| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 15 September 2009 :: Pw. SP Maria Berdukacita

Selasa, 15 September 2009
Pw. SP Maria Berdukacita


Bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya karena kemiskinan-Nya -- 2Kor 8:9b

Doa Renungan
Allah Bapa di surga, kami tahu hari ini Engkau tetap menyertai kami. Hadirlah ya Tuhan, kami ingin tinggal bersama-Mu dalam doa hari ini. Kami ingin bersyukur atas berkat dan anugerah yang Engkau anugerahkan pada kami hari ini. Puji dan syukur atas anugerah-Mu, Tuhan. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (5:7
-9)

"Yesus pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya."

Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut. Dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Akan tetapi, sekalipun Anak Allah, Yesus telah belajar menjadi taat; dan ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya. Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 818
Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Ayat. (Mzm 31:2-3a.3bc-4.5-6.15-16.20)
1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan daku.
2. Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
3. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.
4. Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, aku berkata, "Engkaulah Allahku!" Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan bebaskanlah dari orang-orang yang mengejarku.
5. Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takwa kepada-Mu, yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu!

Bait Pengantar Injil PS 953
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Berbahagialah Engkau, Sang Perawan Maria, sebab di bawah salib Tuhan engkau menjadi martir tanpa menumpahkan darahmu

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (19:25-27)

"Inilah anakmu!" Inilah ibumu"

Waktu Yesus bergantung di salib, di dekat salib itu berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu Yesus, Maria, isteri Kleopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah ia kepada ibu-Nya, "Ibu, inilah anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan


"Inilah ibumu!"
(Ibr 5:7-9; Yoh 19:25-27)



Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta ‘SP Maria Berdukacita’ hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Seorang ibu yang baik senantiasa mengasihi anak-anaknya dalam kondisi dan situasi apapun dan dimanapun, demikian juga ketika anak-anak sudah tumbuh berkembang menjadi dewasa atau berkeluarga. Maka ada lagu yang begitu bagus dan indah: ”Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Hari ini kita kenangkan “Bunda Maria” yang berdukacita, pesta untuk mengenangkan bahwa Bunda Maria senantiasa bersama dan bersatu dengan Yesus, yang kemarin kita kenangkan persembahan diriNya di puncak kayu salib. Bunda Maria berdiri di dekat salib Yesus, bahkan Michael Angelo melukiskan Bunda Maria memangku Yesus yang telah wafat di kayu salib. Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah kita sebagai orang beriman dengan rendah hati berusaha meneladan Bunda Maria, antara lain bersama dan bersatu dengan Yesus yang disalibkan, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia, demi keselamatan seluruh dunia seisinya. Kita dipanggil untuk berdiri di dekat salib Yesus, sahabat kita, dan selayaknya sebagai sahabatNya berpartisipasi dalam persembahanNya demi keselamatan seluruh dunia. Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hari untuk mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi. Semakin mendunia hendaknya semakin beriman agar kita mampu mempersembahkan diri kita bersama semua pekerjaan, kesibukan, beban dst. kepada Tuhan. Dengan kata lain marilah kita memberikan diri seutuhnya pada pekerjaan, tugas atau kewajiban yang dibebankan kepada kita dengan semangat “hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Semoga cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun ‘menyinari dunia’ artinya membuat dan menyebabkan segala sesuatu baik adanya. Masing-masing dari kita menjadi ‘terang’ bagi dunia; kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun tidak mempersulit orang lain, melainkan membuat orang lain dengan mudah dan gembira melaksanakan tugas pekerjaan dan kewajiban mereka.

· “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibr 5:7). Kutipan ini pertama-tama dikenakan pada Yesus, tetapi kiranya juga dapat dikenakan kepada Bunda Maria. Ingat dalam kisah pesta perkawinan di Kana, dimana Bunda Maria minta kepada Yesus untuk berbuat sesuatu demi keselamatan pesta perkawinan, dan Yesus pun melaksanakan dengan membuat mujizat, air menjadi anggur yang terbaik. Pada masa kini devosi kepada Bunda Maria kiranya semakin tumbuh dan berkembang, antara lain semakin maraknya ziarah ke tempat ziarah Bunda Maria atau berdoa di hadapan ‘patung Bunda Maria’ yang berada di gereja, kapel atau gua-gua. Bukup banyak permohonan dipersembahkan kepada Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria, dan juga sudah cukup banyak permohonan yang dikabulkan. Dalam berbagai penampakan Bunda Maria, yang diimani, antara lain diceriterakan bahwa Bunda Maria melelehkan air mata: air mata kasih bagi para pendosa. Bunda Maria setia pada pesan Yesus di puncak kayu salib “Ibu, inilah anakmu”. Lelehan air mata Bunda kiranya merupakan tawaran kasih bagi para pendosa agar bertobat, meninggalkan aneka macam bentuk kejahatan yang telah dilakukannya. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua, yang merasa berdosa, namun kiranya kita semua adalah pendosa, marilah kita tanggapi ‘ratap tangis’ atau ‘lelehan air mata’ Bunda Maria dengan bertobat, menjadi anak-anak kesayangan Bunda Maria, yang juga berarti menjadi sahabat-sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus.


“Pada-Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia “
(Mzm 31:2-6)


Jakarta, 15 September 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Pertemuan IV Bulan Kitab Suci: Keuskupan Agung Semarang: Ajaran Mengenai Surga, Api Penyucian, dan Neraka

PERTEMUAN MINGGU IV


AJARAN MENGENAI SURGA, API PENYUCIAN, DAN NERAKA


Tujuan pertemuan:

Umat semakin memahami ajaran iman Katolik mengenai surga, api penyucian, dan neraka.

Pengantar

Dalam pertemuan minggu keempat ini kita akan bersama-sama merenungkan dan membicarakan ajaran Katolik mengenai surga, api penyucian, dan neraka. Saudara-saudari Kristen Protestan pada umumnya tidak mengakui adanya api penyucian dan perlunya doadoa untuk orang yang sudah meninggal. Alasannya, kedua paham itu tidak dibicarakan dalam Kitab Suci. Gereja Katolik mengakui kedua ajaran tersebut, karena keduanya disinggung dalam kitab Makabe dan diajarkan oleh Bapa-bapa Gereja. Secara resmi Gereja Katolik percaya akan adanya api penyucian dan perlunya doa-doa untuk orang mati.


Bahan Pendalaman

25. Surga itu apa?
Kitab Suci menyebut surga sebagai tempat kediaman Allah (1Raj 8:30; Mzm 2:4; Mrk 11:25; Mat 5:16; Luk 11:15; Why 21:2), tempat kediaman para malaikat (Kej 21:17; Luk 2:15; Ibr 12:22; Why 1:4), tempat kediaman Kristus (Mrk 16:19; Kis 1:9-11; Ef 4:10; Ibr 4:14), dan tempat kediaman orang-orang kudus (Mrk 10:21; Flp 3:20; Ibr 12:22-24). Kitab Suci memakai gambaran-gambaran yang dapat ditangkap oleh manusia dengan pengalaman hidupnya untuk menunjukkan kebahagiaan surgawi, antara lain digambarkan sebagai Firdaus yang baru, kenisah surgawi, Yerusalem baru, tanah air sejati, Kerajaan Allah. Terlihat bahwa surga lebih banyak digambarkan sebagai sebuah ”tempat”. Katekismus Gereja Katolik (KGK) lebih menekankan gambaran surga sebagai suatu kondisi kehidupan yang serba sempurna jika dibandingkan dengan kehidupan manusia di dunia. Surga adalah persekutuan kehidupan abadi yang bahagia, sempurna dan penuh cinta bersama Allah Tritunggal Mahakudus, bersama Perawan Maria, para malaikat dan orang kudus. Surga merupakan keadaan bahagia sempurna, tertinggi dan definitif yang merupakan tujuan terakhir menjadi kerinduan terdalam manusia. (KGK 1024). Seperti apakah surga yang senyatanya? Rupanya sulit bagi kita untuk menggambarkannya sekarang. Kita hidup dalam ketidaksempurnaan, sedangkan gambaran surga memuat unsur-unsur yang serba sempurna: damai sempurna, kasih sempurna, terang yang sempruna, kemuliaan dan kebahagiaan sempurna, persatuan sempurna dengan Allah dan para kudusnya dalam kehidupan kekal. Santo Paulus mengatakan dalam 1Kor 2:9: ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pemah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semuanya itu disediakan oleh Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (bdk. KGK 1027).

26. Apa arti hidup di dalam surga?
”Hidup di dalam surga berarti ’ada bersama Kristus’. Kaum terpilih hidup ’di dalam Dia’, mempertahankan, atau lebih baik dikatakan, menemukan identitasnya yang sebenarnya, namanya sendiri” (KGK 1025).

27. Siapakah yang boleh masuk surga?
Yang boleh masuk surga adalah orang yang mati dalam rahmat dan persahabatan dengan Allah dan disucikan sepenuhnya. Mereka akan hidup bersama dengan Kristus selama-lamanya dan diperkenankan memandang Allah dalam keadaan yang sebenarnya (1Yoh 3:2) dari muka ke muka (KGK 1023). Memandang Allah dalam kemuliaan surgawi-Nya biasa disebut sebagai ”pandangan yang membahagiakan” (Visio beatifica). Paus Benediktus XII mewakili pendapat Gereja Katolik menyatakan: ”Kami mendefinisikan berkat wewenang apostolik, bahwa menurut penetapan Allah yang umum, jiwa-jiwa semua orang kudus ... dan umat beriman yang lain, yang mati sesudah menerima Pembaptisan suci Kristus, kalau mereka memang tidak memerlukan suatu penyucian ketika mereka mati, ... atau, kalaupun ada sesuatu yang harus disucikan atau akan disucikan, ketika mereka disucikan setelah mati, ... sudah sebelum mereka mengenakan kembali tubuhnya dan sebelum pengadilan umum, sesudah Kenaikan Tuhan, dan Penyelamat
kita Yesus Kristus ke surga sudah berada dan akan berada di surga, dalam Kerajaan surga dan firdaus surgawi bersama Kristus, sudah bergabung pada persekutuan para malaikat yang kudus, dan sesudah penderitaan dan kematian Tuhan kita Yesus Kristus, jiwa-jiwa ini sudah melihat dan sungguh melihat hakikat ilahi dengan suatu pandangan langsung, dan bahkan dari muka ke muka, tanpa perantaraan makhluk apa pun” (Benediktus XII: OS 1000; bdk. LG 49).

28. Persekutuan para kudus itu apa?
Persekutuan para kudus (bhs. Latin: communio sanctorum) adalah persekutuan dari seluruh anggota Gereja yang masih hidup di dunia ini dengan mereka yang sudah berada di surga maupun yang masih di api penyucian. Dengan demikian anggota dari persekutuan para kudus ada tiga kelompok, yaitu: mereka yang masih ada di dunia, mereka yang sedang mengalami penyucian, dan mereka yang sudah mengalami kebahagiaan surgawi (KGK 1475). Persekutuan ini dipersatukan sebagai Tubuh Mistik Kristus. Anggota Gereja yang masih hidup di dunia bersama-sama saling membantu dalam mengupayakan kesucian hidup, melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan mengakui iman yang sama. Anggota Gereja yang masih di dunia ini menyatakan kesatuannya dengan para kudus di surga dengan cara menghormati mereka, memohon pertolongan dan doa doa mereka, meneladan keutamaan hidup dan kekudusan mereka. Kesatuan dengan dengan jiwa-jiwa di api penyucian ditunjukkan oleh Gereja dengan mendoakan mereka dan melakukan perbuatan silih serta perbuatan baik demi keselamatan mereka. Para kudus di surga tetap ada dalam kesatuan dengan umat manusia yang sedang berjuang menguduskan diri di dunia ini maupun di api penyucian.

29. Apa kata Konsili Vatikan II jasa para kudus di surga bagi kita di dunia ini?
Konsili Vatikan II dalam konstitusi dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium art. 49) mengatakan bahwa persatuan antara kita yang masih berada di dunia dengan para kudus di surga tidak terputus bahkan semakin diteguhkan. Mereka yang telah bersatu dengan Kristus membantu penyempurnaan hidup para anggota Gereja di dunia, menjadi perantara doa bagi kita. Sebagai saudara dalam Kristus, para kudus di surga membantu kita yang masih ada dalam kelemahan.

30. Apakah peranan Yesus Kristus dalam membawa manusia beriman untuk masuk surga?
Yesus mengalami kematian dan kebangkitan bukan untuk diri-Nya sendiri tetapi demi seluruh umat manusia. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus telah ”membuka” pintu surga bagi kita. Karunia hidup surgawi bagi umat manusia adalah buah penebusan Kristus. Dia mengundang semua umat manusia yang percaya dan setia pada-Nya untuk mengambil bagian dalam kemuliaan surgawi, di mana semuanya hidup bersatu dalam kebahagiaan dan kehidupan sejati dengan Dia (KGK 1026). Dengan demikian, peran Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit adalah sebagai penyelamat sekaligus sebagai pengantara keselamatan bagi seluruh umat manusia.

31. Api penyucian itu apa?
Dalam bahasa Latin, api penyucian disebut purgatorium, artinya pembersihan. Sebenarnya bahasa resmi Gereja tidak menyebutnya sebagai api, tetapi hanya penyucian saja, artinya tahap terakhir dalam proses pemurnian sebelum masuk surga. Dalam KGK 1030 dikatakan bahwa ”Api penyucian” adalah keadaan yang harus dialami oleh orang yang mati dalam rahmat dan persahabatan dengan Allah namun belum secara sepenuhnya disucikan. Keselamatan abadi sudah jelas baginya, namun dia harus menjalani penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu agar diperkenankan masuk ke dalam kebahagiaan surgawi. Dengan demikian Api penyucian bukanlah tempat antara surga dan neraka, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai proses untuk masuk surga. Santo Gregorius Agung mengatakan:

”Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ’di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak’ (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, beberapa dosa yang lain diampuni di dunia lain” (Gregorius Agung, dial. 4,39). Bapa-Bapa Gereja lainnya yang menulis tentang proses pemurnian sesudah kematian dan perlunya mendoakan orang yang sudah meninggal adalah: St. Klemens dari Aleksandria (150-215), Origenes (185-254), S. Yohanes Krisostomus (347-407), Tertulianus (160-225), St. Cyprianus (meninggal th 258), St. Agustinus dari Hippo (354-430). Dari banyaknya tulisan para Bapa Gereja, terbukti bahwa keyakinan akan adanya api penyucian sudah dimiliki dan diajarkan oleh Gereja Katolik sejak abad-abad pertama.

32. Siapakah yang akan masuk ke api penyucian?
Yang harus masuk api penyucian adalah mereka yang belum siap masuk surga karena masih mempunyai banyak cacat-cela dan akibat-akibat dosanya masih melekat. Mereka adalah orang yang mati dalam rahmat dan persahabatan dengan Allah namun belum secara sepenuhnya disucikan. Mereka bukanlah calon penghuni neraka, karena mereka yang sudah positif dan definitif masuk neraka tidak perlu mengalami api penyucian. Bagi orang yang masuk neraka tidak ada lagi harapan untuk mendapatkan keselamatan. Lain dengan mereka yang harus mengalami proses pemurnian di api penyucian. Sudah lama Gereja mengajarkan adanya api penyucian. Namun, rumusan secara resmi baru dinyatakan dalam konsili di Florence (1439-1445) dan Trente (1545-1563). Lalu berapa lama jiwa-jiwa harus berada di api penyucian? Sulit menjawab pertanyaan ini, karena keadaan di api penyucian tidak dapat dihitung menurut ukuran waktu kita di dunia ini.

33. Apa dasar Kitab Suci tentang api penyucian atau purgatorium?

2Mak 12:38-45:

38 Yudas mengumpulkan bala tentaranya dan pergilah ia ke kota Adulam. Mereka tiba pada hari yang ketujuh. Maka mereka menyucikan diri menurut adat dan merayakan hari Sabat di situ. 39 Pada hari berikutnya waktu hal itu menjadi perlu pergilah anak buah Yudas untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud untuk bersama dengan kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburan nenek moyang. 40 Astaga, pada tiap-tiap orang yang mati itu mereka temukan di bawah jubahnya sebuah jimat dari berhala-berhala kota Yamnia. Dan ini dilarang bagi orang-orang Yahudi oleh hukum Taurat. Maka menjadi jelaslah bagi semua orang mengapa orang-orang itu gugur. 41 Lalu semua memuliakan tindakan Tuhan, Hakim yang adil, yang menyatakan apa yang tersembunyi. 42 Mereka pun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya. Tetapi Yudas yang berbudi luhur memperingatkan khalayak ramai, supaya memelihara diri tanpa dosa, justru oleh karena telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sudah terjadi oleh sebab dosa orang-orang yang gugur itu.43 Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. 44 Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. 45 Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.


1Kor 3:11-15:

11 Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. 12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, 13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. 14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. 15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

(Dapat dilihat juga Mat 5:25-26; 12:31-32 yang secara tidak langsung menyebut adanya api penyucian)

34. Apakah jiwa-jiwa di api penyucian perlu didoakan?
Jelas bahwa jiwa-jiwa di api penyucian amat membutuhkan doa-doa kita yang masih hidup di dunia ini. Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan.

Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi dan karya penitensi demi orang-orang mati (KGK 1032). Jiwa-jiwa di api penyucian akan dapat ditolong doa-doa, amal atau silih yang kita lakukan demi mereka, dan belas kasih Allah. Santo Yohanes Krisostomus mengatakan: ”Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Ka1au anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh Kurban yang dibawakan oleh bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka”. Konsili Lyons II (1274) dan Konsili Florence (1438-1445) mengajarkan dengan jelas tentang proses pemurnian setelah kematian dan perlunya doa serta karya saleh yang dipersembahkan untuk keselamatan mereka.

35. Indulgensi itu apa?
Indulgensi adalah penghapusan dari hukuman sementara yang disebabkan oleh dosa yang sudah disesali dan diampuni. Selama hidup di dunia, ada dosa-dosa yang sudah disesali dan diampuni, namun masih ada hukuman yang harus ditanggung di api penyucian. Indulgensi diperoleh dari Tuhan dengan kewenangan yang diberikan kepada Gereja berkat tindakan amal saleh dan doa-doa tertentu yang dilakukan oleh orang yang masih hidup bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Hak dan kewenangan untuk memberi indulgensi pada dasarnya dipegang oleh Tahta Suci. Paus Paulus VI (1967) menegaskan kembali ajaran mengenai indulgensi ini dalam Konstitusi Apostolik Indulgentiarum Doctrina.

Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 992 dikatakan: ”Indulgensi adalah penghapusan di hadapan Allah hukumanhukuman sementara untuk dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur, yang diperoleh oleh orang beriman kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi persyaratan tertentu yang digariskan dan dirumuskan, diperoleh dengan pertolongan Gereja yang sebagai pelayan keselamatan secara otoritatif membebaskan dan menerapkan harta pemulihan Kristus dan para kudus.”

36. Neraka itu apa?
Neraka adalah keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus in (KGK 1033). Penderitaan neraka yang paling buruk adalah perpisahan abadi dengan Allah (KGK 1035). Penderitaan jiwa-jiwa di neraka akan berlangsung selama-lamanya. Kitab Suci memakai gambaran simbolik tentang neraka, yaitu bagaikan ”perapian yang menyala-nyala”, ”api yang terpadamkan” (gehenna). Tradisi Gereja menyebut neraka sebagai tempat atau keadaan di mana setan-setan dan para pendosa yang tidak bertobat menderita untuk selama-lamanya (DS 1002). Paham mengenai neraka saat ini lebih menekankan segi keterpisahan secara definitif dari perseklutuan dengan Allah, yang berlangsung selamalamanya. Dalam arti inilah kehidupan dalam neraka merupakan suatu penderitaan. Gereja mengajarkan bahwa ada neraka dan bahwa neraka itu berlangsung untuk selama-lamanya.

37. Siapakah yang masuk neraka?
Mereka yang masuk neraka adalah orang yang dengan sukarela memutuskan untuk tidak mencintai Allah, mereka yang berada dosa berat tanpa menyesalinya, tidak mau menerima belaskasih Allah, tidak mau mengasihi sesama lebih-lebih kaum lemah, mengingkari Tuhan dengan sukarela. KGK 1035 menyatakan: ”Jiwa orang-orang yang mati dalam keadaan dosa berat, masuk langsung sesudah kematian ke dunia orang mati, di mana mereka mengalami siksa neraka, ”api abadi”. Penderitaan neraka yang paling buruk adalah perpisahan abadi dengan Allah; hanya di dalam Dia manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan, karena untuk itulah ia diciptakan dan itulah yang ia rindukan.” Namun demikian, Tuhan tidak pernah menentukan lebih dahulu siapakah yang akan masuk neraka. Penderitaan di neraka berpangkal dari suatu pilihan bebas. Tidak ada seorang pun ditentukan lebih dahulu oleh Tuhan supaya masuk ke dalam neraka; hanya pengingkaran secara sukarela terhadap Tuhan (dosa berat), di mana orang bertahan sampai akhir, mengantarnya ke sana (KGK 1037).

38. Apa maksud Gereja dengan pengajaran tentang neraka?
Gereja mengajarkan adanya neraka dengan maksud untuk memperingatkan umat Katolik agar mempergunakan kebebasannya secara bertanggungjawab dalam hubungannya dengan nasib abadinya di saat nanti (KGK 1036). Bukan maksud Gereja untuk menakutnakuti, tetapi tujuannya adalah untuk mengajak orang Katolik agar bertobat. Konsili Vatikan II mengajarkan: ”Karena kita tidak mengetahui hari maupun jamnya (saat Tuhan memanggil kita), atas anjuran Tuhan kita wajib berjaga terus-menerus, agar setelah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia hanya satu kali saja, kita bersama dengan-Nya memasuki pesta pernikahan, dan pantas digolongkan pada mereka yang diberkati, dan supaya janganlah kita seperti hamba yang jahat dan malas, diperintahkan enyah ke dalam api yang kekal, ke dalam kegelapan di luar, tempat ’ratapan dan kertakan gigi ” (LG 48).

Pertanyaan untuk di-sharing-kan bersama:
1. Apa kesan kita setelah mengetahui ajaran Gereja tentang surga, api penyucian dan neraka?
2. Apa yang sebaiknya kita lakukan di dunia ini agar kita diperkenankan masuk surga?

  • SINGKATAN
    KGK : Katekismus Gereja Katolik
    KHK : Kitab Hukum Kanonik
    LG : Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis dari Konsili Vatikan II tentang Gereja)
    DS : Denzinger (Compendium Ajaran Gereja Katolik)

  • SUMBER POKOK

    Alkitab dalam bahasa Indonesia Katekismus Gereja Katolik, diterbitkan oleh Ende tahun 1998, atas nama Waligereja Regio Nusa Tenggara.

    Kitab Hukum Kanonik, KWI 2006.

    Dokumen Konsili Vatikan II, Penerbit Obor, Jakarta 1998, terjemahan oleh R. Hardawiyana, SJ.

  • BUKU-BUKU PENDUKUNG

    G. O’Collins, SJ, Kamus Teologi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1996, terjemahan oleh Mgr. I Suharyo.
    Peter C. Phan, 101 Tanya Jawab tentang Kematian dan kehidupan Kekal, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 2005, terjemahan oleh A. Widyamartaya.
    O..o Hents, SJ., Pengharapan Kristen, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 2005, terjemahan oleh Sikun Pribadi. STFT Suryagung Bumi,
    Damai Bagimu. Katekismus Katolik, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1977.

    J. Reijnders, SJ., Hidup Kekal. Ringkasan Singkat Ajaran Iman Katolik, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1968.
    Al. Wahjasudibja, Pr., Hidup Sejati, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1987.

    (Masih ditambah lagi sejumlah bahan dari internet)

  • Sumber: Buku BKS KAS 2009

Senin, 14 September 2009 :: Pesta Salib Suci

Senin, 14 September 2009
Pesta Salib Suci

Anak Manusia harus ditinggikan

Doa Renungan
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kami bersyukur kepada-Mu karena boleh mengenal salib suci. Tanda salib inilah yang pertama kami kenal dan pelajari. Melalui tanda ini, kami mengenal Yesus Putra-Mu, sehingga kamipun seperti Paulus, berani berseru "Aku tahu kepada siapa aku percaya." Bersama Dia kami menjadi kuat dan setia memanggul derita. Tuhan, berkatilah agar selalu meluhurkan nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Bilangan (21:4-9)

"Semua orang yang terpagut ular akan tetap hidup, bila memandang ular perunggu."

4 Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat menahan hati di tengah jalan. 5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak akan makanan hambar ini!" 6 Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel itu mati. 7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau, berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini daripada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. 8 Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, "Buatlah ular tedung dan taruhlah pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut ular, jika ia memandangnya, akan tetap hidup." 9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat.
(Mzm 78:1-2.34-35.36-37.38)
1. Dengarkanlah pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut untuk mengatakan amsal, aku mau menuturkan hikmat dari zaman purbakala.
2. Ketika Allah membunuh mereka, maka mereka mencari Dia; mereka berbalik dan mendambakan Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah Gunung Batu mereka, bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.
3. Tetapi mulut mereka tidak dapat dipercaya, dan dengan lidah mereka membohongi Allah. Hati mereka tidak berpaut pada-Nya, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya.
4. Akan tetapi Allah itu penyayang! Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan amarah-Nya, dan tidak melampiaskan keberangan-Nya.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (2:6-11)

"Yesus merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia."

6 Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 960
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Ya Kristus, kami menyembah dan memuji Dikau, sebab dengan salib-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:13-17)

"Anak manusia harus ditinggikan."

Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

--------------------------------------------------------------------------------
"ALLAH SEBEGITU MENGASIHI DUNIA ..."


Rekan-rekan yang terkasih!

Konteks bacaan Injil bagi Pesta Salib Suci ini (Yoh 3:13-17) ialah pembicaraan antara Nikodemus dan Yesus yang berpusat pada bagaimana orang dapat sampai ke hidup kekal. Tokoh ini ingin mendapat pencerahan mengenai makna kejadian-kejadian luar biasa yang dilakukan Yesus. Ia mau mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai orang yang berpengalaman dan bijaksana, ia sudah dapat menyimpulkan bahwa Allah Yang Maha Kuasa kini sedang mendatangi umatNya dan mukjizat yang dilihat orang itulah tanda-tanda kedatanganNya. Nikodemus mulai menyadari bahwa Yesus datang dari Dia. Semua ini disampaikan Nikodemus kepada Yesus sambil mengharapkan pencerahan lebih jauh (Yoh 3:2). Dikatakan oleh penginjil, ia menemui Yesus malam hari. Malam adalah saat kegelapan dan kuasanya terasa mencengkam, tapi juga saat-saat Yang Ilahi datang menolong. Pembaca diajak Yohanes mengingat bahwa yang kini ditemui Nikodemus ialah Terang yang diwartakannya pada awal Injilnya.


Bagaimana kelanjutannya? Marilah kita catat beberapa pokok dalam pembicaraan itu terlebih dahulu.


PERCAKAPAN DENGAN NIKODEMUS

Injil Yohanes mengajak pembaca ikut mengalami yang dirasakan Nikodemus dan dengan demikian dapat ikut masuk ke dalam pembicaraannya dengan Yesus sendiri. Dalam ay. 3 Yesus menegaskan bahwa hanya orang yang dilahirkan kembali - dan dilahirkan dari atas sana - akan melihat Kerajaan Allah. Semakin disimak, jawaban Yesus ini semakin membawa kita kepada pertanyaan yang sebenarnya ada dalam hati Nikodemus dan boleh jadi juga dalam diri kita: "Apa maksud macam-macam mukjizat yang dilakukan Yesus, yang tentunya disertai Allah itu?" Tentunya tak lain tak bukan ialah...kenyataan apa itu Kerajaan Allah! Itulah yang dibawakan Yesus kepada orang banyak. Dan inilah yang semestinya dicari orang. Nikodemus tentu akan bertanya lebih lanjut: kalau begitu bagaimana caranya bisa ikut masuk ke dalam Kerajaan ini. Ay. 3 tadi ialah jawabannya.

Jawaban tadi semakin membuat Nikodemus bertanya-tanya. Boleh jadi juga kita demikian. Bagaimana bisa orang setua dia, setua kita, dapat lahir kembali. Tentu Nikodemus tidak berpikir secara harfiah belaka. Ia tahu yang dimaksud ialah lahir kembali secara rohani. Tapi justru itulah soalnya, bisakah orang yang sudah jauh melangkah di jalan lain mendapatkan hidup baru. Berangkat dari nol lagi? Apakah hidup dalam roh sepadan dengan pengorbanan yang perlu dijalani? Menanggalkan hidup badaniah, menisbikannya demi hidup dalam roh? Inilah maksud pertanyaan dalam ay. 9, "Bagaimana itu bisa terjadi?"

Penjelasan Yesus tidak diberikan dalam ujud serangkai pernyataan teologi, melainkan dalam ujud kesaksian mengenai dirinya: ia datang dari atas sana (ay. 13). Karena itulah ia dapat membawakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Dalam hubungan dengan yang diperkatakan sebelumnya, Yesus ialah orang yang sudah mengalami apa itu lahir kembali dari atas sana, dan yang kini hidup dalam roh. Untuk mengalami bagaimana lahir dalam roh, jalannya ialah berbagi hidup dengan dia yang sungguh sudah ada dalam keadaan itu. Ini jawaban bagi Nikodemus, juga jawaban bagi kita.

ULAR TEMBAGA?

Selanjutnya ay. 14 merujuk kepada sebuah pengalaman umat di padang gurun. Dalam berjalan mendekat ke Tanah Terjanji dulu, umat mengalami macam-macam bahaya. Salah satu yang paling mengerikan ialah "ular-ular tedung" yang mematikan itu (Bil 21:4-9). Ular-ular itu dapat memagut secepat kilat dan bisanya membakar. Tak ada kemungkinan selamat. Di situ malapetaka tadi digambarkan sebagai akibat kekurangpercayaan mereka sendiri. Mereka memang akhirnya meminta agar Musa memohonkan belas kasihan Yang Maha Kuasa. Begitulah, Musa diperintahkan Allah membuat ular dari tembaga dan memancangnya pada sebuah tiang. Yang dipagut ular akan tetap hidup bila memandangi ular tembaga tadi. Memandangi ular tembaga itu menjadi ungkapan kepercayaan pada Sabda Allah yang menjadi harapan satu-satunya untuk dapat terus hidup menempuh perjalanan di padang gurun sampai ke Tanah Terjanji.

Bagi pembaca Injil Yohanes, Tanah Terjanji kini ialah Kerajaan Allah yang dibawakan Yesus ke dunia kepada semua orang, bukan hanya kepada umat Perjanjian Lama. Untuk mencapainya, jalan satu-satunya ialah tetap mengarahkan pandangan kepada salib, menaruh kepercayaan dan harapan kepada dia yang disalib - diangkat seperti ular tembaga tadi. Mengapa? Jawaban dari Injil Yohanes didapati dalam ay. 16

INTI WARTA KESELAMATAN

"Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Tidak meleset bila dikatakan bahwa ay. 16 ini berisi ringkasan seluruh Kabar Gembira.

Kalimat ini menegaskan bahwa Allah bukan hanya hasil kesimpulan akal budi, yakni bahwa segala sesuatu yang ada ini mestinya ada yang mengadakan, yakni Allah. Bukan ke sana arah ayat ini. Justru kebalikannya. Tidak lagi dirasakan kebutuhan menunjukkan bahwa Ia ada. Yang diwartakan justru perhatian-Nya yang membuat jagat ini terus berlangsung. Dia itu Allah yang dihadirkan oleh orang-orang yang dekat denganNya. Dan kali ini bahkan Dia diperkenalkan oleh orang yang paling dekat denganNya, yang menyelami dan hidup dari Dia. Inilah arti kata "anak" yang diterapkan kepada Yesus oleh Injil Yohanes. Pemakaian kata "tunggal" di situ dimaksud untuk memperjelas bahwa tiada yang lebih dekat denganNya daripada Yesus sendiri. Karena itulah ia dapat membawa kemanusiaan berbagi kehidupan kekal dengan Yang Ilahi sendiri tadi.

Ay. 16 dst. berisi kesaksian Yohanes Penginjil akan siapa Allah dan siapa Yesus itu. Allah sedemikian mengasihi dunia ini sehingga ia memberikan AnakNya yang tunggal. Dalam teks Yunani Injil Yohanes, kata "mengasihi" dan "memberikan" itu diungkapkan dalam bentuk yang jelas-jelas mengungkapkan tindakan yang dibicarakan betul-betul sudah terjadi. Sudah jadi kenyataan, bukan hanya sedang atau bakal dikerjakan. Tentunya pengarang Injil berpikir akan peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Injil memang ditulis sebagai kesaksian peristiwa yang sudah dialami dan kini dibagikan kepada orang banyak. Penyaliban Yesus yang dari luar tampak sebagai hukuman, kegagalan, dan kematian itu kini mendapat arti baru. Yang Maha Kuasa mau menerima penderitaan manusia Yesus itu sebagai ungkapan kepercayaan utuh kepada-Nya. Dan karena itulah Yesus menjadi AnakNya, menjadi orang yang paling dekat dengan Allah sendiri dan bahkan dengan demikian membawakan Dia ke dunia ini. Penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah itu membuka jalan kehidupan kekal. Itulah ungkapan lain dari peristiwa kebangkitan. Inilah yang dibagikan Yesus kepada orang-orang yang mau mempercayai arti penyerahan dirinya kepada Allah tadi. Dan baru dengan demikian orang dapat ikut mengalami apa itu dikasihi Allah.

IMPIAN ATU KENYATAAN?

Yang diutarakan di atas ialah pengalaman iman dari para pengikut Yesus yang pertama yang kemudian dituliskan dalam bentuk Injil. Tidak segera dapat dicerna orang pada zaman kemudian di tempat lain. Kita boleh bertanya, bila benar Allah sungguh telah memberi perhatian khusus kepada dunia, bagaimana bisa dijelaskan kok masih ada saja yang tak beres, dan rasanya malah kekacauan semakin menjadi-jadi. Sekarang kekerasan, ketidakadilan, kematian terasa semakin mewarnai pengalaman sehari-hari. Retorika sajakah yang diutarakan Injil hari ini? Kerajaan Allah yang sudah datang itu impian atau kenyataan?

Injil Yohanes memecahkannya bukan dengan uraian moralistis atau pengajaran. Yang ditampilkan ialah sebuah kesaksian, yakni bahwa Allah tidak menghendaki kebinasaan. Yang dimaui-Nya ialah kehidupan kekal bagi semua orang. Bagi dunia. Yang perlu dilakukan manusia ialah berani menerima kebaikanNya. Mempercayai-Nya. Yang meragukan atau bahkan menolak akan tetap berada di dalam kegelapan, dalam ancaman kebinasaan, dan jauh dari kehidupan yang berkelanjutan. Tentu saja Yohanes memaksudkan kehidupan setelah kehidupan badani ini. Bagi Yohanes, yang kekal itu ialah kehidupan yang berbagi kedekatan dengan Yang Ilahi sendiri nanti. Inilah yang ditawarkan kepada Nikodemus. Dari pembicaraan dalam ay. 1-13 juga terasa betapa beratnya penyerahan seperti ini bagi Nikodemus. Ia masih bergulat agar membiarkan diri dan ikhlas dirasuki terang yang sudah ditemukan dan dilihatnya sendiri itu. Kisahnya bisa juga menjadi riwayat kita masing-masing.

BACAAN KEDUA: MADAH TENTANG KRISTUS Flp 2:6-11

Di sepanjang Flp 1:27- 2:13 Paulus menyampaikan pelbagai ajakan agar umat di Filipi saling menumbuhkan kebesaran hati di dalam hidup bersama. Dalam rangka ajakan inilah Paulus merujuk pada sebuah madah yang sudah dikenal umat, yakni yang dibacakan kali ini, 2:6-11. Kini cukup jelas aslinya madah itu terkarang dalam bahasa Aram yang dipakai di lingkungan para murid di tanah suci. Tetapi kemudian madah itu dialihbahasakan ke dalam bahasa Yunani sehingga juga dapat dipakai di kalangan yang lebih luas. Dan bentuk Yunani inilah yang kiranya diambil alih Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi.

Mengingat besarnya peranan madah tadi dalam pertumbuhan paham mengenai siapa Yesus yang Kristus itu, marilah kita lihat susunannya.

Ada tiga bagian pokok:

a. Ditegaskan dalam ay. 6-7 keberadaan sebagai Yang Ilahi yang bersedia mengosongkan diri dari keilahiannya agar menjadi sama dengan manusia.

b. Kemudian dalam ayat digambarkan dalam ay. 8 keberadaan di bumi, menjalani hidup seperti manusia biasa, juga ketika menghadapi kematian sampai kematian di salib.

c. Akhirnya dalam ay. 9-11diungkapkan kebesaran Kristus sebagai dia yang ditinggikan Allah di hadapan seluruh jagat sehingga seluruh jagat mengakuinya sebagai Kurios, artiya Tuhan sesembahan. Bagian ketiga ini menutup kemungkinan akan penafsiran adanya Allah "kedua", gagasan yang tidak sejalan dengan iman akan keesaan Yang Mahakuasa. Setelah mengosongkan diri dari keilahian tadi, tokoh yang dimadahkan ini ialah manusia seutuhnya. Ia menjadi sesembahan karena dijadikan demikian oleh Yang Mahakuasa sendiri.

Pokok pertama erat hubungannya dengan iman akan "inkarnasi", yakni keilahian mampu mendekat ke ciptaan sampai lahir sebagai manusia. Sedemikian besar kesediaan ini sehingga digambarkan sebagai keilahian yang mengosongkan diri. Malah keilahian tidak lagi dianggap sebagai yang patut dicari dan direnggut agar tidak lepas. Gagasan ini kemudian kerap dibicarakan di kalangan teolog sebagai "kenosis", pengosongan diri, walaupun dalam madah ini kata benda itu tidak muncul. Yang ada ialah kata kerjanya, yakni mengosongkan diri. Lebih ditampikan pelaku yang menjalani pengosongan diri itu dan bukan proses maupun hasilnya. Sekaligus ditekankan pula siapa kiranya sebelum itu, yakni keilahian sendiri. Dengan meresapi isi madah itu, orang akan tertuntun mendekat pada Yesus yang Kristus yang demikian. Dan bukan terbuai gagasan pengosongan diri lalu mencoba-coba mencontohnya - bukan ini yang dimaksud madah itu, bukan ini pula maksud Paulus ketika mengutip madah itu bagi umat di Filipi.


Salam hangat,

Agustinus Gianto,SJ

Mendalami Kitab Tobit

Kitab Tobit merupakan salah satu kitab yang termasuk di dalam kanon Alkitab yang diakui oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Pada umumnya diyakini bahwa kitab abad kedua Sebelum Masehi. Isi Kitab Tobit adalah kisah tentang Tobit dari suku Naftali yang hidup di Ninewe, Ibu Kota Asyur, setelah pembuangan suku Israel Utara pada tahun 721 S.M.

Kitab Tobit bisa dibagi dalam tiga struktur, yaitu :

1. Bab 1-3 merupakan inti dari isi Kitab Tobit

a. Kesaksian Tobit bagaimana ia menempuh jalan kebenaran dan kesalehan seumur hidupnya.
Kesalehan dan kebenaran hidupnya terungkap dalam kesetiaannya pergi ke Yerusalem untuk beribadat di Bait Allah, rutin membawa persembahan persepuluhan bagi para imam dan orang miskin, mengambil istri dari kaum keluarganya sendiri dan menjauhkan dirinya dari makanan bangsa asing. Tobit secara istimewa juga memberi kesaksian tentang kebaikan-kebaikan yang ia lakukan terhadap para saudara dan kaum sebangsanya, yaitu : memberi makanannya kepada orang yang lapar, memberi pakaiannya kepada orang yang telanjang, menguburkan mayat-mayat yang terlantar, dan mengundang orang-orang miskin makan bersamanya.

Jalan kebenaran dan kesalehan yang ditempuh Tobit adalah Firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Musa : “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan” (Mazmur 119:1).

b. Yang didapatkan Tobit : Penderitaan.

  1. Ia melarikan diri karena akan dibunuh oleh Raja Sanherib (1:19).
  2. Seluruh harta bendanya disita, kecuali istrinya Hana dan anaknya, Tobia (1:20)
  3. Ia menjadi buta (2:10). Akibatnya (2:11-14) Hana, istrinya, yang bekerja untuk memenuhi keluarganya. Ia menjadi curiga bahwa istrinya telah mencuri kambing. Kecurigaannya membuat istrinya marah.

c. Penderitaan itu membuat Tobit sedih, mengeluh, dan menangis.
Penderitaan Tobit begitu berat sehingga mau mati saja. Namun, ia menyampaikan kelah kesahnya dalam doa (3:1-6).

d. Sara anak Raguel dalam waktu yang sama juga menderita (3:7-15).

Penderitaan Sara : Kenistaannya adalah ia sudah diperistrikan kepada tujuh laki-laki, tetapi mereka meninggal sebelum melakukan sesuatu sebagaimana pantasnya suami bagi istrinya. Ia begitu menderita dengan nista itu sehingga ia ingin menggantung diri (3:10). Namun, Sara akhirnya membawa keluhannya ke dalam doa. Penderitaan Sara ditulis dalam bab 3 karena melalui Sara, Tobit dan keluarganya dipulihkan.

e. Doa Tobit dan Sara dikabulkan Allah dengan mengutus Malaikat Rafael yang menyamar menjadi manusia. Mata Tobit disembuhkan dengan hati dan jantung ikan raksasa, sedangkan Sara dilepaskan dari setan dengan empedu dari ikan yang sama.

2. Bab 4-12 : ceritera yang menjelaskan peristiwa pertolongan Tuhan kepada Tobit.

3. Penutup Bab 13-14

Lagu Pujian Syukur Tobit yang menyatakan sukacitanya (Bab 13). Isinya :Tobit memuji Allah Yang Hidup dan mewartakan kebesaran-Nya. Tobit yakin bahwa Allah akan berbalik kepada orang-orang yang bertobat. Allah akan menggembirakan orang-orang yang bertobat dengan memberikan berkat, yaitu damai sejahtera . Tobit meminta Tobia dan keluarganya meninggalkan Niniwe sebelum kota itu dihancurkan (Bab 14)

Pelajaran yang kita dapat dari Kisah Tobit adalah kita hendaknya membawa segala persoalan hidup, khususnya persoalan di dalam keluarga di dalam doa. Allah pasti memberikan pertolongan kepada melalui malaikat-malaikatnya. Karena itu, marilah kita menjadikan Sabda Tuhan dan Doa keluarga sebagai sumber kekuatan kita. Tuhan memberkati.


oleh Romo Felix Supranto, SSCC
Paroki Regina Caeli Pantai Indah Kapuk

Bacaan Sepekan 14 - 20 September 2009

Senin, 14 September : Pesta Salib Suci (M).
Bil 21:4-9; atau Flp 2:6-11; Mzm 78:1-2.34-38; Yoh 3:13-17.

Murid-murid sibuk mempertanyakan siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus mengingatkan bahwa ambisi untuk menjadi yang terbesar justru akan menjauhkan mereka dari Kerajaan Allah. Bagi Yesus, yang ingin menjadi yang terdahulu harus menjadi seorang hamba atau pelayan bagi sesama. Hanya orang yang terbuka bagi kehadiran orang lain yang pantas menjadi yang terbesar.


Selasa, 15 September : Peringatan Wajib Sta. Perawan Maria Berdukacita (P).
Ibr 5:7-9; Mzm 31:2-6.15-16.20; Yoh 19:25-27 atau Luk 2:33-35.
Hari ini kita merayakan peringatan Santa Perawan Berdukacita. Bunda Maria selalu menunjukkan ketaatannya kepada Allah sekalipun ia dirundung derita. Di sinilah kita menemukan peran besar Maria dalam rancangan karya penyelamatan Allah. Ia adalah model iman yang patut menjadi teladan.

Rabu, 16 September : Peringatan Wajib St. Kornelius, Paus dan St. Siprianus, Uskup Martir (M).
1Tim 3:14-16; Mzm 111:1-6; Luk 7:31-35.
Orang yang hatinya tertutup sulit sekali bertumbuh dalam iman, karena seringkali hanya mengandalkan akal budi dan kekuatan sendiri. Padahal tanpa iman, hidup berada dalam kegelapan. Sikap kerendahan hati, mengakui kelemahan diri, dan bergantung pada kuasa Allah sangatlah diperlukan untuk bisa menerima rahmat iman.

Kamis, 17 September : Hari biasa Pekan IV (H).
1Tim 4:12-16; Mzm 111:7-10; Luk 7:36-50.
Karena mengalami cinta dan belas kasih Allah, perempuan itu bersimpuh di hadapan Yesus dan mengurapi kaki-Nya. Apakah kita juga menyadari bahwa kita pun banyak mengalami cinta dan belas kasih Allah. Lalu, apa yang telah kita lakukan untuk-Nya?

Jumat, 18 September : Hari biasa Pekan IV (H).
1Tim 6:2c-12; Mzm 49:6-9.17-20; Luk 8:1-3.

Perempuan-perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan berbagai penyakit, melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka. Apakah Yesus juga menyembuhkan kita? Apakah kita juga mau melayani Yesus dengan apa yang kita miliki?

Sabtu, 19 September : Hari biasa Pekan IV (H).
1Tim 6:13-16; Mzm 100:2-5; Luk 8:4-15.
Perempuan-perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan berbagai penyakit, melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka. Apakah Yesus juga menyembuhkan kita? Apakah kita juga mau melayani Yesus dengan apa yang kita miliki?

Minggu, 20 September : Hari Minggu Biasa Pekan XXV (H).
Keb 2:12.17-20; Mzm 54:3-6.8; Yak 3:16 - 4:3; Mrk 9:30-37.

Murid-murid sibuk mempertanyakan siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus mengingatkan bahwa ambisi untuk menjadi yang terbesar justru akan menjauhkan mereka dari Kerajaan Allah. Bagi Yesus, yang ingin menjadi yang terdahulu harus menjadi seorang hamba atau pelayan bagi sesama. Hanya orang yang terbuka bagi kehadiran orang lain yang pantas menjadi yang terbesar.

Minggu, 13 September 2009 :: Hari Minggu Biasa XXIV

Minggu, 13 September 2009
Hari Minggu Biasa XXIV

"Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahamurah, Putera-Mu tidak melarikan diri dari penderitaan, tetap menghadapinya sampai pada kesudahannya dengan wafat di salib. Kami mohon, arahkanlah pandangan kami kepada salib-Nya, bila kami sendiri mengalami penderitaan ataupun iba hati oleh penderitaan sesama. Perkenankanlah kami untuk selalu menaruh harapan pada salib Putera-mu itu, sebab di dalam Dia Engkau telah memulai pekerjaan baik di antara kami dan akan menyelesaikannya pada akhirnya nanti. Berkatilah pula Monsinyur Ignatius Suharyo dalam tugas penggembalaannya yang baru. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini, dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (50:5-9a)

"Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku."

5 Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. 6 Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. 7 Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. 8 Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! 9a Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 809
Ref. Berbelaskasihlah Tuhan dan adil, Allah kami adalah rahim.
Ayat.
(Mzm 27:1.4.13-14)
1. Aku mengasihi Tuhan, sebab Ia mendengarkan suara permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya.
2. Tali-tali maut telah melilit aku dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku; aku mengalami kesesakan dan kedukaan, tetapi aku menyerukan nama Tuhan, "Ya Tuhan luputkanlah kiranya aku.
3. Tuhan adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. Tuhan memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya!"
4. Tuhan, Engkau telah meluputkan aku dari maut, Engkau telah meluputkan mataku dari air mata, dan kakiku dari tersandung. Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan, di negeri orang-orang hidup.


Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-18)

"Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati."

14 Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seorang mengatakan, bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? 15 Misalnya saja, seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. 16 Kalau seorang dari antara kamu berkata kepadanya: "Selamat jalan! Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? 17 Demikian juga halnya dengan iman! Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. 18 Tetapi mungkin ada orang berkata "padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 951
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab oleh-Nya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-35)

"Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

27 Pada suatu hari Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" 28 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." 29 Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" 30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. 31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


ENGKAU ITULAH MESIAS!

Judul di atas dipetik dari jawaban Petrus terhadap pertanyaan Yesus kepada para murid mengenai siapa dirinya menurut mereka sendiri. Kedengarannya sederhana, apa adanya, muncul dari kesadaran mereka sendiri. Akan tetapi belum jelas apa sesungguhnya yang hendak disampaikan Mrk 8:27-35 (Injil Minggu Biasa XXIV tahun B) dengan peristiwa tanya jawab seperti ini. Belum lama ini Mark mampir ke sini. Kami berbincang-bincang mengenai tokoh Yesus dalam hubungan dengan peristiwa di atas.

SOSOK YESUS DI MATA ORANG

GUS: Kejadian ini bertempat di Kaisarea Filipi - apa ada penjelasannya? Kota itu kan letaknya amat di utara, di kaki gunung Hermon, di Libanon, sekitar 45 km sebelah timur kota Tirus.

MARK: Ada teologinya. Sampai sekarang Injil Markus mengisahkan macam-macam kegiatan dan pengajaran Yesus. Ia makin dikenal orang banyak. Juga makin diawasi oleh orang Farisi dan ahli Taurat yang mengira ia mengajarkan yang bukan-bukan. Pada titik ini perlu ditunjukkan bagaimana lingkungan terdekat Yesus memahaminya. Dipilih sebuah tempat yang bukan di Galilea, tempat asal Yesus sendiri, bukan di Yudea yaitu wilayah keyahudian yang resmi, tidak pula di Samaria yang tidak menerima keyahudian resmi, melainkan di luar semua itu, di daerah yang netral. Di situ akan lebih jelas siapa sosok dia itu sesungguhnya.

GUS: Baru dengar kali ini ilmu bumi Injil ada maknanya juga!

MARK: Asal jangan dimengerti sebagai ilmu bumi sekolah, sehingga teologinya tak muncul.

GUS: Kalau benar tangkapanku, di Kaisarea Filipi yang netral itu kelompok Yesus dan murid-muridnya memperbincangkan tiga macam pandangan mengenai Yesus, yaitu: (1) anggapan orang banyak, dan (2) anggapan dari lingkup lebih khusus, orang Farisi dan ahli Taurat di satu pihak dan (3) para murid terdekat di pihak lain.

MARK: Benar, kalau kauikuti kisah-kisah Injil, akan jelas makin besarnya pelbagai harapan, keinginan, dan cara membayangkan sosok Yesus di pelbagai kalangan. Ada yang mengira Yesus kayak Yohanes Pembaptis karena seruan gerakan rohaninya mengajak orang mengarahkan diri kembali ke hidup lurus, eh kalian sebut bertobat. Atau seperti Nabi Elia yang kembali ke dunia menyampaikan sabda dari atas sana guna mengatasi kekersangan batin. Atau seperti seorang nabi lain, yakni orang yang berani menyuarakan kehadiran Tuhan yang kerap terbungkam oleh ketamakan manusia. Itulah macam-macam pendapat orang tentang Yesus.

GUS: Dalam pembicaraan di Kaisarea Filipi itu kok tak jelas-jelas ditampilkan pendapat orang Farisi dan ahli Taurat?

MARK: Injil diharap bicara tentang apa-apa saja? Huh, maunya kayak database siap pakai tapi bikin pandir, tanpa mikir?

GUS: Mari kita berandai-andai. Kaum Farisi dan ahli Taurat agaknya beranggapan bahwa Yesus itu, seperti mereka sendiri, ialah seorang guru agama yang mestinya mengajarkan hal-hal yang sudah digariskan, seperti yang mereka jalankan?

MARK: Memang mereka sebetulnya menganggap Yesus rekan seprofesi dan sering mengajaknya diskusi. Hanya mereka merasa dirugikan karena orang banyak lebih tertarik olehnya. Tapi mereka tidak memfitnah-fitnah Yesus. Nanti kaum imam di Yerusalemlah yang frontal memusuhinya serta mendakwanya di mahkamah mereka dan memintakan hukuman mati baginya dari Pilatus.

GUS: Kembali ke kaum Farisi dan ahli Taurat. Jadi mereka itu menganggap Yesus guru agama, teolog, pembimbing rohani seperti mereka. Apa ini tidak penting?

MARK: Para murid Yesus dari generasi awal sampai kini memang menghadapi masalah itu. Mengikuti Yesus atau mengikuti pendapat-pendapat mengenai dia. Batas-batasnya sering tampak kabur. Tapi ingat, sosok Yesus yang ditampilkan Injil terutama bukanlah guru atau pembimbing rohani, atau pengajar kebijaksanaan. Bukan seperti anggapan kaum saleh Farisi dan ahli kitab Taurat. Yesus lebih dari itu.

GUS: Kalau begitu sekarang pun masih relevan soal ini. Banyak orang melihatnya sebagai tokoh kebijaksanaan dan guru rohani. Kurang cocok?

MARK: Itulah pemikiran orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Pindahkan saja ke budaya lain, dan kalian akan melihat soal yang dialami murid-muridnya.

GUS: Mulai menuduh kami ya?

MARK: Gini lho, bila kamu orang melihat sosok Yesus terutama sebagai guru kebijaksanaan, nanti akan cepat kalian merasa tak perlu digurui lagi, malah akan mempersoalkan kelakuan Yesus. Atau bisa jadi kalian akan ngotot mempertahankan pendapat sendiri mengenai dia dan menolak sisi-sisi lain. Ini soal orang Farisi dan ahli hukum agama dulu. Dan sekarang juga!

SIAPAKAH YESUS ITU BAGI MURID-MURIDNYA?

Sejenak saya lacak kembali pembicaraan dengan Mark ini. Jadi ada pendapat orang banyak tentang Yesus, yaitu sebagai nabi yang dengan wibawa besar mengajak orang kembali ke Yang Maha Kuasa, ada pula pendapat kalangan intelektual mengenai Yesus sebagai tokoh kebijaksanaan yang diandaikan dapat ditangkap pembaca Injil meski tidak terang-terangan dikatakan dalam peristiwa di Kaisarea Filipi itu. Mark mengajak saya bereksegese secara kontekstual, menengarai duduk cerita serta arahnya, tidak hanya baca lalu membuat tafsir dari bahan yang tercetak. Pembaca diharap bertanya manakah pendapat kalangan Farisi dan ahli Taurat yang rupanya dengan sengaja tidak ikut disebutkan di Kaisarea Filipi. Bukan karena dianggap tak penting, tapi karena pendapat itu tidak bakal membawa orang kepada diri Yesus sesungguhnya. Lha lalu siapa ya dia itu?

GUS: Nerusin lagi nih. Pendapat yang ketiga ialah yang ada di kalangan para murid Yesus dan yang terucap lewat Petrus, begitu kan? Ia menjawab pertanyaan Yesus mengenai siapa dirinya bagi mereka dengan pernyataan bahwa ia itu Mesias, artinya yang terurapi, yang mendapat pengutusan dan perutusan resmi dari Yang Maha Kuasa sana untuk menjalankan urusanNya di dunia.

MARK: Itu pendapat yang mesti kalian pandangi dengan latar kedua pandangan lain yang kita bicarakan tadi: pandangan orang banyak dan pandangan kaum intelek Yahudi waktu itu, yakni orang Farisi dan ahli Taurat. Begitu maka akan lebih jelas sosok Yesus.

GUS: Apa kekhususan pandangan bahwa Yesus itu Mesias?

MARK: Ya, dia itulah yang sejak lama dinantikan orang banyak. Mereka menginginkan Yang Maha Kuasa berbuat sesuatu bagi mereka. Dan kehadiran Yesus itulah jawaban dari atas sana.

GUS: Wah, wah, bisa berat nih konsekuensinya. Kan Mesias itu juga gelar raja di kalangan umat Perjanjian Lama dulu, seperti Saul, Daud, dan raja-raja lain yang diurapi oleh kuasa ilahi demi kelangsungan hidup umat.

MARK: Benar. Gagasan Mesias memang mudah diplesetkan. Ingat kan, menurut catatan Oom Hans, orang-orang yang dipuaskan Yesus dengan makanan pernah ingin menjadikannya raja.

GUS: Dan karena itu ia menyingkir.

MARK: Bukan hanya menyingkir secara fisik, tapi juga secara teologis.

GUS: Apa? [Rada heran.] Belum pernah dengar apa itu menyingkir secara teologis!

MARK: Baru tiga detik lalu kau dengar kok lupa. Apa ingin jadi si tuli yang disembuhkan dalam Injil hari Minggu lalu?

YESUS TENTANG DIRINYA SENDIRI

GUS: Kepegang nih! Iya bener. Setelah Petrus menegaskan Yesus itu Mesias, anehnya Yesus melarang dia menyebarluaskan pengertian itu dan kemudian dalam bagian selanjutnya Yesus malah membicarakan diri dengan ungkapan "Anak Manusia" dan tidak pernah menyuarakan diri dengan kata "Mesias" Inikah yang kausebut menyingkir secara teologis?

MARK: Itu cara Yesus merombak wacana yang Mesias-sentrik dengan wacana kalem yang berpusat pada figur Anak Manusia yang juga cukup dikenal orang pada zaman itu. Lebih membawa ke Yang Maha Kuasa.

GUS: Teringat Dan 7:13 dengan sosok yang seperti Anak Manusia yang datang dengan awan-awan menghadap ke Yang Maha Usia untuk mendapat kuasa.

MARK: Persis! Tapi boleh kutambah? Anak Manusia dalam Kitab Daniel itu datang dari kalangan manusia untuk menerima kuasa dari atas sana. Ini penting. Mesias berkebalikan arahnya, ia membawa kuasa dari atas sana ke sini. Sudah makin melihat maksud Yesus ketika berbicara mengenai dirinya sendiri sebagai Anak Manusia?

GUS: Bukan karena teologi Mesias tidak cocok, hanya teologi ini sudah terlalu sering dipakai dengan maksud berlain-lainan, malah tidak membantu, itu kan maksudnya?

MARK: Katakan saja begitu. Teologi Anak Manusia lebih cocok, lebih aktual, dan lebih membuat orang memahami Yesus itu tokoh yang menghadap Dia yang ada di atas sana, bukan tokoh yang mau menjalankan kuasa di sini, juga kuasa batin terhadap pengikut-pengikutnya. Ia baru punya bobot seperti itu nanti setelah wafat di kayu salib. Dan pada saat itulah sosok Anak Manusia yang tadi datang menghadap Allah itu sampai ke tujuannya dan menerima kemuliaannya sebagai Anak Allah, seperti diucapkan oleh kepala pasukan yang menunggui dia di salib, "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (Mrk 15:39).

GUS: Jadi gambaran sebagai Anak Manusia malah menegaskan bahwa anugerah dari Yang Maha Kuasa yang diterimanya itu bukannya untuk mempertontonkan kuasa, melainkan pemberian kekuatan untuk menanggung penderitaan nanti, sampai dinaikkan di salib. Tapi juga kekuatan yang bakal membuatnya bangkit.

MARK: Gitu baru bisa dikatakan berteologi cara baru tentang Yesus sang Anak Manusia. Kayak dia sendiri.

Salam hangat,



Agustinus Gianto, SJ

Jangan katakan......!

Sahabatku,
Jangan katakan, "kenapa masalah silih berganti!" tapi syukurlah Tuhan selalu memberiku masalah, agar aku jadi kreatif menemukan "solusinya".

Jangan katakan, kenapa cobaan silih berganti datang, tapi syukurlah Tuhanku tidak pernah berhenti "mengejutkan" aku sampai terluka jiwaku, agar aku setia pada-Nya kapanpun & di manapun aku berada!

Jangan katakan, kenapa hidup rohaniku malah mengering sekarang ini, padahal aku sudah rajin berdoa setiap hari, siang dan malam! Tetapi katakanlah, Tuhan, syukur kepada-Mu Engkau memberiku kesempatan untuk berjalan di padang gurun, saat aku sulit menemukan sumber air. Saat tidak ada sumber air yang engkau cari, di situlah saatnya engkau menemukan sumber air yang sejati. Dialah Tuhan Sang Sumber Air sejati..!

Jangan katakan, kenapa salibku setiap hari selalu bertambah berat, tapi semakin engkau rasakan beratnya salibmu, itulah pertanda Tuhan makin percaya padamu! Bukankah salib yang terasa berat itu pertanda engkau belajar menyadari betapa banyak resiko yang engkau tanggung karena percaya pada-Nya? Salib itu tidak sama artinya dengan penderitaan, namun salib itu sebuah resiko yang mesti kita terima karena membuat pilihan setia kepada Kristus. Dia telah mendahului membiarkan diri-Nya disalib: meskipun mengajar dengan kata dan perbuatan-Nya, membangkitkan orang mati dan membuat mukjijat..toh tidak dipercaya manusia. Di situlah saatnya kita mengikutinya: belajar tidak dipercaya, namun tetap berpegang teguh untuk menjadi orang yang dapat dipercaya!

Jangan katakan, kenapa isteri, suami, dan anak anakmu tidak mau berubah menurut jalan pikiranmu. Tapi bersyukurlah, engkau disadarkan, sebaik bahkan sesuci apapun hidupmu, belum tentu mampu mengubah perilaku orang lain. Saat engkau menemukan tidak ada lagi jalan mengubah perilaku saudaramu serumah, di situlah saatnya engkau menyadari, "Hal terpenting, engkau sendiri sudah menunjukkan diri sebagai pribadi yang mau berubah." Tuhanpun mau mengubah diri kita kalau kita memutuskan untuk "minta diubah".

Jangan katakan, kenapa Tuhan membiarkan orang memutuskan hubungan denganku sampai aku patah hati rasanya. Tapi lihatlah setelah engkau putus dengan orang yang istimewa sekalipun, engkau melihat ada banyak orang istimewa juga! Itulah artinya engkau tertantang untuk bersyukur, patah hatimu menyadarkan engkau, "hidup ini tidak seluas daun kelor, tapi ada banyak orang yang mau disapa dan diajak bersahabat!" Bukalah telapak tanganmu untuk memberi salam, dan ucapkanlah sepatah kata pada temanmu, lalu tersenyumlah, karena itu engkau akan menemukan ada banyak harapan bertaburan di tengah tengah hidupmu!

Jangan katakan, Tuhanku tidak memberiku rejeki. Namun lihatlah di manapun ada banyak rejeki. Hanya saja, engkau selalu mencari "rejeki yang cocok dengan keinginanmu pribadi", sementara Tuhan selalu akan memberikan rejeki menurut kehendak-Nya. Di saat engkau tidak melihat ada rejeki, di situlah engkau mesti belajar mencari rejeki di luar rencancamu sendiri. Temukanlah rejeki Tuhan itu dengan mengasihi-Nya dan mengasihi sesama. Itulah rejeki sejati, engkau memiliki kekuatan untuk mengasihi. Kekuatan itu tidak lain adalah Roh-Nya. Karena itu mintalah Roh Kudus, agar engkau merasakan rejeki kekuatan untuk berbagi hidup dengan sesamamu.


Warm regards..

Have a nice and blessed weekend!

Blasius Slamet Lasmunadi, Pr

Sabtu, 12 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Sabtu, 12 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah -- 1Kor 15:51


Doa Renungan Pagi

Bapa di dalam Surga, syukur atas hari baru yang kami terima ini. Sungguh indah kalau kami juga boleh mendengarkan Sabda-Mu. Resapkanlah Sabda-Mu yang akan kami baca ya Tuhan, agar menjadi sumber kekuatan untuk melayani dan melakukan aktivitas pekerjaan kami hari ini dengan baik. Dengan demikian semuanya menjadi pujian bagi kemuliaan-Mu. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:15-17)

"Kristus datang di dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa."

15 Saudara-saudara, perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. 17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terberkatilah nama Tuhan untuk selama-lamanya.
Ayat.
(Mzm. 113:1b-2.3-4.5.6.7)
1. Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
2. Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya terpujilah nama Tuhan. Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
3. Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Orang yang mengasihi Aku akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:43-49)
"Mengapa kalian berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?"

43 Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya, "Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. 44 Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. 45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." 46 "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? 47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, 48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. 49 Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

“Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya”
(1Tim 1:15-17; Luk 6:43-49)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Kacang mongso tinggalo lanjaran”, demikian kata pepatah Jawa yang kurang lebih berarti ‘anak-anak pasti akan mewarisi perilaku, cara hidup dan cara bertindak orangtuanya’. Maka kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan hidup dan cara bertindak bagi anak-anaknya. Keunggulan hidup beriman atau beragama terletak dalam tindakan atau perilaku bukan omongan atau wacana. Yang mengikat dan mendasari hidup dan cara bertindak orangtua atau bapak-ibu adalah cintakasih; ingat dan kenangkan bahwa anda berdua menjadi suami atau isteri dan bapak atau ibu karena dan oleh cintakasih, dimana anda berdua saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Di dalam bersama hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun ada aturan atau tatanan hidup, agar hidup bersama sungguh damai-sejahtera. Di dalam keluarga kiranya juga ada aturan dan tatanan hidup, entah tertulis atau lisan, yang telah ditentukan oleh orangtua, maka hendaknya anda sebagai orangtua tidak hanya berhenti pada memberi aturan, tatanan, nasihat atau tuntunan, tetapi juga menghayati atau melaksanakannya sendiri dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini kita juga diingatkan bahwa “yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”, maka baiklah kita mengusahakan untuk memiliki hati yang baik. Untuk itu baiklah sering membaca berbagai tulisan atau karangan yang baik, dimana di dalamnya kita dapat menemukan pikiran, pendapat, nasihat yang baik dan kemudian kita hayati atau laksanakan dalam hidup sehari-hari dengan berbuat baik kepada siapapun. Perbuatan baik dan hati baik akan saling menguatkan dan memperteguh.

· “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1Tim 1:15). Inilah mungkin kata-kata atau tulisan yang baik kita renungkan dan hayati. Mungkin kita adalah orang baik, namun demikian marilah kita juga berani berkata dan menghayati bahwa “akulah yang paling berdosa”, sebagaimana juga telah pernah dinyatakan dan dicoba untuk dihayati oleh para Yesuit, yang menyatakan diri sebagai pendosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya di dunia ini. Menghayati diri sebagai pendosa yang dikasihi dan dipanggil kurang lebih juga berarti hidup dan bertindak dengan rendah hati. Rendah hati merupakan keutamaan dasar kebalikan dari sombong. Kita dipanggil untuk menjadi rendah hati, meneladan Yesus “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil 2:6-7). Para orangtua hendaknya menjadi teladan penghayatan kerendahan hati ini di dalam keluarga, antara lain berusaha ‘menjadi sama dengan anak-anak’, yang berarti senantiasa siap sedia untuk dibina, dituntun, dinasihati terus menerus sampai mati alias bersikap mental ‘ongoing formation, ongoing education’. Sikap mental inilah kiranya yang sebaiknya juga diwarikan kepada anak-anaknya, antara lain dengan teladan dari orangtua/bapak-ibu.


“Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN” (Mzm 113:1-5a)

Jakarta, 12 September 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Jumat, 11 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Jumat, 11 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik. Diamlah di negeri dan berlakulah setia -- Mzm 37:3


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur pada-Mu atas anugerah yang Engkau berikan pada kami. Curahkanlah kuasa Roh Kudus atas kami, agar kami dapat mengerti Sabda yang ingin Engkau sampaikan kepada kami hari ini. Sebab kami selalu ingin hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:1-2.12-14)

"Tadinya aku seorang penghujat, tetapi kini dikasihani Allah."

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus atas perintah Allah, penyelamat kita, dan atas perintah Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, kepada Timotius, anakku yang sah dalam iman. Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. Aku bersyukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita, yang menguatkan daku, karena ia menganggap aku setia, dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Padahal tadinya aku seorang penghujat dan seorang penganiaya yang ganas. Tetapi kini aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman. Malahan kasih karunia Tuhan kita itu telah dilimpahkan bersama dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, Engkaulah milik pusakaku.
Ayat.
(Mzm 16:1.2a.5.7-8.11)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasehat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:39-42)

"Mungkinkah seoang buta membimbing orang buta?"

Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu', padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.



Renungan
“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu”
(1Tim 1:1-2.13-14; Luk 6:39-42)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan orang adalah ‘ngrumpi atau ngrasani’, dimana dibicarakan kekurangan dan kesalahan orang lain yang tidak ada di hadapan mereka. Isi ‘ngrumpi atau ngrasani’ pada umumnya adalah kekurangan dan kelemahan atau kesalahan orang lain. Orang yang suka ngrumpi atau ngrasani pada umumnya memiliki kelemahan, kekurangan atau kesalahan yang cukup besar, namun coba untuk ditutupi dengan melihat dan menceriterakan kekurangan orang lain. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Yesus : ”Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”. Marilah kita keluarkan ‘balok’ yang menutupi mata kita, sehingga kita menjadi buta terhadap diri kita sendiri! Memang melihat diri sendiri itu lebih sulit daripada melihat orang lain. Melihat diri sendiri dengan tajam berarti terampil mawas diri (awas terhadap diri sendiri). Dalam doa harian kita, yaitu doa malam menjelang istirahat tidur, ada bagian yang disebut “pemeriksaan batin”, suatu ajakan bagi diri kita masing-masing untuk memeriksa dengan cermat isi batin atau hati kita sendiri. Jika kita mampu melihat diri sendiri dengan baik dan memadai, maka kami yakin kita tidak akan mudah untuk melihat dan membicarakan kekurangan, kelemahan dan kesalahan orang lain. Terampil dalam ‘pemeriksaan batin’ berarti terampil dalam pembedaan roh alias terampil melihat apa yang baik dan benar alias ahli roh baik, bukan terampil melihat apa yang buruk dan salah alias ahli roh jahat atau setan. Marilah kita saling melihat apa yang baik dan.benar dalam diri sesama kita, sehingga kita akan dapat melihat dengan jelas apa yang buruk dan salah dan kemudian kita perbaiki dengan tepat. Dengan saling melihat dan mengakui apa yang baik dan benar dalam diri kita masing-masing berarti juga terjadi ‘saling memberdayakan’ di antara kita.

· “Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus” (1Tim 1:13-14), demikian kesaksian atau curhat Paulus kepada Timotius, kepada kita semua. Seperti pernah terjadi dalam diri Paulus, kiranya juga dapat terjadi di antara kita, yaitu kita merasa berbuat baik tetapi sebenarnya apa yang kita buat adalah buruk karena ketidak-tahuan kita. Dengan kata lain dari lubuk hati kita yang terdalam berkendak untuk senantiasa berbuat baik, tetapi karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan kemungkinan apa yang menjadi kehendak baik tersebut dalam pelaksanaan tidak baik atau kurang memadai. Maka marilah kita bina dan perdalam sikap rendah hati dan terbuka dalam diri kita masing-masing, agar setiap kali kita memperoleh kasih Allah melalui saudara-saudari kita berupa aneka macam pengetahuan, keterampilan atau ajaran, kita siap sedia untuk tumbuh berkembang dalam ‘iman dan kasih dalam Kristus Yesus’. Kita sadari dan hayati bahwa aneka macam bentuk sapaan, sentuhan, perhatian dari orang lain, entah yang enak atau menyakitkan, sebagai wujud kasih Allah kepada kita melalui sesama kita. Hendaknya kita senantisa terbuka untuk ditegor, diajar, diberi tahu kesalahan dan kekurangan kita, diarahkan ke kebenaran dan kebaikan. Sebaliknya kita semua juga dipanggil untuk melihat dan mengakui perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi dalam diri saudara-saudari kita, dan jangan mengingat-ingat ketidak-tahuan mereka masa lalu, yang mungkin juga berupa kesalahan, kekurangan atau kejahatan.


“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”(Mzm 16:5.7-8.11)

Jakarta, 11 September 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Pertemuan III Bulan Kitab Suci: Keuskupan Agung Semarang: Kematian, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal

PERTEMUAN III


KEMATIAN, KEBANGKITAN BADAN, DAN KEHIDUPAN KEKAL

Tujuan Pertemuan

Umat semakin memahami ajaran iman Katolik mengenai kematian, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal.

Pengantar

Dalam pertemuan minggu pertama dan kedua kita merenungkan bersama dua kutipan dari kitab Makabe. Kedua kutipan tersebut menunjukkan mulai tumbuhnya keyakinan di antara masyarakat Yahudi tentang adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Keyakinan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal mencapai puncaknya pada peristiwa Yesus yang wafat dan bangkit bagi keselamatan umat manusia. Bagi kita, wafat dan kebangkitan Yesus tidak dapat dilepaskan dari misi Yesus untuk menyelamatkan umat manusia. Dengan demikian, paham keselamatan bagi kita bukan hanya keselamatan hidup di dunia, tetapi lebih penting lagi keselamatan dalam kehidupan abadi. Di dalam Yesus, keselamatan yang sebenarnya adalah kehidupan surgawi. Bahan pertemuan minggu ketiga dan keempat berupa tanya jawab sekitar iman Katolik akan adanya kematian, kebangkitan dan kehidupan kekal. Bahan ini serupa dengan katekismus. Diserahkan kepada pemandu dan umat yang hadir untuk memilih sendiri bahan yang akan dibicarakan bersama, berdasarkan apa yang sudah disediakan.

Syahadat Kristen — pengakuan iman kita akan Bapa, Putera dan Roh Kudus, serta karya-Nya yang menciptakan, menebus dan menguduskan — berpuncak pada pewartaan bahwa orang-orang yang mati akan bangkit pada akhir zaman dan bahwa ada kehidupan kekal. Pertemuan minggu ketiga ini akan membahas pandangan Gereja Katolik mengenai kematian.
Bahan Pendalaman

1. Kematian itu apa?

Pandangan tradisional mengatakan bahwa kematian adalah akhir kehidupan jasmani, saat jiwa manusia terpisah dari raganya. Dengan kematian, seluruh fungsi tubuh berhenti, seiring dengan terpisahnya raga dari jiwa. Bagi umat beriman, raga akan hancur menjadi tanah sedangkan jiwa berpulang kepada Allah. Dengan kematian, sejarah hidup manusia di hadapan Allah mencapai bentuknya yang lengkap dan tak dapat diubah. Semua orang yang hidup di dunia ini akan mengakhiri hidup duniawinya dengan kematian. Dalam KGK 1013 dikatakan: ”Kematian adalah titik akhir peziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan be1as kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir.”

2. Apakah Allah Pencipta menghendaki kematian?
Sebenarnya Allah Pencipta menentukan supaya manusia tidak mati. Namun, dosa telah membuat manusia harus mengakhiri hidupnya dengan kematian. Dengan demikian, kematian sebenarnya bertentangan dengan maksud Allah Pencipta (KGK 1008). Selanjutnya KGK 108 menyatakan: ”Magisterium Gereja mengajarkan bahwa kematian telah masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa. Walaupun manusia mempunyai kodrat yang dapat mati, namun Pencipta menentukan supaya ia tidak mati. Dengan demikian kematian bertentangan dengan keputusan Allah Pencipta. Kematian masuk ke dunia sebagai akibat dosa. ”Kematian badan, yang dapat dihindari seandainya manusia tidak berdosa” (GS 18), adalah ”musuh terakhir” manusia yang harus dikalahkan.”

3. Bagaimana iman Kristen memandang kematian?
Kitab Suci menganggap kematian sebagai hal yang alami (bdk. Mzm 49:11-12; Yes 40:6-7), sebagai akibat dosa atau upah dosa (Kej 3:19; Rm 5:12), sebagai musuh terakhir yangf harus dikalahkan (1Kor 15:26). Dalam Rm 5:12 dikatakan: ”Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Sesuai dengan Kitab Suci, Gereja Katolik memandang kematian yang sifatnya alami itu terjadi akibat dosa. Kematian masuk ke dalam dunia karena manusia telah berdosa, baik karena dosa yang dilakukannya sendiri maupun karena dosa asal. Namun demikian, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Dengan keyakinan akan adanya kebangkitan, kematian dapat bernilai positif bagi kita. Umat Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian Yesus Kristus, menganggap kematian sebagai pertemuan dengan Yesus dan sebagai langkah masuk ke dalam kehidupan kekal. Dengan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah mengalahkan kematian dan dengan demikian membuka pintu masuk menuju keselamatan untuk semua orang (KGK 1019). Karya penebusan Yesus Kristus telah mengubah kematian menjadi berkat, kematian yang pada mulanya dinilai negatif menjadi bernilai positif.

4. Apa artinya kematian dalam Kristus?
Pandangan Kristen mengenai kematian terungkap dalam doa prefasi untuk misa Arwah: ”Bagi umat beriman-Mu, ya Tuhan, hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan. Dan sesudah roboh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami kediaman abadi di surga”. Jika kita mati dalam Kristus, kita akan ikut ambil bagian dalam kebangkitan-Nya. Kematian dalam rahmat Kristus adalah jalan untuk kembali ke pangkuan Bapa, mengalami kehidupan baru dalam kediaman abadi di surga.

5. Apa arti RIP?
Di makam-makam Katolik biasa ada tulisan RIP. Tulisan tersebut merupakan singkatan dari ungkapan bahasa Latin Requiescat in Pace, artinya ”Semoga dia beristirahat dalam damai”. Doa-doa bagi saudara saudari kita yang sudah meninggal berisi harapan agar mereka beristirahat dalam damai Tuhan. Kematian bernilai positif karena menjadi saat kembalinya umat beriman ke pangkuan Bapa, saat di mana umat beriman diperkenankan mengalami damai abadi.

6. Apa itu Misa Requiem?
Misa Requiem adalah misa pemberkatan arwah. Sering disebut juga Misa pro defunctis (misa untuk orang yang sudah meninggal) atau Misa defunctorum. Kata Requiem diambil dari kata awal dari lagu pembukaan misa arwah: ”Requiem aeternam dona eis, Domine”, artinya ”Berilah kepada mereka istirahat kekal ya Tuhan.” Kata Requiem berasal dari kata Latin requies artinya beristirahat.

7. Dalam arti apa kematian menjadi kerinduan bagi umat beriman?
Kematian yang menakutkan itu oleh para kudus dipandang sebagai saat yang dirindukan, berkat iman mereka akan Yesus Kristus yang telah bangkit. Kematian dalam Kristus akan membuahkan kebangkitan bersama Dia. Untuk mereka yang mati dalam rahmat Kristus, kematian adalah ”keikutsertaan” dalam kematian Kristus, supaya dapat juga mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya. Dengan adanya keyakinan ini para kudus merindukan kematian sebagai saat memasuki kehidupan abadi, kembali kepada Bapa dan bersatu dengan Kristus yang telah bangkit:


”Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Flp 1:23).

”Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:21).

”Benarlah perkataan ini: jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia” (2 Tim 2:11).

”Kerinduan duniawiku sudah disalibkan ... Di dalam aku ada air yang hidup dan berbicara, yang berbisik dan berkata kepadaku: ”Mari menuju Bapa” (Ignasius dari Antiokia, Rom 7,2).

”Aku hendak melihat Allah, dan untuk melihat Dia, orang harus mati” (St. Teresia Avilla)

”Aku tidak mati; aku masuk ke dalam kehidupan” (St. Teresia Lisieux).

8. Apakah aspek pastoral dari ajaran tentang kematian Kristen?
Ketika berbicara mengenai kematian, yang menjadi fokus perhatian Gereja justru kehidupan yaitu kehidupan di dunia ini maupun kehidupan kekal. Karena hidup manusia ada batas waktunya, maka orang harus menjalani kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya, sesuai dengan kehendak Allah, agar nantinya diperkenankan memasuki kehidupan kekal. Kematian merupakan perjalanan kembali kepada Bapa untuk masuk ke dalam kehidupan baru bersama-Nya. Oleh karena itu umat beriman hendaknya mempersiapkan saat kematian dengan baik. Gereja mengajak kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian, bukan hanya pada saat-saat akhir kehidupan tetapi setiap saat, sepanjang hidup. Thomas a Kempis menasehatkan: ”Dalam segala perbuatanmu, dalam segala pikiranmu, hendaklah kamu bertindak seakan-akan hari ini kamu akan mati. Jika kamu mempunyai hati nurani yang bersih, kamu tidak akan terlalu takut mati. Lebih baik menjauhkan diri dari dosa, daripada menghindari kematian. Jika hari ini kamu tidak siap, apakah besok kamu akan siap?” (Mengikuti Jejak Kristus 1,23, 1).

9. Bagaimana rumusan doa penyerahan jiwa bagi umat Katolik yang sudah meninggal?
”Bertolaklah dari dunia ini, hai saudara (saudari) dalam Kristus, atas nama Allah Bapa yang mahakuasa, yang menciptakan engkau; atas nama Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, yang menderita sengsara untuk engkau; atas nama Roh Kudus, yang dicurahkan atas dirimu; semoga pada hari ini engkau ditempatkan dalam ketenteraman dan memperoleh kediaman bersama Allah di dalam Sion yang suci, bersama Maria Perawan yang suci dan Bunda Allah, bersama santo Yosef dan bersama semua malaikat dan orang kudus Allah. ... Kembalilah kepada Penciptamu, yang telah mencipta engkau dari debu tanah. Apabila engkau berpisah dari kehidupan ini, semoga Maria bersama semua malaikat dan orang kudus datang menyongsong engkau. ... Engkau akan melihat Penebusmu dari muka ke muka ...,” (Doa penyerahan jiwa).

10. Apakah iman katolik mengakui adanya reinkarnasi?
Gereja Katolik tidak mengakui adanya reinkarnasi (kelahiran kembali ke dunia setelah kematian). Katekismus Gereja Katolik dengan tegas mengatakan bahwa: ”Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir” (LG 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia. ”Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27). Sesudah kematian tidak ada ”reinkarnasi” (KGK 1012).

11. Apa yang terjadi setelah kematian?
KGK berbicara mengenai adanya pengadilan khusus yang terjadi segera setlah orang mengalami kematian:

”Kematian mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam Kristus. Perjanjian Baru berbicara mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua. Tetapi berulang kali ia juga mengatakan bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan pekerjaan dan imannya. Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin dan kata-kata yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik, demikian juga teks-teks lain dalam Perjanjian Baru, berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa, yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia” (KGK 1021; bdk. 1022). Pengadilan khusus terjadi pada saat kematian, masing-masing manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tak dapat mati. Dalam pengadilan khusus ini, ada tiga kemungkinan yang akan diputuskan oleh Allah bagi manusia setelah kematiannya, yaitu: masuk ke kebahagiaan surgawi, atau harus melalui penyucian di api penyucian (Purgatorium), atau mengutuki diri selama-lamanya (masuk neraka). Nasib manusia setelah kematiannya antara lain tergantung pada apa yang telah dilakukannya selama hidup di dunia. Santo Yohanes dari Salin mengatakan: ”Pada malam kehidupan kita, kita akan diadili sesuai dengan cinta kita”.

12. Apakah yang dimaksud dengan kebangkitan badan?
KGK 997 menyatakan: ”Pada saat kematian, di mana jiwa berpisah dari badan, tubuh manusia mengalami kehancuran, sedangkan jiwanya melangkah menuju Allah dan menunggu saat, di mana ia sekali kelak akan disatukan kembali dengan tubuhnya. Dalam kemahakuasaan-Nya, Allah akan menganugerahkan kepada tubuh kita secara definitif kehidupan yang abadi, waktu Ia menyatukannya lagi dengan jiwa kita berkat kebangkitan Yesus.”

13. Apa dasar untuk percaya akan adanya kebangkitan badan?
Iman akan kebangkitan orang-orang mati sudah menjadi bagian hakiki dari iman kristen. Dasar utamanya adalah iman akan Kristus yang sungguh telah bangkit dari antara orang mati dan hidup selama-lamanya. Kebangkitan Kristus membawa harapan bagi umat yang beriman kepada-Nya bahwa mereka akan ikut dibangkitkan sesudah kematian. Santo Paulus mengatakan: ”Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. .... Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” (1Kor 15:14.16-17).

14. Apa makna kebangkitan Kristus bagi umat yang beriman kepada-Nya?
Dengan iman akan Kristus yang telah bangkit, Gereja Katolik percaya bahwa orang-orang benar sesudah kematiannya akan hidup untuk selama-lamanya bersama Kristus yang telah bangkit kembali dan Ia akan membangkitkan mereka pada akhir zaman. Seperti kebangkitan-Nya, demikian pula kebangkitan kita adalah karya Tritunggal Mahakudus (KGK 989). Dikatakan juga dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma: ”Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Rm 8:11)

15. Kapan terjadi kebangkitan badan?
Kebangkitan badan terjadi di akhir zaman, saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Pada saat itu semua orang yang telah mati dibangkitkan kembali untuk menghadapi pengadilan terakhir. Bagi orang-orang benar, jiwanya disatukan dengan tubuhnya yang baru untuk kehidupan kekal. Berdasarkan iman akan Kristus yang telah bangkit dari mati untuk hidup selama-lamanya, kita percaya bahwa orang-orang benar, sesudah kematiannya akan hidup selama-lamanya bersama Dia. Dengan demikian, kebangkitan badan merupakan rahmat yang dianugerahkan oleh Allah berkat kebangkitan Yesus.

16. Siapakah yang akan bangkit?
Yang akan bangkit adalah semua orang yang telah mati. Dikatakan dalam Injil Yohanes: ”Mereka yang berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang abadi, tetapi mereka yang berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:29).

17. Bagaimanakah gambaran tentang kebangkitan dari mati?
Santo Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus: ”Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’ Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang mengaku taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi b. i yang tidak berkulit ... yang ditaburkan akan binasa, yang dibangkitkan tidak akan binasa ... Orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa ... Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan, yang tidak dapat binasa, yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati (1Kor 15:35-37.42.52-53). Pada saat kebangkitan, jiwa orang benar akan mengenakan tubuh yang baru, yang tidak akan dapat binasa. Tubuh yang baru itu oleh Paulus disebut juga sebagai ”tubuh yang mulia” (Flp 3:21) atau ”tubuh rohani” (1Kor 15:44). Gambaran tentang kebangkitan badan dan bersatunya jiwa dengan tubuh yang baru ini tidak dapat kita pahami dengan akal budi kita saat ini, namun akan menjadi jelas ketika kita boleh mengalaminya sendiri di saat kebangkitan badan.

18. Ajaran tentang kebangkitan badan diwahyukan secara bertahap. Apa maksudnya?
Allah mewahyukan kebangkitan badan dari antara orang mati secara bertahap. Di dalam tulisan-tulisan awal Perjanjian Lama belum dikatakan apa-apa tentang adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Umat Israel kuno percaya bahwa semua orang yang mati masuk ke dalam Sheol, yaitu dunia orang mati di bawah permukaan bumi (Kej 42:38, Yes 14:11, Mzm 141:7, Ams 7:27 and Ayb 10:21-22;17:16). Semua orang, entah orang baik atau orang jahat, akan masuk Sheol setelah kematiannya dan berbaring di dalam keabadian. Sheol digambarkan sebagai tempat yang gelap, dalam, tidak ada kontak dengan Allah maupun dengan dunia manusia yang hidup (Mzm 6:5; 8:3-12). Persoalannya, jika semua orang baik maupun jahat akan mengalami nasib yang sama di Sheol, lalu apa gunanya berbuat baik selama di dunia ini? Dalam tulisan-tulisan selanjutnya, muncul ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan tumbuhnya kepercayaan akan adanya kebangkitan badan (Yeh 37:9-12; 1Sam 2:6; Ayb 19:26; Yes 26:19; Dan 12:2). Pada abad kedua sebelum Masehi, kepercayaan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal semakin jelas, seperti dapat kita baca pada kitab Makabe yang ditulis sekitar tahun 100 sebelum Masehi (2Mak 7:9.14). Kepercayaan ini semakin berkembang dan menmgakar kuat dalam tradisi Yahudi menjelang Masehi sampai pada zaman Yesus. Tradisi para rabi dan kaum Farisi meyakini adanya kebangkitan badan sebagai bagian hakiki dari iman. Kaum Saduki masih berpegang pada tradisi lama yang tidak mengakui adanya kebangkitan orang mati. Yesus sendiri mengajarkan iman akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Untuk menanggapi pertanyaan kaum Saduki Yesus mengatakan bahwa Allah bukanlah Allah orang mati tetapi Allah orang hidup (Mrk 12:27). Yesus bukan hanya mengajarkan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal, tetapi Dia sendiri mengalaminya. Bagi umat Kristen, paham kebangkitan badan dan kehidupan kekal berdasar pada peristiwa Yesus yang telah mati dan bangkit demi keselamatan umat manusia. Dalam KGK 994 dikatakan: ”Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan itu dengan pribadi-Nya: ”Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25). Pada hari kiamat Yesus sendiri akan membangkitkan mereka,yang percaya kepada-Nya, yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Dalam kehidupan-Nya di dunia ini Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu, waktu Ia membangkitkan beberapa orang mati dan dengan demikian mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri, tetapi yang termasuk dalam tatanan yang lain. Kejadian yang sangat khusus ini Ia bicarakan sebagai ”tanda nabi Yunus” (Mat 12:39), tanda kenisah: Ia mewartakan bahwa Ia akan dibunuh, tetapi akan bangkit lagi pada hari ketiga.” Demikianlah cara Allah mewahyukan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Perwahyuan itu akhirnya berpuncak pada peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus. Dengan begitu, umat Katolik tidak perlu meragukan lagi adanya kebangkitan dan kehidupan kekal. Bahkan kepercayaan yang dimasukkanb dalam Syahadat iman Katolik (Credo, Aku Percaya) menjadi pangkal harapan bagi umat Katolik selama hidupnya di dunia ini. Menjadi saksi Kristus berarti menjadi saksi kebangkitan-Nya, seperti dilakukan oleh para rasul dan jemaat Kristen di awal pertumbuhannya (bdk. Kis 1:22; 10:41). Harapan akan kebangkitan kristen diwarnai seluruhnya oleh perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit dan diwarnai oleh keyakinan bahwa kita akan bangkit seperti Dia, bersama Dia dan oleh Dia (KGK 996).

19. Apa yang dimaksud dengan hidup kekal?
Kehidupan kekal adalah keberadaan yang tidak dibatasi oleh waktu. Dapat dikatakan bahwa kehidupan kekal ada di luar waktu seperti yang kita alami di dunia ini. Tidak ada awal dan tidak ada akhir. Keberadaan kekal memang sulit dipahami oleh manusia yang pada kenyataannya hidup di dunia ini dalam hitungan waktu, ada awal dan ada akhirnya. Simbol dari keadaan kekal adalah lingkaran bulat, yang tak punya ujung dan pangkal. Hidup kekal ini dikaitkan dengan iman akan Allah yang kekal.

20. Apa hubungan antara kebangkitan badan dan kehidupan kekal?
Dalam syahadat iman Katolik disebut tentang kepercayaan kita akan kebangkitan dan kehidupan kekal. Keduanya disebut secara tersendiri, namun menunjuk pada kenyataan yang sama. Kebangkitan dari mati berarti memasuki kehidupan kekal. Kehidupan kekal berkaitan dengan paham akan jiwa yang tak dapat mati. Kebangkitan badan menunjuk pada bersatunya jiwa dengan tubuhnya yang baru di akhir zaman. Kematian bagi umat Kristen yang disatukan dengan kematian Yesus merupakan langkah masuk ke dalam kehidupan kekal atau kehidupan abadi (KGK 1020).

21. Pengadilan terakhir itu apa?
Pengadilan terakhir adalah peristiwa yang terjadi pada saat kedatangan kembali Kristus yang mulia, ketika semua orang yang telah mati maupun yang masih hidup dan orang benar maupun tidak benar dibangkitkan dan diadili menurut apa yang dilakukannya selama hidup di dunia. (KGK 1038). Pengadilan terakhir akan menentukan secara definitif hubungan yang sebenarnya antara setiap manusia dengan Allah (KGK 1039). Di hadapan Yesus Kristus apa yang telah dilakukan manusia selama hidup di dunia akan terbuka semuanya, tanpa ada yang tersembunyi. Di dalam pengadilan terakhir keadilan dan kasih Allah akan dinyatakan.

Santo Agustinus mengatakan: ”Segala sesuatu yang jahat, yang dilakukan orang-orang durhaka dicatat — dan mereka tidak mengetahui caranya. Pada hari, di mana ’Allah tidak akan berdiam Diri’ (Mzm 50:3) ... [Ia akan berpaling kepada orang-orang durhaka] dan berkata kepada mereka: Aku sudah menempatkan bagi kamu orang-orang kecil-Ku di atas bumi. Aku, Kepala mereka, bertakhta di surga di sebelah kanan Bapa - tetapi di bumi anggota-anggota-Ku menderita lapar. Andai kata kalian memberi makan kepada anggota-anggota-Ku, anugerahmu akan sampai kepada Kepala. Ketika Aku menunjukkan kepada orang-orang kecil-Ku satu tempat di atas dunia, Aku mengangkat mereka sebagai utusan supaya membawa pekerjaan, pekerjaanmu yang baik ke dalam perbendaharaan-Ku. Kamu tidak meletakkan apa pun ke dalam tangan mereka, karena itu kamu tidak mempunyai sesuatu apa pun pada tempat-Ku ini” (Serm. l8,4,4).

22. Mengapa kita perlu menyadari adanya pengadilan terakhir di akhir zaman?
Kesadaran akan adanya pengadilan terakhir mengajak kita semua supaya bertobat, selama Allah masih memberi kita kesempatan untuk hidup yang merupakan ”waktu rahmat” dan ”hari penyelamatan” (2Kor 6:2). Selain itu, adanya pengadilan terakhir akan membuat kita mempunyai rasa takut akan Allah, yaitu rasa takut yang akan mendorong kita untuk menegakkan keadilan Kerajaan Allah. (KGK 1041).

23. Bagaimana pengadilan terakhir digambarkan dalam Kitab Suci?
Pada saat kedatangan Kristus dalam kemuliaan-Nya, umat manusia dari segala bangsa akan dikumpulkan dan diadili, ada yang diperkenankan untuk masuk kehidupan kekal tetapi ada pula yang herus mengalami siksaan yang kekal (bdk. Mat 25:31.32-33.46). Dalam Injil Yohanes dikatakan: ”semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:28-29). Melalui Putera-Nya Yesus Kristus, Bapa akan menilai secara definitif seluruh sejarah. Pada saat itu kita akan memahami arti yang terdalam dari seluruh karya ciptaan, seluruh tata keselamatan, dan kita akan mengerti jalan-jalan-Nya yang mengagumkan dan penyelenggaraan ilahi-Nya yang telah membawa segala sesuatu menuju tujuannya yang terakhir. Pengadilan terakhir akan membuktikan bahwa keadilan Allah akan menang atas segala ketidakadilan yang dilakukan oleh makhluk ciptaan-Nya, dan bahwa cinta-Nya lebih besar dari kematian. (KGK 1040).

24. Kapan pengadilan terakhir akan terjadi?
Sama seperti terjadinya akhir zaman, tidak ada yang tahu kapan pengadilan terakhir akan terjadi. Hanya dapat dikatakan bahwa pengadilan terakhir akan berlangsung pada kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya Bapa yang mengetahuinya dan dan Ia sendiri menentukan kapan itu akan terjadi.

Pertanyaan untuk di-sharing-kan bersama:

1. Apa kesan kita setelah mengetahui ajaran Gereja tentang kematian, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal?

2. Apa yang sebaiknya kita lakukan di dunia ini agar kita diperkenankan bangkit dan memasuki hidup kekal?
Sumber: BUKU BKS KOMISI KITAB SUCI KAS

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy