| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 17 Juli 2011 Hari Minggu Biasa XVI


Minggu, 17 Juli 2011
Hari Minggu Biasa XVI

"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan." (Rm 8:26-27)

DINAMIKA KERAJAAN ALLAH DALAM HIDUP KITA


Antifon Pembuka

Allahlah penolongku, Tuhanlah yang menopang hidupku. Maka dengan rela aku mempersembahkan korban, dan memuji kebaikan-Mu, ya Tuhan. (Mzm 53:6.8)

Doa Renungan


Allah Bapa pengasih, ampunilah hamba-hamba-Mu dan limpahkanlah rahmat-Mu kepada kami. Teguhkanlah iman, harapan dan cinta kasih kami, agar kami tetap mengabdi-Mu dan setia mematuhi kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan (12:13.16-19)

"Apabila mereka berdosa, Kauberi kesempatan untuk bertobat."

Selain Engkau, tidak ada Allah yang memelihara segala-galanya, sehingga Engkau harus membuktikan kepadanya bahwa Engkau menghukum dengan adil. Asas keadilan-Mu adalah kekuatan-Mu, dan karena berdaulat atas semuanya maka Engkau bersikap lunak terhadap segala sesuatu. Kekuatan-Mu hanya Kauperlihatkan apabila orang tak percaya akan kepenuhan kuasa-Mu, orang yang berani menentang kekuasaan-Mu Kaupermalukan. Tetapi, meskipun Engkau Penguasa yang kuat, Engkau mengadili dengan belas kasihan, dan dengan sangat murah hati memperlakukan kami. Sebab kalau mau, Engkau dapat berbuat apa saja. Dengan berlaku demikian Engkau mengajar umat-Mu bahwa orang benar harus sayang akan manusia. Anak-anak-Mu Kauberi harapan yang baik ini: Apabila mereka berdosa, Kauberi kesempatan untuk bertobat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim
Ayat. (Mzm 86:5-6.9-10.15-16a; Ul: lih 5a)

1. Ya Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni, kasih setia-Mu berlimpah bagi semua yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan dan perhatikanlah suara permohonanku.
2. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan; mereka akan memuliakan nama-Mu: Tuhan, sungguh besarlah Engkau! Engkau melakukan keajaiban-keajaiban hanya Engkaulah Allah!
3. Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah pengasih dan penyayang, Engkau sabar dan berlimpah kasih setia. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8:26-27)

"Roh berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."

Saudara-saudara, Roh membantu kita dalam kelemahan kita. Sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelami hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah berdoa untuk orang-orang kudus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Mzm 11:25)
Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:24-30/43)

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba."


Sekali peristiwa Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak, kata-Nya, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, tampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba Tuan ladang itu dan berkata kepadanya, "Tuan, bukankah benih baik yang Tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manakah lalang itu?' Jawab Tuan itu, 'Seorang musuh yang melakukannya!' Lalu berkatalah hamba-hamba itu, 'Maukah Tuan supaya kami pergi mencabuti lalang itu?' Tetapi ia berkata, 'Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabuti lalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, 'Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berbekas-bekas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku.!'"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

BENIH YANG BERHASIL DAN LALANG YANG MANDUL

Rekan-rekan yang budiman!
Petikan yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI A tahun ini memuat tiga perumpamaan mengenai Kerajaan Surga: lalang dan gandum (Mat 13:24-30); sesawi (13:31-32), dan ragi (13:33-35) diikuti dengan penjelasan Yesus mengenai perumpamaan yang pertama khusus bagi murid-muridnya (13:36-43). Rangkaian seperti ini juga terdapat dalam petikan Minggu lalu (Mat:1-23), yakni perumpamaan mengenai penabur serta penjelasannya kepada murid-muridnya. Di situ diperlihatkan betapa rapuhnya benih Kerajaan Surga. Oleh karenanya perlu ada tanah yang cocok serta penggarapan yang sungguh agar dapat bertumbuh dan berbuah. Petikan hari ini memperlihatkan sisi-sisi lain. Lalang yang tumbuh bersama dengan gandum menggarisbawahi daya-daya gelap tidak sertamerta tersingkir dari kehidupan orang beriman. Kerajaan Surga juga seumpama sesawi dan ragi. Walaupun pada awalnya kecil dan sedikit, nanti bila tumbuh dan berkembang akan menaungi dan merasuki banyak orang. Para pendengar diajak menarik hikmat dari perumpamaan-perumpamaan itu untuk membaca kembali iman dalam mengikuti Yesus.

DI ANTARA KEKUATAN-KEKUATAN GELAP

Perumpamaan mengenai benih lalang yang ditaburkan musuh di ladang gandum menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan gelap masih tetap membayangi orang-orang yang sudah mau menerima kehadiran ilahi. Sekaligus ditegaskan bahwa keadaan ini nanti akan berakhir. Satu saat yang gelap akan dipisahkan dari yang terang.

Dalam perumpamaan ini diceritakan satu saat para penggarap ladang ("hamba-hamba") melapor kepada pemilik bahwa ada lalang tumbuh di situ padahal sang pemilik kan hanya menabur benih baik, yakni benih gandum. Pendengar sebelumnya sudah mendengar bahwa pada malam hari seorang musuh menyebarkan bibit lalang, namun para penggarap belum tahu. Yang empunya ladang tetap tenang. Ia sadar apa yang terjadi dan memberitahu para penggarap bahwa ada lawan yang menabur lalang di situ. Para penggarap ladang mau segera mencabuti lalangnya. Dan memang biasanya ladang sering disiangi dan dibersihkan dari tetumbuhan lain. Tetapi dalam perumpamaan ini pemilik mencegah. Aneh! Sikap pemilik itu bukan seperti yang biasa terjadi.

Pendengar yang tahu seluk beluk penggarapan ladang juga segera merasa ada yang tak wajar. Lalang biasanya segera dicabuti, juga bila tumbuh lagi. Semakin aneh lagi, alasannya ialah agar gandum tak ikut tercabut. Mana mungkin! Para penggarap kan tahu betul mana lalang dan mana gandum. Kadang-kadang terdengar tafsiran bahwa jenis lalang yang dibicarakan di sini boleh jadi amat mirip dengan gandum sehingga resiko yang diungkapkan pemilik tadi jadi lebih masuk akal. Namun penjelasan seperti ini sebetulnya dicari-cari dan malah memiskinkan perumpamaan tadi. Dalam perumpamaan wajar ada hal yang mengusik dan tak langsung terasa klop. Justru unsur itulah yang dapat membuat orang berpikir lebih lanjut. Oleh karena itu lebih baik kita biarkan saja keanehan pemilik ladang tadi. Ia melarang para penggarap ladang itu melakukan pembersihan. Tentu para penggarap akan bertanya-tanya terus. Pendengar akan dapat ikut menikmati ajaran perumpamaan ini bila bersedia membiarkan keanehan tadi.

Kekuatan jahat memang terasa mengancam. Dan tidak dapat disangkal adanya. Yang bisa dilakukan ialah belajar mengenali gerak geriknya. Manusia kiranya juga tak bakal mampu meniadakannya dengan kekuatan sendiri. Nanti akan dijelaskan kepada para murid bahwa lalang ialah orang-orang yang memihak yang jahat. Mereka itu disemai oleh Iblis sendiri. Iblis juga pernah menggoda Yesus tanpa hasil, dan kini Yesus mengajar murid-muridnya agar tahu cara-cara yang dipakai Iblis mengeruhkan keadaan. Para murid dapat belajar menjadi semakin mampu juga membedakan yang baik dari buruk.

ADA AKHIRNYA, NAMUN OLEH SIAPA?


Pemilik ladang berkata, biarkan lalang dan gandum terus tumbuh sampai panenan. Baru saat itu ia sendiri akan menyuruh para penuai - bukan penggarap yang tadi datang melaporkan adanya lalang - untuk memisahkan lalang dari gandum. Dalam penjelasannya nanti, Yesus mengatakan bahwa para penuai itu ialah malaikat (ayat 39). Dengan kata lain, kekuatan dari langit sendirilah yang akan membasmi yang jahat. Bukan penggarap yang ada di dunia.

Yang terjadi pada musim panen pada akhir zaman dapat menerangkan mengapa pemilik membiarkan lalang tumbuh dan malah melarang penggarap mencabutinya. Pemilik yang tadi menaburkan benih baik tetap tampil sebagai tokoh berwibawa dan tahu apa yang bakal dilakukannya. Ladangnya tak bakal rusak. Panenannya pasti. Ia tidak tergoda bereaksi sesaat meskipun mendapat laporan ada lalang tumbuh di sela-sela gandum. Ia tahu ada pengganggu. Dan ia mengajak para penggarap mengenali gerak gerik musuh pengganggu dan tidak terjerumus ikut bermain dengannya tanpa sadar.

Siapakah tokoh itu? Dalam penjelasan kepada para murid, diterangkan bahwa pemilik yang menaburkan benih baik itu ialah Anak Manusia. Ungkapan ini menunjuk kepada diri Yesus sendiri sebagai dia yang telah mendapat kuasa ilahi sepenuhnya untuk mengurus jagat ini. Boleh kita ingat kembali sosok serupa Anak Manusia dalam penglihatan Dan 7:13-14 yang datang ke hadapan Yang Mahatinggi ("Yang Lanjut Usia") untuk menerima kekuasaan dan kemuliaan yang kekal dan "kerajaannya ialah kerajaan yang tak akan musnah". Para murid akan langsung menangkap rujukan kepada tokoh dalam Kitab Daniel ini. Yesus yang mereka ikuti itulah Anak Manusia ini! Untuk apa waswas? Lalang tak lagi berarti apa-apa baginya. Di hadapan tokoh seperti ini kenyataan yang jahat macam apa pun tak lagi bisa menggoncang. Tak perlu berusaha menyiangi lalang menyingkirkan keburukan. Serahkan padanya! Lebih bijaksana berupaya menyadari diri sebagai benih baik dan tumbuh sebaik-baiknya sampai bisa dituai hasilnya. Dalam penjelasan nanti, benih ini disebut "anak-anak Kerajaan", artinya orang-orang yang hidup dalam naungan kuasa Anak Manusia menurut Kitab Daniel tadi. Kerajaannya tak bakal musnah. Para murid boleh merasa tenteram meski hidup di sela-sela lalang, yakni "anak-anak si jahat" yang berasal dari Iblis sendiri. Orang tak diminta memandang diri sebagai yang ditugasi memerangi yang jahat. Yang akan mengakhiri yang jahat itu kekuatan dari atas sana. Orang hanya diminta semakin menjadi diri sendiri: benih yang baik, menjadi anak-anak kerajaan.

Mereka juga disebut orang-orang benar yang akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka (ayat 43). Inilah hidup orang yang mau mengikuti dan memihak pada Anak Manusia. Pusat perhatian bukan pada mencabuti lalang kegelapan, tetapi pada tindakan ikut mengujudkan karya Anak Manusia sendiri. Inilah panggilan para murid. Inilah yang hendak diajarkan kepada orang banyak juga. Inilah spiritualitas budi jernih, bukan sikap rohani yang mau memerangi apa-apa yang dirasa tak beres.

SESAWI DAN RAGI SAJA BEGITU, APALAGI KERAJAAN SURGA!


Kerajaan Surga juga diumpamakan dengan biji sesawi yang meskipun terkecil dari antara biji-bijian (ayat 32) bisa menjadi pohon yang rindang. Jalan pikirannya begini. Bila biji sekecil itu saja bisa tumbuh besar menjadi pohon yang menaungi burung-burung, apalagi benih Kerajaan Surga, pasti dapat tumbuh menaungi siapa saja. Ini penyampaian dengan cara "a fortiori". Begitu pula perumpamaan mengenai ragi yang diambil dan diadukkan ke dalam tepung (ayat 33). Meski tak kelihatan, dayanya segera merasuki ke mana saja, bahkan dapat membuat 40 liter tepung berkembang. Nah, bila ragi saja punya kekuatan seperti itu, apalagi Kerajaan Surga, pasti akan lebih mampu mengembangkan siapa saja yang bersentuhan dengannya sekalipun tak terlihat jelas! Memahami perumpamaan sesawi dan ragi dengan cara ini dapat membuat orang semakin memahami betapa besar dan kuatnya Kerajaan Surga yang diwartakan Yesus.

TETAP BERPIJAK DI BUMI YANG NYATA


Meskipun demikian hidup berdekatan dengan utusan Yang Ilahi sendiri juga tetap perlu mengakui adanya kenyataan yang jahat. Tak bijaksana bila orang berupaya meniadakan yang jahat begitu saja dengan kekuatan sendiri. Salah-salah akan terkecoh. Yang bisa dijalankan ialah membawakan perkara ke pemilik. Dia akan menanggapinya dengan bijaksana. Dan boleh kita belajar dari dia. Perjalanan yang semakin memisahkan yang baik dari yang buruk sudah mulai dan akan berakhir. Tetapi yang melaksanakan pemisahan ialah Anak Manusia. Dia yang telah mendapat kuasa ilahi itu akan datang dengan kekuatan-kekuatan surgawi. Tugas orang benar? Ya hidup sebagai orang benar, tumbuh sebagai benih baik dan tidak berubah rupa jadi lalang dan mandul seperti mereka! Itulah kekuatan Kerajaan Surga yang tumbuh seumpama sesawi dan yang menjadi ragi bagi dunia.

Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy