| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Menutup Tahun Imam

(dibacakan sebagai pengganti kotbah, pada setiap Misa, Sabtu/Minggu, 12/13 Juni 2010)

1. Para Bapak Uskup, segenap imam, biarawan-biarawati, seluruh umat KAJ yang terkasih. Gereja semesta telah menutup Tahun Imam pada pesta Hati Yesus yang Maha Kudus, yang jatuh pada tanggal 11 Juni 2010 hari jumat yang lalu. Karena alasan praktis Keuskupan kita menutup Tahun Imam di tingkat paroki pada hari ini dengan tetap merayakan pesta Hati Yesus yang Maha Kudus. Penutupan tingkat Keuskupan akan dilaksanakan pada hari Senin esok pukul 18.00 di gereja Katedral, juga dengan merayakan Pesta Hati Yesus yang Maha Kudus. Perayaan ini dilaksanakan oleh para Bapak Uskup dan semua imam di KAJ bersama umat yang hadir.

2. Mengapa kita menutup Tahun Imam dengan merayakan Hati Yesus yang Maha Kudus? Karena Tuhan Yesus Kristus yang diutus Bapa menebus dosa dan menyelamatkan kita, pada hari Jumat Agung sengsara dan wafat di kayu salib, bertindak serentak sebagai Imam dan korban. Korban dan kasih-Nya ini secara tuntas tampak ketika Yesus yang sudah wafat tergantung di salib, hati-Nya ditembusi tombak dan mengalirkan tetes darah terakhir. Merayakan Hati Yesus yang Maha Kudus adalah memuji dan memuliakan kasih Imam Agung yang sekaligus Korban. Memuji dan memuliakan Gembala Baik yang tak ingin seorang anak manusia pun tak terselamatkan karena dosanya tak terampuni. Merayakan Tahun Imam adalah mensyukuri Kasih Allah, menyampaikan terima kasih penuh syukur kepada Hati Yesus yang Maha Kudus, menghargai Imamat Yesus yang memiliki daya penyelamatan dan penebusan bagi seluruh umat manusia. Hati Yesus yang Maha Kudus adalah kasih Allah yang sekaligus memiliki kuasa menyelamatkan yang bersumber dari Imamat-Nya yang diwariskan kepada Gereja. Betapa agung dan berharga Imamat Yesus yang diwariskan dalam Gereja.

3. Dengan mewarisi Imamat Yesus, Gereja seluruhnya ditugasi untuk menghadirkan kuasa kasih penyelamatan tersebut untuk semua orang di sepanjang jaman. Sesuai kekhasan panggilan masing-masing sebagai awam, biarawan-biarawati atau imam, seluruh Gereja diharapkan agar bersama dengan Tuhan Yesus dan Roh-Nya ikut serta memastikan agar karya penyelamatan Tuhan Yesus yang pada dasarnya telah paripurna, tidak sia-sia. Disini para imam tertahbis memiliki peran sentral, karena mereka ini menghadirkan Yesus Imam Agung sendiri di tengah Gereja-Nya lewat pelayanan sakramen, lebih-lebih dalam perayaan Ekaristi.

4. Sejak kita resmi membuka perayaan Tahun Imam sudah banyak acara kita lakukan untuk memahami dan mendalami makna imamat dalam Gereja. Apa lagi para imam telah menutup Tahun Imam ini dengan melakukan retret baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Umat pun banyak yang aktif terlibat mendukung acara dan mendoakan para imam. Hasil yang dapat diharapkan adalah pembaruan hubungan kasih seluruh umat, biarawan-biarawati dan para imam dengan Yesus Imam Agung yang begitu besar kasih-Nya kepada kita semua orang yang berdosa. Kesadaran ini pasti membarui sikap seluruh umat, biarawan-biarawati dan para imam untuk semakin terlibat dalam usaha bersama Yesus dan Roh Kudus agar sengsara dan kematian Yesus di salib tidak sia-sia. Bagi para imam ini akan berarti selalu siap sedia dalam setiap saat dan dimana pun menghadirkan kuasa penyelamatan Yesus lewat pelayanan sakramen, yang akan disuburkan dengan pelayanan sabda, bahkan lewat doa dan puasa serta bentuk-bentuk matiraga pribadi lainnya. Para imam pasti semakin sadar bahwa tugas imamatnya menempati posisi kunci dalam memaknai perutusan umat, para biarawan-biarawati sebagai ragi, garam dan terang bagi perilaku dan cara hidup masyarakat sekitarnya. Karenanya akan sangat tekun menyatukan usaha misioner mereka dengan sumber daya dan kuasa penyelamatan itu sendiri yaitu Yesus, Imam Agung, dan Gembala Sejati, lewat diri-Nya saat mempersembahkan Ekaristi bersama mereka. Dengan demikian ada pembaruan komitmen terhadap panggilan hidup dan tugas utama sebagai imam, menjadi semakin setia sebagai teman sekerja Yesus dan semakin tepat menjadi alat di tangan Yesus yang menyelamatkan di tengah umat, bahkan semua orang. Dari situ hidup dan karya imam semakin terfokus, teliti dan cermat melaksanakan visi dan misi Keuskupan, mengetrapkan tata kelola pastoral yang baik berdasarkan data, dapat diukur dan transparan.

5. Meskipun demikian, semakin kita ingin makin baik dan makin tepat guna melayani imamat Kristus, pertanyaan berikut tetap menggelitik : ”Betulkah pengorbanan kasih Yesus tidak sia-sia di keuskupan kita bagi banyak sekali orang? Bagi mereka itu apakah sengsara dan wafat, bilur-bilur di daging dan darah yang tercurah tidak menjadi sia-sia? Kelihatannya memang benar mengingat umat Katolik hanya 461.455 dari sekitar 20 juta masyarakat. Semangat pastoral Gembala Baik menantang tidak hanya dalam menggembalakan kawanan yang telah berada dalam kandang, tetapi juga mereka yang tak pernah akan masuk menjadi kawanan kita. Keselamatan di luar Gereja yang terjadi lewat Roh Kudus yang menerangi budi dan hati orang dan menuntun agar orang sungguh mencari Tuhan dan ingin setia terhadap kehendak-Nya pantas mendapat perhatian lebih besar. Kalau kita semua mempengaruhi agar mereka menjalani hidup dengan selalu mempertangung-jawabkan kepada-Nya, berlaku adil, jujur, suka membantu yang membutuhkan, dan menyingkiri segala dosa, kita mendukung karya Roh yang telah berkarya dalam agama, budaya dalam sejarah bangsa menuju hidup yang lebih baik. Allah yang ingin agar semua orang selamat, tahu bagaimana cara orang baik dibawa ke jalan keselamatan sejati.

6. Maka pemberdayaan umat basis perlu ditingkatkan, lebih-lebih berfokus pada usaha agar terjadi perubahan perilaku bagi anggotanya sendiri maupun bersama warga masyarakat sekitar membangun cara hidup yang lebih baik dan budaya baru di tempat mereka tingggal dan hidup. Kesitu pula tujuan adanya dialog antar umat beragama. Yaitu saling mendukung untuk berperilaku yang lebih baik, dengan membuat proyek layanan masyarakat bersama-sama. Pancasila yang sudah menjadi ideologi bangsa dapat jadi pijakan bersama meningkatkan keutamaan hidup bersama di tengah masyarakat, dan menghapus cara hidup berdosa. Kalau itu terjadi Roh Kudus akan lebih mudah membimbing mereka menuju keselamatan sejati.

7. Pantas kita syukuri hadirnya kekuatan rohani di tengah umat dan masyarakat. Hadirnya biarawan-biarawati serta awam dengan karya pendidikan, kesehatan dan sosial lainnya. Ada banyak umat katolik yang sudah dalam posisi strategis untuk menggarami kehidupan sosial, ekonomi dan politik karena mereka adalah penulis atau penerbit koran atau majalah yang baik, menjadi pelaku ekonomi, menduduki suatu jabatan meski sekecil apapun dalam pemerintahan, menjadi anggota DPRD atau pusat. Tak terkecuali para penegak hukum dan keadilan, para penjaga ketertiban dan keamanan. Pengaruh mereka ini sangat besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku orang dan karenanya juga dalam usaha mengembangkan cara hidup yang berbudaya sesuai ideologi bangsa. Dari semuanya tadi, persekolahan dan asrama sangat strategis dalam mendidik perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya dan ideologi bangsa. Adalah tugas kita bersama, terlebih para imam untuk menyemangati dan mengarahkan kegiatan mereka ke fokus utama: makin berbakti kepada Allah dan makin baik berperilaku menuju terbinanya budaya hidup baru yang lebih baik. Di situ, bersama dengan kuasa penyelamatan Yesus, kita berusaha untuk meresapi tatanan hidup bersama dengan semangat Injil. Semoga Roh Kudus makin mudah menyempurnakan perilaku hidup setiap orang menuju tujuan hidupnya yang sejati. Dengan demikian Gereja turut berusaha agar sengsara dan wafat Tuhan Yesus tidak sia-sia. Amin.

Mgr. Ignatius Suharyo
Uskup Koajutor KAJ
Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ
Uskup Agung Jakarta



Bagikan

Minggu, 13 Juni 2010 Hari Minggu Biasa XI

Minggu, 13 Juni 2010
Hari Minggu Biasa XI

Tuhan telah menjauhkan dosamu; engkau tidak akan mati.

Doa Renungan

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkaulah keselamatan siapa saja yang berseru kepada-Mu. Katakanlah sabda-Mu, agar menjadi pegangan kami dalam bahaya dan bebaskanlah kami dari keragu-raguan. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menolong kami dan teguhkanlah iman kami akan kehadiran-Mu di tengah kami dalam diri Yesus Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel (12:7-10.13)

"Tuhan telah menjauhkan dosamu; engkau tidak akan mati."

Setelah Daud mengambil istri Uria, Nabi Natan berkata kepadanya, "Beginilah Firman Tuhan Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan istri-istri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu kutambah lagi ini dan itu. Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang, istrinya kauambil menjadi istrimu, dan dia sendiri kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dan keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dengan mengambil istri Uria, orang Het itu, untuk menjadi istrimu." Lalu berkatalah Daud kepada Natan, "Aku sudah berdosa Tuhan!" Dan Natan berkata kepadaa Daud, "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu; engkau tidak akan mati."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan la = d, 3/4, PS 813
Ref. Mohon ampun, kami orang berdosa. Ya Tuhanku, hapuslah dosaku.
Ayat. (Mzm 32:1-2.5.7.11)
1. Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni, dan dosa-dosanya ditutupi! Berbahagialah orang, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan tidak berjiwa penipu.
2. Dosa-dosaku kuungkapkan kepadamu, dan kesalahanku tidak kusembunyikan; aku berkata, "Aku akan menghadap Tuhan, dan mengakui segala pelanggaranku." Maka Engkau sudah mengampuni kesalahanku.
3. Engkaulah persembunyian bagiku, ya Tuhan! Engkau menjagaku terhadap kesesakan. Engkau melindungi aku, sehingga aku luput dan bersorak.
4. Bersukacitalah dalam Tuhan! (sekalian orang yang beriman!) Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Galatia (2:16.19-21)

"Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."

Saudara-saudara, kamu tahu, tidak seorang pun dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan karena iman dalam Kristus dan bukan karena melakukan hukum Taurat. Sebab "tidak seorang pun dibenarkan" karena melakukan hukum Taurat. Sebab oleh hukum Taurat aku telah mati terhadap hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus. Meskipun demikian, aku hidup, tetapi bukan aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidup yang kuhayati sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran karena hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1Yoh 4:10b)
Allah mengasihi kita, dan telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian untuk dosa-dosa kita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:36-50)

"Dosanya yang banyak telah diampuni, karena ia telah banyak berbuat kasih."

Sekali peristiwa orang Farisi mengundang Yesus makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang wanita yang terkenal sebagai orang berdosa. Ketika mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia berdiri di belakang Yesus dekat kakinya, lalu membasahi kaki Yesus dengan air matanya, dan menyekanya dengan rambutnya. Kemudian ia mencium kaki Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hati, "Jika Dia ini nabi, mestinya Ia tahu, siapakah dan orang apakah wanita yang menjamah-Nya itu: mestinya Ia tahu bahwa wanita itu adalah orang yang berdosa." Lalu Yesus berkata kepada orang Farisi itu, "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon, "Katakanlah, Guru!" "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka hutang kedua orang itu dihapuskannya. Siapakah di antara mereka yang akan lebih mengasihi dia?" Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni." Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Rekan-rekan yang baik!
Injil Minggu Biasa XI tahun C (Luk 7:36-8:30) menceritakan bagaimana Yesus datang ke perjamuan di rumah seorang Farisi yang bernama Simon. Di kota itu, seperti disebutkan dalam Injil, ada seorang perempuan yang dikenal sebagai pendosa. Ketika mendengar tentang Yesus, ia pun datang membawa botol pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pun datang membasahi kakinya dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya, lalu diciumnya kakinya dan diminyakinya Simon orang Farisi yang mengundang Yesus tadi berkata dalam hati, jika Yesus itu nabi pasti tahu bahwa perempuan itu seorang pendosa. Yesus mengetahui pikiran Simon. Mulailah sebuah pembicaraan antara tuan rumah itu dengan Yesus. Yesus menceritakan sebuah perumpamaan. Ada orang yang berhutang 50 dinar dan orang lain yang berhutang 500 dinar, jadi sepuluh kali lipat. Ketika jelas kedua-duanya tak bisa melunasinya, pemilik uang menghapus hutang mereka. Lalu Yesus menanyai Simon orang Farisi tadi: siapa yang bisa dikatakan "lebih mengasihi" dari antara keduanya? Tentu saja, jawab Simon, orang yang berhutang lebih besar. Jawaban ini dibenarkan Yesus dan dipakai untuk menjelaskan keadaan perempuan pendosa tadi. Ditegaskan oleh Yesus bahwa perempuan tadi telah diampuni dari dosanya yang banyak itu karena ia telah mengungkapkan kasih yang besar.

SIAPAKAH PEREMPUAN ITU

Kisah seorang perempuan yang datang mengurapi Yesus dalam sebuah perjamuan ini mirip-mirip dengan yang diceritakan dalam Mrk 14:3-9, Mat 26:6-13, dan Yoh 12:1-7. Tetapi semakin disimak semakin kentara perbedaannya. Dalam Injil Lukas, peristiwa ini terjadi di sebuah kota di Galilea, di utara dan jauh-jauh hari sebelum Yesus datang di Yerusalem. Dalam ketiga Injil yang lain, peristiwa yang mirip itu terjadi di Betania, di dekat Yerusalem, menjelang hari-hari Yesus mengalami penolakan oleh para pemimpin dan disingkirkan oleh mereka. Namun lebih penting lagi, tidak seperti dalam Injil Lukas, perempuan yang mendekat ke Yesus itu bukan seorang pendosa, melainkan seorang yang datang menghargai Yesus dengan mengurapinya dengan minyak yang mahal. Menurut Lukas perempuan tadi menangis lalu mengurapi kaki Yesus; tapi dalam Injil Markus dan Matius sang perempuan mengurapi kepala Yesus tanpa menangis. Injil Yohanes bahkan menyebutkan bahwa Maria mengurapi kaki dan kepala Yesus dan menyeka dengan rambutnya. Selain Lukas, ketiga Injil tadi menampilkan pernyataan Yesus menanggapi amatan orang bahwa perempuan itu boros belaka dengan menegaskan, yang dilakukan perempuan tadi ialah melembangkan pemakamannya nanti. Ia pun menambahkan bahwa peristiwa ini akan dikisahkan untuk mengenang sang perempuan tadi - maksudnya tindakannya memperlambangkan penguburannya nanti. Pernyataan ini tidak ada dalam Lukas. Selain itu semua, menurut Lukas, tuan rumah yang mengundang Yesus ialah seorang Farisi yang bernama Simon. Markus dan Matius memang menyebut tuan rumah yang bernama Simon, tetapi agaknya bukan orang yang sama. Dari perbandingan ini dapat disimpulkan, meskipun ada kemiripan di antara kisah-kisah itu, peristiwa yang ditampilkan dalam Injil Lukas bukanlah peristiwa yang diceritakan dalam ketiga Injil lainnya.

Baik dicatat bahwa perempuan pendosa yang diceritakan Lukas ini bukanlah Maria Magdalena yang memang disebut-sebut dalam bagian kedua petikan kali ini (Luk 8:2) dan jelas pula bukan Maria saudara Marta dan Lazarus (Yoh 12:3). Kisah perempuan ini tidak dapat dibaca dengan memancangkannya pada seorang tokoh yang dikenal pembaca dulu maupun kini. Justru karena tidak dapat dikenali lagi siapa dia maka kisah ini dapat lebih berarti bagi umum.

APA YANG HENDAK DISAMPAIKAN?

Semakin dibaca dan didalami, kisah ini tampil bukan sebagai kisah bertobatnya seorang perempuan pendosa, melainkan sebagai pengajaran untuk menumbuhkan kepekaan batin akan kebesaran sang Maharahim. Bagaimana penjelasannya?
Melihat ada perempuan pendosa yang dikenal di kota itu datang menangis dan mengurapi kaki Yesus, maka Simon, tuan rumah yang mengundang Yesus berpikir, kalau sungguh orang yang dihargai ini orang "pintar" - nabi - pasti tahu siapa dan apa yang terjadi! Maka lihat saja! Tentu saja tokoh Farisi ini orang terpandang di kota itu. Orang baik-baik. Orang saleh. Jauh dari kawanan orang dosa. Dan ia mau tahu apa nabi kita ini tahu siapa yang mendekatinya. Dalam hati kecil, pembaca zaman dulu dan zaman kini bisa jadi akan juga berpikir seperti Simon.

Ada ironi. Yesus bukan hanya saja tahu bahwa perempuan yang datang menangis dan mengurapi kakinya itu pendosa, tetapi juga mengetahui isi pikiran Simon yang ingin menjajaginya! Di sini jalan ceritanya beralih menjadi kisah pengajaran bagi Simon. Tentunya juga pengajaran bagi siapa saja yang berpikir dan bersikap sebagai Simon, bagi semua orang yang beranggapan sudah berada pada rel keselamatan, merasa aman, tak perlu meributkan diri dengan keadaan orang lain. Sebagaimana orang yang telah merasa yakin mendapat keselamatan dan serba beres, Simon juga merasa perlu menarik garis jelas yang memisahkan kaum saleh seperti dia dengan para pendosa seperti perempuan yang dikenal sebagai pendosa itu. Ia juga yakin bahwa semua orang baik-baik, bila betul saleh, akan menarik garis batas dengan para pendosa. Diharapkannya Yesus juga akan begitu.

Sebelum mendalami lebih jauh, baik diingat bahwa sepanjang kisah ini Yesus tidak mencela Simon. Ia hanya diajak berpikir lewat sebuah perumpamaan mengenai dua orang yang sama-sama dihapus hutangnya, tapi yang satu berhutang sepuluh kali lipat dari yang lain (Luk 7:41-42). Simon ditanya siapa yang lebih mengasihi orang yang menghapus hutang tadi. Jawabnya tentu yang hutangnya lebih besar.

Perumpamaan yang diceritakan Yesus kepada Simon itu kerap diartikan sebagai ajaran bahwa orang yang berhutang lebih besar tadi seharusnya lebih berterima kasih bila hutangnya dihapus. Dengan kata lain, orang yang berdosa besar sepatutnyalah lebih mengasihi Tuhan bila dosanya diampuni. Tapi maksud perumpamaan itu lain. Kedua orang yang berhutang tadi sebenarnya berhubungan baik - mengasihi - pemilik uang. Katakan saja, ada dua orang yang memang dekat dengan Tuhan meski satu ketika mereka berbuat salah terhadapNya. Yang satu jauh lebih besar kesalahannya dari yang lain. Tapi kedua-duanya dihapus hutangnya. Besar kecilnya tak dihitung lagi. Bila Tuhan sama-sama mengampuni dua orang yang jauh berbeda kesalahannya, yang satu sepuluh kali lihat dari yang lain, maka apa yang dapat disimpulkan mengenai sikap kedua orang yang membuat mereka diampuni? Jawabnya tentu saja karena mereka masih tetap mengasihi Tuhan meski telah menyalahiNya. Tapi karena yang satu hutangnya - dosanya - sepuluh kali lipat dari yang lain, tentunya dia lebih merasa sedih telah menyalahi Tuhan jauh lebih dari yang lebih sedikit hutangnya.

Dalam kisah ini, "mengasihi" dapat dibaca kembali dengan menerapkannya pada kepekaan batin seorang pendosa yang merasa pilu telah melakukan kesalahan, telah mengurangi kebesaran Tuhan dengan perbuatan yang kurang baik. Dan inilah yang terjadi pada perempuan pendosa yang datang kepada Yesus di rumah Simon tadi. Inilah cara berpikir yang mendasari perumpamaan yang diceritakan untuk menajamkan batin Simon. Dan Simon pun akhirnya menangkapnya.

PENGAJARAN BAGI SEMUA

Pengajaran bagi Simon ini juga pengajaran bagi semua orang seperti dia. Tetapi untuk memperjelas Lukas juga menyampaikan perkataan Yesus yang menerangkan tindakan perempuan tadi (Luk 7:44-47). Sikap Simon diperhadapkan dengan sikap perempuan tadi. Perempuan pendosa tadi mengungkapkan kepiluan hatinya dengan menangis dan membasahi kaki Yesus dengan air matanya. Tapi Simon sang tuan rumah tidak memberi air pada Yesus untuk berbasuh kaki. Memang adat orang di sana dulu bila masuk rumah untuk dijamu, tetamu diberi air oleh pelayan untuk berbasuh kaki. Atau bila tamu amat dihormati maka tuan rumah sendiri akan memberikan kendi air tadi. Dalam kisah ini justru yang menyambut kedatangan Yesus ialah pendosa dan bukan hanya dengan air pembasuh, melainkan dengan air mata. Perempuan itu berkali-kali mencium kaki Yesus. Penghargaan sebesar ini tidak diungkapkan oleh Simon. Bahkan ungkapan keramah-tamahan yang lazim, yakni memeluk tamu yang datang ("mencium" cara orang di sana) tidak dilakukan Simon. Juga penghargaan khusus dengan mengurapi kepala tamu tidak terjadi. Tapi perempuan itu bahkan mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi. Perbandingan seperti ini dimaksud juga sebagai ajaran bagi orang banyak. Yesus hendak menunjukkan bahwa ada orang yang amat mengasihi Tuhan yang entah karena apa telah menyalahi Dia. Orang seperti ini akan merasa pilu dan sedih bila mendapati diri berdosa. Ia menyadari bahwa kesalahannya itu menyakitkan bagi Tuhan. Tetapi ada juga orang yang tak sepeka itu. Simon dan siapa saja yang seperti Simon. Dan kepada Simon ada ajakan untuk berkaca pada rekan yang lebih berkepekaan batin tadi. Itulah inti kisah ini.

Kebesaran Tuhan terarah bagi siapa saja. Besar kecilnya dosa bukan ukuran bagi kerahimanNya. Lalu apa arti pengampunan? Injil Lukas justru memusatkan pada orang yang diampuni sendiri. Dosa itu menyakitkan, dan orang yang diajak untuk ikut merasakan betapa pedihnya dosa itu bagi Tuhan. Yesus dalam tampilan Injil Lukas ini amat berani. Diajarkannya, pengampunan itu terjadi ketika orang bisa dan mau ikut mengalami kepedihan Tuhan. Terlihat bagaimana Lukas menampilkan kekhasan pribadi Yesus dan pengajarannya.


Salam hangat,
A. Gianto

Bagikan

Oase Rohani, Ziarah Batin Orang Muda 2010 Tahun C/II

Oase Rohani, Ziarah Batin Orang Muda

SUDAH TERBIT: Bacaannya Orang Muda

OASE ROHANI, ZIARAH BATIN ORANG MUDA
Buku Renungan dan Catatan Harian (Juli-Desember 2010)

OASE adalah daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan pemukiman manusia. Namun, OASE dapat juga diartikan sebagai tempat atau pengalaman atau sesuatu yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan.

Buku renungan berbasis Alkitab untuk orang muda ini memilih tajuk OASE ROHANI karena ingin menjadi tempat bagi orang muda untuk menemukan jawaban atas berbagai persoalan hidup sehari-hari dengan inspirasi Sabda Tuhan, yang disusun mengikuti Kalender Liturgi Gereja Katolik yang diterbitkan oleh Komlit KWI.

OASE ROHANI 2 tahun 2010 ditulis oleh Tim Penulis sbb:
• Rm. Felix Supranto, SS.CC
• Rm. Thomas Peng An, Pr
• Tim Penulis Seminari Tinggi St. Petrus & Paulus, Bandung
(Para Frater Keuskupan Bogor: Fr.Ary; Fr.David; Fr Lukas; Fr Deddy; Fr.Yoga;
Fr.Bonny; Fr. Marchel; Fr. Berto; Fr. Segu; Fr. Reiners).
• Sr. Regina Siu, OSU
• Rm. Luluk Widiyawan, Pr
• Sr. M. Liza, SPM dan Para Frater Kolsani, Yogyakarta
(Fr.Bayu Risanta, SJ; Fr. Dominico Octariano W, SJ; Fr. Didik Cahyono, SJ)

13 × 20 cm; 224 hlm; Rp 25.000

Untuk pemesanan www.obormedia.com atau toko buku terdekat.

Bagikan

Sabtu, 12 Juni 2010 Pw. Hati Tersuci SP Maria

Sabtu, 12 Juni 2010
Pw. Hati Tersuci SP Maria

Janganlah khawatir akan hal-hal duniawi. Tuhan telah memikirkannya bagi kita dan Ia akan menetapkan yang baik bagi kita. Yang perlu kita lakukan terlebih dahulu adalah mewartakan Kerajaan Allah.

Doa Renungan

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, kami bersyukur kepada-Mu atas Bunda Maria, Bunda Yesus Putra-Mu yang telah mengajari kami untuk melaksanakan kehendak-Mu dengan lembut dan rendah hati. Semoga keteguhan hatinya dalam memegang prinsip menguatkan kami dan kelembutan hatinya menyinari hati kami untuk dapat melayani kebutuhan sesama dengan murah hati, sehingga semakin banyak orang merasa gembira karena dihargai dan disapa sebagai pribadi. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami untuk selama-lamanya. Amin.

Panggilan kenabian Elisa nampak indah dan damai. Namun yang dilakukan Elisa bukan berarti tanpa pengurbanan. Ia menyembelih lembunya, meninggalkan pekerjaan dan orang tuanya. Bagaimana ia bisa melakukannya? Elisa pulang, dengan tetap mengingat apa yang dilakukan Tuhan melalui perjumpaannya dengan Elia.

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (19:19-21)

"Elisa bersiap-siap lalu mengikuti Elia."

Pada suatu ketika pergilah Elia menemui Elisa, putra Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: "Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau." Jawabnya kepadanya: "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu. Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do=g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, “Engkaulah Tuhanku!” Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku. Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.

Yesus, Sang Sabda ingin mengembalikan dan menyembuhkan kembali arti kesungguhan kata-kata. Bila orang dapat berpegang pada kebenaran kata “ya” atau “tidak”, sumpah tidak diperlukan lagi. Sebab itu, mari kita memperdalam dan menghargai nilai hidup kita dengan meningkatkan semangat kejujuran!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:33-37)


"Aku berkata kepadamu, jangan sekali-kali bersumpah."

Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Dewasa ini, menjadi orang jujur itu sangat sulit! Bahkan, orang takut bertindak jujur karena kejujuran bisa menghancurkan hidup seseorang. Itulah sebabnya terdapat ungkapan peyoratif, ”Orang jujur hancur, orang benar terkapar!”

Namun, sebagai murid-murid Yesus, tidak ada kata untuk menjadi lemah apalagi kendur dalam hal kejujuran. Mengatakan tidak bila memang tidak, dan mengatakan ya bila memang ya, adalah tantangan untuk bersikap jujur di hadapan Allah dan sesama. Tidak ada tawar-menawar untuk itu.
Lebih dalam dari sekadar bersikap jujur, ternyata kejujuran merupakan selangkah menuju tahapan melawan kekuatan jahat. Sebab, ketidakjujuran adalah kekuatan setan. Itulah yang dimaksudkan Yesus saat mengatakan: ”Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat5:37). Kita berada di pihak mana?

Ya Yesus, buatlah aku menjadi orang yang jujur di hadapan-Mu. Curahkanlah juga rahmat-Mu agar aku kuat menghadapi dunia yang membenci kejujuran ini. Amin.


Ruah & Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian


Bagikan

Surat Keluarga Bulan Juni 2010

Jakarta, 10 Juni 2010.

Kepada keluarga-keluarga kristiani
Se-Keuskupan Agung Jakarta
di tempat

Salam damai dalam kasih Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosep.

Persatuan suami-isteri, persatuan orang tua-anak merupakan dasar bagi terbentuknya Gereja sebagai Umat Allah. Persatuan suami-isteri, persatuan orang tua-anak merupakan umat Allah dalam bentuknya yang paling kecil. Di dalam keluarga, seorang pribadi mempunyai pengalaman pertama tentang Gereja. Orang tua mulai menanamkan sejak dini kebiasaan-kebiasaan baik di dalam keluarga sebagai orang beriman kepada anak-anaknya. Dengan demikian, keluarga menjadi tempat dimana komunikasi iman terjadi. Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI, Evangelii Nuntiandi, menegaskan,”…keluarga seperti halnya Gereja harus merupakan suatu tempat dimana Injil diteruskan dan darimana Injil bercahaya”.

Jadi, keluarga merupakan tempat dimana kabar gembira Injil harus diwartakan. Keluarga merupakan bentuk Gereja yang paling kecil tempat dimana anggota-anggotanya bertumbuh makin dewasa dalam beriman. Dari keluarga-keluarga dimana anggota-anggotanya bertumbuh dewasa dalam iman, kita bisa berharap bahwa kabar gembira Injil diteruskan. Di dalam keluarga orang tua mengkomunikasikan nilai-nilai kepada anak-anaknya seperti kasih, kesetiaan, kesederhanaan, pengampunan dan lain-lain.

Dengan kata lain, keluarga haruslah merupakan tempat dimana KOMUNIKASI IMAN terjadi. Mengenai hal ini, tentu saja tanggungjawab orang tua sangat penting. Komunikasi iman harus dimulai oleh orang tua. Dalam hal ini teladan dan contoh hidup orang tua sangat menentukan. Sebab KOMUNIKASI IMAN Harus diteruskan melalui perkataan dan perbuatan. Orang tua yang mengakhiri perkawinan dengan perceraian tentu saja sangat sulit untuk mengajari anak-anaknya mengenai nilai kesetiaan dalam perkawinan. Mereka yang terbiasa hidup mewah dan suka hidup dengan semangat boros, menjadi sangat sulit untuk mengajari anak-anaknya bagaimana hidup sederhana. Mereka yang sulit memberikan maaf menjadi sangat sukar untuk menanamkan pengampunan kepada anak-anaknya.

Sangat disayangkan sikap dan perilaku kita – orang tua, jika karena ketidakcocokan dan benturan pendapat yang bisa saja terjadi dalam hidup bersama kemudian meninggalkan gereja atau memilih mengikuti kegiatan di lingkungan Paroki lain. Bagaimana bisa mengajari anak untuk terlibat dalam kegiatan menggereja di lingkungan basis jika orang tua sendiri justeru memilih meninggalkan gereja basis karena rasa tidak cocok dengan sesama warga di lingkungan? Keluarga sebagai basis Gereja haruslah menjadi tempat dimana KOMUNIKASI IMAN terjadi dan bukan komunikasi karena cocok. Jika keluarga-keluarga menjadi tempat dimana KOMUNIKASI IMAN terjadi, maka kita bisa menaruh harapan besar, bahwa lingkungan-lingkungan, wilayah-wilayah, Paroki dan akhirnya Gereja kita menjadi tempat “darimana Injil bercahaya”. Setiap anggota lalu bertumbuh dan berkembang menjadi anak-anak Allah yang saling mendukung dalam pertumbuhan iman.

Barangkali kita kemudian bertanya: mengapa mesti membangun komunikasi iman? Bukankah hidup bersama yang biasanya terjadi dalam kehidupan manusia lebih-lebih dibangun atas dasar kecocokan atau paling kurang kesamaan dalam banyak hal? Menurut saya, persis disinilah letak perbedaan pokok yang manusiawi dan yang imani. Tentu saja sesuatu yang manusiawi jika saya cenderung dekat dengan siapa pun – yang dalam banyak hal memiliki kecocokan dan kesamaan. Kenyataan seperti itu sangat biasa. Sangat manusiawi.

Tetapi orang kristiani mesti bergerak dari komunikasi yang manusiawi ini kepada komunikasi yang imani. Disitu kita akan menghadapi bermacam-macam kenyataan dimana ada banyak sekali keanekaragaman di dalam kehidupan ini. Makin disadari bahwa suami berbeda dengan isteri. Orang tua berbeda dengan anak-anaknya. Keluarga yang satu berbeda dengan keluarga yang lain. KOMUNIKASI IMAN lalu mencerahi berbagai bentuk perbedaan itu dan berjuang bahkan kalau perlu berkorban untuk mengatasi ketidakcocokan atau ketidaksamaan yang ada.

Bentuk-bentuk kesakitan yang menimpa anggota di dalam keluarga seperti menyimpan kesalahan pasangan, kemarahan yang tak terkendali, kekecewaan yang mendalam, perasaan tidak tergantung satu sama lain, kecemasan yang tak perlu, terlalu mementingkan diri, yang tentu saja berpengaruh dalam membangun hubungan dengan orang lain dalam lingkup yang luas hanya bisa disembuhkan oleh satu kekuatan yaitu: IMAN. Iman yang menyelamatkan. Berbagai kisah penyembuhan di dalam Kitab Suci, berkali-kali menegaskan tentang hal ini. Kepada perempuan yang sakit pendarahan, Yesus berkata,”Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan Engkau…”(Mrk 5:34). Kepada si buta Bartimeus, Yesus berkata,”…imanmu telah menyelamatkan engkau…”(Mrk 10:52). Dan tentu saja masih banyak kisah dalam Kitab Suci yang menggambarkan kekuatan iman yang menyembuhkan. Iman berarti keyakinan, bahwa Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan, sebab hanya Dia saja yang sanggup “menjadikan segala-galanya baik” (Mrk 7:37).

Keluarga-keluarga kristiani di wilayah Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih, semoga keluarga kita masing-masing menjadi komunitas dimana KOMUNIKASI IMAN terjadi. Suami-isteri dan anak-anak meletakkan dasar kebersamaan bukan pada kecocokan melainkan pada iman. Karena membangun kebersamaan karena iman, maka kita percaya bahwa Allah sendiri akan menjadikan setiap anggota di dalam keluarga menjadi baik pada saatnya. Sekali lagi, keluarga-keluarga yang kemudian membentuk lingkungan menjadi basis yang berkualitas jika membiasakan diri membangun KOMUNIKASI IMAN.

Sampai jumpa pada edisi mendatang.
Salam dalam nama Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosep

Rm. Ignas Tari, MSF
Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta

Jumat, 11 Juni 2010 Hari Raya Hati Kudus Yesus

Jumat, 11 Juni 2010
Hari Raya Hati Kudus Yesus

Ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat."

Doa Renungan

Bapa, Engkau begitu baik sehingga menganggap dosa-dosa kami tidak terlalu besar bagi-Mu. Tolonglah kami untuk melaksanakan segala kehendak-Mu dan segala sesuatu yang baik, berkat kekuatan yang kami terima dari Yesus Putra-Mu terkasih. Kami mohon, semoga seluruh dunia menyaksikan pula daya penyembuhan Roh-Nya, sehingga Engkau menjadi segalanya bagi semua orang kini dan selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yehezikel (34:11-16)

"Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring tenang."

Beginilah firman Tuhan, "Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu. Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel. Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan Allah. Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 57:8-9.10-12)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan, di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kausiapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku. Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi mengiringi langkahku selalu sepanjang umur hidupku. Aku akan diam di rumah Tuhan sekarang dan senantiasa.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (5:5b-11)

"Allah melimpahkan kasih-Nya atas kita."

Saudara-saudara terkasih, kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Solis: Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan. Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku. (Yoh 10:14)

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:3-7)

"Bergembiralah bersama dengan daku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan."

Sekali peristiwa Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, lalu kehilangan seekor, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau telah menemukannya, ia lalu meletakkannya di atas bahu dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

"Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan."

Suatu pengalaman dan kenyataan yang sungguh konkret kita hayati atau alami setiap hari: ketika ada saudara atau saudari kita sedang sakit serta dirawat di rumah sakit pada umumnya kita sungguh memberi perhatian, apalagi ketika ada sahabat, kenalan atau saudara kita mati alias dipanggil Tuhan. Sebaliknya ketika mereka dalam keadaan baik alias biasa-biasa saja pada umumnya kita kurang memberi perhatian. Hal yang senada terjadi dalam diri kita, tubuh kita sendiri: ketika anggota tubuh kita sehat semuanya pada umumnya kita hidup seenaknya, sebaliknya ketika ada anggota tubuh kita atau bagian tubuh kita yang sakit kita akan memberi perhatian luar biasa; mau mandi diperhatikan, mau tidur diperhatikan, dst… Beaya perawatan yang sedang sakit untuk menjadi sembuh pada umumnya mahal, lebih mahal dari hidup biasa jika dihitung per hari, namun demikian dengan segala upaya dan daya, termasuk cari pinjaman jika perlu, kita akan menyediakan beaya perawatan tersebut. Kegembiraan luar biasa terjadi ketika yang sakit menjadi sembuh. Pengalaman manusiawi tersebut di atas kiranya baik sebagai jembatan untuk merenungkan Hati Yesus Yang Mahakudus, yang kita rayakan hari ini.

"Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk 15:6-7).

Hati Yesus yang tergantung di kayu salib ditusuk tombak, dan dari Hati-Nya/lambung-Nya mengalirlah air dan darah segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Hati yang terluka dan terbuka juga melambangkan penyerahan Diri Yesus secara total kepada kehendak Allah demi keselamatan seluruh dunia/umat manusia. Hati yang terbuka mengundang dan memanggil semua orang berdosa untuk masuk ke dalam Hati-Nya guna mohon kasih pengampunan, `minum air dan darah segar', yang menghidupkan dan menyegarkan. Jika kita jujur mawas diri, kami percaya kita semua adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan kasih pengampunan atau pertobatan, maka marilah kita bersembah-sujud kepada Hati Yesus yang tergantung di kayu salib. Percayalah dengan sepenuh hati bahwa jika kita bersembah-sujud kepada-Nya pasti akan menerima kasih pengampunan, dan dengan demikian kita sungguh hidup, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani. Kita dikuasai atau dirajai oleh Hati-Nya Yang Mahakudus dan dengan demikian kita juga dipanggil untuk meneladan Hati-Nya, yang mengalirkan air dan darah segar. Meneladan Hati Yesus Yang Mahakudus berarti sepak terjang, perilaku, cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun menggairahkan dan menyegarkan orang lain; cara hidup dan cara bertindak kita mengundang dan memberdayakan orang lain untuk bertobat atau memperbaharui diri, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

"Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan". Sabda Yesus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita semua, entah sebagai orang berdosa atau merasa diri sebagai orang baik. Yang merasa berdosa kami harapkan dengan rendah hati mohon kasih pengampunan Tuhan, sedangkan yang merasa diri baik hendaknya hidup penuh dengan syukur dan terima kasih seraya menghayati bahwa semua kebaikan yang ada adalah anugerah Tuhan. Berdevosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus memanggil kita untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati, penuh syukur dan terima kasih, karena perhatian Tuhan yang luar biasa kepada kita orang-orang yang lemah, rapuh dan berdosa ini. "Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati" (Rm 5:6-7)

Yesus yang baik `berani mati' bagi kita semua orang berdoa, demi keselamatan dan kebahagiaan kita semua, orang-orang durhaka dan berdosa. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia dengan mempersembahkan diri seutuhnya, wafat di kayu salib; Ia menjadi pemenuhan ramalan para nabi, sebagaimana juga dikatakan oleh nabi Yeheskiel ini :"Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya" (Yeh 34:16). Kita semua yang berbakti atau berdevosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus dipanggil untuk meneladan Dia, memenuhi ramalan atau apa yang dikatakan oleh nabi Yeheskiel tersebut, maka marilah apa yang dikatakan nabi Yeheskiel tersebut juga menjadi kata-kata kita serta kita wujudkan ke dalam tindakan konkret.

Marilah kita cari yang hilang, kita bawa pulang yang tersesat, kita balut yang luka, kita kuatkan atau sembuhkan yang sakit, kita lindungi yang gemuk dan kuat, dst..dengan kata lain kita gembalakan mereka semua, lebih-lebih mereka yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita. Meneladan Hati Yesus yang Mahakudus antara berarti bersikap mental sorang gembala yang baik Gembala baik pada umumnya berani mati bagi yang digembalakan, karena sangat mengasihi mereka yang harus digembalakan. Gembala baik mengasihi yang digembalakan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh.

Para orangtua, guru/pendidik atau pemimpin kami harapkan bersikap mental gembala baik dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas kewajiban. Orangtua menjadi gembala bagi anak-anaknya, guru/pendidik menjadi gembala bagi para peserta didik, dan seorang pemimpin menjadi gembala bagi para anggotanya. Sebagai gembala pertama-tama memang harus baik, dikasihi oleh Tuhan maupun sesamanya; kemanapun pergi dan dimanapun berada senantiasa mempesona, menarik dan memikat bagi yang lain untuk mendekat dan mengasihinya. Gembala yang baik mengenal yang digembalakan, menuntun keluar ke padang hijau domba-dombanya, dst.. Para orangtua hendaknya sungguh mengenal anak-anaknya dan kemudian mendidik dan mendampinginya menuju ke kedewasaan sejati, menjadi pribai yang cerdas spiritual. Para guru/pendidik hendaknya sungguh mengenal para peserta didik sehingga dapat mendampingi dengan baik, menolong mereka untuk menemukan jalan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Sang pemimpin hendaknya mengenal semua anak buahnya dan kemudian mengusahakan kebersamaan hidup dan kerja sedemikian rupa sehingga semua orang merasa kerasan, bahagia dan nikmat tinggal dan bekerja di dalamnya. Baik orangtua, guru/pendidik maupun pemimpin hendaknya juga bersikap mental untuk `mencari yang hilang', alias memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, yang sakit dan menderita, yang lemah dan tak berdaya, dst…

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa." (Mzm 23)

Jakarta, 11 Juni 2010

Rm Ign. Sumarya, SJ

Bagikan

Kamis, 10 Juni 2010 Hari Biasa Pekan X

Kamis, 10 Juni 2010
Hari Biasa Pekan X
St. Hendrikus Balzano

"Di mana pun berada, marilah mewartakan dan menumbuhkan warta Injil."

Doa Renungan

Ya Yesus Sang Gembala kami, Engkau telah menyertai kami selama istirahat tadi malam dan menganugerahi kami napas kehidupan hari ini. Engkau mengajak kami untuk mewujudkan perbuatan yang saleh dan suci sebagai bukti kepercayaan dan ketaatan kami kepada kehendak-Mu. Bantulah kami untuk mewujudkannya, teristimewa pada hari ini. Demi Yesus Kristus Tuhan kami, kini dan sepanjang masa.. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (18:41-46)

"Elia berdoa, dan langit menurunkan hujan."

Sekali peristiwa, di Gunung Karmel, Elia berkata kepada Raja Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya. Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah sampai tujuh kali. Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: "Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut." Lalu kata Elia: "Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan." Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel. Tetapi kuasa TUHAN berlaku atas Elia. Ia mengikat pinggangnya dan berlari mendahului Ahab sampai ke jalan yang menuju Yizreel.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang yang tulus akan memandang wajah-Mu, ya Tuhan
Ayat. (Mzm 11:4.5.7)
1. Engkau mengindahkan tanah, lalu mengaruniainya kelimpahan; Engkau membuatnya sangat kaya. Sungai-sungai Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka.
2. Ya, beginilah Engkau menyediakannya: Engkau mengairi alur bajaknya, dan membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya; dengan derus hujan Engkau menggemburkannya dan memberkati tumbuh-tumbuhannya.
3. Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun mengalirkan air, bukit-bukit berikat pinggangkan sorak-sorai.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Perintah baru Kuberikan kepada kalian, sabda Tuhan; yaitu supaya kalian saling mengasihi, sebagaimana Aku telah mengasihi kalian.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:20-26)

"Barangsiapa marah terhadap saudaranya, harus dihukum."

Dalam kotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Salah satu rumus doa tobat dalam liturgi kita adalah ”Saya mengaku kepada Allah Yang Mahakuasa, dan kepada saudara sekalian bahwa saya telah berdosa ... saya mohon kepada Santa Perawan Maria, ... kepada saudara sekalian supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita ....”

Rumusan itu secara paling sederhana menjawab ajakan Yesus agar kita berdamai dengan saudara sebelum mempersembahkan persembahan kita. Kita sadar, tidak seorang pun dari kita pantas dan bersih.

Maka doa tobat itu dapat kita tempatkan sebagai sarana paling sederhana untuk menyesali segala kelemahan kita, meniatkan suatu tobat dalam hati dan ikhlas ”berdamai dengan saudara”. Kita mengaku berdosa di hadapan mereka agar mendoakan kepada Allah untuk rahmat pendamaian. Kalau ini kita hayati, pastilah kita pun digerakkan untuk senantiasa butuh berdamai dengan orang lain, juga dalam hidup sehari-hari.

Ya Yesus, semoga aku senantiasa dapat hidup dalam perdamaian dengan semua orang sebab damai itu ternyata menopang ibadahku kepada Allah. Semoga aku pun rela untuk mengampuni orang lain yang bersalah kepadaku. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Bagikan

Rabu, 09 Juni 2010 Hari Biasa Pekan X

Rabu, 09 Juni 2010
Hari Biasa Pekan X

Kehadiran Kristus bukan untuk meniadakan hukum Taurat, namun untuk menggenapinya. Menggenapi tidak selalu berarti menambah peraturan, tetapi memperdalam sikap. Tidak hanya sikap lahir yang diperhatikan, namun juga menyangkut sikap batin. Bukan yang dari mulut yang menjadikan haram, melainkan yang dari hati.

Doa Renungan

Allah Bapa yang penuh kasih, syukur atas sabda-Mu di mana kami boleh bertumbuh dalam iman. Lewat sabda-Mu kami dapat menimba kekayaan rahmat-Mu. Bapa, biarlah Firman-Mu menjadi sumber perekat bagi semua orang yang tergabung dalam pewartaan Gereja, di mana kami juga boleh terlibat dalamnya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (18:20-39)

"Semoga bangsa ini mengetahui bahwa Engkaulah Tuhan, dan Engkaulah yang membuat hati mereka bertobat."

Sekali peristiwa Raja Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Akupun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan akupun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!" Seluruh rakyat menyahut, katanya: "Baiklah demikian!" Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: "Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api." Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga." Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: "Datanglah dekat kepadaku!" Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. --Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: "Engkau akan bernama Israel." -- Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. Sesudah itu ia berkata: "Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!" Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk kedua kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do=g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 16:1-2a.4.5.8.11; R: 5a)
1. Jagalah aku ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku."
2. Bertambahlah kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan kurban curahan mereka, juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka dengan bibirku.
3. Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
4. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. Tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan, bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-19)

"Aku datang untuk menggenapi hukum."

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Janganlah kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu yota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.' Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan

Sebelum dipilih sebagai Paus menggantikan mendiang Yohanes Paulus II, Kardinal Ratzinger yang kemudian menjadi Paus Benediktus XVI, menegaskan bahwa kita menghadapi bahaya sikap relativisme yang kian meracuni kehidupan umat manusia. Intinya, orang menjadi tidak tegas pada pilihan terhadap kebenaran, atau mendua hati terhadap ini atau itu!

Mengapa orang menjadi demikian? Karena orang tidak mau tegas terhadap hukum yang berlaku sebagai tolok ukur kebenaran dan keadilan. Padahal, hukum berguna untuk mengatur kehidupan agar menjadi lebih teratur. Namun, ketika hukum pun direlativir, maka kebenaran dan keadilan pun menjadi relatif, tergantung dari subjek yang menafsirkannya.

Yesus tidak pernah bersikap relatif. Ia tegas melaksanakan hukum secara sempurna, terutama hukum kasih kepada Allah dan sesama. Karenanya, Ia tidak datang untuk meniadakan hukum, melainkan menyempurnakannya, sebab Ia tahu, banyak pemimpin yang tidak melaksanakan hukum secara benar dan adil!

Mari kita tidak terjebak dalam bahaya relativisme yang membuat hukum kasih pun menjadi kabur dan tidak membuahkan rahmat dalam kehidupan. Caranya? Bersikaplah tegas terhadap segala sesuatu yang jelas-jelas tidak benar dan tidak adil sehingga Anda menjadi pelaku hukum kasih yang sempurna!

Ya Yesus yang baik, semoga aku pun belajar dari-Mu melaksanakan hukum kasih secara sempurna. Kendati aku ini lemah dan terbatas, namun di dalam Engkau, tidak sesuatu pun mustahil dapat kuwujudkan. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian



Bagikan

Selasa, 08 Juni 2010 Hari Biasa Pekan X

Selasa, 08 Juni 2010
Hari Biasa Pekan X
Pw SP Maria, Takhta Kebijaksanaan
St. William; B. Maria Drozte; B. Nikolaus Gresturi

Iman selalu memiliki daya kesaksian. Menghayati iman adalah hidup dalam kebenaran Kristus. Hidup dalam kebenaran Kristus selalu memancar keluar dan membawa terang, sebagaimana Kristus senantiasa menampakkan kemuliaan Bapa-Nya.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, kasih-Mu menjadi rahmat yang luar biasa bagi hidup kami. Saat ini kami ingin menyerahkan segala yang telah terjadi dan akan terjadi sebagai persembahan bagi-Mu. Kami ingin berjalan bersama-Mu dan melakukan segalanya bersama-Mu, terpujilah Engkau untuk selama-lamanya. Amin.

Kita ingin menimbun, menyimpan, dan memberikan jaminan yang aman atas hidup kita sendiri. Adapun Tuhan yang menguasai segala, menghendaki kita untuk ikut memikirkan kebutuhan orang di sekitar kita yang paling mendesak. Kita dapat mengimani kebenaran bahwa Tuhan sungguh berkuasa menentukan rahmat-Nya untuk kita. Dan rahmat-Nya selalu cukup untuk kita.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (17:7-16)

"Tempat tepungnya tak pernah kosong sesuai dengan sabda Tuhan yang diucapkan Nabi Elia."

Pada waktu itu Sungai Kerit menjadi kering, sebab hujan tiada turun-turun di negeri itu. Maka datanglah sabda Tuhan kepada Elia, "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." Maka Elia pun bersiap-siap, lalu pergi ke Sarfat. Ketika ia tiba di dekat gerbang kota, tampaklah seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Elia berseru kepada perempuan itu, "Cobalah ambil daku sedikit air dalam kendi untuk kuminum." Ketika wanita itu pergi mengambil air, Elia berseru lagi, "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." Wanita itu menjawab: "Demi Tuhan, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tiada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, sebentar lagi aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil daripadanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah sabda Tuhan Allah Israel, Tepung dalam tempayan itu takkan habis dan minyak dalam buli-buli itupun takkan berkurang sampai tiba waktunya Tuhan menurunkan hujan ke atas muka bumi." Maka pergilah perempuan itu, berbuat seperti yang dikatakan Elia. Maka Elia, wanita itu dan anaknya mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti sabda Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 4:2-3.4-5.7-8)
1. Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah yang membenarkan daku. Engkau memberi kelegaan kepadaku di saat kesesakan; kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku! Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan?
2. Ketahuilah, Tuhan telah memilih bagi-Nya seorang yang Ia kasihi; apabila aku berseru kepada-Nya, Ia mendengarkan. Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hati di tempat tidurmu, tetapi tetaplah tenang.
3. Banyak orang berkata, Siapa akan memperlihatkan yang baik kepada kita? Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan! Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak daripada yang mereka berikan di saat mereka kelimpahan gandum dan anggur.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuji Bapa-Mu di surga.

Orang beriman diajak untuk memperhatikan pentingnya menempatkan rahmat yang diterimanya dari Tuhan. Hendaknya karunia yang kita terima itu membawa kebahagiaan kita karena kita berani membagikan semuanya itu agar bermanfaat bagi sesama.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:13-16)

"Kamu adalah garam dunia."

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda, "Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang. Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Garam diperlukan agar masakan tidak hambar. Garam menyedapkan masakan. Garam juga mengawetkan dan menghindarkan kebusukan. Garam juga berguna untuk mengusir ular, maka waktu kita camping dan mendirikan tenda, di sekitar tenda kita taburi garam agar ular tidak mendekat apalagi masuk ke dalam tenda. Garam juga menjadi tanda kesuburan.

Itulah ternyata identitas kita di mata Yesus. ”Kamu adalah garam!” Jadi, kita ini sudah garam. Yesus tidak mengatakan ”jadilah garam”, melainkan ”kamu adalah garam dunia”. Itu berarti, di mata Yesus, sesungguhnya kita ini memiliki kualitas-kualitas positif yang berguna untuk mengembangkan kehidupan ini menjadi lebih sedap, tidak hambar, mengawetkan, bukan membusukkan; memberi rasa aman dan melindungi, bukan menghancurkan dan mendatangkan kecemasan dan ancaman.

Sudahkan kualitas-kualitas hidup ini berkembang dalam diri kita sebagaimana dinyatakan Yesus kepada kita? Awas, bila kita tidak menghayatinya, bersiaplah untuk dibuang, dan diinjak-injak orang, karena ternyata sebagai garam, kita ini hambar dan tidak berguna karena kita sendiri tidak menyadarinya! Inilah saat yang tepat untuk kembali sadar akan identitas dan jati diri kita yang bercitra positif di mata Yesus!

Ya Yesus, terima kasih atas penyadaran rohani bahwa diriku ternyata memiliki kualitas-kualitas positif yang berguna bagi kehidupan bersama. Semoga aku mampu menghayatinya sehingga diriku pun hadir sebagai tanda rahmat-Mu, melalui perbuatan-perbuatan baikku, kini dan selamanya. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian & Ruah



Bagikan

Senin, 07 Juni 2010 Hari Biasa Pekan X

Senin, 07 Juni 2010
Hari Biasa Pekan X
B. Anna dr St. Bartolomeus

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran"

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, terimakasih atas hari yang indah ini. Alam semesta memancarkan keindahan-Mu dan mengajak kami juga untuk memancarkan keindahan itu, sehingga semakin banyak orang dapat menikmati keindahan-Mu sendiri. Resapkanlah sabda-Mu ke dalam hati kami agar Engkau semakin nyata dalam perkataan dan perbuatan kami hari ini. Demi Yesus Kristus Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Rela masuk dalam sebuah penyelenggaraan ilahi, mungkin kata-kata itulah yang dapat kita pelajari dari kisah Elia. Mari kita tidak demikian khawatir terhadap kebutuhan hidup, namun menjadi gelisah apabila tidak mencoba memberi kesaksian tentang Allah.

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (17:1-6)

"Elia melayani Tuhan, Allah Israel ."

Sekali peristiwa, Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, berkata kepada Raja Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel , yang kulayani, tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." Kemudian Tuhan bersabda kepada Elia, "Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana ." Maka ia pergi dan berbuat seperti disabdakan Tuhan. Ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur Sungai Yordan. Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do= d, 4/4, PS 805
Ref. Hanya Engkaulah Tuhan Allahku dan harapan untuk hidupku.
Ayat. (Mzm 121:1-2.3-4.5-6.7-8)
1. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolongan bagiku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.
2. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sungguh, tidak akan terlelap dan tidak akan tertidur Penjaga Israel .
3. Tuhan penjagamu, Tuhan naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak akan menyakiti engkau pada waktu siang, tidak pula bulan pada waktu malam.
4. Tuhan akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. Tuhan akan menjaga keluar masukmu dan sekarang sampai selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil do=f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 6:23b)
Bersukacitalah dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga.

Hidup Kristus sendiri perlu kita lihat sebagai gambaran yang paling jelas tentang kebenaran Sabda Bahagia. Kristus telah menjadi miskin, dipenuhi kelemah lembutan, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, dan menjadi pencipta damai. Karena itu, pilihan menjadi murid Kristus berarti percaya pada kebenaran sabda-Nya dan berusaha menyamakan keputusan hidup kita seperti yang dilakukan-Nya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:1-12)

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah."

Pada suatu hari Yesus naik ke atas bukit, sebab melihat orang banyak. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Yesus mulai berbicara dan menyampaikan ajaran ini kepada mereka, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kalian, jika demi Aku kalian dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga, sebab para nabi sebelum kalian pun telah dianiaya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Mari bertanya kepada diri sendiri secara jujur: Apakah yang sesungguhnya menjadi sumber kebahagiaanku? Kekayaan harta duniawi? Persahabatan manusiawi? Kedudukan dan kekuasaan duniawi? Status sosial dan jabatan? Atau segala bentuk harta bendawi lainnya?

Kalau jawaban jujur kita tidak mengarah pada hal-hal yang bersifat duniawi, kita boleh bersyukur sebab kita sadar bahwa memang benar, akar dan sumber kebahagiaan kita tidak terletak pada hal-hal yang bersifat duniawi tersebut. Ada sumber kebahagiaan lain yang boleh menjadi kebanggaan kita, dan Yesus telah menunjukkan itu kepada kita!

Kebahagiaan kita adalah karena kita mengandalkan Allah, sumber kekayaan rohani kita. Kebahagiaan kita adalah penghiburan dari-Nya saat kita berduka. Kebahagiaan kita adalah kelemahlembutan yang memancar dari kita. Kebahagiaan kita adalah bila kita lapar dan haus akan kebenaran. Kebahagiaan kita adalah kemurahan hati kita pada sesama. Kebahagiaan kita adalah kesucian hati kita. Kebahagiaan kita adalah damai sejahtera karena kita ini adalah anak-anak Allah, bahkan ketika harus menghadapi penganiayaan, celaan, dan cercaan. Beranikah kita memilih semua ini sebagai akar kebahagiaan kita?

Ya Yesus, semoga aku lebih memilih kebahagiaan yang Kaujanjikan melalui Sabda Bahagia-Mu daripada kebahagiaan yang dijanjikan dunia kepadaku. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian & Ruah


Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy