| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Sabtu, 13 Februari 2010 Hari Biasa Pekan V

Sabtu, 13 Februari 2010
Hari Biasa Pekan V

Berbagi itu indah

Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda, "Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Kami percaya, saat ini pun Engkau mempersatukan kami agar sehati-sejiwa membangun gereja. Terimalah kehendak dan segala niat baik kami, agar hidup kami menampakkan cahaya kasih ilahi-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (12:26-32; 13:33-34)

"Raja Yerobeam membuat dua anak lembu emas."

Setelah menjadi raja, berkatalah Yerobeam dalam hatinya: "Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda." Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: "Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir." Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain. Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi. Kemudian Yerobeam menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya. Sesudah peristiwa inipun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan. Dan tindakan itu menjadi dosa bagi keluarga Yerobeam, sehingga mereka dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 816
Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman
Ayat. (Mzm 30:3-4.5-6)
1. Tuhan, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkan syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab seaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, tetapi menjelang pagi terdengar sorak-sorai.

Bait Pengantar Injil PS 958
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Manusia hidup bukan saja dari makanan, melainkan juga dari setiap sabda Allah

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:1-10)

"Mereka semua makan sampai kenyang."

1 Sekali peristiwa sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata:2 "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. 3 Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." 4 Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?"5 Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." 6 Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. 7 Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. 8 Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul.9 Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. 10 Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Pada salah satu sesi dalam Pelatihan Kepemimpinan & Manajerial dibahas tentang teknik pengambilan keputusan berdasarkan pola MMB, ”Melihat, Menimbang, dan Bertindak”. Intinya adalah melatih para pimpinan untuk bertindak bijaksana. Sebuah tindakan bijaksana harus melalui proses ”menimbang” yang melihat sesuatu dari berbagai aspek. Sebaliknya, segala sesuatu yang dilihat dan ditimbang secara matang, namun tanpa sebuah ”aksi nyata” juga tidak ada gunanya.

Ketika orang banyak berkumpul di tepi Danau Galilea, Yesus melihat banyak orang yang kelaparan. Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan, kemudian membahasnya bersama para murid. Pertimbangan yang matang dan cermat ini kemudian berbuah tindakan nyata, yang kita kenal sebagai peristiwa penggandaan roti.

Setiap orang diutus untuk berkarya sesuai dengan panggilannya masing-masing. Setiap hari dalam keluarga masing-masing atau di tempat kerja, kita berhadapan dengan berbagai persoalan yang kasat mata. Semua akan berbuah nyata dan indah kalau kita mau belajar seperti Yesus.

Tuhan Yesus, ajarilah kami belajar melihat, belajar menimbang, dan belajar bertindak dengan bijaksana seperti yang Kaulakukan di Galilea. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian



Bagikan

Jumat, 12 Februari 2010 Hari Biasa Pekan V

Jumat, 12 Februari 2010
Hari Biasa Pekan V

Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. --- 1Yoh 4:18

Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, Engkau mempercayakan warta perdamaian pada para murid-Mu, agar dunia hidup dalam damai-Mu. Kami percaya, sabda-Mu menghidupkan yang mati, menyegarkan yang letih-lesu, dan membangkitkan pengharapan bagi yang putus asa. Sebab Engkaulah Tuhan, pengantara kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (11:26-32.12:19)

"Israel memberontak terhadap keluarga Daud."

Pada waktu itu Yerobeam, seorang pegawai Raja Salomo, keluar dari Yerusalem. Di tengah jalan ia bertemu dengan Nabi Ahia, orang Silo, yang berselubung kain baru. Hanya mereka berdua yang ada di padang. Ahia memegang kain baru yang ada di badannya, lalu dikoyakkannya menjadi dua belas koyakan; Ia berkata kepada Yerobeam, "Ambillah bagimu sepuluh koyakan, sebab beginilah sabda Tuhan, Allah Israel: Sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari tangan Salomo dan akan memberikan kepadamu sepuluh suku. Tetapi satu suku akan tetap padanya oleh karena hamba-Ku Daud dan oleh karena Yerusalem, kota yang Kupilih dari segala suku Israel. Demikianlah orang Israel memberontak terhadap keluarga Daud sampai hari ini.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan Allahmu, dengarkanlah Aku.
Ayat. (Mzm 81:10-11ab.12-13.14-15)
1. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah allah asing. Akulah Tuhan, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
2. Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku. Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti angan-angannya sendiri!
3. Sekiranya umat-Ku mendengar Aku; sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan, seketika itu juga mereka Aku tundukkan, dan para lawan mereka Kupukul dengan tangan-Ku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Ya Allah, bukalah hati kami, agar kami memperhatikan sabda Anak-Mu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:31-37)

"Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."

31 Pada waktu Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.32 Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu.33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.34 Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! 35 Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. 36 Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.37 Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Pak Stefanus, tokoh panutan paroki, terserang stroke yang mengakibatkan gangguan pada otak dan sebagian tubuhnya. Agar fungsi otaknya pulih kembali, ia menjalani terapi khusus untuk me-recovery seluruh memorinya, yang membutuhkan kesabaran luar biasa. Kata demi kata, dan konsep demi konsep, secara perlahan dimasukkan kembali ke dalam memori otaknya melalui indra pendengarannya. ”Selama ini saya terlalu banyak berbicara dan kurang mendengarkan orang lain.

Kini Tuhan memberi kesempatan kepada saya untuk belajar mendengarkan,” katanya sewaktu mendapat kunjungan dari tim pastoral orang sakit beberapa waktu yang lalu.
Israel terpecah menjadi dua kerajaan karena Salomo terlalu asyik dengan kehebatannya dan lupa untuk mendengarkan. Pada zaman Yesus juga ada orang tuli dan gagap yang minta disembuhkan-Nya di daerah Dekapolis.

Telinga dan mulut adalah anugerah Allah. Dua telinga dan satu mulut diberikan-Nya agar kita mau lebih banyak mendengarkan, lalu mau mengomunikasikannya kepada orang lain. Memanfaatkannya secara bijaksana tentu menjadi tugas kita semua.

Yesus, beri aku lebih banyak waktu dan kesempatan untuk belajar mendengarkan. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian



Bagikan

Surat Gembala Prapaska Keuskupan Agung Semarang 13-14 Februari 2010

SURAT GEMBALA PRAPASKA

13-14 FEBRUARI 2010

Para Ibu dan Bapak, Para Suster, Bruder, Rama,

Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus.

1. Sebentar lagi kita memasuki masa Prapaska. Pada masa Prapaska kita diajak untuk membangun sikap tobat. Sikap tobat yang benar diwujudkan dalam pilihan hidup yang mengandalkan Tuhan. Orang yang diberkati adalah orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada-Nya. Demikian Nabi Yeremia menghayati Sabda Tuhan: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yer 17:7). Sedangkan orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan hatinya menjauh dari Tuhan adalah orang yang terkutuk. Orang-orang yang terberkati diibaratkan pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air. Membangun sikap tobat yang benar berarti senantiasa menempatkan kekuatan sendiri dalam sumber air sejati, Tuhan yang berbelaskasih.

2. Masa Prapaska juga merupakan masa yang penuh rahmat. Dengan senantiasa mentautkan diri pada sumber air sejati yakni Tuhan yang berbelas kasih, hidup kita selalu diperbarui. Pembaruan hidup orang beriman digambarkan oleh Nabi Yeremia: “...daunnya tetap hijau, ... tidak kuatir dalam tahun kering dan ... tidak berhenti menghasilkan buah” (Yer 17:8). Santo Paulus menghayati pembaruan hidup dengan keyakinan yang mendalam akan Kristus yang senantiasa hidup: “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati.” (1Kor 15:20). Pembaruan hidup yang dikerjakan oleh rahmat Allah membuat hidup kita selalu menghasilkan buah, kendati berada dalam ‘tahun kering’ dan ‘panas terik’.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

3. Tahun kering dan panas terik kehidupan kita sering membuat orang tidak berdaya, putus asa, mudah menyerah, patah semangat, tidak menghasilkan buah kehidupan. Tahun kering dan panas terik kehidupan masyarakat kita saat ini mendambakan tatanan hidup bersama yang menyejahterakan semakin banyak orang, penghormatan terhadap martabat pribadi manusia, pengelolaan lingkungan hidup yang manusiawi. Bacaan Injil hari ini memberikan inspirasi bagi kita untuk ‘tidak berhenti menghasilkan buah’. Tahun kering dan panas terik kehidupan saat ini bukan hambatan bagi orang beriman. Tahun kering dan panas terik kehidupan bukan alasan untuk menangisi keadaan. Tahun kering dan panas terik adalah kesempatan untuk membarui hidup dan menghasilkan buah pertobatan. Kemiskinan membangkitkan semangat untuk berbagi. Kelaparan membangkitkan semangat untuk berbela rasa. Kesedihan dan tangis membangkitan semangat untuk melayani dengan tulus hati. Kebencian dan kejahatan membangkitkan semangat untuk membalas kejahatan dengan kebaikan.

4. Karena itu, masa Prapaska bukan hanya kegiatan ritual belaka, tetapi gerakan rohani yang diwujudkan dalam aksi. Kita biasa menyebutnya dengan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Gerakan APP di Keuskupan Agung Semarang sudah berusia 40 tahun. Tema APP tahun ini adalah BERSYUKUR DENGAN BERTOBAT DAN BERBAGI BERKAT. Aksi Puasa Pembangunan pada tahun 2010 ditempatkan dalam Tahun Syukur Keuskupan Agung Semarang: syukur atas Arah Dasar 2006-2010 yang menumbuhkan habitus baru, syukur atas Keuskupan Agung Semarang yang berulang tahun ke 70 dan syukur atas Tahun Imam yang saat ini diisi dengan gerakan rohani: retret imam dalam hidup sehari-hari. Bacaan Injil Lukas meneguhkan pertobatan kita sebagai bentuk keikutsertaan menghayati solidaritas Kristus yang bersengsara dan wafat di kayu salib demi keselamatan semua orang. Kegiatan-kegiatan selama masa APP mengajak kita untuk semakin menyerupai Kristus. Pembaruan hidup umat beriman menjadi semakin serupa dengan Kristus, hanya akan terjadi kalau dapat melihat Kristus yang bangkit dalam diri saudari-saudara kita yang miskin, lapar, menangis, dibenci, dikucilkan, dicela.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

5. Pertobatan yang benar dihayati dengan mengandalkan Tuhan yang penuh rahmat sehingga menghasilkan gerakan syukur dan berbagi berkat. Syukur karena mengandalkan Tuhan. Bersama Tuhan yang berbelas kasih itu kita menemukan kesempatan untuk berbagi berkat. Tahun kering dan panas terik tidak memadamkan kebahagiaan kita dalam mewujudkan semangat berbagi berkat. Dalam diri yang miskin, lapar, menangis, dibenci, dikucilkan, dicela tetap ditemukan pijar-pijar kebahagiaan karena setiap orang dimampukan membangun sikap tobat dengan bersyukur dan berbagi berkat. Buah pertobatan dan habitus baru yang telah mulai tumbuh di Keuskupan Agung Semarang dan pantas diyukuri antara lain: meningkatnya solidaritas antar paroki, solidaritas antar anak sekolah, solidaritas melalui APP, gerakan peduli lingkungan, gerakan peduli pendidikan, gerakan peduli bencana. Masih perlu dirancang aksi yang berkelanjutan untuk mengembangkan semangat berbagi berkat dan habitus baru sekaligus mengisi Tahun Syukur Keuskupan Agung Semarang, misalnya pembentukan Panitia APP di setiap paroki dengan kinerja yang makin efektif.

6. Akhirnya saya mengucapkan selamat memasuki masa Prapaska. Semoga pembaruan rohani kita sungguh menjadi pengalaman pribadi, keluarga dan komunitas. Semoga usaha-usaha kita untuk membangun gerakan kepedulian baik secara pribadi, keluarga, kelompok dan komunitas mendapat peneguhan dari rahmat Allah. Semoga perayaan 70 tahun Keuskupan Agung Semarang, 40 tahun gerakan APP dan tahun syukur Arah Dasar semakin mengembangkan kita semua dalam semangat berbagi berkat. Saya mengucapkan terima kasih atas keterlibatan seluruh umat dalam membangun dan mengembangkan Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan masing-masing. Salam dan berkat Tuhan bagi para Ibu, Bapak, Suster, Bruder, Rama serta seluruh keluarga, kelompok dan komunitas. Semoga Tuhan memberkati niat-niat baik kita.

Semarang, 2 Februari 2010

Pius Riana Prapdi, Pr

Administrator Diosesan KAS




Bagikan

Kamis, 11 Februari 2010 Hari Biasa Pekan V

Kamis, 11 Februari 2010
Hari Biasa Pekan V

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan dan berikanlah kepada kami keselamatan daripada-Mu! --- Mzm 85:8

Doa Renungan

Allah Bapa yang maharahim, betapa besar kasih-Mu kepada kami dengan menganugerahkan Putera-Mu yang tunggal untuk menebus dosa kami. Maka ajarilah kami untuk berani berkorban seperti yang telah dilakukan Yesus maupun ibu berkebangsaan Siro-Fenisia yang juga rela berkorban untuk kesembuhan anaknya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (11:4-13)

"Salomo tidak berpegang pada perjanjian Tuhan maka kerajaannya dikoyakkan."

Ketika Raja Salomo menjadi tua, isteri-isterinya mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya. Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka. Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya, dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: "Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya. Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari padanya, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hamba-Ku Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih."
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat.
Ayat. (Mzm 106: 3-4.35-36.37.40)
1. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di setiap saat! Ingatlah akan aku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat, perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang dari pada-Mu.
2. Mereka malah bercampur baur dengan bangsa-bangsa itu, dan meniru kebiasaan mereka. Mereka beribadah kepada berhala-berhala para bangsa, yang menjadi perangkap bagi mereka.
3. Mereka mengurbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kurbankan kepada roh-roh jahat. Maka berkobarlah murka Tuhan terhadap umat-Nya, dan Ia jijik kepada milik pusaka-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Terimalah dengan lemah lembut sabda Allah yang tertanam dalam hatimu, sebab sabda itu berkuasa menyelamatkan kamu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:24-30)

"Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."

24 Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan.25 Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya.26 Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. 27 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 28 Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." 29 Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." 30 Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Dalam pertemuan imam terjadi debat hangat para pastor untuk membahas perlu tidaknya ruwatan dilakukan bagi orang Katolik yang sudah dibaptis. Ruwatan adalah upacara membebaskan orang dari nasib buruk yang menimpa (lih. KBBI 2008). Pro dan kontra dalam perdebatan itu persis seperti sidang para Rasul di Yerusalem, yang membahas perlu-tidaknya sunat bagi orang Kristen.

Dalam pembaptisan, Yesus telah menyucikan seluruh hati kita dari segala dosa agar rahmat Allah yang dicurahkan kepada kita berdaya guna dan berbuah nyata dalam hidup kita. Namun, mengapa sering kali kita merasakan rahmat yang Allah berikan itu tidak bertumbuh dan berbuah dalam kehidupan nyata kita? Seperti contoh Salomo dalam bacaan suci hari ini, kita tahu bahwa hati kita sering diselimuti oleh kuasa kegelapan, setan, yang menyebabkan kita kehilangan kebebasan untuk menikmati rahmat Allah.

Air baptis menjadikan kita manusia baru. Roh Kudus yang dicurahkan telah menjadikan kita anak-anak Allah. Membiarkan hidup kita dikuasai oleh setan berarti menyia-nyiakan rahmat yang Allah curahkan dengan cuma-cuma pada saat kita ditebus oleh Kristus.

Yesus Penebusku, singkapkan tabir kegelapan dosa yang menyelimutiku agar karya-karya rahmat-Mu dalam hidupku tidak terhambat. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian



Bagikan

PESAN BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI PADA HARI KOMUNIKASI SEDUNIA ke-44

PESAN BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI
PADA HARI KOMUNIKASI SEDUNIA ke-44
16 MEI 2010

Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda


Saudara dan Saudariku Terkasih,
1. Tema Hari Komunikasi Sedunia tahun ini – Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda – disampaikan bertepatan dengan perayaan Gereja tentang Tahun Imam. Tema ini memusatkan perhatian pada komunikasi digital, suatu bidang pastoral yang peka dan penting, yang memberikan kemungkinan baru bagi para imam dalam menunaikan pelayanan kegembalaannya demi dan untuk Sabda. Berbagai komunitas Gereja sebenarnya telah menggunakan media modern untuk mengembangkan komunikasi, melibatkan diri dalam masyarakat serta mendorong dialog pada tingkat yang lebih luas. Akan tetapi penyebarannya yang tak terbendung serta dampak sosial yang besar pada jaman kini, media itu semakin menjadi penting bagi pelayanan imam yang berhasilguna.

2. Tugas utama semua imam adalah mewartakan Yesus Kristus, Sabda Allah yang inkarnasi dan mengkomunikasi rahmat penyelamatan-Nya melalui sakramen-sakramen. Dihimpun dan dipanggil oleh Sabda, Gereja menjadi tanda dan sarana persekutuan yang Allah ciptakan dengan semua orang. Setiap imam dipanggil untuk membangun persekutuan dalam Kristus dan bersama Kristus. Disinilah terletak martabat yang luhur dan indah perutusan seorang imam, yang secara istimewa menjawabi tantangan yang ditampilkan oleh Rasul Paulus: 'Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.'...Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak percaya kepada Dia? Dan bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia jika mereka tidak mendengarkan tentang Dia? Bagaimana mereka mendengarkan tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya jika mereka tidak diutus? (Rom 10:11, 13-15).

3. Menggunakan tekonologi komunikasi baru merupakan hal yang perlu dilakukan dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran budaya masa kini. Dunia komunikasi digital dengan kemampuan ekspresi yang nyaris tak terbatas mendorong kita untuk mengakui apa yang disampaikan oleh St.Paulus: 'celakalah aku jika aku tidak mewarta*kan Injil’ (1Kor 9:16). Kemudahan mendapatkan teknologi baru yang kian berkembang menuntut tanggungjawab yang lebih besar dari orang-orang terpanggil untuk mewartakan Injil serta termotivasi, terarah dan efisien menunaikan usaha-usaha mereka.
Para imam berada di ambang 'era baru': karena semakin intensifnya relasi lintas batas yang dibentuk oleh pengaruh media komunikasi, demikian pula para imam dipanggil untuk memberikan jawaban pastoral dengan menempatkan media secara berdaya guna demi pelayanan Sabda.

4. Penyebaran komunikasi multimedia dengan ragam 'menu pilihan' tidak dimaksudkan untuk sekadar menghadirkan para imam di internet atau sekadar menjadikan internet ruang untuk diisi. Para imam diharapkan menjadi saksi setia terhadap Injil di dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin-pemimpin komunitas yang terus menerus mengungkapkan dirinya dengan 'suara yang berbeda' yang dihadirkan oleh pasaraya digital. Dengan demikian, para imam ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, fitur animasi,blog dan website) berdampingan dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog evangelisasi dan katekese.

5. Dengan menggunakan teknologi komunikasi baru, para imam dapat memperkenalkan kehidupan menggereja kepada umat dan membantu orang-orang jaman sekarang menemukan wajah Kristus. Hal ini akan dicapai dengan baik apabila mereka belajar -sejak dari masa pembinaan mereka- bagaimana memanfaatkan teknologi komunikasi secara kompeten dan cocok dengan pemahaman teologis yang mendalam dan spiritualitas imam yang kokoh, berakar pada dialog terus menerus dengan Tuhan. Dalam dunia komunikasi digital, para imam -lebih dari sekadar sebagai ahli media- seharusnya mengungkapkan kedekatannya dengan Kristus untuk memberikan 'jiwa' baik bagi pelayanan pastoralnya maupun bagi aliran komunikasi internet yang tak terbendung.

6. Kasih Allah kepada semua orang dalam Kristus mesti diungkapkan dalam dunia digital bukan sekadar sebagai benda purba atau teori orang terpelajar tetapi sebagai sesuatu yang sungguh nya*ta, hadir dan melibatkan diri. Oleh karena itu, kehadiran pastoral kita di dalam dunia yang demikian harus bermanfaat untuk memperkenalkan orang-orang pada jaman sekarang teristimewa mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan, 'bahwa Allah itu dekat, bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki' (Benediktus XVI, Address to the Roman Curia,21 December 2009)

7. Siapakah yang lebih baik dari seorang imam, yang sebagai abdi Allah dan melalui kemampuan*nya di bidang teknologi digital dapat mengembangkan dan menunaikan pelayanan pastoralnya, menghadirkan Allah secara nyata di dunia jaman sekarang dan menampakkan kebijaksanaan rohani masa lampau sebagai harta yang mengilhami usaha kita untuk hidup layak dimasa kini sambil membangun masa depan yang lebih baik? Kaum laki-laki dan perempuan religius yang bekerja di bidang media komunikasi memiliki tangggjawab istimewa untuk membuka pintu bagi berbagai pendekatan baru, mempertahankan mutu interaksi manusia, menunjukkan perhatiannya bagi individu serta kebutuhan rohaninya yang sejati. Dengan demikian, mereka dapat menolong kaum laki-laki dan perempuan pada jaman digital ini untuk merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan kerinduan dan harapan serta mendekatkan diri pada Sabda Allah yang menganugra*kan keselamatan dan membangun manusia secara utuh. Dengan demikian, Sabda Allah dapat berjalan melintasi berbagai persimpangan yang tercipta oleh simpangsiurnya aneka ragam 'jalan tol' yang membentuk 'ruang maya' dan menunjukkan bahwa Allah memiliki tempat-Nya yang tepat pada setiap jaman, termasuk di jaman kita ini. Berkat media komunikasi baru, Tuhan dapat menapaki jalan-jalan perkotaan kita sambil berhenti di depan ambang rumah dan hati kita dan mengatakan lagi: Lihatlah, Aku berdiri de depan pintu dan mengetuk, Jika ada yang mendengar suaraku dan membukakan pintu, Aku akan masuk ke dalam rumahnya dan makan bersama dia dan dia bersama aku" (Why.3:20)

8. Dalam Pesan tahun lalu, saya telah mendorong para pemimpin di dunia komunikasi untuk memajukan budaya menghormati demi nilai dan martabat manusia. Ini merupakan salah satu cara dimana Gereja dipanggil untuk menunaikan 'palayanan terhadap budaya-budaya' di 'benua digital' jaman sekarang. Dengan Injil di tangan dan di hati, kita mesti menegaskan lagi tentang perlunya memper*siapkan cara mengantar orang kepada Sabda Allah sambil memberikan perhatian kepada mereka untuk terus mencari bahkan kita harus mendorong pencarian mereka sebagai langkah awal evangelisasi. Kehadiran pastoral di dunia komunikasi digital justru mengantar kita untuk berkontak dengan penganut agama lain, dengan orang-orang tak beriman dan orang-orang dari berbagai budaya, menuntut kepekaan terhadap orang yang tidak percaya, putus asa dan yang memiliki kerinduan mendalam dan tak terungkapkan akan kebenaran abadi dan mutlak, Demikianlah seperti yang diramalkan oleh Nabi Yesaya tentang sebuah rumah doa bagi segala bangsa (bdk Yes 56:7), dapatkah kita tidak melihat internet sebagai ruang yang diberikan kepada kita -semacam 'pelataran bagi orang-orang bukan Yahudi' di Bait Allah Yerusalem- yakni mereka yang belum mengenal Allah?

9. Perkembangan dunia digital dan teknologi baru merupakan sumber daya yang besar bagi manusia secara keseluruhan dan setiap individu sebagai daya dorong untuk perjumpaan dan dialog. Akan tetapi perkembangan ini juga memberikan peluang besar bagi orang beriman. Tidak ada pintu yang dapat dan harus ditutup bagi setiap orang yang atas nama Kristus yang bangkit, memiliki komitmen untuk semakin mendekatkan diri kepada orang lain. Secara khusus bagi para imam, media baru ini memberikan kemungkinan pastoral yang baru dan kaya, mendorong mereka untuk melibatkan diri ke dalam universalitas perutusan Gereja, membangun persahabatan yang luas dan konkrit serta memberikan kesaksian di dunia jaman kini tentang hidup baru yang berasal dari mendengar Injil Yesus, Putra Abadi yang datang demi keselamatan kita. Seiring dengan itu, para imam mestinya mengingat bahwa keberhasilan utama dari pelayanan mereka datang dari Kristus sendiri, yang ditemukan dan didengar dalam doa, diwartakan dalam kotbah dan dihidupi lewat kesaksian; dan diketahui, dicinta dan dirayakan dalam sakramen-sakramen, khususnya sakramen ekaristi dan rekonsiliasi.

Untuk para imamku yang terkasih, sekali lagi saya mendorong anda untuk memanfaatkan kesempat*an-kesempatan unik yang disumbangkan oleh komunikasi modern. Semoga Tuhan menjadikan kalian bentara-bentara Injil yang bersemangat di 'ruang publik' baru media dewasa ini.

Dengan penuh keyakinan, saya memohonkan perlindungan Bunda Maria dan Santo Yohanes Maria Vianey (Pastor dari Ars, Pelindung para imam) dan dengan penuh kasih saya memberikan kepada anda sekalian berkat apostolikku.

Vatikan, 24 Januari 2010, Pesta Santo Fransiskus de Sales.
Paus Benediktus XVI

MESSAGE OF HIS HOLINESS

POPE BENEDICT XVI
FOR THE 44th WORLD COMMUNICATIONS DAY

"The Priest and Pastoral Ministry in a Digital World:
New Media at the Service of the Word"

[Sunday, 16 May 2010]

Dear Brothers and Sisters,

The theme of this year’s World Communications Day - The Priest and Pastoral Ministry in a Digital World: New Media at the Service of the Word – is meant to coincide with the Church’s celebration of the Year for Priests. It focuses attention on the important and sensitive pastoral area of digital communications, in which priests can discover new possibilities for carrying out their ministry to and for the Word of God. Church communities have always used the modern media for fostering communication, engagement with society, and, increasingly, for encouraging dialogue at a wider level. Yet the recent, explosive growth and greater social impact of these media make them all the more important for a fruitful priestly ministry.

All priests have as their primary duty the proclamation of Jesus Christ, the incarnate Word of God, and the communication of his saving grace in the sacraments. Gathered and called by the Word, the Church is the sign and instrument of the communion that God creates with all people, and every priest is called to build up this communion, in Christ and with Christ. Such is the lofty dignity and beauty of the mission of the priest, which responds in a special way to the challenge raised by the Apostle Paul: “The Scripture says, ‘No one who believes in him will be put to shame … everyone who calls on the name of the Lord will be saved.’ But how can they call on him in whom they have not believed? And how can they believe in him of whom they have not heard? And how can they hear without someone to preach? And how can people preach unless they are sent? (Rom 10:11, 13-15).

Responding adequately to this challenge amid today’s cultural shifts, to which young people are especially sensitive, necessarily involves using new communications technologies. The world of digital communication, with its almost limitless expressive capacity, makes us appreciate all the more Saint Paul’s exclamation: “Woe to me if I do not preach the Gospel” (1 Cor 9:16) The increased availability of the new technologies demands greater responsibility on the part of those called to proclaim the Word, but it also requires them to become become more focused, efficient and compelling in their efforts. Priests stand at the threshold of a new era: as new technologies create deeper forms of relationship across greater distances, they are called to respond pastorally by putting the media ever more effectively at the service of the Word.

The spread of multimedia communications and its rich “menu of options” might make us think it sufficient simply to be present on the Web, or to see it only as a space to be filled. Yet priests can rightly be expected to be present in the world of digital communications as faithful witnesses to the Gospel, exercising their proper role as leaders of communities which increasingly express themselves with the different “voices” provided by the digital marketplace. Priests are thus challenged to proclaim the Gospel by employing the latest generation of audiovisual resources (images, videos, animated features, blogs, websites) which, alongside traditional means, can open up broad new vistas for dialogue, evangelization and catechesis.

Using new communication technologies, priests can introduce people to the life of the Church and help our contemporaries to discover the face of Christ. They will best achieve this aim if they learn, from the time of their formation, how to use these technologies in a competent and appropriate way, shaped by sound theological insights and reflecting a strong priestly spirituality grounded in constant dialogue with the Lord. Yet priests present in the world of digital communications should be less notable for their media savvy than for their priestly heart, their closeness to Christ. This will not only enliven their pastoral outreach, but also will give a “soul” to the fabric of communications that makes up the “Web”.

God’s loving care for all people in Christ must be expressed in the digital world not simply as an artifact from the past, or a learned theory, but as something concrete, present and engaging. Our pastoral presence in that world must thus serve to show our contemporaries, especially the many people in our day who experience uncertainty and confusion, “that God is near; that in Christ we all belong to one another” (Benedict XVI, Address to the Roman Curia, 21 December 2009).

Who better than a priest, as a man of God, can develop and put into practice, by his competence in current digital technology, a pastoral outreach capable of making God concretely present in today’s world and presenting the religious wisdom of the past as a treasure which can inspire our efforts to live in the present with dignity while building a better future? Consecrated men and women working in the media have a special responsibility for opening the door to new forms of encounter, maintaining the quality of human interaction, and showing concern for individuals and their genuine spiritual needs. They can thus help the men and women of our digital age to sense the Lord’s presence, to grow in expectation and hope, and to draw near to the Word of God which offers salvation and fosters an integral human development. In this way the Word can traverse the many crossroads created by the intersection of all the different “highways” that form “cyberspace”, and show that God has his rightful place in every age, including our own. Thanks to the new communications media, the Lord can walk the streets of our cities and, stopping before the threshold of our homes and our hearts, say once more: “Behold, I stand at the door and knock. If anyone hears my voice and opens the door, I will enter his house and dine with him, and he with me” (Rev 3:20).

In my Message last year, I encouraged leaders in the world of communications to promote a culture of respect for the dignity and value of the human person. This is one of the ways in which the Church is called to exercise a “diaconia of culture” on today’s “digital continent”. With the Gospels in our hands and in our hearts, we must reaffirm the need to continue preparing ways that lead to the Word of God, while being at the same time constantly attentive to those who continue to seek; indeed, we should encourage their seeking as a first step of evangelization. A pastoral presence in the world of digital communications, precisely because it brings us into contact with the followers of other religions, non-believers and people of every culture, requires sensitivity to those who do not believe, the disheartened and those who have a deep, unarticulated desire for enduring truth and the absolute. Just as the prophet Isaiah envisioned a house of prayer for all peoples (cf. Is 56:7), can we not see the web as also offering a space – like the “Court of the Gentiles” of the Temple of Jerusalem – for those who have not yet come to know God?

The development of the new technologies and the larger digital world represents a great resource for humanity as a whole and for every individual, and it can act as a stimulus to encounter and dialogue. But this development likewise represents a great opportunity for believers. No door can or should be closed to those who, in the name of the risen Christ, are committed to drawing near to others. To priests in particular the new media offer ever new and far-reaching pastoral possibilities, encouraging them to embody the universality of the Church’s mission, to build a vast and real fellowship, and to testify in today’s world to the new life which comes from hearing the Gospel of Jesus, the eternal Son who came among us for our salvation. At the same time, priests must always bear in mind that the ultimate fruitfulness of their ministry comes from Christ himself, encountered and listened to in prayer; proclaimed in preaching and lived witness; and known, loved and celebrated in the sacraments, especially the Holy Eucharist and Reconciliation.

To my dear brother priests, then, I renew the invitation to make astute use of the unique possibilities offered by modern communications. May the Lord make all of you enthusiastic heralds of the Gospel in the new “agorà” which the current media are opening up.

With this confidence, I invoke upon you the protection of the Mother of God and of the Holy Curè of Ars and, with affection, I impart to each of you my Apostolic Blessing.

From the Vatican, 24 January 2010, Feast of Saint Francis de Sales.

BENEDICTUS XVI




Bagikan

Rabu, 10 Februari 2010 Pw. Sta. Skolastika, Perawan

Rabu, 10 Februari 2010
Pw. Sta. Skolastika, Perawan

Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar! (Markus 7:16)

Doa Renungan

Allah Bapa yang penuh kasih, ingatkanlah jika kami menyeleweng dari harapan Yesus Putra-Mu, kami akui bahwa sering kami menjadi begitu egois, begitu perasa dan cengeng. Itupun kami gunakan sebagai dalih untuk menutupi cacat dan kelemahan kami di hadapan sesama. Demi kasih-Mu yang besar, ampunilah kami, dan jagailah supaya kami tidak jatuh dalam kerapuhan dan cacat-cela kami. Tuhan dengarkanlah seruan yang kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (10:1-10)

"Ratu Syeba melihat segala hikmat Salomo."

Ketika ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo, berhubung dengan nama TUHAN, maka datanglah ia hendak mengujinya dengan teka-teki. Ia datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal. Setelah ia sampai kepada Salomo, dikatakannyalah segala yang ada dalam hatinya kepadanya. Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu. Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu. Dan ia berkata kepada raja: "Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu, tetapi aku tidak percaya perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh setengahnyapun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar. Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu! Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran." Lalu diberikannyalah kepada raja seratus dua puluh talenta emas, dan sangat banyak rempah-rempah dan batu permata yang mahal-mahal; tidak pernah datang lagi begitu banyak rempah-rempah seperti yang diberikan ratu negeri Syeba kepada raja Salomo itu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat. (Mzm 37:5-6.30-31.39-40)
1. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.
2. Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum; Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah.
3. Orang-orang benar diselamatkan oleh Tuhan; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan; Tuhan menolong mereka dan meluputkan mereka, Ia meluputkan mereka dari tangan orang-orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:14-23)

"Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."

14 Pada suatu hari Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. 15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." 16 (Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!) 17 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. 18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, 19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. 20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, 21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan. 22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Masih ingat kampanye tahun 2009 yang lalu? Kampanye meriah yang menghabiskan dana triliunan itu diwarnai dengan berbagai kegiatan untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya. Waktu itu ramai juga isu kampanye kotor (black campaigne), di mana partai yang satu membusuk-busukkan partai yang lain, calon yang satu mendiskreditkan calon yang lain. Perang kata-kata terjadi di mana-mana. Tujuannya hanya satu, meraup simpati dan suara sebanyak-banyaknya.

Kitab Pertama Raja-Raja pada bacaan pertama hari ini kembali menampilkan Salomo sebagai pemimpin yang berwibawa dan bijaksana, yang tutur kata dan tingkah lakunya membuat hati orang lain tersanjung. Bahkan, Ratu Syeba pun kepincut oleh sikap Salomo yang hikmat kebijaksanaan dan kemakmurannya melebihi kabar yang didengarnya dari orang-orang.

Pemimpin seperti Salomo sangatlah langka. Manusia bijak seperti dia juga tidak banyak. Yesus mengajak murid-murid-Nya membangun kebijaksanaan dalam hidupnya. Orang yang bijaksana hatinya jernih. Dari dalam hatinya tidak akan keluar pikiran jahat, kelicikan, hawa nafsu, hujat, kesombongan, dan fitnah.

Allah, jauhkan aku dari semua yang menajiskan. Aku mau membangun hidupku dengan hati yang jernih. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Bagikan

Selasa, 09 Februari 2010 Hari Biasa Pekan V

Selasa, 09 Februari 2010
Hari Biasa Pekan V


Perintah-Mu, ya Tuhan, adalah jalan penuntun jalanku


Doa Renungan

Allah sumber kebijaksanaan, Engkau menghendaki supaya kami hidup sesuai dengan perintah-Mu yaitu mencintai Engkau dengan segenap hati dan mencintai sesama kami seperti kami mencintai diri sendiri. Maka kami mohon penyertaan-Mu dalam segala tugas dan aktivitas kami sepanjang hari ini, sehingga kami dapat hidup seturut dengan kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Kenisah adalah suatu tempat di mana Allah dapat dijumpai. Dalam tempat dan suasana hening, dalam ibadah sejati dan doa-doa pribadi, orang beriman diberi kesempatan untuk menemukan Allah dalam kenisah-Nya.

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (8:22-23.27-30)

"Engkau telah bersabda, "Nama-Ku akan tinggal di sana." Dengarkanlah permohonan umat-Mu Israel."

Pada hari pentahbisan rumah Allah, Raja Salomo berdiri di depan mezbah Tuhan di hadapan segenap jemaah Israel . Ia menadahkan tangannya ke langit, lalu berkata, “Ya Tuhan, Allah Israel ! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah. Engkau memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu. Benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, apalagi rumah yang kudirikan ini! Karena itu berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya Tuhan Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini! Kiranya siang malam mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, terhadap tempat yang tentangnya Kaukatakan: ‘Nama-Ku akan tinggal di sana ’. Dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel , yang mereka panjatkan di tempat ini; dengarkanlah dari tempat kediaman-Mu di surga; dan apabila Engkau mendengarnya maka Engkau akan mengampuni.”
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa menyenangkan kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
Ayat. (Mzm 84:3.4.5.10.11)
1. Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung laying-layang mendapat sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
3. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Lihatlah kami, ya Allah, perisai kami, pandanglah wajah orang yang Kauurapi.
4. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku.

Kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan yang baik melalui kebiasaan, hukum, peraturan. Namun kita tidak boleh memutlakkannya, sehingga aneka macam peraturan itu tidak menghambat kita untuk menemukan kehidupan yang sesungguhnya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:1-13)

"Kamu akan mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafuk! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: “Hormatilah ayahmu dan ibumu!” Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah,’ maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya. Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti yang kamu lakukan!”
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan :

Peraturan memang penting. Ia dibuat untuk membantu kehidupan manusia. Namun apabila peraturan ditempatkan di atas manusia, maka peraturan hanya akan menjadi penghalang. Peraturan akan menjadi berhala baru yang hanya selalu diikuti dan ditaati. Pengagung-agungan peraturan sama saja dengan meletakkan kedudukannya sejajar dengan Allah. Padahal Allah saja, yang adalah Kasih, yang boleh mengatasi manusia. Bagaimana sikapku terhadap peraturan?

Doa Renungan

Allah sumber kebijaksanaan, kami bersyukur atas hari yang baru lalu. Kami ingin mempersembahkan segala usaha dan niat kami hari ini sebagai silih atas dosa yang telah kami lakukan. Kiranya Engkau sudi menyempurnakan persembahan kami ini sehingga pantas di hadapan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

R U A H



Bagikan

Senin, 09 Februari 2009 Hari Biasa Pekan V

Senin, 09 Februari 2009
Hari Biasa Pekan V

Jauhilah pertikaian, maka dosa kaukurangkan, sebab orang yang panas hati mengobar-ngobarkan pertikaian. Orang yang berdosa mengganggu orang-orang yang bersahabat, dan melontarkan permusuhan di antara orang-orang yang hidup dengan damai. (Sirakh 28:8-9)

Doa Renungan

Yesus penolong sejati, Engkau selalu membawa kebahagiaan dan keselamatan. Biarlah hari ini kami Engkau berkati dan rahmati dengan kuasa Roh Kudus sehingga kami dapat membahagiakan dan menggembirakan semua orang yang kami jumpai. Sehingga dengan demikian nama-Mu semakin dimuliakan oleh banyak orang. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (8:1-7.9-13)

"Imam-imam membawa tabut perjanjian ke tempat mahakudus dan datanglah awan memenuhi rumah Tuhan."

Setelah Rumah Allah selesai dibangun, Raja Salomo memerintahkan para tua-tua Israel dan semua kepala suku, yakni para pemimpin keluarga Israel , berkumpul di hadapannya di Yerusalem, untuk mengangkut tabut perjanjian Tuhan dari kota Daud, yaitu Sion. Maka pada hari raya di bulan Etanim, yakni bulan ketujuh, berkumpullah di hadapan Raja Salomo semua orang Israel . Setelah semua tua-tua Israel datang, imam-imam mengangkat tabut itu. Mereka mengangkut tabut Tuhan dan Kemah Pertemuan serta segala barang kudus yang ada dalam kemah itu. Semuanya itu diangkut oleh imam-imam dan orang-orang Lewi. Sedang Raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri bersama-sama dengan dia di depan tabut itu dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan terbilang banyaknya. Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian Tuhan itu ke tempatnya, yakni di ruang belakang rumah itu, di tempat mahakudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub. Sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungan dari atas. Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan Tuhan dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir. Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, turunlah awan memenuhi rumah Tuhan, sehingga oleh karena awan itu, imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian, sebab kemuliaan Tuhan memenuhi rumah itu. Pada waktu itu berkatalah Salomo, “Tuhan telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya.”
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Reff. Semoga Tuhan bersukacita atas karya-Nya
Ayat. (Mzm 132:6-7.8-10)
1. Dengarlah! Kami dengar tabut itu ada di Efrata, kami telah mendapatinya di padang Yaar. “Mari kita pergi ke tempat kediaman-Nya, dan sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya.”
2. Bangunlah, ya Tuhan dan pergilah ke tempat peristirahatan-Mu, Engkau serta tabut kekuasaan-Mu. Biarlah imam-imam-Mu berpakaian kebenaran, dan biarlah bersorak-sorai orang-orang yang Kaukasihi. Demi Daud, hamba-Mu janganlah Engkau menolak orang yang Kauurapi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Yesus mewartakan kerajaan Allah dan menyembuhkan semua orang sakit.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:53-56)

"Semua orang yang menjamah Yesus, menjadi sembuh."

53 Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ.54 Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. 55 Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. 56 Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Dalam sebuah ibadat adorasi yang disertai prosesi Sakramen Mahakudus, seorang imam terkagum-kagum menyaksikan sikap umatnya. Ada yang mengungkapkan rasa hormat dengan berlutut tanpa alas. Ada yang membungkuk, dan ada juga yang memegang ujung kasula atau velum yang dipakai sang imam, persis seperti yang digambarkan dalam Injil pada hari ini.

Dalam tradisi Perjanjian Lama, imam-imam mempunyai tugas mengangkat dan mengangkut tabut perjanjian Tuhan ke tempat-tempat yang dikhususkan dalam upacara keagamaan mereka. Tabut perjanjian merepresentasikan Allah sendiri yang ada di tengah-tengah mereka. Perjanjian Baru menghadirkan Yesus sebagai Allah yang hidup di tengah dan bersama jemaatnya. Maka, ke mana pun Ia pergi, ke situ pulalah orang berbondong-bondong datang dan memohonkan mukjizat keselamatan.

Janganlah kita memandang praktik keagamaan secara sempit, sekadar hitam-putih dan kasat mata. Ada ”peristiwa iman” di balik berbagai sikap itu. Bukan tabut perjanjian yang dihormati. Bukan pula kasula atau velum yang disentuh yang menyembuhkan orang sakit. Namun, iman yang diaktualisasikan dalam sikap liturgislah yang telah menyelamatkan dan memerdekakan kita dari belenggu dosa dan kelemahan.

Tuhan Yesus, semoga aku sanggup menyelaraskan imanku dengan hidup keagamaanku sehari-hari. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Bagikan

Bacaan Harian 08 - 14 Februari 2010

Bacaan Harian 08 - 14 Februari 2010

Senin, 08 Februari : Hari Biasa Pekan V (H).

1Raj 8:1-7.9-13; Mzm 132:6-10; Mrk 6:53-56.
Kemana pun Yesus pergi, orang mengejar-Nya untuk membawa orang-orang sakit kepada-Nya. Semua yang menjamah jumbai jubah-Nya menjadi sembuh. Sayangnya, ini belum cukup menjadi tanda bagi mereka bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Apakah kita juga masih membutuhkan tanda untuk dapat berserah total kepada-Nya?

Selasa, 09 Februari : Hari Biasa Pekan V (H).

1Raj 8:22-23.27-30; Mzm 84:3- 5.10-11; Mrk 7:1-13.
Kita mudah jatuh dalam sikap yang munafik: tiadanya kesesuaian antara iman dan perbuatan; antara kata dan tindakan; antara cita-cita dan usaha mencapainya. Yesus mencerca sikap seperti itu. Ia menuntut supaya apa yang kita ucapkan sungguh pula berakar pada hati yang dalam dan berwujud dalam perbuatan yang nyata.

Rabu, 10 Februari : Peringatan Wajib Sta. Skolastika, Perawan (P).

1Raj 10:1-10; Mzm 37:5-6.30-31.39-40; Mrk 7:14-23.
Yesus kembali menekankan pentingnya hati yang bersih. Dari hati seperti inilah akan keluar perbuatan-perbuatan baik. Hati yang bersih adalah hati yang tidak mengikuti dorongan-dorongan jahat, tetapi membiarkan Roh Kudus bekerja dan menuntun.

Kamis, 11 Februari : Hari Biasa Pekan V (H).
1Raj 11:4-13; Mzm 106:3-4.35-37.40; Mrk 7:24-30.
Keselamatan itu ternyata milik segala bangsa. Dalam Yesus tidak ada lagi Yahudi, Yunani, orang bebas atau pun budak belian. Maka, murid-murid Yesus pun harus membuka diri untuk semua, tanpa membedakan asal-usul ataupun kaya-miskin.

Jumat, 12 Februari :
Hari Biasa Pekan V (H).
Raj 11:29-32; 12:19; Mzm 81:10 – 11ab.12-15; Mrk 7:31-37.
Selama kita ’tuli’ dan tidak mau membuka hati untuk sungguh mendengarkan, selama itu pula hidup kita sulit ’bicara’. Datanglah pada Yesus, izinkan Dia menjamah kita supaya hati kita terbuka dan mampu ’mendengarkan’. Dengan begitu, hidup kita pun akan bisa banyak ’bicara’ di hadapan orang lain.

Sabtu, 13 Februari : Hari Biasa Pekan V (H).

1Raj 12:26-32 – 13:33-34; Mzm 106:6-7a.19-22; Mrk 8:1-10.
Di sekitar kita ada begitu banyak orang yang membutuhkan pertolongan. Karena banyaknya, kita pun merasa tidak sanggup berbuat apa-apa. Yesus mengingatkan, kita dapat melakukan sesuatu dengan apa yang kita miliki – dan itu tidak perlu harus materi. Selebihnya, Ia yang akan bekerja.


Minggu, 14 Februari : Hari Minggu Biasa VI (H).

Yer 17:5-8; Mzm 1:1-4.6; 1Kor 15:12.16-20; Luk 6:17.20-26.
Berbahagialah orang-orang yang miskin, lapar, menangis, dan dibenci karena Anak Manusia. Betapapun saat ini hal-hal itu tidak diinginkan, orang-orang seperti itu ke masa datang lebih mudah menggantungkan hidup pada Tuhan. Sebaliknya, celakalah yang kaya, kenyang, tertawa, dan dipuji. Betapa pun hal itu saat ini menyenangkan, pada masa depan bisa mencelakakan karena mendorong orang untuk mengandalkan kekuatan diri sendiri.



Bagikan

Minggu, 07 Februari 2010 Hari Minggu Biasa V

Minggu, 07 Februari 2010
Hari Minggu Biasa V

PANGGILAN UNTUK MENJALA MANUSIA

Pengantar

Hari ini kita diajak memperhatikan panggilan dan perutusan dalam kerajaan Allah. Nabi Yesaya dipandang oleh Tuhan dan diutus mewartakan sabda Allah kepada umat Israel. Nelayan-nelayan sederhana di Danau Genesaret yang sedang bekerja bertemu dengan Yesus. Ia memberi tanda, yaitu penangkapan ikan yang berlimpah dan mereka meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus. Sekalipun pandangan dan cita-cita mereka masih harus diperbaiki, sekalipun masih harus belajar banyak dari kegagalan-kegagalan, namun niat sudah ada. Bukan suatu persesuaian teoretis ataupun dialog yang menghasilkan persetujuan, melainkan suatu niat yang nyata dan hidup.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, semua saja yang mengalami dekat dengan Dikau, menyatakan bahwa Engkau kudus, bahwa alam semesta ini penuh dengan kemuliaanmu. Kami mohon, agar mereka yang Kaupanggil untuk berkarya demi nama-Mu, tetap percaya penuh akan sabda-Mu dan bangga karena menjadi murid-murid-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (6:1-2a.3-8)

"Inilah aku, utuslah aku!"

Pada tahun wafatnya Raja Uzia, aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di atas singgasana, masing-masing bersayap enam. Mereka bersahut-sahutan berseru, "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap. Lalu kataku, "Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam." Tetapi seorang daripada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata, "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata, "Siapakah yang akan Kauutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku, "Ini aku, utuslah aku!"
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS. 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan, di tengah umat kumuliakan.
Ayat.
(Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8; R: 1c)
1. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati, di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak bersujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu.
2. Aku hendak memuji nama-Mu karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.
3. Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan Tuhan, sebab besarlah kemuliaan Tuhan.
4. Engkau mengulurkan tangan kanan-Mu dan menyelamatkan daku. Tuhan akan menyelesaikan segala bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi, janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (15:1-11)

"Begitulah kami mengajar, dan begitu pulalah kamu mengimani."

Saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS. 954
Ref. Alleluya
Solis: Marilah, ikutlah Aku, sabda Tuhan, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia. (Mat 4:19)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (5:1-11)

"Mereka meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus."

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.




Rekan-rekan yang budiman!
Nabi Yesaya terpukau oleh para makhluk surgawi yang khidmat memuji kebesaran Tuhan yang Maha Kudus. Saat itu juga ia merasa segera akan luluh binasa karena mendapati diri "kotor". Ayat-ayat dari Yes 6:1-2a.3-8 itu diperdengarkan dalam bacaan pertama bagi Minggu Biasa V tahun C. Kemudian Injil Luk 5:1-11 diceritakan bagaimana Simon menyaksikan keajaiban yang terjadi serta-merta kata-kata Yesus diturutinya. Tetapi ia saat itu juga merasa diri pendosa dan mohon agar Yesus - yang disapanya sebagai Tuhan - menjauhinya. Tidak tahan ia berdekatan dengan Yang Ilahi. Yesaya dan Simon sama-sama dilanda kekuatan sabda ilahi dan merasa tak pantas.


Bagaimanapun juga pada saat-saat itu juga mereka dikuatkan. Bibir Yesaya dibersihkan. Yang kotor di-"bakar" habis, kesalahannya dihapus. Kepada Simon berkatalah Yesus, "Jangan takut!" Sapaan ini menghibur dan memberi kekuatan. Mereka boleh merasa lega di hadapan Yang Ilahi tanpa dirundung rasa gentar. Kini mereka mampu berbuat sesuatu. Yesaya bersedia diutus untuk menghadirkan Tuhan. Simon meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus sepenuhnya. Pengalaman batin berjumpa dengan Tuhan dapat betul-betul menggerakkan orang dan membukakan lembaran baru dalam kehidupan. Orang tidak berhenti pada rasa terpukau atau gentar yang pasif melulu.

Ada tiga tahap pokok dalam mengalami kehadiran ilahi. Pertama-tama orang mendapati diri dipenuhi kehadiran itu, kemudian orang akan langsung merasa tak pantas, namun akhirnya tertolong sehingga dapat menerima kehadiran itu dengan ikhlas, tanpa takut-takut. Orang juga terdorong berbuat sesuatu yang cocok. Pengalaman ini menjadi inti panggilan menjadi orang suruhan Tuhan yang bakal membawa orang-orang kepadaNya, bukan hanya membawakanNya kepada manusia. Injil hari ini menggambarkannya sebagai panggilan untuk menjala manusia. Marilah kita teliti maknanya lebih jauh.

PANGGILAN UNTUK "MENJALA MANUSIA"

Dalam teks Yunani Luk 5:10, kata-kata Yesus "(kau akan) menjala manusia" berbunyi "anthropous (esee) zoogroon" dan sarat dengan pengertian "(kau akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan". Bila dipikirkan lebih lanjut, kata-kata Yesus itu berisi suruhan kepada Simon agar merenggut umat manusia dari kuasa maut. Penugasan seperti ini berarti pula ajakan ikut serta menjalankan karya Sang Juru Selamat sendiri. Ada beberapa hal yang dapat dicatat bersangkutan dengan panggilan ini dalam Injil-Injil. Dalam Injil Markus, panggilan Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes (Mrk 1:16-20) dikisahkan setelah Yesus mengumumkan kedatangan Kerajaan Allah (Mrk 1:15). Matius mengambil alih Markus, juga dalam hal menaruh peristiwa panggilan keempat murid pertama (Mat 4:18-22) setelah kedatangan Kerajaan Surga diumumkan (Mat 4:17; Matius memakai istilah Kerajaan Surga bagi Kerajaan Allah). Markus dan Matius hendak menunjukkan bahwa murid-murid dipanggil agar ikut mewartakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Injil Lukas mengolah bahan ini lebih jauh:

- Pertama-tama pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah dibedakan dengan panggilan para murid pertama. Panggilan mereka diceritakan terjadi baru setelah Yesus mengajar orang banyak, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit (Luk 4:14-44). Lukas rupa-rupanya ingin menunjukkan bahwa murid-murid pertama itu sebetulnya sudah mendengar tentang Yesus sebelum terpanggil mengikutinya secara penuh. Perjalanan menjadi pengikut Yesus dikisahkannya setapak demi setapak.
- Kemudian digarisbawahi satu arti "menjala manusia" , yakni agar manusia menemukan sumber kehidupan - yakni Tuhan sendiri. Markus dan Matius memakai ungkapan Yunani "halieis anthropou" yang harfiahnya "nelayan/penjala manusia", tanpa penjelasan lebih jauh mengenai tujuannya.
- Akhirnya disoroti tokoh Simon Petrus secara khusus. Dan dalam hal ini ia memakai kisah penangkapan ikan secara menakjubkan yang tidak ada dalam Injil Markus dan Matius, tetapi yang muncul dalam bagian belakang Injil Yohanes (Yoh 21:4-14). Dalam Injil Yohanes kisah penangkapan ikan yang berlimpah-limpah itu dikaitkan langsung dengan penugasan Simon Petrus untuk memelihara domba-domba Yesus serta mengusahakan tempat hidup bagi mereka (Yoh 21:15-17). Ia tidak diangkat menjadi gembala mereka; Yesus sendirilah gembala mereka dari awal sampai akhir!
Peran khusus Simon Petrus itu ditampilkan Matius dalam hubungan dengan kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias. Di situ Matius menambahkan Simon disebut Yesus sebagai batu karang dasar Gereja dibangun, tak bakal terkalahkan oleh maut, dan pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan seperti ini tidak didapati dalam Injil lain.

Jelas bahwa Matius, Lukas dan Yohanes sama-sama mengetengahkan peran utama Simon Petrus, tetapi dengan cara yang berbeda-beda. Markus tidak mengolahnya secara khusus. Maklum ketika Injil Markus selesai ditulis, yaitu pada paruh kedua tahun 60-an, peran utama Simon Petrus dalam Gereja Perdana diterima tanpa perlu diceritakan asal usulnya. Selang sepuluhan tahun kemudian ada upaya untuk menjelaskan bahwa peran ini memang berasal dari penugasan oleh Yesus sendiri. Upaya ini tercermin dalam Injil Matius, Lukas dan Yohanes. Penjelasan historis ini terasa lebih bermanfaat daripada pembicaraan yang beranjak dari hal penerusan peran apostolik Petrus kepada uskup Roma.

AKTUALISASI

HAR: Uraian tentang "menjala manusia" menarik. Tapi Injil-Injil tidak sama dalam menyebutkan pelakunya. Bagaimana menjernihkan hal ini?
GUS: Sabar. Justru dengan menyebut macam-macam orang itu mau diisyaratkan bahwa sebetulnya yang mengemban tugas itu bukan orang perorangan melainkan kelompok orang yang mempercayai Yesus dan bersedia mengikutinya.
HAR: Maksudnya kelompok murid-murid yang pertama-tama dipanggil?
GUS: Betul. Dan kemudian Gereja sampai zaman kita ini. Tugas "merenggut umat manusia dari maut" itu tugas Gereja.
HAR: Dijalankan dengan membaptis? Mewartakan sabda?
GUS: Antara lain. Tetapi kita jangan hanya berpikir mengenai Gereja dengan ukuran-ukuran ritual tok. Membaptis juga berarti mengubah wajah kemanusiaan dari yang bisa dikungkung kuasa-kuasa jahat menjadi yang merdeka untuk mengenal Yang Baik dan mengikutiNya. Banyak macam bentuk mewartakan Injilnya Kerajaan Allah. Gereja perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah yang menjawab kebutuhan zaman sekarang.
HAR: Termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam masyarakat?
GUS: Tentu. Lihat tuh terobosan di dalam program kerja Gereja Indonesia yang tentunya terdorong oleh kepedulian sosial yang makin peka. Ini satu bentuk "merenggut umat manusia dari kuasa maut" tadi.
HAR: Dan kita para pemerhati sabda ilahi ini jangan membiarkan sorot sabda itu pudar. Kepada orang di sekitar jangan hanya kita berikan lip service alias mung kelangan abab.
GUS: Kembali ke "menjala manusia" dalam pengertian "merenggut umat manusia dari kuasa maut". Kenyataan "maut" itu panjang: kemelaratan, kebodohan, ketakadilan, penindasan, perpecahan, tak adanya damai dan banyak lagi, you name it.
HAR: Gereja bisa mengajak orang-orang yang berkehendak baik untuk bersama-sama merenggut manusia dari serentetan ujud "maut" itu kan?
GUS: Bila bisa mengentas orang dari situ, integritas Gereja akan makin besar.
HAR: Setuju. Dan orang-orang yang kita layani akan menjadi pribadi yang merasa tak dilupakan Tuhan.
GUS: Dan tentunya juga tidak memperlakukan mereka sebagai komoditi bagi kerasulan. Begitulah tanggapan orang beriman terhadap Kristus yang bangkit yang dibicarakan Paulus dalam 1Kor 15:1-11. Bila tidak bisa mewujudkan keselamatan yang dapat dialami secara nyata, maka kata Paulus, kita ini "sia-sia saja menjadi percaya" (ayat 2).

DARI BACAAN KEDUA

Dari bacaan kedua, yakni 1Kor 15:1-15, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi Paulus kebangkitan Kristus ialah anugerah ilahi. Allah membangkitkan Kristus, Mesias utusan resminya, dari maut yang benar-benar telah mencengkeramnya. Inilah yang diwartakan di kalangan umat pertama. Ada gambaran bahwa Yang Mahakuasa merenggut Mesiasnya dari dari kuasa maut dan memberinya kemuliaan. Yang terjadi pada Yesus Kristus ini akan terjadi pula pada semua yang percaya padanya: tidak akan lagi dikuasai maut selama-lamanya. Yang Maha Kuasa akan membuat mereka terenggut dari wilayah itu. Bagaimana?

Ada titik temu warta Injil dengan pokok kepercayaan mengenai kebangkitan. Bila kebangkitan itu benar-benar pengalaman manusiawi, maka bisa dijalani oleh semua orang. Tentu tidak selalu terjamin pasti demikianlah yang terjadi. Ada yang terikut ada yang tertinggal. Apa yang mengerti ini diam saja? Injil hari ini justru mengajarkan kepada mereka yang sudah paham agar ikut serta mengusahakan makin banyak orang terenggut dari kuasa jahat dan berbagi kehidupan baru. Inilah makna menjala manusia.


Salam hangat,
A. Gianto

Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy