulu tetapi perlu dijelaskan bagi orang sekarang. Salah satu dari ibarat seperti itu ialah gembala. Apa betul demikian?

Salah satu halangan memahami ibarat "gembala" datang dari praanggapan bahwa ibarat tertentu itu mudah ditangkap oleh kelompok anu yang "tentunya" biasa dengan kehidupan gembala menggembalakan. Padahal yang terjadi justru kebalikannya. Pada zaman Yesus pun ibarat gembala tidak dipakai dalam cara selugu itu. Pertama-tama karena latarnya bukan kehidupan para penggembala yang masih bisa dilihat di luar kota. Latar sebenarnya ialah teks-teks Perjanjian Lama yang dikenal oleh para pendengarnya. Yesus sendiri dan para muridnya kiranya juga tidak hidup bersama kaum gembala atau berasal dari kalangan mereka. Ia tahu tentang gembala dari teks-teks Alkitab. Bukan dari amatan mengenai kehidupan gembala sungguhan. Justru inilah yang ditampilkan Injil. Rujukan dan ibarat yang mereka pakai itu berdasarkan teks-teks agama, yaitu Taurat, Nabi-Nabi dan Mazmur dan bukan kehidupan dari hari ke hari. Tak perlu pernyataan ini diherani. Justru dengan mendasarkan diri pada teks-teks itu pembicaraan bisa lebih umum, dan bisa dikaji, dibaca kembali dan dipetik hikmatnya.

Baik diingat pula bahwa pembicaraan Yesus dalam Yoh 10 ditempatkan Yohanes dalam konteks percakapan Yesus dengan orang Farisi (lihat bagian akhir Yoh 9:40-41), yakni kaum intelek dalam masyarakat Yahudi waktu itu. Mereka dalam Yoh 9 menguji sahih tidaknya penyembuhan orang buta sejak lahir. Rujukan pemikiran mereka ialah kitab-kitab tadi. Juga dalam Yoh 10:6 dikatakan dengan jelas bahwa Yesus berbicara dengan "mereka" - yang dimaksud ialah orang-orang Farisi tadi. Dalam Yoh 10:19 disebutkan ada orang-orang Yahudi yang mempertanyakan uraian Yesus mengenai gembala. Mereka itu sekelompok dengan orang Farisi tadi.

RUJUKAN "GEMBALA YANG BAIK"

TANYA: Yoh 10 berbicara mengenai gembala yang baik dan menerapkannya kepada Yesus. Rasa-rasanya Yohanes mendapat ilham dari Perjanjian Lama?

JAWAB: Benar! Perjanjian Lama acap kali menggambarkan Tuhan sebagai gembala yang menjaga domba-dombanya

TANYA: Maksudnya seperti Mzm 23? "Tuhanlah Gembalaku, takkan aku kekurangan..."?

JAWAB: Begitulah! Orang yang berada di dekat-Nya tak perlu merasa khawatir menghadapi bahaya. Lihat juga Mzm 28:2; 77:21; 78:52; Yer 23:3; 50:19.

TANYA: Teringat nih nabi Yehezkiel yang berbicara mengenai Tuhan sebagai gembala yang membela umat dari para gembala yang menyalahgunakan kuasa, yakni para pemimpin yang hanya memperkaya diri, tidak peduli akan penderitaan rakyat dan bahkan menghisap, berlaku kejam dan membiarkan mereka kehilangan rasa aman (Yeh 34:1-10).

JAWAB: Persis begitu, dan selanjutnya dalam Yeh 34:11-22 dikatakan Tuhan sendiri akan mengumpulkan mereka yang tercerai-berai, membebat luka, memberi rasa aman. Memang dalam seluruh bab itu Yehezkiel mengutarakan prinsip-prinsip moral sosial dan pengaturan masyarakat zamannya.

TANYA: Dapatkah dikatakan Yoh 10 menerapkan gagasan Yehezkiel tadi bagi keadaan murid-murid Yesus?

JAWAB: Ya, tetapi Yohanes juga menaruhnya dalam arah baru. Dalam Yoh 10, Yesus tidak memperlawankan diri dengan gembala yang jahat, melainkan dengan "pencuri dan perampok" (ay. 1), dengan "orang asing" (ay. 5) dan dengan "orang upahan" (ay. 12-13). Tidak dimunculkan olehnya dua macam gembala seperti pada Yehezkiel. Hanya ada satu gembala saja, yakni Yesus sendiri. Memang ada orang-orang yang diminta mengurusi domba-domba. Ada yang sungguh baik, tapi ada yang bertindak sebagai orang upahan.

TANYA: Penjelasannya?

JAWAB: Yehezkiel mengamati kehidupan sosial politik di Israel pada zaman pembuangan. Dikecamnya para pemimpin yang tak banyak berbuat bagi umat yang sedang kehilangan pegangan. Masalah yang dihadapi Yohanes berbeda. Banyak pengikut Yesus generasi pertama merasa kurang aman hidup di tengah-tengah masyarakat Yahudi. Terintimidasi.

TANYA: Jadi betulkan bila dikatakan bahwa Yohanes memakai keadaan itu untuk menjelaskan apa itu "percaya" kepada Yesus dan bagaimana mereka bisa tetap berteguh bila mereka memang memilih mau tetap bersamanya.

JAWAB: Memang Yohanes menekankan Yesus sebagai gembala yang baik untuk menunjukkan bahwa percaya kepada Yesus tidak sia-sia karena ia sendiri akan melindungi murid-muridnya dengan mempertaruhkan hidupnya. Semacam analisis teologi hidup rohani. Kelanjutan dari perkara ini ada dalam penugasan Petrus agar mengurusi domba-domba dalam Yoh 21:15-19 yang pernah beberapa kali dibicarakan dalam forum ini.

TANYA: Lalu apa arti penegasan bahwa tak ada yang dapat merenggut domba-domba dari Yesus?

JAWAB: Di situ ada pernyataan perihal mengikuti dia yang mau merujukkan kemanusiaan kembali dengan Yang Maha Kuasa, yang disebut sebagai Bapa itu. Artinya, membuat orang makin menemukan diri, makin merasa dimiliki oleh Yang Maha Kuasa dan bukan dibawahkan kepada kuasa lain. Kiasannya, gembala yang baik berusaha membuat orang makin sadar akan hal itu. Orang upahan tidak. Pencuri dan perampok menjauhkan orang dari sana. Orang yang tak dikenal juga tidak menimbulkan rasa percaya.

SALING MENGENAL

Gembala yang baik tidak akan memperlakukan kawanan dombanya secara anonim. Beberapa ayat sebelum bacaan ini menyebutkan bahwa sang gembala memanggil kawanan satu persatu (Yoh 10:3). Maksudnya, masing-masing domba dikenalinya. Mereka tidak dianggap barang kodian belaka, hanya nomor saja. Hubungan antara pemilik dan kawanan itu hubungan yang hidup. Tidak akan ada hubungan antara pemilik atau gembala dengan kawanan tadi bila tidak terjalin hubungan saling mengenal yang memberi rasa aman dan rasa percaya.

Yohanes menjelaskan rasa saling percaya tadi dengan gagasan saling mengenali. Dalam Yoh 10:14-15 ditegaskan "Akulah gembala yang baik dan aku mengenal domba-dombaku dan domba-dombaku mengenal aku sama seperti Bapa mengenal aku dan aku mengenal Bapa dan aku memberikan nyawaku bagi domba-dombaku". Pernyataan ini berisi ajakan agar orang jadi percaya dan merasa aman.

Ada sebuah adegan dalam Injil Yohanes yang dapat ikut menjelaskan hal tadi. Ketika disapa Yesus dengan kata-kata "Bu, kenapa menangis? Siapa yang kaucari?", Maria Magdalena malah mengira sedang berhadapan dengan penjaga taman pekuburan. Tetapi ketika Yesus memanggilnya dengan namanya, "Maria!" (Yoh 20:16), maka ia langsung mengenalinya. Begitulah sapaan pribadi membuatnya mengenali siapa yang mendatanginya. Sapaan perorangan yang dialami dalam batin juga akan membuat orang mengenali kehadiran ilahi. Ia bukan orang yang tak dikenal yang membuat waswas. Pengalaman Maria Magdalena bisa pula menjadi pengalaman para pengikut Yesus di sepanjang zaman.

PENERAPAN

Mengikuti bukan berarti meniru-niru, melainkan meniti jalan yang dirintis oleh yang berjalan di muka. Di dalam kesadaran para pengikut Yesus, pemimpin bukanlah dia yang meniru gembala empunya kawanan tadi, apalagi mengambil alih kedudukannya sebagai pemilik kawanan. Yang diberi kedudukan memimpin juga mengikuti dia yang menyapa satu persatu tadi. Mereka ini membantu agar kawanan bisa lebih melihat siapa yang berjalan di muka. Siapa saja yang merasa diajak memimpin juga akan memberi tahu sang empunya kawanan bila ada dari antara kawanan yang tertinggal dan tak menemukan jalan. Dalam Injil lain gembala yang empunya kawanan itu dikatakan akan mencarinya sampai ketemu (Luk 15:1-7 Mat 18:12-14).

Tadi disebutkan bahwa hubungan erat antara gembala dan kawanan seperti hubungan Yesus dengan Bapanya. Apa artinya? Yang Maha Kuasa disebut Bapa karena dapat dirasa dekat dan tampil sebagai asal kehidupan. Yesus hendak mengatakan bahwa ia sedemikian dekat dengan asal kehidupan itu sendiri. Ia mengajak para pengikutnya agar berani melihat ke sana. Ketergantungan kepada Bapa bukan sikap mengandalkan kebaikannya belaka, melainkan pengakuan bahwa Dia itu sumber kehidupan. Yesus berani menyerahkan kehidupannya karena ia sadar bahwa ia takkan kehabisan, karena ia dekat dengan sang sumber itu sendiri. Maka ia dapat berbagi sumber yang tak kunjung habis itu kepada orang lain. Inilah cara Yohanes menerangkan komitmen Yesus kepada para pengikutnya.

DARI BACAAN KEDUA (1Yoh 3:1-2)

Penulis surat Yohanes ingin mengajak pembacanya mulai mengerti apa itu menjadi pengikut Kristus untuk menuju ke Bapa, untuk hidup dalam perlindungan ilahi. Inilah kebatinan yang sejati yang dapat membuat orang semakin dekat pada Yang Ilahi. Dalam alam pikiran penulis surat Yohanes, "mengenali" Yang Ilahi membuat orang dapat berbagi kehidupan denganNya. Kebalikannya, "tidak mengenaliNya" sama dengan menolak-Nya dan tidak akan berbagi hidup dengan-Nya, melainkan terkurung dalam "dunia" belaka. Dalam istilah tulisan-tulisan Yohanes, kata "dunia" rujukannya ke sana, ke keadaan yang melawan keilahian. Dan barang tentu "dunia" dalam arti itu akan lenyap, takkan bertahan.

Para pengikut Kristus masih tetap berada di dunia seperti itu, artinya masih mengalami macam-macam kekuatan yang menjauhkan dari sumber kehidupan sendiri. Ini kenyataan. Kedamaian penuh belum ada selama orang masih ada dalam kehidupan ini. Namun mereka tak usah takut. Penulis surat Yohanes menyebut para pengikut Kristus sebagai "anak-anak Allah", artinya, yang dekat padaNya, pada Yang Ilahi yang bisa disebut Bapa. Dengan demikian mereka tidak dibiarkan sendiri menghadapi kekuatan-kekuatan jahat. Dan lebih dari itu, mereka kelak akan melihat Kristus yang mereka ikuti sekarang dalam keadaan yang sebenarnya, yakni dalam ujud keilahiannnya. Dan seperti ditegaskan dalam Yoh 3:2, mereka akan sama seperti dia, yakni berada dekat dengan keilahian sendiri.


Salam hangat,



A. Gianto





“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Di lingkungan pedesaan kita kenal ‘profesi’ atau tugas pekerjaan sebagai ‘gembala’, yaitu penggembala itik atau kerbau. Relasi antara penggembala dan yang digembalakan begitu dekat dan mesra.

Penggembala itik pada umumnya berada di belakang, mengikuti rombongan itiknya, dan sering-sering menegor mereka jika mereka salah jalan; penggembala juga sering membawa makanan untuk itik mereka, dan ketika itik-itik melihat gembalanya membawa makanan bagi mereka maka mereka mengikuti sang gembala kemana ia pergi.

Penggembala kerbau sering berada di belakang kerbau-kebaunya tetapi juga di tengah-tengah mereka antara lain dengan ‘duduk di punggung salah satu kerbaunya’ sambil bersiul-siul atau bersenandung santai dan gembira.

Sekali-sekali gembala memang juga berada di depan yang digembalakan. Para gembala ini kiranya menghayati motto bapak pendidikan Indonesia , Ki Hajar Dewantoro: “ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani” (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi/dorongan). Maka menjadi gembala yang baik juga menghayati sabda Yesus: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10)


“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10 ).

Hari ini oleh Gereja dijadikan Hari Minggu Panggilan, ajakan untuk mengenangkan hidup terpanggil, khususnya panggilan untuk menjadi imam. Dalam pesan pastoranya pada hari Minggu Panggilan ini antara lain Paus Benediktus XVI mengatakan: “Among those totally dedicated to the service of the Gospel, are priests, called to preach the word of God, administer the sacraments, especially the Eucharist and Reconciliation, committed to helping the lowly, the sick, the suffering, the poor, and those who experience hardship in areas of the world where there are, at times, many who still have not had a real encounter with Jesus Christ.” (Pesan Paus Benediktus XVI pada Minggu Panggilan 2008, no 5) Kutipan pesan di atas ini kiranya baik untuk menjadi bahan mawas diri khususnya bagi para imam.

Kita, para imam dipanggil untuk (1) mewartakan sabda Tuhan, (2) melayani sakramen khususnya Ekaristi dan Tobat dan (3) memperhatikan dan membantu mereka yang tersingkir, sakit, menderita, miskin dan hidup dalam situasi yang berat, sehingga sangat sulit untuk bertemu dengan Yesus Kristus, menghayati sabda Yesus :”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.

(1). Sabda Tuhan atau ”segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim 3:16). Hendaknya cara bicara maupun cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun berdasarkan atau dijiwai oleh sabda Tuhan atau “dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati “(Kis 4:10 ), tidak menurut keinginan sendiri atau seenaknya sendiri.
(2). Para imam “hendaknya memupuk hidup rohani dengan santapan ganda yakni Kitab Suci dan Ekaristi; oleh karena itu para imam dengan sangat dihimbau untuk mempersembahkan Kurban Ekaristi setiap hari” (KHK kan 276). Kurban Ekaristi merupakan puncak ibadat kita, maka baiklah kita sungguh berdevosi pada Kurban Ekaristi, kenangan akan wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus. Mati atas dosa-dosa atau meninggalkan segala macam bentuk kejahatan dan memeluk hidup baru sesuai dengan charisma panggilan menjadi penyalur rahmat/berkat Tuhan kepada sesama. Dalam upacara Kurban Ekaristi secara implisit terkandung ajakan untuk bertobat, dimana di awal upacara kita diajak menyadari dan menghayati kelemahan dan kerapuhan atau dosa-dosa kita serta mohon kasih pengampunan Tuhan. Maka selain devosi pada Kurban Ekaristi, para imam juga dipanggil untuk senantiasa siap sedia menerima pengakuan dosa.
(3). Secara yuridis paguyuban umat beriman secara territorial diikat oleh ‘yayasan’ yang sering dinamai “PGDP” (Pengurus Gereja dan Dana Papa) atau “PGPM” (Pengurus Gereja Papa Miskin) dengan ketua secara umum atau ex officio adalah imam/pastor paroki. Nama tersebut mengandung ajakan atau peringatan agar pelayanan kita senantiasa terarah kepada yang miskin, tersingkir, menderita, sakit maupun ‘terjepit’. Maka hendaknya para imam memberi teladan dalam pelayanan ini dan seluruh umat Allah berpartisipasi mendukung pelayanan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan.


“Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1Ptr 2:21 -23)

Sapaan atau peringatan Petrus di atas ini kiranya terarah bagi kita semua yang percaya kepada Yesus Kristus, seluruh anggota Gereja/Umat Allah, dan memang khususnya para imam yang diharapkan menjadi teladan dalam ‘mengikuti jejak Yesus Kristus’. “Ketika dicaci maki, tidak membalas dengan mencaci maki; ketika menderita tidak mengancam”, itulah cara hidup atau cara bertindak mengikuti jejak Yesus Kristus. Penghayatan cara hidup atau cara bertindak yang demikian ini hemat saya merupakan salah saya bentuk promosi panggilan hidup imamat.

“Pertama-tama hendaknya para imam memperhatikan sepenuhnya, sapaya melalui pelayanan sabda maupun kesaksian hidup mereka sendiri, yang dengan jelas menampilkan semangat pengabdian dan kegembiraan Paska yang sejati, mereka mengajak umat beriman menyadari keluhuran serta mutlak perlunya imamat” (Vatikan II: PO no 11). Kesaksian sebagai hidup yang terpanggil sebagai imam merupakan bentuk promosi panggilan utama dan pertama. Sementara itu kiranya keluarga-keluarga atau para orangtua juga terpanggil untuk mempromosikan ‘keluhuran dan mutlak perlunya imamat’, antara lain juga dengan mengikuti jejak Yesus Kristus dalam cara hidup dan cara bertindak, ketika dicaci maki tidak membalas dengan caci maki; ketika menderita tidak mengancam”.

Imam berasal dari keluarga dan melayani hidup berkeluarga; keluarga adalah ‘seminari’, tempat muncul dan tumbuh berkembangnya panggilan hidup imamat. Maka dengan ini kami mengharapkan dan menghimbau kepada keluarga-keluarga katolik untuk mengusahakan hidup berkeluarga sedemikian rupa sehingga muncul panggilan imam, bruder atau suster di dalam keluarga, dalam diri anak-anaknya. Salah satu bentuk konkret antara lain tidak ‘ngrasani’, menjelek-jelekkan atau merendahkan hidup para imam, bruder dan suster di hadapan anak-anak kecil, meskipun para imam, bruder atau suster kurang berkenan di hati anda. Lebih baik diam atau mendoakan daripada ngrasani. Dan ketika salah satu anaknya tersentuh untuk mengikuti panggilan imamat atau membiara hendaknya dengan sukarela dan berhati besar mendukungnya. Anak adalah anugerah Allah, maka persembahkan kembali kepada Allah


“ TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa” (Mzm 23)

Jakarta , 13 April 2008

Ignatius Sumarya, SJ


Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy