| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 02 Januari 2011 Hari Raya Penampakan Tuhan

Minggu, 02 Januari 2011
Hari Raya Penampakan Tuhan


“Bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada" (Mat 2:9)

Antifon Pembuka

Lihatlah, Tuhan para pangeran datang, membawa serta kerajaan, kekuasaan, dan pemerintahan.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahamulia, Engkau hari ini menampakkan Putera-Mu yang tunggal kepada para bangsa dengan menggunakan bintang. Berkat iman kami telah mengenal Engkau. Kini kami mohon bimbinglah kiranya kami supaya dapat memandang Engkau dalam kemuliaan-Mu yang sepenuh-penuhnya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Yesaya (60:1-6)

"Kemuliaan Tuhan terbit atasmu."

Beginilah kata nabi kepada Yerusalem: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja menyongsong cahaya yang terbit bagimu.Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling! Mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Melihat itu, engkau akan heran dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan berbesar hati sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu.Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 807
Ref. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita
Ayat. (Mzm 72:1-2.7.8.10-11.12-13; R: lih.11)
1. Ya Allah berikanlah hukum-Mu kepada Raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum.
2. Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari Sungai Efrat sampai ke ujung bumi.
3. Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan -persembahan. Kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti. Kiranya semua raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya!
4. Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia akan membebaskan orang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang kemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (3:2-3a.5-6)

"Rahasia Kristus kini telah diwahyukan dan para bangsa menjadi pewaris perjanjian."

Saudara-saudara, kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah yang telah dipercayakan kepadaku demi kamu, yakni bagaimana rahasianya telah dinyatakan kepadaku melalui wahyu. Pada zaman angkatan-angkatan dahulu rahasia itu tidak diberitakan kepada umat manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan nabi-Nya yang kudus. Berkat pewartaan Injil, orang-orang bukan Yahudi pun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota-anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/2, PS 951
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 2:2, 2/4)
Kami telah melihat bintang Tuhan, terbit di ufuk timur, dan kami datang menyembah.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (2:1-12)

"Kami datang dari timur untuk menyembah Sang Raja."

Pada zaman pemerintahan Raja Herodes, sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea, datanglah orang-orang majus dari timur ke Yerusalem. Mereka bertanya-tanya, "Di manakah Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di ufuk timur, dan kami datang untuk menyembah Dia." Mendengar hal itu, terkejutlah Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya, "Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yudea, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu, dan dengan teliti bertanya kepada mereka kapan bintang itu tampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya, "Pergilah, dan selidikilah dengan saksama hal-ikhwal Anak itu! Dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia." Setelah mendengar kata-kata Raja Herodes, berangkatlah para majus itu. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya. Lalu mereka sujud menyembah Dia.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Pesta Penampakkan Tuhan (= Epifani) menjadi bagian Pesta Natal kita: Untuk itu ke-tiga patung orang-orang majus atau tiga raja atau tiga sarjana yang berasal dari Eropa, Asia dan Afrika, yakni Baltasar, Melkior dan Kaspar (demikianlah biasanya tradisi Eropa menyebutnya), perlu dipasang di gua natal kita. Mereka masing-masing mempersembahkan emas, mur, dan kemenyan. Nah, marilah kita renungkan maknanya.

Hanya pada Injil Matius Bab 2, kita temukan ceritera tentang tiga orang majus dari Timur, yang dengan petunjuk bintang dan kemudian bertanya kepada raja Herodes bersama staff ahlinya, mereka akhirnya menemukan Yesus di kandang Betlehem.

Usaha mencari makna akan “tanda” dan kemudian melalui “bertanya-tanya” adalah berasal dari dorongan mendasar manusia. Orang Jawa bilang, “Wong iku kudu tanggap ing sasmita” (= Orang itu harus tanggap terhadap tanda), yang pada umumnya disampaikan dengan bahasa “non-verbal” atau “tanpa kata-kata”. Bahasa komunikasi melalui pemaknaan “tanda” dengan sendirinya memperkaya dan sekaligus merangsang kepribadian kita untuk bertumbuh secafra holisltik. Sebab kita tidak hanya berhenti dengan mempergunakan bahasa verbal, yang sarat dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa non-verbal yang mengundang kita untuk merasa-rasakan, merefleksi apa sih maknanya, memikirkan ulang, .....dengan kata lain kita hendak melewati lebih jauh dibalik “tanda” yang kita temukan.


Apa sih artinya kehadiran sebuah “bintang” bagi orang biasa? Tetapi bagi tukang nujum, orang majus, sarjana.....tanda bintang mestilah dimengerti lebih jauh dari sekedar fenomen alam saja. Singkat kata, ke-3 orang majus/sarjana/raja telah mewakili kemanusiaan kita yang mampu terpana akan “tanda” dan sekaligus berusaha mencari maknanya. Bagi orang beriman yang masih mau tetap berproses berarti: mengikuti dorongan “fides quaerens intellectum” (= iman mendorong kita untuk mencari penalarannya). Kita ada dalam kegelisahan yang tidak kunjung berhenti sebelum sampai kepada


pengenalan akan Allah. Kita berada di hadapan “kabut ketidak-tahunan” (= the cloud of unknowing) yang adalah misteri Allah sendiri. Dalam beriman sering kita terjebak, yakni mau mencari mudahnya: mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang oleh Allah? Lalu kita menjadi kerdil dan tidak berkembang, ketika kita hanya sampai pada tingkat legalisme moral.


Dalam proses pewahyuan Diri Allah, Dia sendiri mau menyatakan DiriNya, pertama melalui para nabi, dan yang kemudian melalui PutraNya, Yesus Kristus, “Allah yang menjadi manusia seperti kita”. Nah, pada Diri Yesus “tanda” dari Allah itu dapat berbicara dengan bahasa verbal dan juga tetap non-verbal. Dan kita manusia di hadapan Dia yang adalah “tanda dari Sorga” tetaplah ada pada posisi “jelas” dan “belum jelas” atau bahkan “tidak jelas”, karena Yesus dari Nasaret adalah sekaligus Allah-Manusia. Mau menyederhanakan Dia sebagai nabi saja, sebagai manusia biasa saja? Seorang Nikodemus, salah satu pemimpin agama Yahudi, tetap terpana dengan mengatakan, "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya" (Yoh 3: 2). Ketika kita tidak berani dan mampu bermain dengan “tanda dari Sorga” ini, kita menjadi keras hati...karena tidak berani dan mampu bermain denan “Dia yang Misterium” (= penuh dengan misteri).


Ketika kita menerima Dia sebagai “tanda dari Sorga” kita pun menjadi “tanda dari Sorga” untuk semua umat manusia yang belum pernah akan tenang-damai sebelum beristirahat dalam Dia. Dari satu sisi, kita turut menyinarkan “bintang” --- yang dicari maknanya oleh para sarjana --- dan dari lain sisi, kita juga masih terus menerus mencari makna “tanda” yang telah kita terima dalam hidup kita. Dalam tingkat ini, sebagai orang kristen, baik sebagai individu maupun komunitas, akan menjadi sasaran bertanya yang menarik atau akan ditolak karena merepotkan, mengusik ketenangan semu yang didasarkan pada formalisme hukum saja.


Saudara-saudari sepeziarahan dalam Yesus Kristus,


Marilah kita membiarkan diri menjadi “bintang” yang adalah “tanda kehadiran Yesus Kristus” di tengah-tengah dunia ini. Baik dengan kata-kata verbal maupun perbuatan nyata atau bahasa non-verbal, kita biarkan diri kita “dipertanyakan”, dimaknai oleh orang-orang di sekitar kita. Bila sebagai manusia kita ini tetap jujur, polos, mengakui diri.....belum berasa damai bila belum berjumpa dengan Allah...atau masih merasa-cemas gelisah, sebelum lahir baru dalam Dia, sebelum hidup dalam kepenuhan Cinta KasihNya...maka kita masih ada pada “track” atau langkah peziarahan kita.


Untuk semuanya hati kita akan tetap “membara” (= ardent) dipenuhi oleh “Roh Allah” yang membawa kepada kebenaran.


Shalom,


Pastor H. Wardjito SCJ.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy