| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Sabtu, 26 Maret 2011 Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Sabtu, 26 Maret 2011
Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Janganlah kamu serupa dengan dunia ini ... Rm 12:2

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih dan pengampun, melalui hamba-Mu Engkau pernah bersabda, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi akan menjadi putih seperti salju". Ketika anak hilang itu berdosa, Engkau justru berbelaskasih kepadanya. Ajarlah aku Bapa, agar menjadi seperti anak hilang yang mau datang dan bertobat kepada-Mu. Engkau tahu Bapa, aku ini orang yang lemah, janganlah memandang segala dosa-dosaku tapi pandanglah hatiku yang rindu pada-Mu. Amin.

Mikha pernah meramalkan kehancuran para bangsa. Namun, di akhir semuanya itu bukanlah kepunahan, melainkan terbentanglah harapan baru. Tuhan memberikan pengampunan bagi umat. Tuhan akan tampil sebagai Gembala Sejati yang tidak membiarkan umat-Nya terlantar. Meskipun Ia perlu memberikan peringatan dan hukuman, Ia tetap menyelamatkan kita.

Pembacaan dari Nubuat Mikha (7:14-15.18-20)

"Semoga Tuhan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."

Nabi berkata, gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban! Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.9-10.11-12; Ul: 8a)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
4. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. (Luk 15:18)
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa".

Tidak sedikit orang berdosa yang berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan beroleh keselamatan. Namun, banyak juga pendosa yang tetap tersesat, makin tak peduli, dan menjauhkan diri dari Allah. Mengapa? Mungkin salah satu alasannya ialah karena mereka tidak lagi sadar akan situasinya sendiri yang buruk dan tidak ingat lagi dengan keadaan rahmat yang diterimanya. Apa yang perlu kita lakukan agar menjaga kesadaran diri dan ingat akan Allah?

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-3.11-32)

"Saudaramu telah mati dan kini hidup kembali."

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Ibu Inah, seorang janda tua, merasa sangat sedih ketika anak satu-satunya membawanya ke panti jompo. Ia telah berjuang hampir seumur hidupnya agar anaknya itu lulus kuliah di luar negeri dan menjadi sukses, namun pada senja hidupnya si anak tidak menghendakinya tinggal bersama keluarganya, padahal kehadiran si ibu di sana sebenarnya tidak membebani.

Setiap hari di rumah jompo itu Bu Inah memasukkan potongan-potongan kertas kecil ke sebuah kotak besar. Ia menuliskan sesuatu. Bertahun-tahun lamanya ia menulisi kertas-kertas itu dan menambahnya setiap hari. Pada tahun yang kelima, Bu Inah wafat. Setelah pemakaman, perawat memberikan kotak itu pada si anak. Ini pesan terakhir almarhumah. Si anak membuka kotak itu dan di dalamnya tertulis kalimat yang sama pada setiap kertas: "Anakku hari ini aku menantimu dengan rindu, tapi kau tak datang.

Menurut para ahli Alkitab, Injil hari ini adalah a gospel within the gospel. Warta sesungguhnya bukanlah tentang anak yang hilang, tapi tentang bapa yang murah hati. Dikisahkan, setelah disakiti hatinya dengan meminta warisan sebelum dia wafat, si bapa masih dengan setia menunggu putranya yang pergi menghambur-hamburkan uangnya dengan moral yang bejat. Hati sang bapa terus gelisah dan berharap agar anaknya pulang. Ketika si anak akhirnya kembali, hanya karena dia lapar, sang bapa yang tua renta sudah melihatnya dari jauh dan berlari mendapatkannya. Lalu bukanlah hardikkan atau amarah yang di dapat si anak bejat, tapi malah sukacita dan pesta pora. Kebaikan hati sang bapa amat berlimpah ruah, seperti itulah Bapa surgawi.

Apakah hati kita gelisah dan berharap agar ia kembali lagi ketika seseorang yang menyakiti kita pergi dari hidup kita? Barangkali tidak. Kita justru bersukacita atas kepergiannya. Namun, sudah berapa kali kita menyakiti hati Bapa Surgawi dan Dia tetap menunggu kita kembali lagi dan lagi? Jika hati-Nya selalu gelisah menunggu kita pulang pada-Nya, kita pun mestinya gelisah menunggu berdamainya lagi kita dengan mereka yang bersalah pada kita.

Tuhan, usiklah hatiku jika aku bersukacita atas hilangnya mereka yang bersalah padaku dan kubenci. Amin.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy