| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 12 Juni 2011 Hari Raya Pentakosta

Minggu, 12 Juni 2011
Hari Raya Pentakosta

"Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus"". (Yoh 20:22)


Antifon Pembuka

Roh Tuhan memenuhi seluruh dunia. Dialah yang menyatukan segala sesuatu dan memahami setiap tutur bahasa. Alleluya.

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahaagung dan kekal, berkat misteri Pentakosta Engkau menguduskan Gereja-Mu di antara para bangsa dengan segala bahasa. Sebarluaskanlah anugerah Roh Kudus ke seluruh dunia. Ulangilah mukjizat Pentakosta: sentuhlah dengan Roh-Mu hati umat beriman, seperti yang Kaulakukan pada awal pewartaan Injil. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (2:1-11)

"Mereka dipenuhi Roh Kudus dan mulai berbicara."

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 828
Ref. Utuslah Roh-Mu ya Tuhan dan jadi baru seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 104:1.24.29-30.31.34 R. 30)

1. Allahku nama-Mu hendak kupuji. Engkau amat agung berdandan sinar kebesaran.
2. Ya Tuhan berselubungkan cahaya. Bagai jubah raja langit Kaupasang bagai kemah.
3. Firman-Mu disampaikan oleh angin. Api yang berkobar tunduk pada-Mu bagai hamba.


Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:3b-7.12-13)

"Kita semua telah dibaptis dalam Roh Kudus menjadi satu tubuh."

Saudara-saudara, tidak seorang pun dapat mengaku, "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus. Ada rupa-rupa karunia, tetapi hanya ada satu Roh. Ada rupa-rupa pelayanan, tetapi hanya ada satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu; Dialah yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama. Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab kita semua, baik Yahudi maupun Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh, dan kita semua diberi minum dari satu Roh.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Madah Pentakosta (Sekuensia) PS 569
(Veni Sancte Spiritus)

1. Ya Roh Kudus, datanglah dari surga sinarkan pancaran cahaya-Mu.
2. Suluh hati, datanglah, Bapa kaum yang lemah, pemberi anugerah.
3. Kau penghibur ulungku, 'Kau sahabat jiwaku, penyejukku yang lembut.
4. Kausegarkan yang lelah, Kautenangkan yang resah; Kau melipur yang sendu.
5. O Cahaya yang cerah, datang dan penuhilah hati kaum beriman.
6. Tanpa kekuasaan-Mu, hampa daya umat-Mu; hanya noda adanya.
7. Yang cemar bersihkanlah, yang kersang siramilah, yang terluka pulihkanlah.
8. Yang keras lunakkanlah, yang beku cairkanlah, yang sesat arahkanlah.
9. Limpahilah umat-Mu yang percaya pada-Mu: sapta karunia-Mu.
10. Dan curahilah anugrah: akhir hidup bahagia, sukacita tak henti.

Bait Pengantar Injil, do = bes, gregorian, PS 964
Ref. Alleluya
Ayat. Datanglah, hai Roh Kudus, penuhilah hati kaum beriman dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati mereka.


Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:19-23)

"Seperti Bapa telah mengutus Aku, kini Aku mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus."

Setelah Yesus disalibkan, pada malam pertama sesudah hari Sabat, berkumpullah murid-murid Yesus di satu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus, berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sesudah berkata demikian, Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi, "Damai sejahtera bagi kamu!" Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu!" Dan sesudah berkata demikian, Yesus menghembusi mereka dan berkata, "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Rekan-rekan!

Apa hubungan antara Kebangkitan, Kenaikan, dan Pentakosta? Dalam Injil Yohanes, ketiga-tiganya dipadatkan menjadi satu di dalam peristiwa penampakan Yesus yang telah bangkit kepada para murid yang sedang berkumpul (Yoh 20:19-23). Yang mereka lihat sekarang itu sama dengan dia yang telah wafat di kayu salib dan dimakamkan. Dalam hidup setelah kebangkitan, ia berbagi Roh kehidupan dengan para murid. Roh itulah yang menghidupkan semangat baru di antara mereka.

KEBANGKITAN - KENAIKAN - PENTAKOSTA


Pengalaman yang diungkapkan secara padat oleh Yohanes tadi ditampilkan dengan tiga puncak dalam Kisah Para Rasul, yakni Kebangkitan, Kenaikan, dan Pentakosta. Dari Kebangkitan hingga Kenaikan ada selang waktu 40 hari (Kis 1:1-3). Selama itu para murid mengalami pelbagai penampakan Yesus hingga percaya benar bahwa Yesus benar-benar hidup. Tenggang waktu 40 hari itu mematangkan pengalaman dengan Yesus yang telah bangkit itu. Murid-murid kini menyadari bahwa Yesus, seperti terungkap dalam Mat 28:18, telah menerima kuasa di surga dan di bumi. Kesadaran ini mereka alami sebagai Kenaikan Tuhan. Pada saat yang sama para murid merasa mendapat penugasan untuk mengisahkan pengalaman ini kepada siapa saja. Dalam kata-kata Lukas, ini disebut sebagai tugas menjadi saksi-saksinya (Kis 1:8), atau menurut Matius, menjadikan semua bangsa muridnya dan menerima mereka sepenuhnya dalam komunitas mereka lewat pembaptisan (Mat 28:19). Bagaimanapun juga, meskipun sudah ada kesadaran baru ini, mereka belum merasa cukup mampu menjalankan tugas dengan merdeka, tanpa merasa waswas atau rasa tertekan. Kekuatan yang memerdekakan baru mereka peroleh pada hari Pentakosta. Pada hari itulah mereka mendapatkan semangat untuk menceritakan pengalaman mereka kepada orang banyak.

Sekedar latar belakang. Di kalangan umat Perjanjian Lama, Pentakosta (artinya "hari ke-50") dirayakan 7 minggu setelah panen gandum (Im 23:15-21 dan Ul 16:9-12). Dalam perkembangan selanjutnya, hari "ke-50" ini dihitung mulai dari tanggal 14 Nisan, yaitu hari Paskah Yahudi. Pada hari ke- 50 ini kemudian diperingati pula turunnya Taurat kepada Musa. Di kalangan umat Kristen, "hari ke-50" itu dirayakan 7 minggu setelah Kebangkitan Yesus untuk memperingati turunnya Roh Kudus kepada para murid. Jadi perayaan 7 minggu setelah panen dari dunia Perjanjian Lama itu diterapkan oleh Perjanjian Baru kepada panenan rohani yang kini mulai melimpah.

DATANGNYA ROH KUDUS

Bacaan pertama (Kis 2:1-11) berisi kisah mengenai hari Pentakosta. Suatu saat terdengar suara dari langit, menderu seperti taufan memasuki ruangan para murid berkumpul, dan muncullah lidah-lidah api menghinggapi mereka. Dan mereka mulai berbicara dalam banyak bahasa. Seperti itukah kejadiannya? Lukas sebetulnya hendak menggambarkan pengalaman batin para murid. Saat itu mereka secara bersama-sama merasakan adanya kekuatan yang membuat hati mereka bernyala berkobar-kobar. Kejadian ini sudah sedikit disinggung dalam cerita mengenai dua murid ke Emaus. Suatu ketika mereka saling berkata, "hati kita berkobar-kobar" (Luk 24:32), artinya pikiran (diungkapkan dengan "hati") mereka tidak lagi memudar, melainkan menyala-nyala. Dan sekarang kejadian ini dialami semua murid yang lain dalam kebersamaan.

Juga orang banyak yang ada di sekitar para murid ikut menyaksikan perubahan ini. Roh Kudus itu kekuatan mempersaksikan. Roh Kudus membuat para murid dimengerti siapa saja, baik yang sama agamanya, maupun yang lain. Tiap orang yang mendengar akan mendapatkan sesuatu. Inilah daya yang dianugerahkan kepada Gereja, ke dalam maupun ke luar. Ke dalam bila memahami apa itu menjadi pengikut dia yang telah bangkit dan mulia itu. Ke luar bila mempersaksikan cara hidup baru ini kepada orang banyak.

Dalam bahasa zaman ini, kekuatan itu terletak dalam kemampuan untuk menerangkan iman kepercayaan dengan cara yang bisa dimengerti oleh orang yang bukan dari kalangan sendiri. Tidak hanya dengan perkataan, melainkan juga dengan sikap hidup dan tindakan. Bagaimana dengan keadaan di Indonesia? Boleh jadi Pentakosta ini menjadi kekuatan baru untuk tetap memilih hidup beradab dan tidak membiarkan masyarakat dihanyutkan kekuatan-kekuatan yang memerosotkan kemanusiaan. Ini pilihan sederhana. Tapi juga pilihan yang membuat Gereja tampil sebagai komunitas orang-orang yang setia pada kemanusiaan dan hormat pada keilahian.

Boleh jadi itulah yang dimaksud Lukas ketika mengatakan para murid mulai berbicara dalam pelbagai bahasa dan para pendengar merasa mendengar dalam bahasa mereka sendiri. Tentunya tidak sama dengan yang dimaksud oleh Markus "bicara dalam bahasa-bahasa baru" (Mrk 16:17) atau yang disebut Paulus sebagai "bahasa lidah" (1Kor 14). Yang terakhir ini biasanya terjadi dengan gumaman yang bukan terarah kepada sesama melainkan kepada Tuhan (1Kor 14:2-4). Dibutuhkan orang yang dapat menjelaskan apa yang sedang terjadi. (1Kor 14:5-19 dan 27). Bahasa lidah ini tanda kehadiran roh bagi orang yang belum beriman (1Kor 14:22), bukan bagi mereka yang sudah mulai beriman

GEREJA PERDANA

Orang-orang yang percaya kepada Yesus dan dibaptis dalam namanya itu hidup dalam lindungan kekuatan yang datang dari atas, dari tempat Yesus kini berada. Itulah kehadiran Roh Kudus. Kekuatan ini memberi kebijaksanaan, membuat budi bening dan menuntun orang di jalan yang benar. Roh Kudus ini jugalah yang memimpin para rasul ke seluruh penjuru dunia. Roh yang sama itulah yang kini ada di tengah-tengah orang-orang yang percaya. Orang tidak lagi perlu merasa terancam daya-daya gelap yang pergi datang begitu saja. Ada arah baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Ini membuat alam pikiran orang zaman itu berubah. Terbuka alam baru. Dan ini akan terus berkembang sampai Yesus datang kembali. Inilah gagasan pokok yang disampaikan Lukas dalam Kisah Para Rasul. Para murid generasi pertama itu kemudian menjadi makin peduli akan keadaan orang-orang di semakin mengerti penderitaan orang lain dari kalangan sederhana. Mereka sudah merasa bebas dan bisa berbuat banyak. Mereka itu orang-orang yang peduli akan keadaan di masyarakat luas. Dalam banyak arti mereka itu juga membangun wahana hidup yang memungkinkan orang berkembang sebagai manusia yang utuh. Inilah buah pertama dari hadirnya Roh Kudus.

ROH KUDUS DAN KUASA MENGAMPUNI

Menurut Injil Yohanes, Roh Kudus diterima para murid ketika mereka sedang berkumpul dan sedang gelisah. Dalam keadaan itulah Yesus menampakkan diri dan mengembusi mereka. Ia menghadirkan Roh Kudus di tengah-tengah mereka. Kehadiran Roh di tengah para murid itu bukan berarti mereka kini lebur ke dalam Roh, bukan pula merasuknya Roh ke dalam batin masing-masing murid. Kenyataannya lebih sederhana, lebih apa adanya. Roh Kudus hadir di tengah-tengah kumpulan murid itu. Para murid masih tetap manusia, tidak menjadi "setengah Roh". Kekuatan yang kemudian membuat mereka berani bersaksi itu bukannya karena mereka kini manusia super yang diisi Roh. Mereka itu kuat karena disertai Roh Kudus, bukan karena dirasuki-Nya.

Setelah berkata "Terimalah Roh Kudus", Yesus menambahkan, "Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang terap ada, dosanya tetap ada" (Yoh 20:23). Jelas bukan hanya mengampuni kesalahan ini atau itu, hal yang lazim dilakukan dalam hidup sehari-hari, melainkan mengampuni penolakan mendasar terhadap kehadiran Yang Ilahi. Itulah yang dimaksud dengan "dosa". Tidak menggubris Yang Ilahi. MenganggapNya sepi. Dalam alam pikiran Yohanes, menutup diri ini ialah sikap khas dunia yang memusuhi Yang Ilahi. Maka dari itu dunia tetap dirundung kekuatan yang gelap, dan bahkan menjadi tempat daya-daya yang jahat. Dengan demikian dunia akan lenyap dengan sendirinya karena kini terang sudah datang. Satu-satunya pembebasan dari kuasa gelap ialah menerima terang. Ikut masuk ke dalam Kerajaan Allah, ke dalam wahana ilahi. Dalam pembicaraan dengan Nikodemus ditegaskan oleh Yesus bahwa orang hanya mungkin memasukinya bila lahir kembali dalam Roh, bukan lahir bagi dunia yang menolak kehadiran ilahi (Yoh 3:5-8).

Mendapat kuasa untuk mengampuni dosa atau menyatakannya tetap ada berarti memikul tanggung jawab untuk menentukan apakah penolakan terhadap Tuhan masih bertahan atau sudah mulai lepas. Tanggung jawab ini besar dan berat. Berat karena murid-murid diserahi urusan yang sebetulnya hanya dapat dilakukan Tuhan sendiri, yakni mengampuni dosa. Besar karena kini mereka ikut dalam penyelenggaraan ilahi untuk mengubah jagat ini menjadi terang, menjadi ciptaan yang baru. Dan tanggung jawab seperti ini diserahkan kepada para murid sebagai kesatuan, bukan urusan orang perorangan. Bila Gereja memahami diri sebagai kelanjutan para murid tadi, maka kuasa serta tanggung jawab itu terletak pada kebersamaan, bukan hanya pada pemimpin Gereja saja. Dan sebagai kesatuan, Gereja dapat mengajak orang-orang berkemauan baik mengembangkan kemanusiaan yang beradab. Itulah pelaksanaan dari kuasa mengampuni atau menyatakan dosa tetap ada.

Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy