| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 02 Mei 2011 Peringatan Wajib St. Atanasius, Uskup-Pujangga Gereja

Senin, 02 Mei 2011
Peringatan Wajib St. Atanasius, Uskup-Pujangga Gereja

Semakin banyak kita mengosongkan diri kita, semakin luas ruangan yang kita berikan kepada Allah untuk diisi (Beata Teresa Kalkuta)


Antifon Pembuka

Kebijaksanaan orang suci diwartakan bangsa-bangsa. Kemuliaannya dikabarkan umat, dan nama mereka hidup terus, dikenangkan turun-temurun (lih. Sir 44:15.14)

Doa Pagi


Tuhan Allah, pencipta langit dan bumi serta segala isinya, curahkanlah Roh Kudus-Mu untuk mendampingi kami dalam mewartakan kasih-Mu kepada sesama, keluarga dan sanak saudara, tetangga dan siapa saja yang kami jumpai.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada Petrus dan Yohanes dalam perlawanannya terhadap Sanhendrin. Penyembuhan dan mukjizat terjadi. Itulah sebabnya, umat juga berdoa supaya mereka dapat mengalahkan semua ancaman di masa mendatang sebagaimana dirasakan oleh kedua rasul tersebut.


Pembacaan dari Kisah Para Rasul (4:23-31)

"Ketika para rasul berdoa, mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani."

Setelah dilepaskan oleh Mahkamah Agama Yahudi, pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya, “Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap, dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi. Mereka melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu. Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami. Maka berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus.” Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu. Mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Mu, ya Tuhan
Ayat. (Mzm 2:1-3.4-7a.7b-9)

1. Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya: “Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari kita!”
2. Dia, yang bersemayam di surga, tertawa; Tuhan memperolok-olok mereka. Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya, Ia mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: “Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!”
3.Aku mau menceritakan tentang ketetapan Tuhan: Ia berkata kepadaku, “Anak-Kulah Engkau! Pada hari ini Engkau telah Kuperanakkan. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, dan memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.”

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya

Ayat. (Kol 3:1)
Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.


Nikodemus, seorang Farisi datang kepada Yesus dan berbicara dengan-Nya. Ia terbuka untuk berdialog dengan Yesus. Ia mengakui Yesus sebagai seorang Guru yang diutus oleh Allah. Manusia baru hanya bisa dilahirkan kembali dari air dan Roh.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:1-8)

"Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."

Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus; ia seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang kepada Yesus pada waktu malam dan berkata, “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Yesus menjawab, kata-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kata Nikodemus kepada-Nya, “Bagaimana mungkin seorang dilahirkan kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Jawab Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh. Janganlah engkau heran karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau; engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu darimana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Orang beriman mengalami peristiwa kelahiran dua kali dalam hidupnya. Pertama, saat dilahirkan ke dunia oleh sang ibu. Kedua, saat dilahirkan kembali dalam pembaptisan. Melalui Sakramen Baptis, kita mengalami keselamatan Allah. Yaitu, dosa-dosa asal kita dihapuskan, kita diangkat menjadi anak-anak Allah, kita disatukan menjadi anggota Gereja. Kita dilahirkan dalam Roh yang membebaskan dan memberdayakan. Kita menjadi manusia baru yang dikhususkan bagi Allah.


Doa Malam

Allah yang Mahabaik, untuk menjadi anak-anak-Mu tidak mungkin setengah-setengah. Tambahkanlah iman kami agar kami dapat dengan tekun dan tabah berani menyatakan iman kami akan Engkau sebagai Allah dan Bapa kami dan akan Yesus, Putra-Mu sebagai Tuhan dan Juruselamat kami. Mampukan kami untuk hidup dengan penuh kasih di tengah masyarakat, lingkungan yang berbeda keyakinan. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.


R U A H

Minggu, 01 Mei 2011 Hari Minggu Paskah II - Hari Minggu Kerahiman Ilahi

Minggu, 01 Mei 2011
Hari Minggu Paskah II - Hari Minggu Kerahiman Ilahi


"... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." (Yoh 20:31)

Antifon Pembuka

Hendaklah kamu menjadi seperti bayi yang baru lahir, selalu haus akan susu rohani yang murni, supaya dengan itu kamu tumbuh dan diselamatkan. Alleluya.

Doa Renungan


Allah Bapa yang kekal dan Maharahim, dalam masa perayaan Paskah Engkau meneguhkan dan menguduskan umat-Mu. Tumbuhkanlah rahmat yang kami terima dari pada-Mu di dalam hati kami, agar kami memahami, betapa agungnya Sakramen Pembaptisan, betapa luhurnya Roh yang melahirkan kami kembali dan betapa indahnya darah yang telah menebus kami.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul (2:42-47)

"Semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama."

Orang-orang yang menjadi percaya dan memberi diri dibaptis, bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka, sementara rasul-rasul itu mengadakan banyak mukjizat dan tanda. Semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang, sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan tekun dan sehati tiap-tiap hari mereka berkumpul di Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah-rumah jemaat secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Mereka disukai oleh semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka kelompok mereka dengan orang yang diselamatkan
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 2/4, PS 831
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia!
Ayat. (Mzm 118:2-4.13-15.22.24; Ul: lih. 1)

1. Biarlah Israel berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya!"
Biarlah kaum Harun berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya!"
Biarlah orang yang takwa pada Tuhan berkata,
"Kekal abadi kasih setia-Nya!"
2. Aku di dorong dengan hebat sampai jatuh,
tetapi Tuhan menolong aku.
Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku;
Ia telah menjadi keselamatanku.
Suara sorak-sorai dan kemenangan terdengar di kemah orang-orang benar,
"Tangan kanan Tuhan melakukan keperkasaan."
3. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Inilah hari yang dijadikan Tuhan
marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.


Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (1:3-9)

"Oleh kebangkitan Yesus Kristus, Allah telah melahirkan kita kembali dari antara orang mati kepada suatu hidup yang penuh pengharapan."


Saudara-saudara, terpujilah Allah, Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus! Berkat rahmat-Nya yang besar, kita telah dilahirkan kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus, dari antara orang mati. Kita dilahirkan untuk menjalani hidup yang penuh harapan, yaitu untuk menerima warisan yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tak dapat layu, yang tersimpan di surga bagimu. Kuasa Allah telah memelihara kamu karena iman, sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia, yang akan dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu harus berdukacita sejenak oleh berbagai-bagai pencobaan. Semuanya itu dimaksudkan untuk membuktikan kemurnian imanmu, yang jauh lebth tinggd nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dalam api. Dengan demikian kamu memperoleh puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi Dia. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat Dia. Kamu bergembira dengan sukacita yang mulia dan tak terkatakan, karena kamu sudah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 2/2, kanon, PS 955
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 24:32; 2/4)
Yesus bersabda: Hai Tomas, karena melihat Aku, engkau percaya:
berbahagialah yang tidak melihat namun percaya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:19-31)

"Delapan hari kemudian Yesus datang."

Pada hari Minggu Paskah berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat, dengan pintu-pintu rumah terkunci, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, Pada waktu itu datanglah Yesus berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, Damai sejahtera bagimu!’ Sesudah berkata demikian, Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi, Damai sejahtera bagimu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Yesus menghembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus. Jika kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni: dan jika kamu menyatakan dosa orang tetap ada, maka dosanya tetap ada. Pada waktu Yesus datang itu, Tomas, seorang dar kedua belas murid, yang juga disebut Didimus, tidak hadir bersama mereka. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, "Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka, ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya, dan sebelum aku mencucukkan Jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, aku sama sekali tidak akan percaya!” Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu, dan Tomas pun bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang. Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, ‘Damai sejahtera bagimu! Kemudian Yesus berkata kepada Tomas, ‘Taruhlah jarimu di sini, dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku. Jangan engkau sangsi lagi, melainkan percayalah!” Tomas menjawab kepada-Nya, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya, "Karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya! Masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam Kitab ini. Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Putra Allah, dan supaya oleh imanmu itu, kamu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan



Artikel ini dipakai untuk pendalaman Kitab Suci di Paroki Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk, tanggal 1 Mei 2011. www.katolisitas.org

I. Dia sudah bangkit


Setelah kita merayakan Triduum – Kamis Putih, Jumat Suci dan malam Paskah – maka bersinarlah lilin-lilin di dalam Gereja dan bunyi lonceng berdentang dengan indahnya. Dan setelah 40 hari tidak mendengar senandung Haleluya, maka senandung “Alleluia” begitu penuh makna, seolah-olah seluruh isi bumi dan Sorga bersorak-sorak menyatakan “Terpujilah Tuhan“.

Minggu kedua Paskah ini menyatakan kembali pujian kepada Tuhan, karena Kristus telah bangkit. Pengalaman akan Kristus yang bangkit memberikan kekuatan dan menghapus segala kekuatiran. Itulah yang dialami oleh para rasul. Namun, rasul Tomas yang tidak bertemu dengan Yesus yang bangkit menyatakan keraguannya. Untuk menghapus keraguan Tomas, Kristus berkenan menampakkan Diri kepada para rasul, termasuk kepada Tomas. Percakapan antara Yesus dan Tomas memberikan kekuatan kepada kita semua, yang juga sering meragukan Allah, sering memberikan syarat-syarat kepada Allah, dan sering mengukur iman dari perasaan dan apa yang terlihat masuk akal menurut pendapat kita. Hanya dengan iman yang teguh akan Kristus yang menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga, maka kita dapat turut serta mewartakan Kristus dan menyerukan kembali, “Dia sudah bangkit!

II. Bacaan Minggu kedua Paskah


Bacaan minggu ke dua Paskah ini mengambil bacaan dari Kis 2:42-47; Mzm 118:2-4, 13-15, 22-24; 1Pet 1:3-9; Yoh 20:19-31. Bacaan-bacaan ini membawa kegembiraan pesan bahwa Yesus telah bangkit dan pesan bahwa kita juga harus mempercayainya. Secara khusus, kita akan menyoroti salah satu rasul, yaitu Rasul Tomas, yang hanya mau percaya jika dia melihat dan mencucukkan jarinya ke luka- luka Yesus.

III. Telaah ayat Yohanes 20:19-31

1. Ayat 19-20: Latar belakang perikop.
Kalau kita melihat konteks dari perikop Yoh 20:19-31, maka kita dapat melihat bahwa setelah kematian Yesus, para murid berada dalam kondisi kesedihan dan ketakutan, walaupun telah mendengar bahwa Yesus telah bangkit, seperti yang dikatakan kepada Maria Magdalena (Mat 28:9; Mrk 16:1,9; Yoh 20:14-16), Maria Ibu Yakobus dan Salome (Mat 28:9; Mrk 16:1) dan dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-35; Mrk 16:12). Pada malam hari, ketika para rasul berkumpul dalam ketakutan, Yesus menampakkan diri kepada mereka.

2. Ayat 21- 23: Yesus memberikan kuasa kepada para murid. Setelah memberikan salam, Yesus mengutus para rasul, memberikan Roh Kudus, dan memberi kuasa untuk mengampuni atau menyatakan bahwa dosa seseorang tetap ada.

3. Ayat 24-25: Keraguan Tomas
. Namun, Tomas yang tidak berada bersama-sama dengan para murid yang lain, meragukan cerita para murid yang lain. Bahkan dia mengeraskan hatinya dan meminta tanda untuk melihat dan mencucukkan jarinya ke luka Yesus untuk dapat mempercayai cerita tersebut.

4. Ayat 26-29: Yesus datang untuk menghapus keraguan Tomas
. Setelah delapan hari dalam keraguannya, Tomas akhirnya dapat melihat Yesus yang menyediakan Diri-Nya agar Tomas dapat mencucukkan tangan pada luka di lambung-Nya. Yesus melakukan hal ini agar Tomas percaya.

5. Ayat 30-31: Maksud dari penulisan kitab
. Kemudian rasul Yohanes menutup perikop ini dengan memberikan keterangan bahwa maksud dari penulisan kitab adalah agar kita semua percaya bahwa Yesuslah Sang Mesias, Anak Allah. Dan dengan iman akan Yesus, maka manusia dapat sampai pada keselamatan.

IV. Tafsir Yohanes 20:19-31


1. Ayat 19:20: Yesus menampakkan diri kepada para murid.

a. Kristus yang wafat membuat para murid tercerai berai.


Lima abad sebelum Kristus datang, nabi Zakharia menubuatkan “Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba akan tercerai berai” (Zak 13:7). Dan pada malam perjamuan terakhir, sebelum menghadapi sengsara-Nya, Kristus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa semua akan tergoncang imannya, karena Kristus, Gembala yang baik (Yoh 10:9,11) akan menderita sengsara dan wafat di kayu salib (lih. Mat 26:31; Mrk 14:27). Memang pada waktu Kristus ditangkap di taman Getsemani para murid lari tunggang langgang. Rasul Petrus dan Rasul Yohanes mencoba untuk mengikuti Kristus, namun akhirnya juga berakhir dengan penyangkalan Rasul Petrus akan Kristus (lih. Mat 26:69-75). Ketika Yesus disalibkan, kecuali Rasul Yohanes, rasul-rasul yang lain menghilang dan tidak berani memunculkan diri mereka. Dan ketika Yesus telah bangkit dan menampakkan Diri-Nya kepada para rasul, maka salah satu dari murid-Nya, yaitu Rasul Tomas masih tidak percaya bahwa Dia telah bangkit (lih. Yoh 20:24-25).

b. Tanpa kebangkitan Kristus, maka iman kita akan sia-sia.


Kristus yang menderita, wafat dan bangkit serta naik ke Sorga adalah merupakan dasar iman Katolik. Tanpa penderitaan dan kematian Kristus, tidak ada kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga. Tanpa Jumat Agung tidak ada Minggu Paskah. Menekankan yang satu dan menghilangkan yang lain tidak memberikan pesan Kristus secara keseluruhan. Tanpa kebangkitan Kristus, maka iman kita akan sia-sia (lih. 1Kor 15:14). Inilah sebabnya, Kristus yang bangkit menjadi bagian dari syahadat para rasul. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 638-658) memberikan penjelasan tentang kebangkitan Kristus dengan begitu indahnya. KGK 638 menyatakannya sebagai berikut:
Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita. keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus” (Kis 13:32-33). Kebangkitan Kristus adalah kebenaran, di mana iman kita kepada Kristus mencapai puncaknya: umat Kristen perdana mempercayainya dan menghayatinya sebagai kebenaran sentral; tradisi meneruskannya sebagai sesuatu yang mendasar, dokumen-dokumen Perjanjian Baru membuktikannya; bersama dengan salib ia diwartakan sebagai bagian penting misteri Paska.
Kristus telah bangkit dari antara orang-orang mati.

Oleh kematian-Nya Ia telah mengalahkan kematian.
Ia telah memberi kehidupan kepada orang-orang mati.
(Liturgi Bisantin, Troparion pada hari Paska)


Bagaimana kita dapat mempertanggungjawabkan bahwa Kristus yang memang benar-benar mati kemudian bangkit dari antara orang mati? KGK, 639 menyatakkan bahwa peristiwa kebangkitan Kristus terekam dalam sejarah. Kalau kita telusuri, maka kita akan melihat lebih dari 515 telah melihat Kristus yang hidup lagi setelah Dia disalibkan dan sebelum Dia naik ke Sorga: (a) Maria Magdalena (Mat 28:9; Mrk 16:1,9; Yoh 20:14-16); (b) Maria Ibu Yakobus dan Salome (Mat 28:9; Mrk 16:1); (c) Dua orang dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-35; Mrk 16:12) ; (d) Sebelas rasul (Mat 28:17; Luk 24:36-49; Mrk 16:14; Yoh 20:26-29, terdiri dari: Simon Petrus (Luk 24:34; 1Kor 15:5), Sepuluh murid kecuali Tomas (Yoh 20:19-23) , Tomas (Yoh 20:27-28), Yakobus (1Kor 15:7); (e) Lebih dari lima ratus saudara (1Kor 15:6)
Mengapa saksi-saksi di atas menjadi penting? Karena banyak dari saksi-saksi itu masih hidup ketika Injil dan surat Rasul Paulus dituliskan. Kalau kebangkitan hanyalah isapan jempol belaka, maka tentu akan banyak keterangan yang menyanggah kesaksian para rasul. Apalagi, pada waktu itu, kekristenan berada dalam tekanan dan banyak yang dibunuh. Alasan yang lain adalah bagaimana melalui para rasul, yang notabene adalah orang-orang yang sederhana, yang kurang berpendidikan, namun pengajaran mereka dapat menyebar ke seluruh dunia. Bagaimana mungkin seluruh dunia dapat dipengaruhi oleh cerita fiksi dari orang-orang yang sederhana? Dan bagaimana mungkin ada begitu banyak orang yang rela mengorbankan nyawanya dan rela dibunuh demi kebenaran Injil?

c. Argument of fittingness untuk kebangkitan Kristus

Sekarang mari kita melihat argument of fittingness, yang berguna bagi kita, umat yang telah percaya akan Kristus. St. Thomas dalam bukunya Summa Theology menjelaskan bahwa ada lima alasan untuk kebangkitan Kristus:[1]
Pertama adalah menandai keadilan ilahi. Dikatakan “Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah” (Luk 1:52) Karena Kristus sendiri telah merendahkan diri serendah-rendahnya, bukan saja dengan menjadi manusia, namun rela mati di kayu salib, maka Kristus ditinggikan setinggi-tingginya. Kerendahan penderitaan dan kematian ditinggikan dengan kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga.
Alasan kedua adalah sebagai pelajaran iman kepada manusia. Dikatakan “Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah.” (2Kor 13:4) Kita yang lemah akan turut dibangkitkan bersama dengan Kristus, kalau kita hidup di dalam Dia.
Dan asalan iman ini memberikan alasan ketiga, yaitu agar manusia menaruh pengharapan di dalam Kristus. Sama seperti kita yang mati bersama Kristus, maka kita juga akan dibangkitkan bersama dengan Kristus. St. Thomas mengutip Ayub yang menuliskan “25 Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. 27 yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” (Ayb 19:25,27)
Iman dan pengharapan di dalam Kristus memberikan alasan ke-empat, yaitu agar umat Allah berjalan di dalam Kristus. Dikatakan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rom 6:4)
Alasan ke-lima adalah untuk menyelesaikan karya keselamatan. Dikatakan “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.” (Rom 4:25)

d. Para murid ketakutan

Mari sekarang kita kembali melihat perikop ini. Dikatakan bahwa para murid ketakutan. Mereka ketakutan, walaupun mereka telah mendengar kesaksian dari Maria Magdalena dan juga kesaksian dari dua orang murid yang melakukan perjalanan ke Emaus. Kabar tentang kebangkitan Kristus mungkin telah menyebar ke seluruh pelosok negeri, sehingga di Injil Matius menuliskan bahwa imam-imam kepala mengatakan, “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.“(Mt 28:13) setelah mereka mendengar laporan bahwa Kristus telah bangkit. Dan dalam situasi ini, para murid dapat menjadi sasaran kemarahan imam-imam kepala. Menghindari hal ini, maka para murid bersembunyi dalam ketakutan.

e. Kedatangan Yesus mendatangkan sukacita


Dalam situasi ketakutan seperti ini, pada sore hari, hari pertama dalam Minggu, ketika mereka berkumpul di suatu tempat dengan pintu-pintu terkunci, datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka sambil memberikan salam “Damai sejahtera bagi kamu!” Keterangan tentang keberadaan mereka di ruangan dengan “pintu-pintu terkunci” menekankan bahwa Yesus datang ke dalam ruangan tanpa mengetuk maupun merusak pintu, namun tiba-tiba datang ke dalam ruangan, yaitu dengan tubuh yang telah dimuliakan. Dan untuk membuktikan bahwa itu adalah Diri-Nya yang telah disalibkan, maka Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya, yaitu menunjukkan bekas luka karena disalibkan dan ditembus tombak. Salam dan kenyataan yang ada di depan mata para murid yang ketakutan mempunyai kekuatan untuk mengubah ketakutan menjadi sukacita (ay.20).

2. Ayat 21- 23: Yesus memberikan kuasa kepada para murid


Setelah Yesus mengubah ketakutan para murid menjadi sukacita (ay.19-20), maka Yesus memberikan tugas kepada mereka. Tugas ini adalah tugas yang sungguh luar biasa besarnya, yang hanya dapat dilaksakan dengan kuasa Roh Kudus dan pemberian kuasa yang begitu besar kepada para murid. Di ayat 21-23, kita dapat melihat adanya tiga hal yang diperintahkan dan diberikan oleh Kristus kepada para murid:

a. Yesus mengutus para rasul.


Dikatakan di ayat 21 “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Sungguh suatu pernyataan yang membuka mata kita, bahwa Yesus memberikan suatu penugasan kepada para murid, sama seperti Bapa mengutus Yesus. Ini berarti sama seperti Yesus memberikan pengajaran dengan otoritas dari Sorga (lih. Mat 7:29; Mrk 1:22), maka para murid juga diberikan otoritas untuk mengajar dalam nama-Nya. Sama seperti Kristus menjadi perantara antara Allah Bapa dan manusia, maka para murid berpartisipasi dalam tugas perantaraan ini. (lih. 2Kor 2:14; 2Kor 5:18) Sama seperti Kristus melayani para murid dengan membasuh kaki para murid (lih. Yoh 13:1-17), maka para murid juga harus melayani umat Allah. Namun, kita harus melihat bahwa tugas perutusan sebagai nabi, imam dan raja tidaklah untuk menyaingi Kristus, namun harus dipandang sebagai partisipasi dalam tiga misi keselamatan Kristus sebagai Nabi, Imam dan Raja.

b. Yesus menghembuskan dan memberikan Roh Kudus.

Yesus tahu bahwa tidaklah mungkin manusia dapat mengemban tugas sebagai nabi, imam dan raja tanpa adanya Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang merupakan buah dari pengorbanan Kristus di kayu salib, yang dimanifestasikan secara penuh pada hari Pentakosta. Roh Kudus yang sama inilah yang membimbing para rasul untuk mewartakan Kristus ke seluruh penjuru dunia. Yesus memberikan Roh Kudus kepada para rasul secara khusus, yaitu dengan menghembusi mereka dan mengatakan, terimalah Roh Kudus (ay.22).

Kata “menghembuskan” memberikan kedalaman arti yang lain, seperti: (a) Roh Kudus, berasal dari Allah Bapa dan Allah Putera.; (b) Roh kudus adalah satu hakekat dengan Allah Bapa dan Allah Putera.; (c) Penciptaan manusia. Hal ini mengingatkan kita akan penciptaan manusia pertama: “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7) Sama seperti hembusan dari Tuhan memberikan kehidupan kepada manusia, maka hembusan dari Kristus, memberikan kehidupan spiritual, yaitu kehidupan baru di dalam Kristus, yaitu kehidupan di dalam Roh Kudus.; (d) Memulihkan rahmat. Karena dosa Adam dan seluruh manusia kehilangan rahmat Allah. Dan karena Adam diberikan kehidupan dengan hembusan nafas Allah, maka dosa dipulihkan dengan hembusan nafas Allah kepada para rasul. Dan melalui para rasul dan penerusnya, maka nafas Ilahi yang memberikan kehidupan spiritual diberikan kepada umat Allah lewat Sakramen Pengampunan, yang memungkinkan umat Allah menerima pengampunan dan dikembalikan kepada kehidupan rahmat.[2] ; (f) Secara simbolik, mengusir dosa. Dosa diumpamakan sebagai awan gelap. Dan sama seperti awan gelap tersapu angin, maka dosa tersapu oleh hembusan Roh Kudus. Hal ini dimanifestasikan dalam Sakramen Pengampunan dosa dengan hembusan kata-kata “Aku mengampuni engkau.

Terimalah Roh Kudus. Mengapa Kristus memberikan Roh Kudus? Bukankah Roh Kudus juga telah dicurahkan kepada mereka pada saat pembaptisan dan juga pada malam perjamuan? Dan Roh Kudus ini juga akan mereka terima secara penuh pada saat peristiwa Pentakosta. “Terimalah Roh Kudus” di ayat ini memberikan satu sisi yang lain, yaitu untuk memberikan pengampunan dosa. Hal ini dipertegas di ayat berikutnya.

c. Yesus memberikan kuasa untuk mengampuni dosa.


Pada ayat 23, kita melihat bahwa setelah Yesus mengutus para murid dan memberikan Roh Kudus, maka Yesus memberikan kuasa untuk mengampuni dosa. Yesus mengatakan, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Menurut saya, sungguh sulit untuk mengartikan ayat ini tanpa mengkaitkannya dengan Sakramen Pengakuan Dosa. Ini adalah beberapa interpretasi yang diberikan oleh beberapa denominasi Kristen:

Yang percaya akan diampuni dan yang tidak percaya dosanya tetap ada. Biasanya interpretasi ini yang sering diberikan oleh denominasi-denominasi Kristen non-Katolik. Secara prinsip mereka ingin memberikan penjelasan bahwa kalau seseorang percaya akan pewartaan Injil, maka mereka akan diselamatkan dan kalau orang tidak percaya, maka dosanya akan tetap ada. Cornelius A. Lapide dalam bukunya The Great Commentary of Cornelius A Lapide menjawab argumentasi ini sebagai berikut: Jika memang orang-orang yang percaya akan pemberitaan Injil yang dimaksud di sini, maka, sama saja dengan mereka mengampuni dosa diri sendiri dan bukan melalui para rasul. Padahal, ayat tersebut dengan jelas menyebutkan “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Dan “kamu” di sini jelas ditujukan kepada para rasul. Alasan yang lain adalah pewartaan Injil dan pengampunan dosa adalah dua hal yang berbeda. Jika ini dianggap hal yang sama dan kalau Kristus mengatakan untuk mewartakan Injil ke segala bangsa (lih. Mat 28:19-20), maka bukankah berarti semua menerima pengampunan? Namun, di satu sisi dikatakan bahwa ada orang- orang yang dosanya dinyatakan tetap ada. Kalau perintah ini diartikan untuk mewartakan Injil, maka bukankah Kristus telah memberikan perintah pewartaan Injil di Luk 10:1 “Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.“? Mengapa Kristus memberikan lagi perintah untuk mewartakan Injil dengan pengertian dan yang ganjil di Yoh 20:23?

Kuasa pengampunan dosa hanya diberikan pada para rasul waktu itu. Interpretasi ke dua menyatakan bahwa kuasa pengampunan dosa hanya diberikan pada para rasul waktu itu dan tidak diberikan kepada penerus para rasul. Argumentasi ini juga mempunyai kelemahan, karena dalam konteks ayat 21-23, maka kita melihat adanya tiga hal yang terjadi secara bersamaan, yaitu: pengutusan, pemberian Roh Kudus, dan kuasa pengampunan dosa. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kuasa pengampunan dosa hanya berlaku pada waktu itu dan dua hal yang lain diteruskan sampai sekarang. Kalau mau menyatakan bahwa kuasa untuk mengampuni dosa tidak diteruskan, maka pengutusan dan pemberian Roh Kudus juga tidak berlaku lagi.
Kuasa mengampuni dosa dan menyatakan dosa diberikan kepada semua umat Allah. Kalau interpretasi ini yang dipegang, maka akan ada dilema, bagaimana umat Allah dapat menerapkan ayat ini. Apakah setiap dari kita mempunyai kuasa untuk mengampuni atau menyatakan dosa seseorang tetap ada? Apakah dengan demikian, kalau seseorang menyatakan bahwa dosa musuhnya tetap ada, maka musuhnya secara otomatis akan masuk ke dalam neraka?

Kalau kita mau jujur dan setia terhadap teks, maka kita akan melihat bahwa memang kuasa untuk mengampuni dan menyatakan dosa diberikan kepada para rasul, seperti yang dituliskan “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Dan kalau tugas perutusan (ay.21) dan pemberian Roh Kudus (ay.22) diberikan kepada para rasul dan juga penerusnya, maka kuasa mengampuni dosa dan menyatakan dosa juga diberikan kepada penerus para rasul. Dalam Gereja Katolik, penerus para rasul adalah para uskup. Dan karena para uskup ini dibantu oleh para imam, maka kuasa ini juga diberikan kepada para imam. Manifestasi dari kuasa ini adalah Sakramen Pengampunan Dosa atau Sakramen Tobat, yang dapat memberikan pengampunan akan dosa berat dan dosa ringan.

3. Ayat 24-25: Keraguan Tomas.


Ketika Yesus datang kepada para murid, Tomas tidak berada bersama-sama dengan mereka (ay.24). Dan pada murid dengan penuh antusias dan kegembiraan mengatakan kepada Tomas “Kami telah melihat Tuhan!” (ay.25). Siapakah yang dapat menahan berita yang menggembirakan ini? Namun berita gembira ini ditanggapi dengan dingin oleh Rasul Tomas. Rasul Tomas tidak hanya tidak percaya, namun dia juga mengeraskan hati. Dia yang telah hidup bersama-sama dengan para rasul yang lain, tetap tidak mau mempercayai kesaksian teman-temannya. Menunjukkan kekerasan hatinya, dia memberikan kondisi yang dapat membuat dia percaya, yaitu jika dia melihat bekas paku pada tangan dan sampai dia mencucukkan jarinya ke bekas paku itu dan mencucukkan tangannya ke lambung Yesus. Sungguh pernyataan yang sebenarnya berkesan sangat berani dan mungkin berkesan kurang ajar. Kita dapat membayangkan bahwa setiap hari para murid dan mungkin Bunda Maria, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus telah berusaha meyakinkan Tomas, bahwa memang Kristus telah bangkit.
Mungkin kita juga sering melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Tomas, yaitu memberikan kondisi menurut parameter kita sendiri. Kita menuntut agar Tuhan memberikan suatu bukti dan hanya kalau Tuhan memberikan bukti ini, maka kita merasa puas. Namun, kalau kita pikir, ini bukanlah iman yang benar. Kepercayaan orang yang dewasa bukanlah tergantung dari penglihatan maupun dari perasaan. Mungkin karena kesedihannya, rasul Tomas mengeluarkan kata-kata yang tajam. Ia sedih, karena para rasul telah melihat Yesus dan hanya dia sendiri yang belum melihat Yesus.

4. Ayat 26-29: Yesus datang untuk mengobati keraguan Tomas.

Kondisi seperti ini terjadi selama delapan hari. Dan pada hari ke delapan, ketika Tomas ada bersama-sama dengan para rasul yang lain, dan dalam kondisi pintu terkunci, tiba-tiba Yesus datang dan berdiri di antara mereka, serta mengucapkan salam yang sama “Damai sejahtera bagi kamu!” (ay.26) Secara spesifik, kemudian Yesus berkata kepada Tomas “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (ay.27)

Sungguh luar biasa, Yesus yang adalah Tuhan mau memberikan Diri-Nya memenuhi apa yang diminta oleh Tomas. Dia mau datang di tengah-tengah para rasul dan kemudian menyediakan Diri-Nya dan menunjukkan luka-Nya sehingga Tomas dapat mencucukkan jarinya ke luka Yesus di tangan dan juga di lambung-Nya. Yesus yang menginginkan agar tidak ada lagi murid-Nya yang hilang dan meminta agar Bapa menguduskan mereka dalam kebenaran (lih. Yoh 17:17) datang kepada Tomas untuk mengambil segala keraguan dalam diri Tomas dan pada saat yang bersamaan juga memperkuat iman para rasul yang lain. Kejadian ini juga dapat menguatkan seluruh umat Allah, yang seperti Tomas, sering dilanda kebimbangan, agar mereka dapat terus menaruh pengharapan di dalam Kristus.

a. Pengalaman akan Kristus yang bangkit


Pengalaman akan Kristus yang bangkit adalah pengalaman yang sungguh memberikan kekuatan iman. Inilah yang dialami oleh para rasul, termasuk rasul Tomas. Dia yang tadinya meragukan Kristus yang bangkit; namun setelah Kristus sendiri menampakkan Diri-Nya, maka dia menjadi rasul dengan iman yang teguh. Keteguhan imannya membawanya ke India dan mati sebagai martir di India seperti yang diceritakan tradisi.
Pengalaman akan Kristus yang bangkit sebenarnya juga dialami oleh seluruh umat beriman, walaupun mungkin tidak sedramatis seperti yang dialami oleh rasul Tomas. Ini adalah pengalaman sama seperti yang dialami oleh dua orang murid yang berjalan ke Emaus dan bertemu dengan Yesus, yang pada akhirnya mereka mengenali Yesus ketika Yesus memecah roti (lih. Luk 24:35). Ini adalah pengalaman yang sama setiap kali kita mengikuti perayaan Ekaristi. Di perjalanan ke Emaus, Yesus menerangkan kisah Perjanjian Lama yang digenapi oleh Kristus sendiri, ini adalah sama seperti Liturgi Sabda dalam perayaan Ekaristi. Sedangkan liturgi Ekaristi adalah sama seperti ketika Yesus memecah roti, di mana pada waktu itu, para murid mengenali Yesus. Jadi, setiap kali kita mengikuti perayaan Ekaristi, kita dihadapkan pada Kristus yang bangkit. Bukan hanya dihadapkan pada kenyataan akan Kristus yang bangkit, namun Kristus yang bangkit ini juga bersatu dengan kita semua, karena kita menyambut-Nya di dalam Ekaristi.

Ketika menghadapi Kristus yang bangkit, maka Tomas hanya mengatakan “ya Tuhanku dan Allahku!” (ay.28) Ini adalah pengakuan akan Kristus yang menderita, wafat di kayu salib – yang terlihat dari luka-lukanya. Namun, ini juga merupakan pernyataan akan Kristus yang bangkit, yang membuktikan bahwa Kristus adalah Tuhan. Kalau Yesus bukan Tuhan, mungkin pada saat itu, Yesus akan menolak perkataan rasul Tomas dan mengatakan bahwa Aku bukanlah Tuhan. Namun, Kristus yang memang adalah Tuhan, menerima penghormatan dan pernyataan iman tersebut. Pernyataan akan Kristus yang menderita sengsara, wafat dan bangkit inilah yang harus kita ucapan pada setiap perayaan Ekaristi. Ketika imam berkata “Inilah tubuh-Ku…” dan “Inilah darah-Ku…“, maka kita dapat mengucapkan, “Ya Tuhanku dan Allahku“.

Ungkapan Tuhanku dan Allahku adalah ungkapan kodrat Yesus yang sungguh manusia, namun juga ungkapan yang bersifat pribadi, yang mengakui ke-Allahan Yesus. Ungkapan dan pengalaman pribadi inilah yang harus dialami oleh setiap umat Allah. Ungkapan iman ini bukan karena kita melihat Allah seperti rasul Tomas melihat Allah, namun karena memang merupakan ekspresi iman, yang menjadi dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Kalau kita melakukan hal ini, maka kita dapat disebut yang berbahagia, seperti yang Kristus nyatakan “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (ay.29).

b. Tentang iman


Mari sekarang kita melihat pengertian tentang iman, baik pengertian iman dari Kitab Suci maupun dari pengajaran Gereja.

1. Pengertian iman menurut Alkitab


Dikatakan di dalam surat Ibrani: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr 11:1). Rasul Paulus menegaskannya lagi di suratnya kepada jemaat di Efesus: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah… “(Ef 2:8) Dengan demikian kita mengetahui bahwa iman berkaitan dengan pengharapan akan keselamatan kekal yang diberikan karena kasih karunia Allah. Rasul Yakobus mengajarkan, bahwa agar iman itu menyelamatkan, maka iman itu harus disertai perbuatan-perbuatan kasih, sebab tanpa perbuatan, iman itu kosong dan mati. Dia menuliskan: “…iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna…. Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman…. Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:22,24,26)

Dengan demikian sangat eratlah kaitan antara iman dan kasih, sebab keduanya adalah karunia Roh Kudus. Iman, pengharapan dan kasih adalah kebajikan ilahi yang menghantar kita kepada keselamatan kekal oleh Kristus, dan yang terbesar di antara ketiganya itu adalah kasih. Dikatakan “Oleh Dia (Yesus Kristus) kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” (Rom 5:2) Kasih karunia ini dicurahkan secara berlimpah, seperti yang ditegaskan rasul Paulus di suratnya kepada Timotius: “Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” (1 Tim1:14) Keutamaan kasih ini dituliskan oleh rasul Paulus: “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” (1 Kor 13:2) dan “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Kor 13:13)

2. Pengertian iman menurut Magisterium Gereja Katolik

Iman, berasal dari kata pistis (Yunani), fides (Latin) secara umum artinya adalah persetujuan pikiran kepada kebenaran akan sesuatu hal berdasarkan perkataan orang lain, entah dari Tuhan atau dari manusia. Persetujuan ini berbeda dengan persetujuan dalam hal ilmu pengetahuan, sebab dalam hal pengetahuan, maka persetujuan diberikan atas dasar bukti nyata, bahkan dapat diukur dan diraba, namun perihal iman, maka persetujuan diberikan atas dasar perkataan orang lain. Maka iman yang ilahi (Divine Faith), adalah berpegang pada suatu kebenaran sebagai sesuatu yang pasti, sebab Allah, yang tidak mungkin berbohong dan tidak bisa dibohongi, telah mengatakannya. Dan jika seseorang telah menerima/ setuju akan kebenaran yang dinyatakan Allah ini, maka selayaknya ia menaatinya. Maka tepatlah jika Magisterium Gereja Katolik menghubungkan iman dengan ketaatan dan mendefinisikannya sebagai berikut:
“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom16:26; lih. Rom1:5 ; 2Kor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan“, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya.” (Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum 5)
Maka dalam hal ini iman tidak berupa perasaan atau pendapat, tetapi merupakan sesuatu yang tegas, perlekatan akal budi dan pikiran yang tak tergoyahkan kepada kebenaran yang dinyatakan oleh Tuhan. Maka motif sebuah iman yang ilahi adalah otoritas Tuhan, yaitu berdasarkan atas Pengetahuan-Nya dan Kebenaran-Nya. Jadi, kita percaya akan kebenaran- kebenaran itu bukan karena pikiran kita mampu sepenuhnya memahaminya atau kita dapat melihatnya, namun karena Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Benar telah menyatakannya. Kebenaran yang dinyatakan oleh Allah ini diberikan melalui Sabda-Nya, yaitu yang disampaikan kepada kita umat beriman melalui Kitab Suci dan Tradisi Suci, sesuai dengan yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, yang kepadanya Kristus telah memberikan kuasa untuk mengajar dalam nama-Nya. Nah, untuk menerima kebenaran yang dinyatakan Allah ini, diperlukan kasih karunia dari Allah sendiri, dan untuk menanggapinya dengan ketaatan, diperlukan kerjasama dari pihak kita manusia. Selanjutnya, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan,
KGK 1814 Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita dan apa yang Gereja kudus ajukan supaya dipercayai. Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman “manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah” (Dei Verbum 5). Karena itu, manusia beriman berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rom 1:17) Iman yang hidup “bekerja oleh kasih” (Gal 5:6).
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa iman bukanlah tergantung dari penampakan, perasaan, atau yang menurut kita masuk akal. Kita harus mempunyai iman yang bersifat adi kodrati, yang melampaui kodrat kita, karena iman kita adalah kepada Allah yang adalah adi kodrati. Dengan demikian, iman kita akan mempunyai dasar yang kuat, yaitu bahwa yang menyatakan wahyu tersebut adalah Allah sendiri dan diteruskan secara murni oleh Gereja Katolik – yang didirikan oleh Kristus sendiri.

5. Ayat 30-31: Maksud dari penulisan kitab
.


Dalam konteks kebenaran iman, maka Gereja Katolik mempercayai sumber yang tertulis (Kitab Suci) dan juga sumber yang tidak tertulis atau lisan. Hal ini ditegaskan sendiri oleh rasul Yohanes, ketika dia mengatakan “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini,” (ay.30). Ini berarti, ada banyak hal yang tidak tercatat di dalam Kitab Suci. Kita juga membaca akan apa yang dijelaskan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika bahwa mereka harus berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran yang telah mereka terima, baik lisan maupun tertulis (lih. 2Tes 2:15). Bagaimana agar ajaran yang lisan dan tertulis ini dapat disampaikan secara murni dari generasi ke generasi? Rasul Paulus mengatakan bahwa Gereja (ecclesia) yang hidup adalah tiang penopang dan dasar kebenaran (1Tim 3:15).

Namun, apa yang tercatat dalam Kitab Suci adalah baik untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Tim 3:16). Dan rasul Yohanes menegaskan kembali bahwa segala yang telah dicatat bertujuan agar kita semua percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah. Dan iman akan Yesus yang menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga akan membawa kita pada kehidupan kekal (ay.31).

V. Kristus sudah bangkit!


Marilah, pada minggu ke-dua Paskah (Second Sunday of Easter) atau juga disebut Octave Easter, dan juga disebut St. Thomas Sunday, iman kita semakin diperkuat, karena kebangkitan Kristus menjadi dasar bahwa iman kita akan Kristus tidaklah sia-sia. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, Tuhan yang telah menderita, wafat, dan bangkit serta akhirnya naik ke Sorga. Penderitaan dan wafat-Nya membuktikan belas kasih Allah yang tak terbatas. Bukanlah satu kebetulan, jika pada minggu ke-dua Paskah ini, juga menjadi Pesta Kerahiman Ilahi (The Feast of the Divine Mercy). Kita menyambut gembira bahwa Allah adalah Allah yang berbelas kasih, yang mengasihi umat-Nya, memberikan kekuatan kepada umat-Nya, menjaga umat-Nya dan menuntun umat-Nya kepada keselamatan kekal. Bukti paling jelas adalah kalau kita melihat pada kehidupan para kudus. Dan minggu ke-dua Paskah tahun 2011 menjadi saat yang bersejarah, karena Paus Yohanes Paulus II akan dibeatifikasi. Diperlukan satu mukjizat lagi, agar ia dapat dinyatakan sebagai Santo.
“Yang terberkati Paus Yohanes Paulus II, doakanlah kami”.

Catatan: Artikel ini dipakai untuk pendalaman Kitab Suci di Paroki Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk, tanggal 1 Mei 2011.
Stefanus Tay - www.katolisitas.org

Sabtu, 30 April 2011 Hari Sabtu dalam Oktaf Paskah

Sabtu, 30 April 2011
Hari Sabtu dalam Oktaf Paskah

Inilah yang kuinginkan bagimu di atas segalanya: Agar engkau bertindak atas dasar kasih yang murni kepada Yesus dan atas hasrat akan kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa yang telah diselamatkan-Nya dengan harga yang tiada terhingga.-Santo Ignasius Loyola.


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, semua saja yang mengalami dekat dengan Dikau, menyatakan bahwa Engkau kudus, bahwa alam semesta ini penuh dengan kemuliaanmu. Kami mohon, agar mereka yang Kaupanggil untuk berkarya demi nama-Mu, tetap percaya penuh akan sabda-Mu dan bangga karena menjadi murid-murid-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul (4:13-21)

"Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar."

Pada waktu itu Rasul Petrus dan Yohanes dihadapkan ke Mahkamah Agama Yahudi. Ketika para pemimpin Yahudi dan tua-tua umat serta ahli-ahli Taurat melihat keberanian mereka, padahal keduanya adalah orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka. Dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan para rasul itu berdiri di samping kedua rasul itu mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya. Maka mereka menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang. Lalu berundinglah mereka, dan berkata, "Tindakan apakah yang harus kita ambil terhadap orang-orang ini? Sebab telah nyata kepada semua penduduk Yerusalem, bahwa mereka telah mengadakan suatu mukjizat yang menyolok dan kita tidak dapat menyangkalnya. Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapa pun dalam nama itu." Setelah kedua rasul itu disuruh masuk lagi, mereka diperintahkan supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka, "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: Taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 2/4, PS 831
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia!

Ayat. (Mzm 118:1.14-15.16ab-18.19-21)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik. Kekal abadi kasih setia-Nya. Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan terdengar di kemah orang-orang benar.
2. Tangan kanan Tuhan melakukan keperkasaan, tangan kanan Tuhan berkuasa meninggikan. Tuhan telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan daku kepada maut.
3. Bukakan aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada Tuhan. Inilah pintu gerbang Tuhan, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.

Bait Pengantar Injil, do = d, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)
Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (16:9-15)

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk."

Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Daripadanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu Maria Magdalena pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Yesus menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari para murid, ketika keduanya dalam perjalan ke luar kota. Ketika mereka kembali dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Yesus menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan. Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk!"
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

"Papa, berhenti dulu, Pa" Yenny berteriak. Papanya yang menjemput Yenny dari sekolah itu segera meminggirkan mobilnya. "Ada apa Yen? Terasa ingin pipis, ya? tanya sang papa. "Papa, Yenny ke situ sebentar, ya....," tanpa menjelaskan lebih lanjut, Yenny keluar dari mobil. Ia naik ke trotoar dan mendekati tempat sampah dekat pohon. Papanya menghampiri Yenny karena tidak ingin ada apa-apa dengan anak sulungnya itu. "Pa, kasihan anak-anak anjing ini. Tadi aku melihat sekilas seekor melongok ke luar, lalu masuk lagi," tukas Yenny. Ada tiga ekor anak anjing yang lucu-lucu di tempat sampah itu. Yenny dan papanya bertanya ke orang-orang sekitar, apakah ada yang tahu pemilik anjing-anjing itu, namun tidak ada yang tahu.

Ditunggu beberapa saat tidak muncul pula induknya. Tampaknya mereka sengaja dibuang oleh orang. Dengan iba, Yenny meminta papanya agar mau membawa anak-anak anjing itu ke rumah. "Kasihan, Pa. Mereka masih kecil. Kalau dirawat pasti mereka bersih dan sehat lagi."

Yenny merasa iba kepada anjing-anjing yang terbuang, dan bertindak nyata. Mewartakan Injil ditujukan kepada semua makhluk, termasuk hewan, tumbuhan dengan melestarikan alam ciptaan. Sikap Yenny merupakan benih yang baik yang harus dikembangkan.

Kita bisa belajar mewartakan Injil kepada semua makhluk dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitar kita.


Tuhan Yesus, Engkau Raja Semesta Alam. Engkau pencipta serta pemelihara alam semesta. Ajarilah aku mewartaan Kabar Gembira Injil-Mu dengan ikut memelihara alam dan makhluk ciptaan-Mu. Amin.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

Jumat, 29 April 2011 Hari Jumat dalam Oktaf Paskah

Jumat, 29 April 2011
Hari Jumat dalam Oktaf Paskah

Betapa banyak jiwa bisa mencapai kekudusan, bila dibimbing dengan baik. (St. Teresia dari Lisieux)

Antifon Pembuka

Tuhan mengantar umat-Nya dengan selamat dan mencampakkan musuh mereka ke laut (Mzm 78:53). Alleluya.


Doa Pagi


Para
murid percaya dan taat kepada-Mu, ya Yesus, meskipun hal itu dirasa sulit. Semoga kami pun berani mematuhi perintah-Mu sehingga kami tak pernah gagal, terutama untuk segala usaha kami hari ini. Engkau yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Penahanan Petrus dan Yohanes pada saat warta keselamatan disampaikan kepada Israel mulai mendapatkan perlawanan. Namun di tengah perlawanan itu, Petrus menegaskan bahwa orang lumpuh itu disembuhkan dalam nama Yesus. Hanya dalam nama-Nya, keselamtan itu mungkin. Itulah sebabnya mereka tidak mungkin menyangkal Yesus, batu penjuru hidup mereka.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul (4:1-12)


"Keselamatan hanya ada di dalam Yesus."

Sekali peristiwa, sesudah menyembuhkan seorang lumpuh, Petrus dan Yohanes berbicara kepada orang banyak. Tiba-tiba mereka didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Mereka ini sangat marah, karena Petrus dan Yohanes mengajar orang banyak dan memberitakan bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. Maka mereka ditangkap, lalu diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam. Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan para ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar. Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: "Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?" Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus, "Hai pemimpin-pemimpin umat dan kaum tua-tua, jika sekarang kami harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit, dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa semua itu kami lakukan dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi dibangkitkan Allah dari antara orang mati; karena Yesus itulah orang ini sekarang berdiri dengan sehat di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, yaitu kamu sendiri, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 2/4, PS 831
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia
Ayat. (Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27a; Ul: lih. 1)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya!" Biarlah orang yang takwa pada Tuhan berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya!"
2. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi pada pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya!
3. Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita.

Bait Pengantar Injil, do = f, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)
Inilah hari yang dijadikan Tuhan. Marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.


Kegagalan bukanlah halangan bagi orang beriman untuk mengalami kehadiran Tuhan. Bisa terjadi justru sebaliknya, kita akan mengalami kehadiran Tuhan yang sangat mendalam saat kegagalan mendatangi kita. Yesus yang bangkit justru menjumpai para murid saat mereka gagal menangkap ikan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (21:1-14)

"Yesus mengambil roti dan memberikannya kepada para murid; demikian juga ikan."

Sesudah bangkit dari antara orang mati, Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias. Ia menampakkan diri sebagai berikut: Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid Yesus yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka, "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya, "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka, "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka, "Tidak ada!" Maka kata Yesus kepada mereka, "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya, dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus berkata kepada Petrus, "Itu Tuhan!" Ketika Petrus mendengar bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja; dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika tiba di darat, mereka melihat ada api arang, dan di atasnya ada ikan serta roti. Kata Yesus kepada mereka, "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Simon Petrus naik ke perahu, lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya; dan sungguh pun sebanyak itu ikannya, jala tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka, "Marilah dan sarapanlah!" Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya, "Siapakah Engkau," sebab mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka; demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Iman itu berarti taat setia dan pasrah kepada kehendak Tuhan. Pasrah bukan berarti pasif dan tidak berbuat apa-apa, melainkan kita aktif terus mencari dan menemukan kehendak-Nya. Kita tidak perlu bertanya apa yang akan Tuhan berikan kepada kita. Tuhan pasti sudah lebih tahu kebutuhan kita. Dengan taat kepada kehendak-Nya, niscaya kita akan mengalami sukacita. Tuhan memberikan rahmat-Nya yang berlimpah ruah, jauh melampaui keinginan kita. Itulah iman yang benar.

Doa Malam

Bapa yang Mahakuat, berilah kami kekuatan-Mu agar kami sanggup menghadapi setiap situasi hidup kami dengan keberanian yang telah ditunjukkan oleh Yesus, Putera-Mu, dengan cinta-Nya yang tak terbatas. Sertailah kami dalam istirahat tidur malam ini. Amin.


RUAH

Kamis, 28 April 2011 Hari Kamis dalam Oktaf Paskah

Kamis, 28 April 2011
Hari Kamis dalam Oktaf Paskah


"Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat,lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka" <--> Luk 24:30

Doa Renungan

Allah Bapa kami di surga, Engkau selalu membangkitkan daya hidup baru pada umat-Mu. Engkau telah memulihkan martabat kami dan mengangkat kami menjadi putra dan putri-Mu. Semoga kami senantiasa memuji Dikau karenanya, dan semoga kami mendambakan hari kebangkitan kami dan terlaksananya segala harapan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul (3:11-26)

"Yesus, Pemimpin kepada hidup, yang telah kamu bunuh; tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati."

Petrus dan Yohanes menyembuhkan seseorang yang lumpuh. Ketika orang lumpuh yang disembuhkan itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, seluruh orang banyak yang sangat keheranan datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata, "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu? Dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat bahwa Ia harus dilepaskan. Kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, dan malah menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Yesus, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh! Tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Karena kepercayaan dalam nama Yesuslah, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; kepercayaan itulah yang telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpinmu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di Surga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku! Dengarkanlah Dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakan-Nya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita. Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati, dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu Tuhan di seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 8:2ab.5.6-7.8-9)

1. Ya Tuhan, Allah kami, apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.
3. Domba, sapi dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil, do = d, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)

Ayat. Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:35-48)

"Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga."

Dua murid yang dalam perjalanan ke Emaus ditemui oleh Yesus yang bangkit, segera kembali ke Yerusalem. Mereka menceritakan kepada saudara-saudara apa yang telah terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut, dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hatimu? Lihatlah tangan dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini! Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu kan tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum juga percaya karena girang dan masih heran, berkatalah Yesus kepada mereka, "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Yesus berkata kepada mereka, "Inilah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Yesus membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka, "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

"Sesudah dirimu dis'lamatkan, jadilah saksi Kristus..." Lagu itu berkumandang gempita di gereja paroki. Hari itu ratusan remaja dan beberapa orang dewasa telah menerima Sakramen Krisma dari Uskup. Seusai Ekaristi, Anton dengan riang menyambut ucapan selamat dari ayah dan ibunya, kakaknya, serta seluruh kenalan dan kerabat. Ia dan keluarganya pun sempat berfoto bersama Bapa Uskup, pastor paroki, wali krisma, guru agama, dan teman-teman. Senang sekali rasanya.

Setelah itu di aula paroki, hidangan dan berbagai acara telah disiapkan untuk para penerima Sakramen Krisma. Anton mengingat baik-baik nasihat Bapa Uskup dalam homili tadi: "Menjadi saksi Kristus berarti mengalami hubungan yang akrab dengan Kristus dalam doa dan sakramen-sakramen. Juga mengalami Kristus dalam perjumpaan dengan orang sekitar. Mau memikirkan yang terbaik demi Kristus dalam peristiwa sehari-hari. Sejak dibaptis, kita sebenarnya telah menjadi saksi Kristus. Namun, dengan Sakramen Krisma, secara resmi dinyatakan bahwa kita telah dewasa dalam iman. Kita dilantik menjadi utusan Gereja untuk menjadi saksi hidup Kristus. Caranya, hidup yang penuh kasih di tengah keluarga, sekolah, dan pergaulan masyarakat."

Menerima Sakramen Krisma dari tangan Bapa Uskup, pengganti para rasul, merupakan peristiwa sekali seumur hidup. Bukan mengenai acara dan hadiah serta foto dan sertifikatnya, namun yang pasti ialah kenyataan iman bahwa kita menjadi saksi Kristus. Kita merindukan dan mengenangkan Kristus yang mencurahi Roh Kudus, sehingga kita menjadi saksi Injil-Nya dalam hidup yang gembira.

Tuhan Yesus Kristus, terima kasih, Engkau telah melantik aku menjadi saksi-Mu. Amin.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

POPE BENEDICT XVI FOR THE 45th WORLD COMMUNICATIONS DAY: Truth, Proclamation and Authenticity of Life in the Digital Age

POPE BENEDICT XVI
FOR THE 45th WORLD COMMUNICATIONS DAY

Truth, Proclamation and Authenticity of Life in the Digital Age

June 5, 2011



Dear Brothers and Sisters,

On the occasion of the 45th World Day of Social Communications, I would like to share some reflections that are motivated by a phenomenon characteristic of our age: the emergence of the internet as a network for communication. It is an ever more commonly held opinion that, just as the Industrial Revolution in its day brought about a profound transformation in society by the modifications it introduced into the cycles of production and the lives of workers, so today the radical changes taking place in communications are guiding significant cultural and social developments. The new technologies are not only changing the way we communicate, but communication itself, so much so that it could be said that we are living through a period of vast cultural transformation. This means of spreading information and knowledge is giving birth to a new way of learning and thinking, with unprecedented opportunities for establishing relationships and building fellowship.

New horizons are now open that were until recently unimaginable; they stir our wonder at the possibilities offered by these new media and, at the same time, urgently demand a serious reflection on the significance of communication in the digital age. This is particularly evident when we are confronted with the extraordinary potential of the internet and the complexity of its uses. As with every other fruit of human ingenuity, the new communications technologies must be placed at the service of the integral good of the individual and of the whole of humanity. If used wisely, they can contribute to the satisfaction of the desire for meaning, truth and unity which remain the most profound aspirations of each human being.

In the digital world, transmitting information increasingly means making it known within a social network where knowledge is shared in the context of personal exchanges. The clear distinction between the producer and consumer of information is relativized and communication appears not only as an exchange of data, but also as a form of sharing. This dynamic has contributed to a new appreciation of communication itself, which is seen first of all as dialogue, exchange, solidarity and the creation of positive relations. On the other hand, this is contrasted with the limits typical of digital communication: the one-sidedness of the interaction, the tendency to communicate only some parts of one’s interior world, the risk of constructing a false image of oneself, which can become a form of self-indulgence.

Young people in particular are experiencing this change in communication, with all the anxieties, challenges and creativity typical of those open with enthusiasm and curiosity to new experiences in life. Their ever greater involvement in the public digital forum, created by the so-called social networks, helps to establish new forms of interpersonal relations, influences self-awareness and therefore inevitably poses questions not only of how to act properly, but also about the authenticity of one’s own being. Entering cyberspace can be a sign of an authentic search for personal encounters with others, provided that attention is paid to avoiding dangers such as enclosing oneself in a sort of parallel existence, or excessive exposure to the virtual world. In the search for sharing, for “friends”, there is the challenge to be authentic and faithful, and not give in to the illusion of constructing an artificial public profile for oneself.

The new technologies allow people to meet each other beyond the confines of space and of their own culture, creating in this way an entirely new world of potential friendships. This is a great opportunity, but it also requires greater attention to and awareness of possible risks. Who is my “neighbour” in this new world? Does the danger exist that we may be less present to those whom we encounter in our everyday life? Is there is a risk of being more distracted because our attention is fragmented and absorbed in a world “other” than the one in which we live? Do we have time to reflect critically on our choices and to foster human relationships which are truly deep and lasting? It is important always to remember that virtual contact cannot and must not take the place of direct human contact with people at every level of our lives.

In the digital age too, everyone is confronted by the need for authenticity and reflection. Besides, the dynamic inherent in the social networks demonstrates that a person is always involved in what he or she communicates. When people exchange information, they are already sharing themselves, their view of the world, their hopes, their ideals. It follows that there exists a Christian way of being present in the digital world: this takes the form of a communication which is honest and open, responsible and respectful of others. To proclaim the Gospel through the new media means not only to insert expressly religious content into different media platforms, but also to witness consistently, in one’s own digital profile and in the way one communicates choices, preferences and judgements that are fully consistent with the Gospel, even when it is not spoken of specifically. Furthermore, it is also true in the digital world that a message cannot be proclaimed without a consistent witness on the part of the one who proclaims it. In these new circumstances and with these new forms of expression, Christian are once again called to offer a response to anyone who asks for a reason for the hope that is within them (cf. 1 Pet 3:15).

The task of witnessing to the Gospel in the digital era calls for everyone to be particularly attentive to the aspects of that message which can challenge some of the ways of thinking typical of the web. First of all, we must be aware that the truth which we long to share does not derive its worth from its “popularity” or from the amount of attention it receives. We must make it known in its integrity, instead of seeking to make it acceptable or diluting it. It must become daily nourishment and not a fleeting attraction. The truth of the Gospel is not something to be consumed or used superficially; rather it is a gift that calls for a free response. Even when it is proclaimed in the virtual space of the web, the Gospel demands to be incarnated in the real world and linked to the real faces of our brothers and sisters, those with whom we share our daily lives. Direct human relations always remain fundamental for the transmission of the faith!

I would like then to invite Christians, confidently and with an informed and responsible creativity, to join the network of relationships which the digital era has made possible. This is not simply to satisfy the desire to be present, but because this network is an integral part of human life. The web is contributing to the development of new and more complex intellectual and spiritual horizons, new forms of shared awareness. In this field too we are called to proclaim our faith that Christ is God, the Saviour of humanity and of history, the one in whom all things find their fulfilment (cf. Eph 1:10). The proclamation of the Gospel requires a communication which is at once respectful and sensitive, which stimulates the heart and moves the conscience; one which reflects the example of the risen Jesus when he joined the disciples on the way to Emmaus (cf. Lk 24:13-35). By his approach to them, his dialogue with them, his way of gently drawing forth what was in their heart, they were led gradually to an understanding of the mystery.

In the final analysis, the truth of Christ is the full and authentic response to that human desire for relationship, communion and meaning which is reflected in the immense popularity of social networks. Believers who bear witness to their most profound convictions greatly help prevent the web from becoming an instrument which depersonalizes people, attempts to manipulate them emotionally or allows those who are powerful to monopolize the opinions of others. On the contrary, believers encourage everyone to keep alive the eternal human questions which testify to our desire for transcendence and our longing for authentic forms of life, truly worthy of being lived. It is precisely this uniquely human spiritual yearning which inspires our quest for truth and for communion and which impels us to communicate with integrity and honesty.

I invite young people above all to make good use of their presence in the digital world. I repeat my invitation to them for the next World Youth Day in Madrid, where the new technologies are contributing greatly to the preparations. Through the intercession of their patron Saint Francis de Sales, I pray that God may grant communications workers the capacity always to carry out their work conscientiously and professionally. To all, I willingly impart my Apostolic Blessing.

From the Vatican, 24 January 2011,
Feast of Saint Francis de Sales



BENEDICTUS XVI

Pesan Paus Benediktus XVI Pada Hari Komunikasi Sedunia ke 45 "Kebenaran, Pemakluman dan Kesejatian Hidup di Jaman Digital"

PESAN BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI
PADA HARI KOMUNIKASI SEDUNIA ke-45
HARI MINGGU PASKAH VII, 5 Juni 2011

"Kebenaran, Pemakluman dan Kesejatian Hidup di Jaman Digital"

Saudara dan Saudari Terkasih,

Pada kesempatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-45, saya ingin berbagi beberapa refleksi yang dimotivasi oleh suatu ciri khas yang menggejala jaman kita: munculnya internet sebagai jejaring komunikasi. Ada pendapat yang semakin umum bahwa, sebagaimana revolusi industri yang pada masanya menghasilkan suatu transformasi besar dalam masyarakat melalui perubahan-perubahan yang terjadi ke dalam lingkaran produksi dan kehidupan para pekerja, demikian juga berbagai perubahan mendasar yang terjadi di dalam komunikasi di jaman sekarang ini sedang memandu perkembangan-perkembangan budaya dan sosial yang signifikan. Teknologi baru tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi melainkan juga memengaruhi komunikasi itu sendiri sedemikian rupa sehingga orang menegaskan bahwa kita sementara hidup dalam suatu periode transformasi budaya yang besar. Sarana penyebaran informasi dan pengetahuan ini melahirkan suatu cara baru belajar dan berpikir dengan peluang-peluang yang belum pernah terjadi guna menegakkan antar hubungan dan membangun persekutuan .

Kini, cakrawala baru yang tak terbayangkan sebelumnya telah terbuka. Cakrawala-cakrawala tersebut membangkitkan kekaguman karena kemungkinan-kemungkinan yang disodorkan oleh media baru itu, dan pada saat yang sama amat menuntut suatu permenungan yang serius tentang makna komunikasi di jaman digital. Hal ini secara khusus menjadi jelas ketika kita menghadapi kemampuan luar biasa internet dan kerumitan pemakaiannya. Sebagaimana halnya dengan setiap hasil kecakapan manusia, teknologi komunikasi baru harus diperuntukkan bagi pelayanan kebaikan perorangan dan umat manusia secara utuh. Jika dipergunakan dengan bijaksana, teknologi komunikasi baru dapat memberikan sumbangsih bagi pemenuhan kerinduan akan makna, kebenaran dan kesatuan yang tetap menjadi cita-cita terdalam setiap manusia.

Dalam dunia digital, menyampaikan informasi kian dipahami dalam suatu jejaring sosial dimana pengetahuan terbagi dalam konteks pertukaran pribadi. Perbedaan yang jelas antara penyedia informasi dan pengenyam informasi menjadi relatif; dan komunikasi tidak hanya nampak sebagai pertukaran data tetapi juga sebagai suatu bentuk berbagi. Dinamika ini menyumbangkan bagi suatu penilaian baru tentang komunikasi itu sendiri, yang terutama dipandang sebagai dialog, pertukaran, solidaritas dan penciptaan hubungan-hubungan yang positif. Pada sisi lain, hal ini diperhadapkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari komunikasi digital: interaksi sepihak, kecenderungan mengkomunikasikan hanya sebagian dari dunia batin seseorang, resiko pencitraan palsu seseorang yang dapat menjadi suatu bentuk kepuasan diri sendiri.

Secara khusus, kaum muda sedang mengalami perubahan ini dalam komunikasi dengan semua kecemasan, tantangan dan daya cipta, yang khas bagi orang yang terbuka dengan antusiasme dan rasa ingin tahu akan pengalaman-pengalaman baru dalam hidup. Keterlibatan mereka yang semakin besar dalam forum digital publik yang tercipta oleh jejaring-jejaring sosial membantu melahirkan bentuk-bentuk baru dari hubungan-hubungan antar pribadi memengaruhi kesadaran diri sendiri dan oleh karena itu tak pelak lagi mempertanyakan bukan saja bagaimana seharusnya bertindak tetapi juga tentang kesejatian jati dirinya. Masuk ke dalam ruang maya dapat menjadi tanda pencarian yang otentik akan perjumpaan pribadi dengan orang lain, asalkan tetap tanggap terhadap bahaya seperti menyertakan diri dalam sejenis eksistensi ganda atau menampilkan diri secara berlebihan di dalam dunia maya. Dalam upaya berbagi dan mencari "teman", terdapat tantangan untuk menjadi otentik dan setia dan tidak menyerah kepada ilusi untuk mencitrakan tampang publik yang palsu bagi diri sendiri.

Teknologi baru memungkinkan untuk saling bertemu di luar batas-batas ruang dan budaya mereka sendiri, dengan menciptakan sebuah dunia yang sama sekali baru dari persahabatan-persahabatan potensial. Ini merupakan suatu peluang besar tetapi juga menuntut perhatian yang lebih besar dan kesadaran akan resiko yang mungkin. Siapakah "tetangga" saya di dalam dunia baru ini? Entahkah ada bahaya bahwa kita mungkin kurang hadir bagi mereka yang kita jumpai dalama hidup harian kita? Apakah ada risiko menjadi lebih terganggu karena perhatian kita terbagi-bagi dan terserap di suatu "dunia lain" daripada dimana kita hidup? Apakah kita mempunyai waktu untuk merenungi pilihan kita secara kritis dan memajukan hubungan yang sungguh mendalam dan berdaya tahan? Pentinglah untuk selalu mengingat bahwa kontak virtual tidak dapat dan tidak boleh mengganti kontak manusiawi langsung dengan orang-orang di setiap tingkat kehidupan kita.

Dalam era digital juga, setiap orang dihadapkan dengan kebutuhan akan otentisitas dan refleksi. Selain itu, dinamika yang melekat di dalam jejaring sosial menunjukkan bahwa seseorang senantiasa terlibat dalam apa yang ia komunikasikan. Tatkala orang saling menukar informasi, mereka sudah mensyeringkan diri mereka, pandangannya tentang dunia, harapan dan cita-cita mereka. Lantas, cara hadir yang khas kristiani di dunia digital adalah bentuk komunikasi yang jujur dan terbuka, bertanggungjawab dan hormat akan orang lain. Memaklumkan Injil melalaui media baru berarti tidak sekadar memasukkan isi religius secara terbuka ke dalam berbagai pentas media, tetapi menjadi saksi setia di dunia digital itu sendiri dan cara seseorang mengkomunikasikan pilihan-pilihan, apa yang utama, serta keputusan-keputusan yang sepenuhnya selaras dengan Injil bahkan ketika hal itu tidak terungkap secara khusus. Selanjutnya, benar juga bahwa di dalam dunia digital pesan tak dapat disampaikan tanpa disertai dengan kesaksian yang konsisten dari pihak yang meyampaikannya. Dalam situasi baru itu dan dengan bentuk pengungkapan baru, orang Kristen sekali lagi dipanggil untuk memberikan jawaban kepada siapa saja yang meminta pertanggungjawaban terhadap pengharapan yang ada dalam diri mereka (bdk. 1 Petrus 3:15)

Tugas memberikan kesaksian tentang Injil di era digital menuntut setiap orang untuk secara istimewa memiliki kepekaan terhadap aspek pesan yang dapat menantang cara berpikir khas internet. Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa kebenaran yang ingin kita bagikan bukan bukan berasal dari nilai "popularitas"nya atau jumlah perhatian yang diterima. Kita harus berusaha memperkenalkannya secara utuh, bukan sekadar supaya dapat diterima atau sebaliknya malah melemahkannya. Ia harus menjadi makanan harian dan bukannya daya tarik sesaat. Kebenaran Injil bukanlah sesuatu yang memberikan rasa puas atau digunakan secara dangkal, melainkan pemberian yang menuntut jawaban bebas. Bahkan apabila diwartakan dalam dunia internet, Injil harus terjelma dalam dunia nyata dan berkaitan dengan wajah riil saudara dan saudari kita, mereka yang dengannya kita berbagi keseharian hidup kita. Hubungan manusiwi yang langsung tetap menjadi fundamental bagi pemakluman iman.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak orang-orang kristiani dengan percaya diri, dan dengan kreatifitas yang terbina dan bertanggungjawab bergabung dalam jejaring hubungan yang dimungkinkan oleh jaman digital. Hal ini bukan saja untuk memuaskan keinginan untuk hadir, tetapi karena jejaring ini merupakan bagian utuh dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks, bentuk-bentuk baru kesadaran berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kirstus adalah Allah, Penyelamat umat manusia dan Penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (Bdk. Ef. 1:10). Pewartaan Injil menuntut sebuah komunikasi yang sekaligus penuh hormat dan peka, yang menggugah hati dan menggerakkan kesadaran; cerminan suri teladan Yesus yang bangkit tatkala Ia bergabung bersama para murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (bdk. Lk. 24:13-35). Dengan cara pendekatan-Nya, dialog-Nya bersama mereka, cara-Nya yang lembut menggerakkan hati, mereka perlahan-lahan dituntun kepada suatu pemahaman akan misteri.

Dalam analisis terakhir, kebenaran Kristus merupakan jawaban yang utuh dan otentik bagi kerinduan manusia akan hidup relasi, persekutuan dan makna yang tercermin dalam popularitas jejaring sosial yang meluas. Orang beriman yang memberikan kesaksian iman yang sungguh mendalam tentu memberikan bantuan yang berharga bagi internet agar tidak menjadi sarana yang memerosotkan kepribadian manusia, memanipulasi secara emosional, dan yang memberikan kemungkinan kepada berkuasa untuk memonopoli pendapat orang lain. Sebaliknya, orang beriman mendorong setiap orang untuk terus menghidupkan pertanyaan manusiawi yang abadi sebagai ungkapan kerinduan akan sesuatu yang yang trasenden dan dambaan akan bentuk-bentuk yang otentik dari kehidupan yang patut untuk dihayati. Justru hasrat rohani yang unik manusiawi inilah yang mengilhami upaya kita untuk mencari kebenaran dan persekutuan dan mendesak kita untuk berkomunikasi dengan keutuhan dan kejujuran.

Saya mengundang terutama kaum muda untuk sungguh-sungguh hadir secara berdaya guna di dunia digital. Saya mengulangi lagi undanganku bagi mereka untuk Hari Kaum Muda sedunia di Madrid, dimana teknologi baru sedang memberikan sumbangannya yang besar bagi persiapannya. Dengan pengantaraan pelindungnya St. Fransiskus de Sales, saya berdoa agar Allah menganugerahi para pekerja di bidang komunikasi kemampuan untuk melaksanakan karya mereka dengan sadar dan profesional. Kepada kalian semua, saya memberikan berkat apostolik saya.

Vatikan 24 Januari 2011

Pesta St. Fransiskus de Sales



Benedictus PP XVI

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy