| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

PESAN PRAPASKAH KEPAUSAN 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan"

"Marilah kita saling memperhatikan
supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik"

(Ibr. 10:24)

Saudara-saudari terkasih,

Masa Prapaska ini sekali lagi memberi kita suatu kesempatan untuk merefleksikan jantung kehidupan kristiani: amal kasih. Masa ini merupakan saat yang tepat untuk memperbarui perjalanan iman kita, baik secara perseorangan maupun sebagai suatu komunitas, dengan bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Perjalanan ini adalah perjalanan yang ditandai dengan doa dan saling berbagi, dengan keheningan dan puasa, sebagai antisipasi dari kegembiraan Paska.

Pada tahun ini saya ingin mengedepankan beberapa gagasan dalam terang sebuah kutipan singkat dari Alkitab yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani: "Marilah kita saling memperhatikan, supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik". Kata-kata ini adalah bagian dari sebuah perikop di mana Penulis Kudus menasehati kita untuk menaruh kepercayaan kepada Yesus Kristus, sebagai Sang Imam Agung, yang telah memperolehkan bagi kita pengampunan dan membuka jalan menuju Allah. Memeluk Kristus menghasilkan buah dalam suatu kehidupan yang didasarkan atas tiga keutamaan ilahi: hal itu berarti mendekat kepada Tuhan "dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh" (ay. 22), sambil tetap "teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan" (ay. 23), sambil tetap memperhatikan untuk menghayati suatu kehidupan "dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (ay. 24), bersama-sama dengan saudara dan saudari kita. Penulis surat itu menegaskan, bahwa untuk mempertahankan hidup ini tetap terbentuk oleh Injil, pentinglah mengambil bagian dalam liturgi dan doa bersama, sambil tetap mengingat tujuan eskatalogis yakni persekutuan penuh dengan Allah (ay. 25). Di sini saya ingin merenungkan ay. 24 yang memberikan kepada kita sebuah ajaran singkat, berharga dan tepat waktu tentang tiga aspek dalam kehidupan kristiani: perhatian kepada orang lain, saling membantu dan kekudusan pribadi.

1. "Marilah kita saling memperhatikan": tanggungjawab terhadap saudara dan saudari kita.

Aspek yang pertama ini adalah sebuah ajakan untuk "memperhatikan": kata Yunani yang dipergunakan di sini adalah katanoein, yang berarti ‘menyelidiki', ‘menaruh perhatian', ‘memperhatikan dengan cermat' dan ‘memperhitungkan sesuatu'. Kita menjumpai kata ini di alam Injil ketika Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk "memperhatikan" burung-burung gagak yang, meskipun tidak berusaha, tetap berada di pusat perhatian dan pemeliharaan Penyelenggaraan Ilahi (bdk. Luk. 12:24), dan untuk "memperhatikan" balok di mata kita sendiri sebelum kita melihat selumbar yang ada di mata saudara kita (bdk. Luk. 6:41). Dalam sebuah ayat lain dari Surat kepada orang Ibrani ini kita mendapatkan anjuran untuk "memandang Yesus, Rasul dan Imam Besar yang kita akui" (3:1). Demikianlah kata-kerja yang mengantar ajakan kita ini mengatakan kepada kita untuk melihat orang lain, pertama-tama kepada Yesus, untuk memperhatikan satu sama lain, dan untuk tidak tinggal terasing dan acuh-tak-acuh terhadap nasib saudara-saudari kita. Namun demikian, sangat sering sikap kita justru yang sebaliknya: suatu sikap auch-tak-acuh dan tidak ada perhatian karena perasaan egoisme dan diberi topeng sebagai penghormatan terhadap privasi. Dewasa ini pun suara Tuhan meminta kita untuk menjadi "penjaga" bagi saudara dan saudari kita (Kej, 4:9), untuk membangun relasi yang didasarkan atas saling mengingat dan saling menaruh perhatian kepada kesejahteraan, kesejahteraan yang integral dari orang lain. Perintah agung untuk saling mengasihi satu sama lain menuntut bahwa kita mengakui tanggungjawab kita terhadap mereka yang, seperti diri kita sendiri, adalah ciptaan dan anak-anak Allah. Menjadi saudara dan saudari dalam kemanusiaan, dan sering juga malah sebagai saudara-saudari dalam iman, seharusnya membantu kita untuk mengenal di dalam diri sesama kita suatu "saya yang lain" (alter ego), yang juga dikasihi Tuhan secara tidak terhingga. Apabila kita memupuk cara pandang seperti ini terhadap saudara dan saudari kita itu, maka solidaritas, keadilan, belas-kasihan dan bela-rasa akan dengan sendirinya memancar dari dalam hati kita. Hamba Allah Paus Paulus VI menegaskan, bahwa dunia kita dewasa ini sedang menderita terutama kekurangan rasa persaudaraan: "Masyarakat manusia sedang menderita sakit keras. Penyebabnya bukan pertama-tama karena menipisnya sumber-sumber daya alam, bukan pula karena pengaturannya yang dilaksanakan secara monopoli oleh segelntir orang-orang yang diistimewakan saja, tetapi terutama karena semakin melemahnya ikatan persaudaraan manusiawi di antara pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa" (Populorum Progressio, 66).

Memperhatikan sesama berarti juga menghendaki yang baik bagi mereka itu dalam segala bidang: bidang jasmani, bidang moril dan bidang rohani. Budaya kontemporer kita ini sepertinya sudah kehilangan rasa terhadap yang baik dan yang jahat, kendatipun ada suatu kebutuhan yang nyata untuk menegaskan kembali, bahwa kebaikan sungguh ada dan akan menang, karena Allah "murah hati dan bertindak dengan murah hati juga" (Mzm. 119:68). Kebaikan adalah apa saja yang memberi, melindungi dan mengembangkan kehidupan, persaudaraan dan persekutuan. Maka tanggungjawab terhadap sesama berarti menghendaki dan bekerja bagi kebaikan orang lain, dengan harapan, bahwa merekapun akan suka menerima kebaikan itu bersama dengan tuntutan-tuntutannya. Memperhatikan orang lain berarti menyadari kebutuhan-kebutuhannya. Kitab Suci mengingatkan kita akan bahaya, bahwa hati kita akan dikeraskan oleh semacam "anestesi rohani", yang membuat kita mati-rasa terhadap penderitaan orang lain. Penginjil Lukas mengisahkan dua dari perumpamana-perumpamaan Yesus sebagai contohnya.

Dalam perumpaan tentang seorang Samaria yang baik, imam dan orang Lewi itu "melewati dari seberang jalan" dengan sikap acuh-tak-acuh terhadap kehadiran orang yang dirampok habis-habisan dan dipukuli oleh penyamun (lih. Luk. 10:30-32). Dan dalam perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus, si kaya itu tidak mengindahkan kemiskinan Lazarus yang hampir mati kelaparan tepat di depan pintu rumahnya (lih.Luk. 16:19). Kedua perumpamaan itu menunjukkan contoh yang sebaliknya dari "menaruh perhatian", sambil melihat orang lain dengan kasih dan bela-rasa. Lalu apa yang menghalangi kita memandang saudara-saudari kita dengan pandangan kemanusiaan dan penuh kasih itu? Sering penyebabnya adalah memiliki banyak kekayaan material dan rasa ketercukupan, akan tetapi bisa juga kecenderungan untuk menempatkan kepentingan dan masalah kita sendiri di atas semua yang lain. Kita tidak pernah boleh merasa tidak mampu "menunjukkan belas-kasih" kepada mereka yang menderita. Hati kita tidak pernah boleh tertutup oleh urusan dan masalah-masalah kita sendiri sedemikian, sehingga tidak mampu mendengarkan jeritan kaum papa. Kerendahan hati serta pengalaman pribadi sendiri atas penderitaan dapat membangkitkan di dalam diri kita perasaan bela-rasa dan simpati, "Orang benar mengetahui hak orang lemah, tetapi orang fasik tidak mengertinya" (Ams. 29:7). Maka kita bisa memahami sabda bahagia bagi mereka "yang berduka-cita" (Mat 5:4), mereka yang pada akhirnya mampu melihat lebih jauh dari pada dirinya sendiri serta memiliki bela-rasa terhadap penderitaan sesamanya. Mengulurkan tangan kepada orang lain dan membuka hati kita terhadap kebutuhan mereka dapat menjadi kesempatan untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan.

"Memperhatikan satu sama lain" juga berarti menaruh perhatian kepada kesejahteraan rohani mereka. Di sini saya ingin menyebut salah satu aspek dari hidup kristiani, yang saya yakin telah cukup dilupakan: menegur secara persaudaraan dalam kaitan dengan keselamatan kekal. Dewasa ini, pada umumnya, kita merasa sangat peka terhadap gagasan tentang kasih dan pelayanan terhadap kesejahteraan jasmani dan material orang lain, tetapi kita hampir terdiam seribu bahasa mengenai tanggungjawab rohani kita terhadap saudara dan saudari kita. Padahal tidak demikian dengan Gereja Perdana atau dengan komunitas-komunitas yang sungguh-sungguh matang di dalam iman, mereka yang prihatin bukan saja terhadap kesehatan jasmani dari saudara dan saudari mereka, tetapi juga terhadap kesehatan rohani mereka serta terhadap tujuan akhir hidup mereka. Kitab Suci mengatakan kepada kita: "Kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya; berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak; ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah (Ams. 9:8ss). Kristus sendiri memerintahkan kita untuk menegur saudara kita yang berdosa (lih. Mat. 18:15). Kata-kerja yang dipergunakan untuk melukiskan teguran persaudaraan itu „Ÿelenchein„Ÿ adalah kata yang sama yang dipergunakan untuk menyatakan tugas perutusan kenabian seorang kristiani untuk berbicara melawan suatu angkatan yang melakukan kejahatan (lih, Ef. 5:11). Tradisi Gereja telah memasukkan juga "hal menegur para pendosa" ini di antara perbuatan-perbuatan kasih yang bersifat spiritual. Pentinglah memulihkan kembali dimensi kasih kristiani ini. Kita tidak boleh diam saja terhadap kejahatan. Saya ingat akan semua orang kristiani yang, hanya karena pertimbangan manusiawi atau hanya karena kecocokan dengan selera pribadi lebih mengadaptasi mentalitas yang sedang berlaku umum dari pada menegur saudara dan saudarinya untuk menentang cara berpikir dan bertindak yang bertentangan dengan kebenaran dan yang tidak mengikuti jalan kebaikan.

Teguran secara kristiani, dari pihaknya, tidak pernah dimotivasi oleh semangat menuduh atau menyalahkan. Selalulah dia digerakkan oleh cinta dan belas-kasih dan memancar keluar dari perhatian yang tulus bagi kebaikan orang lain. Seperti dikataan oleh Rasul Paulus: "Kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan" (Gal. 6:1). Dalam dunia yang dilanda dengan individualisme seperti ini, adalah sangat mendasar untuk menemukan kembali pentingnya menegur secara persaudaraan, agar supaya kita, bersama-sama dapat menempuh jalan menuju ke kesucian. Kitab Suci sendiri menyebutkan, bahwa bahkan sampai "tujuh kali orang benar jatuh" (Ams. 24:16); memang kita semua ini lemah dan tidak sempurna (lih. 1Yoh. 1:8). Oleh karena itu, sungguh merupakan suatu pelayanan yang besar membantu orang lain dan membiarkan mereka memnatu kita, sehingga kita dapat terbuka terhadap seluruh kebenran tentang diri kta sendiri, meningkatkan hidup kita dan berjalan dengan lebih tegak di jalan Tuhan. Pastilah akan senantiasa dibutuhkan adanya suatu pandangan yang mengasihi dan mengingatkan, yang memahami dan mengerti, yang penuh keprihatinan dan pengampunan (bdk. Luk. 22:61), sebagaimana Allah sendiri telah bertindak dan akan senantiasa bertindak sedemikian dengan masing-masing kita semua.

2. "Saling memperhatikan": anugerah sikap timbal-balik (resiprositas).

"Menjaga" orang lain seperti ini sungguh sangat bertentangan dengan mentalitas yang, dengan menurunkan nilai hidup secara terbatas hanya sampai pada dimensi duniawi saja, gagal untuk bisa melihatnya dalam perspektif eskatalogis dan bisa menerima pilihan moril manapun dengan mengatas-namakan kebebasan pribadi. Suatu masyarakat, seperti masyarakat kita ini, dapat menjadi buta terhadap penderitaan jasmani dan terhadap tuntutan-tuntutan yang besifat spiritual dan moral dari hidup itu. Yang seperti ini tidak boleh terjadi dalam suatu komunitas kristiani! Rasul Paulus mendorong kita untuk mengejar "apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (Rom. 14:19), demi kesejahteraan sesama kita "untuk membangunnya" (15"2), sambil mengupayakan, bukan keuntungan pribadi, melainkan "berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, supaya mereka beroleh selamat" (1Kor 10:33). Saling menegur dan mendorong seperti ini di dalam semangat kerendahan hati dan kasih, haruslah menjadi bagian dari hidup Komunitas Kristiani.

Murid-murid Tuhan, diperstukan dengan Dia melalui Ekaristi, hidup dalam persekutuan yang mengikat mereka satu sama lain sebagai anggota dari tubuh yang satu dan sama. Ini berarti bahwa orang lain adalah juga bagian dari saya, dan bahwa hidupnya, keselamatannya juga menyangkut hidup dan keselamatan saya sendiri. Di sini kita menyentuh suatu aspek yang mendalam dari persekutuan: keberadaan kita berkaitan dengan keberadaan orang lain, yang bisa membawa kebaikan, tetapi juga keburukan. Baik dosa-dosa kita maupun perbuatan-perbuatan kasih kita memiliki dimensi sosial. Saling keterikatan ini dapat dilihat di dalam Gereja, tubuh mistik Kristus: Komunitas ini senantiasa melakukan pertobatan dan mohon pengampunan bagi dosa anggota-anggotanya, tetapi juga secara jitu bersukacita di dalam contoh-contoh keutamaan dan kasih yang ada di tengah-tengahnya. Seperti dikatakan oleh Santo Paulus: "Supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1Kor. 12:25), karena kita semua membentuk satu tubuh.

Perbuatan kasih terhadap saudara dan saudari kita, „Ÿseperti terungkap misalnya dalam memberi sedekah, suatu praktek yang bersama dengan doa dan puasa, mencirikhaskan masa Prapaskah„Ÿ berakar dalam hal persekutuan bersama ini. Umat kristiani dapat juga mengungkapkan keanggotaan mereka di dalam satu tubuh yang adalah Gereja itu dengan menaruh perhatian secara konkrit kepada yang termiskin dari yang mskin. Begitu juga halnya, perhatian satu sama lain ini berarti juga pengakuan terhadap kebaikan yang diperbuat oleh Tuhan kepada sesama kita itu dan juga merupakan ucapan syukur atas mukjijat-mukjijat rakhmat yang di dalam kebaikan-Nya tetap dikerjakan oleh Allah yang Mahakuasa itu di dalam diri anak-anak-Nya. Apabila seorang kristiani melihat Roh Kudus berkarya di dalam diri orang-orang lain, mereka tidak dapat bertindak lain kecuali bersukacita dan memuliakan Bapa yang di surga itu (bdk. Mat. 5:16).

3. ‘Supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik": berjalan bersama dalam kekudusan.

Kata-kata dari Surat kepada Orang Ibrani ini (10:24) mendorong kita untuk ber-refleksi tentang panggilan kepada semua orang untuk kekudusan, yakni perjalanan yang terus-menerus dari kehidupan rohani, sementara kita mengharapkan anugerah-anugerah rohani yang lebih besar dan pada kasih yang senantiasa lebih luhur dan menghasilkan buah (bdk. 1Kor. 12:31 - 13:13). Sikap memperhatikan satu sama lain ini seharusnya memacu kita untuk semakin lama semakin mengefektifkan kasih, yang "seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari" (Ams. 4:18), membuat kita menghayati setiap hari dalam hidup kita ini sebagai antisipasi dari hari keabadian yang sedang menantikan kita di dalam Allah.

Waktu yang diberikan Allah kepada kita dalam hidup ini sungguh berharga untuk menentukan dan melaksanakan perbuatan baik dalam kasih Allah. Dengan cara demikian Gereja sendiri senantiasa berkembang menuju ke kedewasaan Kristus secara penuh (bdk. Ef. 4:13). Nasehat-nasehat yang kita berikan untuk saling mendorong satu sama lain untuk mendapatkan kepenuhan kasih dan perbuatan baik itu ditempatkan di dalam dinamika perkembangan ke masa depan.

Sayangnya, selalu saja ada godaan untuk menjadi suam-suam kuku, untuk memadamkan Roh, untuk menolak menanamkan sebagai modal talenta yang kita terima, bagi kebaikan kita sendiri dan bagi kebaikan orang lain (bdk. Mat. 25:25ss.). Kita semua telah menerima kekayaan rohani dan jasmani yang dimaksudkan untuk dipergunakan bagi pemenuhan rencana Allah, bagi kebaikan Gereja dan bagi keselamatan kita sendiri secara pribadi (bdk Luk. 12:21b.; 1Tim. 6:18). Para pakar kehidupan rohani mengingatkan kita, bahwa di dalam kehidupan beriman, mereka yang tidak mengalami kemajuan, secara tak terelakkan sama dengan mengalami kemunduran.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita terima ajakan, hari ini adalah hari yang paling tepat tiada duanya, untuk mencapai "standard yang tinggi dari hidup kristiani yang biasa itu" (Novo Millennio Ineunte, 31). Kebijaksanaan Gereja dalam mengakui dan memaklumkan orang-orang Kristiani tertentu yang menonjol sebagai Beato dan Santo juga dimaksudkan untuk memberi ilham kepada orang-orang lain untuk meneladan keutamaan-keutamaan mereka. Kepada kita Santo Paulus menasehatkan "untuk saling mendahului dalam memberi hormat" (Rom, 12:10).

Dalam dunia yang menuntut dari orang-orang Kristiani sebuah kesaksian yang terbarui akan kasih dan kesetiaan kepada Tuhan, kiranya kita semua ini merasakan mendesaknya kebutuhan untuk saling mendahului dalam amal-kasih, pelayanan dan perbuatan baik (bdk. Ibr. 6:10), Tuntutan ini secara khusus sungguh mendesak dalam masa kudus untuk mempersiapkan Paskah ini. Sambil mempersembahkan dalam doa harapan saya agar masa Prapaskah ini menjadi masa yang terberkati dan berbuah limpah, saya menyerahkan kalian semua dalam pengantaraan Bunda Maria tetap Perawan dan dengan tulus hati saya berikan kepada kalian semua Berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 3 November 2011

Benediktus XVI, Paus




http://mirifica.net/artDetail.php?aid=7383

Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Agung Jakarta

“DIPERSATUKAN DALAM EKARISTI, DIUTUS UNTUK BERBAGI”

Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1. Bersama – sama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang kita memasuki masa Prapaskah. Rupanya pada tahun ini masa Prapaskah tiba amat cepat. Masa Natal yang lalu juga terasa amat singkat, lebih singkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mungkinkah ini merupakan isyarat bagi kita semua,untuk membaharui semangat dan gaya hidup kita : dari semangat dan gaya hidup yang ditandai pesta-pesta (=masa Natal yang pendek) menuju semangat dan gaya hidup yang semakin terlibat, berbelarasa dan rela bermati raga (=masa Prapaskah yang cepat tiba) demi sekian banyak Saudari-saudara kita sebangsa setanah air yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir?

Saudari-saudara kita ini karena berbagai macam alas an terpaksa hidup tidak sesuai dengan martabatnya sebagai pribadi manusia, citra Allah. Suatu pertanyaan yang menantang kita semua sebagai murid-murid Yesus Kristus untuk kita jawab secara pribadi, dalam keluarga, komunitas dan bersama-sama sebagai warga Keuskupan Agung Jakarta.

2. Melalui nabi Yesaya Tuhan bersabda, “Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh … Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes 43:19.20). Sabda ini ditujukan kepada umat Allah Perjanjian Lama yang berada dalam pembuangan. Mereka berada jauh dari tanah air mereka, sangat menderita lahir dan batin. Dalam keadaan terbuang, sebagian dari mereka berpikir tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan karena ternyata Dia tidak bisa membela Umat-Nya terhadap musuh yang telah mengalahkan mereka. Selain itu tidak sedikit dari antara mereka yang merasa dosa mereka terhadap Tuhan sudah terlalu besar, sehingga Tuhan tidak akan memberika kesempatan baru lagi. Namun dalam perjalanan waktu ternyata banyak dari antara mereka yang berhasil merebut kedudukan dalam kehidupan politik, social maupun ekonomi. Keberhasilan ini membuat mereka lupa atau tidak mau mengingat lagi bahwa mereka adalah umat terpilih yang seharusnya hidup berdasarkan janji Allah. Secara sederhana bisa dikatakan, ketika mereka mempunyai segala-galanya, mereka kehilangan jati diri dan cita-cita sebgai umat terpilih.

3. Namun tidak semua warga Umat Allah Perjanjian Lama seperti itu. Dari antara mereka ada sekelompok kecil yang bertahan, dan kendati menderita, iman mereka tidak goyah. Dengan sengaja mereka tidak mengejar keberhasilan lahiriah di tanah pembuangan. Mereka terus membangun hidup di atas dasar janji-janji Allah. Mereka inilah yang disebut “sisa Israel”. Kelompok ini mempunyai sejarah yang panjang,. Ketika umat Allah Perjanjian Lama berpaling dari Tuhan dan menyembah berhala, mereka tetap setia (1 Raj 19:10.14.18). Ketika mereka diijinkan kembali dari pembuangan – sementara sebagian besar tidak mau menggunakan kesempatan ini karena sudah nyaman tinggal di negeri asing – mereka kembali ke tanah terjanji untuk membangun kembali masa depan mereka di atas puing-puing kehancuran. Kelompok mereka kecil – maka disebut “sisa Israel” – namun mereka yakin bahwa jati diri mereka sebagai umat yang dipanggil secara istimewa oleh Allah, tidak terletak pada penampilan lahiriah, melainkan pada cita-cita dan harapan yang mereka sandarkan pada janji Allah. Mereka ini bagaikan tunggul dan sebagaimana dikatakan oleh Nabi Yesaya, “ Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (11:1; 53:2). Mereka inilah yang akan menghidupkan kembali harapan baru yang oleh nabi Yesaya disebut dengan kiasan sebagai “jalan di padang gurun … sungai-sungai di padang belantara” (43:19). Mereka ini pulalah yang disebut umat yang “Kubentuk bagi-Ku yang akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes 43:21). Dalam suratnya kepada jemaat Roma Rasul Paulus menegaskan keberadaan kelompok ini : “ Demikian juga pada waktu ini tinggal satu sisa, menurut pilihan kasih karunia” (11:15). Dalam bahasa sehari-hari kita sekarang, mereka disebut “komunitas kontras” atau “komunitas alternatif”.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

4 Sebagai murid-murid Kristus, sebagai warga Gereja Katolik, kita pun mempunyai jati diri yang sangat istimewa dan khusus. Jati diri kita adalah Ekaristi, yang kita imani sebagai sumber dan puncak hidup Kristiani (bdk LG 11). Maksudnya, sebagaimana roti Ekaristi diambil, diberkati, dipecah-pecah dan dibagi-bagi, kita pun adalah pribadi-pribadi yang dipilih oleh Allah, diberkati agar dapat dipecah-pecah yang dibagi-bagi bagi dunia. Inilah jati diri kita. Atas dasar keyakinan inilah dirumuskan tema Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Jakarta 2012 : “Dipersatukan Dalam Ekaristi – Diutus Untuk Berbagi”. Dengan pedoman tema Aksi Puasa Pembangunan ini, kita bersama-sama ingin mewujudkan atau mengaktualisasikan jati diri kita.

5. Perayaan Ekaristi terdiri dari empat bagian. Bagian pembuka mengajak kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari umat manusia yang terpecah-pecah karena dosa. Maka kita mengawali Perayaan Ekaristi dengan mengakui dosa-dosa kita – bukan hanya dosa pribadi kita, melainkan dosa umat manusia. Ibadat Sabda memberi kesempatan penuh rahmat kepada kita yang berhimpun untuk membaca dan mengartikan keadaan hidup kita itu dalam terang Sabda Allah. Sabda Allah yang kita dengarkan bukanlah sekedar informasi yang diteruskan (=informatif), melainkan kekuatan yang membangun dan mempersatukan (=informatif dan transformatif). Dengan memasuki Liturgi Ekaristi, kita diikutsertakan dalam karya penyelamatan Allah yang memulihkan segala sesuatu dalam sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Bagian ini bermuara pada komuni – dari kata communio yang secara harafiah berarti persatuan. Itulah buah utama karya penyelamatan Allah, yaitu bahwa kita dipersatukan kembali : yang terpisah dihimpun kembali. Setelah dipulihkan dan dipersatukan, menyusul perutusan, yang merupakan bagian terakhir dari Perayaan Ekaristi. Kita diutus untuk berbagi kehidupan.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

6. Bersama-sama dengan para imam, saya pribadi sangat bersyukur karena boleh melayani umat Keuskupan Agung Jakarta ini. Amat sangat banyak kisah mengenai kerelaan berbagi dan kemurahan hati umat Keuskupan Agung Jakarta dalam berbagai wujudnya : baik yang ditulis maupun tidak ditulis, baik yang diceritakan ataupun tidak diceritakan, baik yang yang ditujukan kepada umat sendiri ataupun masyarakat yang lebih luas, baik untuk keperluan-keperluan di Keuskupan Agung Jakarta sendiri maupun bagi wilayah-wilayah gerejawi yang lain yang tersebar di seluruh nusantara, baik yang dijalankan bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Peranan para Ibu / Bapak / Suster / Bruder / Frater / adik-adik kaum muda, anak-anak dan remaja dalam hal ini ikut menetukan wajah Gereja Keuskupan Agung Jakarta : Gereja yang memancarkan kasih, kebaikan dan kemurahan hati Allah. Terima kasih tak terhingga atas kebaikan, kemurahan hati dan kerelaan Anda sekalian untuk berbagi kehidupan.

7. Sementara itu kita semua tahu bahwa peran seperti ini tidak akan pernah selesai kita jalankan dan menantang kita semua untuk semakin kreatif mencari bersama-sama bentuk-bentuknya yang baru. Semoga semangat Ekaristi yang kita gali dan dalami selama Tahun Ekaristi ini memberikan inspirasi dan kekuatan kepada kita semua untuk membangun jati diri kita sebagai “ komunitas Ekaristi”, “komunitas alternatif” atau “komunitas kontras” yang terus berkembang karena dipersatukan dalam Ekaristi dan diutus untuk berbagi. Semoga dengan demikian kita sungguh menjadi umat yang selalu memberitakan kebaikan dan kasih Allah (bdk.Yes 43:21). Semoga berkat kekuatan Allah kita berkembang dalam kemurahan hati dan kerelaan berbagi yang – siapa tahu – membuat orang lain akan berkata, “Yang begini belum pernah kita lihat” (Mrk 2:12). Salam dan semoga Anda semua, keluarga-keluarga dan komunitas Anda selalu dilimpahi berkat, perlindungan dan damai sejahtera.



Jakarta, Februari 2012





+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Kobus: Mudah (Mrk 2:1-12)

Minggu, 19 Februari 2012 Hari Minggu Biasa VII

Minggu, 19 Februari 2012
Hari Minggu Biasa VII

Lewat Kristus kita dapat mempersembahkan kurban yang hidup dan suci, yang berkenan kepada Allah --- St Fulgensius dari Ruspe


Antifon Pembuka (Mzm 12:6)


Tuhan, aku percaya akan kasih setia-Mu, hatiku bergembira karena Engkau menyelamatkan daku. Aku bernyanyi bagi-Mu karena kebaikan-Mu kepadaku.


Doa Renungan


Allah Bapa kami yang maharahim, demikian besar cinta kasih-Mu kepada kami, sehingga selalu bersedia mengampuni dosa-dosa. Ingatkanlah kami senantiasa bahwa kebaikan dan kekuasaan-Mu itu telah Kaupercayakan kepada Gereja-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.


Bacaan dari Kitab Yesaya (43:18-19.21-22.24b-25)


Beginilah firman Tuhan, "Janganlah mengingat-ingat hal yang dahulu dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh; belumkah kami mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku. Sungguh, engkau tidak memanggil Aku, hai Yakub, dan engkau tidak bersusah-susah demi Aku, hai Israel. Engkau memberati Aku dengan dosamu, engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu. Camkanlah, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, la = d, 4/4, PS 818

Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Ayat. (Mzm 41:2-3.4-5.13-14; Ul: 5b)

1. Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! Tuhan akan meluputkan dia pada waktu celaka. Tuhan akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya.
2. Tuhan membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkan dia sama sekali dari sakitnya. Kalau aku, kataku, "Tuhan, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!"
3. Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya!

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1:18-22)


Saudara-saudara, demi Allah yang setia janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak". Sebab Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu oleh aku, Silwanus dan Timotius, bukanlah serentak "ya" dan "tidak"; di dalam Dia hanya ada "ya". Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. Sebab Allahlah yang telah meneguhkan kami bersama kamu dalam Kristus. Dia pulalah yang telah mengurapi kita serta memeteraikan tanda milik-Nya atas kita. Dialah yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan atas semua yang telah disediakan untuk kita.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, la = e, 4/4 PS 958

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 4:18-19)
Tuhan mengutus Aku, menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin dan memberitakan pembebasan kepada orang tawanan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (2:1-12)

Selang beberapa hari sesudah Yesus datang ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Yesus memberitakan sabda kepada mereka, beberapa orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya ke hadapan Yesus karena orang banyak itu. Maka mereka membuka atap yang di atas Yesus. Sesudah atap terbuka, mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Melihat iman mereka, berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ duduk juga beberapa ahli Taurat. Mereka berpikir dalam hati, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah! Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Tetapi Yesus langsung tahu dalam hati-Nya bahwa mereka berpikir demikian; maka Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh itu ‘Dosamu sudah diampuni’ atau mengatakan ‘Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah’? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa.” – lalu berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu - : “Kepadamu Kukatakan: Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu, dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya, dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu. Mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya, “Yang seperti ini belum pernah kita lihat!”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Rekan-rekan yang baik!

Seperti dikisahkan di dalam Mrk 2:1-12, Yesus kini kembali berada di Kapernaum. Di sebuah rumah tempat ia menguraikan Alkitab oang-orang berjejal mendengar dan melihatnya. Pada kesempatan itu seorang lumpuh datang digotong empat orang. Tapi karena jalan masuk penuh orang, mereka membongkar atap dan menurunkan tikar tempat orang itu berbaring. Melihat kepercayaan mereka, Yesus berkata kepada si lumpuh, "Nak, dosa-dosamu sudah diampuni!" Beberapa ahli Taurat yang sedang duduk di situ merasa kurang enak. Siapa selain Allah dapat mengampuni dosa! Yesus mengetahui apa yang mereka pikirkan dan menanyai mereka, mana yang lebih mudah mengatakan dosa-dosamu diampuni atau bangun, angkat tikarmu dan berjalanlah?


KETEGANGAN


Petikan ini adalah yang pertama dari lima kisah mengenai ketegangan antara Yesus dengan para pemimpin dalam Mrk 2:1-3:6. Kisah-kisah ini dimaksud untuk menunjukkan bagaimana para pemimpin tidak bersedia menerima Yesus dan bahkan semakin memusuhinya. Sekaligus digambarkan bagaimana orang banyak semakin menyambutnya. Secara tidak langsung diungkapkan bagaimana para pemimpin semakin menjauh dari umat. Minggu lalu diutarakan bagaimana para imam tidak lagi biasa menjalankan wewenang untuk menyatakan orang kusta sembuh sehingga diterima kembali dalam masyarakat. Orang kusta itu malah minta agar Yesus jugalah yang menyatakannya sembuh. Jadi wewenang mereka kini dijalankan Yesus. Dalam kisah penyembuhan orang lumpuh kali ini ada hal yang mirip. Para ahli Taurat kurang senang mendengar Yesus mengeluarkan kata-kata mengampuni orang tadi. Mereka berpegang pada pendapat bahwa dosa hanya dapat diampuni oleh Allah. Tapi mereka tidak mau melihat jalan apa yang dipakai Allah untuk memberi pengampunan. Para ahli Taurat menutup pikiran mereka sendiri. Inilah keadaan yang digambarkan Markus pada tahap-tahap awal Yesus mulai dikenal orang sebagai yang membawakan kehadiran Allah dengan cara baru.


MEMBONGKAR ATAP

Marilah kita ikuti kisah Markus mengenai kejadian ini. Apa yang bakal terjadi bila orang membongkar atap seperti diceritakan di sini? Meski atap rumah di sana mudah dibongkar, pasti banyak kepingan tanah kering dan ranting yang berjatuhan. Orang-orang yang berjejal mengerumuni Yesus di dalam rumah pasti jadi ribut dan menyingkir. Tapi tak disebutkan demikian. Perhatian lebih dipusatkan pada usungan yang diturunkan. Orang-orang yang ikut menyaksikan ini juga mereka yang sebetulnya memenuhi jalan sehingga orang lumpuh tadi tak dapat masuk. Ada semacam ironi. Jalan ke arah Yesus terhalang olah orang-orang yang berhasil mendapat tempat walaupun mereka tidak mempunyai kebutuhan mendesak. Orang yang sungguh membutuhkan dia saat itu tidak dapat masuk! Apa ini semacam analisis mengenai keadaan umat waktu itu? Dalam hati kecil, pembaca zaman sekarang mungkin juga melihat kelembagaan di kalangan umat yang acap kali tidak memudahkan orang maju. Tetapi tak usah kita berhenti di situ dan marilah kita perhatikan kisah selanjutnya.


Ada orang-orang yang berusaha sebisanya, dengan cara yang tidak biasa: membongkar atap. Tidak kita ketahui siapa orang-orang itu. Tetapi Markus memberitahukan bahwa Yesus "melihat iman mereka" (ay. 5). Dari teks Injil, jelas kata "mereka" di sini merujuk kepada empat orang yang menggotong orang lumpuh dan membongkar atap tadi. Apakah Markus hendak mengatakan bahwa iman orang-orang yang membawa si lumpuh itulah yang mendatangkan kesembuhan bagi si lumpuh? Pokok ini dapat dijadikan bahan pendalaman bagi orang zaman ini juga. Lebih menarik lagi bila diamati bahwa dalam kisah ini sebenarnya Yesus-lah yang menghubungkan iman orang-orang tadi dan keadaan si lumpuh. Ia melihat iman empat orang ini, tetapi ia berbicara kepada si lumpuh yang dibawa ke hadapannya oleh orang-orang tadi.


DISAPA OLEH YESUS


Orang lumpuh itu disapa dengan kata "Nak!". Tidak dikatakan Yesus "iba hati", atau "kesal", seperti dalam teks Minggu lalu ketika ia menghadapi orang kusta (Mrk 1:41). Kini Markus membiarkan pembaca membayangkan apa yang dirasakan Yesus. Dengan demikian pembaca akan belajar kenal dengannya sendiri. Bagaimanapun juga, sapaan "Nak!" tadi, baik dalam bahasa kita maupun dalam teks Markus, nadanya penuh pengertian. Yesus menyapa orang yang tak bisa berjalan, kemanusiaan yang tak utuh, ciptaan yang cacat. Keadaan orang lumpuh ini menjadi tantangan bagi orang yang percaya bahwa manusia diciptakan dalam "gambar dan rupa" Pencipta. Tapi untung masih ada orang-orang yang percaya bahwa bisa diusahakan sesuatu untuk memperbaikinya. Inilah iman yang dilihat Yesus. Inilah yang membuatnya berani mengatakan "Nak, dosa-dosamu sudah diampuni!" Apa yang dipikirkannya? Sebagai orang zaman itu, tentunya baginya kelumpuhan itu tampil sebagai pekerjaan kekuatan-kekuatan yang membuat manusia tidak sesuai dengan maksud Penciptanya. Itulah yang disebut dengan kata "dosa-dosa" di sini. Tidak selamanya akibat kelakuan yang bersangkutan, melainkan kenyataan yang jahat yang ada di muka bumi ini. Tapi yang jelas, kekuatan-kekuatan itu tidak membatalkan iman orang-orang yang membawa si lumpuh lewat atap tadi. Iman mereka membuat Yesus bisa mengatakan kepada si lumpuh bahwa kekuatan-kekuatan yang mengikat dan melumpuhkannya bisa disingkirkan! Oleh siapa? Tak usah tergesa-gesa kita katakan oleh Yesus. Kita boleh menegaskan bahwa iman orang-orang yang dilihat Yesus itulah yang mulai melepaskan ikatan-ikatan dosa tadi. Bila begini maka Injil hari ini berisi pengajaran bagi kehidupan dalam umat. Solidaritas iman menjauhkan kekuatan-kekuatan jahat. Tapi ceritanya belum selesai.


PARA AHLI TAURAT


Pandangan pembaca kini dialihkan kepada beberapa ahli Taurat yang dikatakan "sedang duduk di situ" dan membatinkan peristiwa tadi. Bila ahli Taurat disebut "sedang duduk", artinya lebih hanya sekedar duduk biasa, melainkan ditunjukkan juga wibawa pengajarannya sebagai ahli Taurat, sebagai ahli ilmu ketuhanan. Dalam hati kini mereka mempertanyakan wewenang Yesus mengampuni dosa. Ini sikap mereka. Keberatan mereka ialah keberatan dari segi agama, keberatan dari sisi teologi resmi. Bagi mereka, Yesus ini seakan-akan mau merebut wewenang Allah mengampuni dosa. Menghujat! Para ahli Taurat ini di satu pihak melindungi kepentingan Yang Maha Kuasa, tapi di lain pihak mereka malah membatasi ruang gerak-Nya.


Markus menjelaskan bahwa Yesus mengetahui yang dipikirkan para ahli Taurat tadi. Tak perlu kita kaitkan dengan pengetahuan luar biasa. Ini cara Markus menampilkan Yesus bagi pembaca yang sadar atau tak sadar boleh jadi ada di pihak ahli Taurat tadi. Untung diketahui sehingga bisa dibicarakan, dan kita bisa berubah pendapat, menjadi lebih terbuka. Pertanyaan Yesus, dalam rumusan bahasa sehari-hari, "Kenapa kalian berpikir ketat begitu. Mana yang lebih mudah dilakukan: berkata kepada orang lumpuh ini "dosa-dosamu sudah diampuni" atau "bangunlah, angkat tikarmu dan berjalanlah"? Ini mencerminkan pembicaraan di antara sesama ahli. Yesus juga tahu tentang Taurat, ia juga tahu cara-cara bertikai di kalangan mereka. Pertanyaan seperti itu dua ujungnya. Pertama, ditanyakan kalimat mana lebih mudah diucapkan. Kedua, ditanyakan mana kalimat yang isinya lebih mudah terjadi. Apa saja jawabannya, lawan bicara Yesus pasti tak berkutik. Bila mereka mengatakan lebih mudah mengucapkan kalimat tentang mengampuni dosa, mereka benar karena memang kalimat itu lebih pendek dan tentunya lebih mudah diucapkan. Tapi dengan demikian mereka menyatakan setuju dengan yang dikatakan Yesus yang mereka persoalkan tadi. Maka alternatifnya ialah mengatakan bahwa yang lebih mudah ialah yang lain, yang lebih panjang: menyuruh bangun, mengangkat tikar, dan menyuruh orang itu berjalan. Mereka harus memilih yang ini bila tidak mau dikatakan tak konsekuen. Dan itulah yang terjadi. Yesus kemudian betul-betul mengatakan demikian kepada si lumpuh tadi. Dan orang itu betul melakukan tiga hal yang diperintahkan: bangun, mengangkat tikar, dan pergi keluar. Para ahli Taurat terbungkam. Mereka tidak bisa menyangkal yang mereka lihat sendiri: orang lumpuh tadi berjalan kembali. Patut dicatat, mereka juga beranggapan bahwa kelumpuhan dan penyakit berat lain ialah akibat dosa dalam arti kekuatan jahat yang membelenggu tadi. Tapi kini orang itu betul-betul lepas. Mau tak mau para lawan Yesus mesti mengakui bahwa yang sedang mereka hadapi ini ialah "Anak Manusia" yang "berkuasa mengampuni dosa di bumi ini" (ay. 10).


TAKJUB


Orang-orang takjub dan mengucap seruan terpujilah Allah, seruan yang juga mengungkapkan rasa lega. Mereka juga mengalami kemerdekaan yang kini dinikmati orang yang tadi terbelenggu dan lumpuh itu. Markus masih menambah bahwa mereka belum pernah melihat yang begini (ay. 12), maksudnya, pengampunan (tindakan!) dan kesembuhan (hasil!). Kita diajak menengok kembali pengalaman kita dan menemukan manakah kenyataan "yang begini" itu.


Salam.

A. Gianto

Sabtu, 18 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VI

Sabtu, 18 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VI

Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." (Markus 9:7)


Antifon Pembuka (Mzm 12:7)


Janji Tuhan adalah janji murni bagaikan perak yang teruji, yang dimurnikan tujuh kali dalam api.


Doa Renungan


Ya Tuhan, jagailah pintu bibirku agar lidahku dapat dikendalikan. Semoga lidahku dapat mengendalikan perkataan yang kasar dan kotor, yang merusak hidupku dan sesama. Kurniailah aku lidah seorang murid, yang lewat kata-kata dapat membangun sesama dan membawa orang lain kepada pengalaman kasih-Mu. Amin.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (3:1-10)


Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Engkau, ya Tuhan, akan menjaga kami.
Ayat. (Mzm 12:2-3.4-5.7-8)

1. Tolonglah, ya Tuhan, sebab sudah habislah orang saleh, telah lenyaplah orang-orang setia dari antara anak-anak manusia. Orang berkata dusta satu kepada yang lain, dengan bibir manis dan hati bercabang mereka berbicara.
2. Biarlah Tuhan mengerat segala bibir yang manis dan memotong lidah yang berbicara sombong, milik orang yang berkata, "Dengan lidah kami, kami menang! Bibir kamilah topangan kami! Siapakah dapat menguasai kami?
3. Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, yang tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan. Engkau, ya Tuhan, akan menepatinya, Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya
Ayat. (Mrk 9:6)
Langit terbuka dan terdengarlah suara Bapa. "Inilah Anak-Ku terkasih; dengarkanlah Dia" Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:2-13)


Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat. Tak ada seorang pun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus. Lalu Petrus berkata kepada Yesus, "Rabi, betapa bahagianya kami berada di sini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia." Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari awan itu terdengar suara, "Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia!" Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling mereka tidak lagi melihat seorang pun di situ kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan supaya mereka jangan menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati." Lalu mereka bertanya kepada Yesus, "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Yesus menjawab, "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Tetapi bagaimanakah halnya dengan Anak Manusia? Bagaimana tertulis bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu, memang Elia sudah datang, dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka sesuai dengan yang tertulis tentang dia."


Renungan


Bacaan Injil hari ini mengisahkan penampakan kemuliaan Yesus. Yesus mengajak tiga orang murid-Nya untuk naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di sana Ia berubah rupa di depan mereka. Pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan dan Elia serta Musa nampak kepada mereka sedang berbicara dengan Yesus. Para murid mengalami pengalaman rohani yang begitu mendalam. Pengalaman itu memberi rasa damai dan tentram untuk tinggal di tempat itu. Dan dalam damai dan tenteram itu Allah hadir secara tak terselami dalam naungan awan seraya bersabda agar para murid mendengarkan Putra-Nya.


Kehidupan kita yang umumnya hiruk pikuk penuh kesibukan dan kegaduhan, sering menjadi penghambat kita untuk mampu mendengarkan suara Allah. Injil hari ini mengingatkan kepada kita akan perlunya keheningan untuk mampu mendengar suara Tuhan. Lebih jauh, Injil mengajak kita untuk mendengarkan sabda Yesus Putra tercinta Allah. Suara Tuhan sering terlewatkan karena kita sibuk mendengarkan radio atau menonton televisi. Beban kehidupan, suara teriakan, deru mesin kendaraan bermotor, alunan musik yang setiap saat kita dengarkan, sering menjadi penghalang kita untuk mendengarkan suara Allah. Injil mengajak kita untuk berani meninggalkan hiruk pikuk kehidupan, barang dua atau tiga hari untuk mendaki gunung yang tinggi. Meditasi, rekoleksi atau retreat, merupakan sarana-sarana yang disediakan untuk membantu kita mendengarkan suara Tuhan.


CONTEMPLATIO:


Ciptakanlah suasana hening dalam hatimu untuk beberapa menit. Dengarkan suara apa saja yang ada di sekitarmu. Rasakan detak jantung, desah nafasmu, atau detik jam yang ada di sekitarmu. Biarlah sunyi dan hening menyelimuti dirimu. Dalam hening itu, mohonlah kepada Tuhan untuk bersabda kepadamu.


ORATIO:


Bersabdalah, ya Tuhan, hambamu akan mendengarkan. Dalam keheningan ini biarlah aku mendengarkan Sabda-Mu. Amin.

MISSIO:


Hari ini aku akan membaca satu perikop Kitab Suci. Aku akan mendengarkan dan mencoba untuk memahami firman Allah.

Renungan Harian Mutiara Iman 2012

Sabtu, 18 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VI

Sabtu, 18 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VI

TINGGAL DALAM KEBAHAGIAAN

Renungan


Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin


Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus


Ketika Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohannes ke atas sebuah gunung yang tinggi, Yesus berubah rupa dan pakaiannya putih berkilau. Mereka melihat Yesus berbicara dengan Elia dan Musa. Peristiwa ini mau menggambarkan Yesus sebagai Musa baru, yang menyelamatkan umat manusia. Musa adalah penyelamat bangsa Israel dari perbudakan mesir. Sedangkan Yesus sebagai Musa yang baru adalah penyelamat umat manusia dari perbudakan dosa. Pada saat peristiwa itu terjadi, Petrus belum memahami apa yang sesungguhnya terjadi dalam diri Yesus. Petrus masih berpikir bahwa Yesus manusia biasa. Pada saat itu, Petrus dan kedua murid lainnya merasa bahagia. Karena itu Petrus berkata: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia". Ini adalah tantangan dan godaan bagi Yesus. Mau tinggal pada situasi kenyamanan atau melakukan tugas-Nya yaitu menyelamatkan dunia. Tetapi Yesus dengan tegas menolak ajakan Petrus.


Saudara-saudari terkasih,


Permintaan Petrus untuk mendirikan kemah, bukan tanpa dasar. Karena sebetulnya Petrus tidak mau Yesus mati terbunuh oleh musuh-musuh yang tidak menyukai, ajaran dan perbuatan Yesus. Namun Yesus tidak mau mengikuti jalan pikiran Petrus. Yesus tidak mau tinggal pada situasi kebahagiaan itu. Yesus tetap setia pada tugas perutusanNya yaitu menyematkan umat manusia. Maka dari itu, Yesus mengajak murid-Nya untuk turun dari atas gunung. Sebetulnya Yesus tahu apa yang akan terjadi pada diri-Nya selanjutnya yaitu salib. Tetapi Yesus tidak mau menghindari salib yang harus Dia pikul. Sebab jika Yesus menikmati kebahagiaan dan sukacita justru membuat manusia sengsara. Sebaliknya, jika Yesus menolak kebahagiaan dan sukacita justru membuat manusa bahagia. Tindakan Yesus menolak mendirikan kemah menunjukkan bahwa Yesus sangat mencintai manusia.


Saudara-saudari terkasih,


Mendapatkan kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia. Maka ketika manusia menemukan kebahagiaan, manusia akan berusaha mempertahankan dan menjaganya. Keinginan Petrus mendirikan kemah, merupakan upaya untuk mempertahankan kebahagiaan. Jarang manusia yang menolak kebahagiaan demi kebaikan orang lain. Tetapi ada juga orang-orang Kristen yang menolak kebahagiaan demi kebaikan orang lain. Contohnya adalah Santo Fransisikus dari Assisi, Italia. Fransiskus adalah anak dari orang yang kaya. Namun Fransiskus meninggalkan kebahagiaan dengan menempuh cara hidup sederhana. Bahkan Fransiskus rela hidup menderita demi Yesus. Fransiskus menjalani hidup sebagai orang miskin. Fransiskus mau mengemis. Uang hasil dari mengemis disumbangkan kepada orang miskin. Sementara Fransiskus tidak peduli dengan dirinya sendiri. Dia hanya ingin membahagiakan banyak orang lain. Meskipun orang tuanya menolak dan mengusir Fransisikus dari rumah, Fransisikus tetap teguh pada pendiriannya.


Saudara-saudari terkasih,


Pada awalnya, Fransiskus banyak diejek oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka menganggap Fransiskus aneh dan kurang waras. Sebab Fransiskus berani meninggalkan ayahnya yang berlimpah hartanya. Sikap Fransiskus ini di luar kebiasaan banyak umat manusia. Jarang sekali manusia yang meninggalkan harta benda dan mau hidup miskin. Pada umumnya manusia mencari dan mengumpulkan harta benda. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menolak harta benda. Hampir semua manusia melihat harta benda sebagai sumber kebahagiaan. Maka tidak mengherankan jika manusia mencari harta benda dengan menghalakan segala cara. Berbeda dengan Fransisikus. Fransiskus melihat Yesus sebagai sumber kebahagian. Karena itu, Fransiskus rela meninggalkan harta benda demi Yesus. Jika manusia memilih tinggal dalam kebahagiaan materi dan harta benda, Fransiskus malahan memilih tinggal dalam Yesus sebagai sumber kebahagiaan. Fransiskus menemukan kebahagiaan di dalam Yesus.


REFLEKSI:


Apakah kita hanya ingin hidup dalam kebahagiaan tanpa mau peduli dengan sesama kita yang hidup sengsara?


MARILAH KITA BERDOA:


Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur atas teladan-Mu. Engkau rela menolak kebahagiaan demi menolong dan menyelamatkan kami dari dosa. Kami mohon ampun karena kami terkadang hanya mencari kebahagiaan sendiri tanpa peduli dengan sesama yang menderita di sekitar kami. Doa ini kami persembahkan dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.



LUMEN NO : 7136

Jumat, 17 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VI

Jumat, 17 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VI

“Tak seorang pun yang pernah hidup di dunia ini berhasil menghindari salib” (Tomas a Kempis)


Antifon Pembuka (Mzm 112:1)


Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.


Doa Pagi


Ya Tuhan, tambahkanlah harapan dan cinta padaku agar aku semakin kuat menunjukkan imanku lewat perbuatan-perbuatanku. Teguhkanlah hatiku bila harus menghadapi situasi sulit, terutama dalam hal menunjukkan imanku lewat perbuatanku. Amin.


Dunia mengenal istilah NATO (no action talk only). Artinya orang cenderung banyak bicara tapi tidak pernah melakukan sesuatu. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip hidup bersama. Iman pun harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong, tanpa daya. Iman mesti punya daya kekuatan pembaharu seperti iman Abraham.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-24.26)


Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seseorang mengatakan bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Misalnya saja seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. Kalau seorang di antara kalian berkata kepadanya, “Selamat jalan! Kenakanlah kain panas, dan makanlah sampai kenyang!” Tetapi tidak memberi apa yang diperlukan tubuhnya; apakah gunanya itu? Demikian pula halnya dengan iman. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati. Tetapi mungkin ada orang berkata, “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan:; aku akan menjawab dia, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah. Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan karenanya mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kalian lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh karena perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah ayat yang mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itulah Abraham disebut ‘Sahabat Allah’. Jadi kalian lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Sebab sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Berbahagialah orang yang suka akan perintah Tuhan.
Ayat. (Mzm 112:1-6)

1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah, ia akan dikenang selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya.
Ayat. Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa. Alleluya.

Salah satu akar dosa manusia adalah egois. Egois berarti mementingkan diri sendiri, tidak peduli terhadap orang lain dan lingkungannya. Diri sendiri menjadi pusat orientasi hidupnya. Padahal murid Yesus mesti berani menanggalkan ego pribadi, menyangkal diri, dan memikul salib hidupnya. Tuntutan iman ini menjadi jaminan keselamatan dirinya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)


Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Kata Yesus lagi kepada mereka, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat kerajaan Allah datang dengan kuasa.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Renungan


Iman membutuhkan pengakuan. Yesus meminta agar setiap orang yang mengikuti-Nya memberikan pengakuan. Caranya: Tidak malu mengakui sebagai pengikut Yesus, di tengah-tengah masyarakat mayoritas. Pengakuan seperti itu merupakan bagian dari sikap ‘menyangkal diri dan memikul salib’. Beranikah kita memberikan pengakuan publik bagi iman kita?


Doa Malam


Yesus, tak mudah bagi kami untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti-Mu. Curahkanlah Roh Kudus-Mu kepada kami, agar dunia yang penuh dengan berbagai tawaran kenikmatan ini tak menyurutkan kami untuk berjalan pada ajaran-Mu. Amin.


RUAH

Peraturan Pantang & Puasa KAJ Untuk Tahun 2012

PERATURAN PANTANG DAN PUASA KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA UNTUK TAHUN 2012

TEMA: "DIPERSATUKAN DALAM EKARISTI, DIUTUS UNTUK BERBAGI"

Masa Prapaskah/Waktu Puasa Tahun 2012 dimulai pada hari Rabu Abu, 22 Februari sampai dengan hari Sabtu, 7 April 2012.

"Semua orang beriman kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi' (KHK k.1249). Dalam masa tobat ini Gereja mengajak umatnya "secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang" (ibid). Semua umat beriman diajak untuk memelihara suasana tobat dan mengisi masa tobat ini dengan berbagai keutamaan hidup beriman dan tidak mudah terpengaruh atau mengikuti suasana lain di luar suasana khusus gerejani ini.

Di samping itu sebagai tanda pertobatan dan syukur, Gereja minta supaya kita semua memberi perhatian dan mengarahkan hidup kita dengan bantuan beberapa hal beriktu ini:

Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:

  • Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu, 22 Februari dan hari Jumat Suci, 6 April 2012. Pada hari Jumat lain-lainnya dalam Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
  • Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k.1252). Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur delapanbelas tahun (KHK k.97 §1).
  • Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
  • Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k.1252).
  • Pantang yang dimaksud di sini: tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.

Kita semua diajak untuk terus memberi perhatian kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan dengan cara berbagi untuk mereka. Saat ini kita sedang hidup dalam keprihatinan rusaknya lingkungan hidup. Oleh sebab itu dalam masa Prapaskah ini kita diajak untuk membangun pertobatan ekologis dengan cara peduli terhadap sampah dan berusaha keras membangun lingkungan hidup yang semakin bersih, hijau dan sehat. Kita berharap bisa merayakan Paskah dalam wujud lingkungan hidup yang semakin sehat untuk dihuni banyak orang. Selama masa prapaskah kita merefleksikan dan mendalami sikap iman ini. Maka kita masing-masing diajak untuk mewujudkan keutamaan ini dalam hidup setiap hari sebagai syukur atas kasih Tuhan dan wujud pertobatan kita. Semoga dengan demikian gerakan pertobatan kita semakin mempererat persaudaraan kita dan mendorong kita untuk terus berbagi untuk sesama. Kita percaya dalam suasana kasih dan semakin baiknya lingkungan hidup, kebaikan Tuhan semakin dialami oleh banyak orang.

Baiklah jika kita semua saling mendukung dengan memelihara masa tobat ini. Maka sangat dianjurkan agar perkawinan-perkawinan sedapat mungkin tidak dilaksanakan dalam masa Prapaskah (juga Adven), kecuali ada alasan yang berat. Pastor paroki dimohon secara bijaksana mencermati dan mengambil kebijakan sebaik mungkin dalam situasi dan kebutuhan pelayanan umat ini.

  • Bila ada perkawinan yang karena alasan yang bisa dipertanggungjawabkan dilangsungkan dalam masa Prapaskah atau Adven, atau pada hari lain yang diliputi suasana tobat, pastor paroki hendaknya memperingatkan para mempelai agar mengindahkan suasana tobat itu, misalnya jangan mengadakan pesta besar (Upacara Perkawinan, Komisi Liturgi 1976, hal.14), untuk mengurangi kemungkinan menimbulkan batu sandungan.

Mari kita mensyukuri belaskasih Tuhan dan berusaha untuk membagikannya kepada sesama kita, terutama mereka yang sangat membutuhkan.

Jakarta, 18 Februari 2012

Mgr. Ignatius Suharyo

Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Sumber: www.kaj.or.id

Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Bogor

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2012

Uskup Bogor



Cosmas Michael Angkur, OFM

Kepada seluruh umat Keuskupan Bogor yang terkasih,

Salam dan berkat apostolik

Saudara-saudari yang terkasih,

Kini kita sedang memasuki masa Prapaskah lagi. Saat kita kaum beriman mengarahkan hidup iman kita kepada Allah, Tuhan kita. Selama masa Prapaskah itu hidup iman kita diharapkan diperdalam, dikembangkan, dan disemangati kembali. Masa Prapaskah adalah saat yang paling tepat untuk menjawab seruan Allah kepada kita, umatNya : ”bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Seruan itu harus kita wujudkan dan lahirkan dalam sikap tobat yang disertai niat yang tulus lagipula diungkapkan dalam tindakan nyata dengan berpuasa, beramal, dan berdoa. Sebagai umat kesayangan Allah sudah sepatutnya kita memiliki sikap hidup yang terbuka padaNya karena Dialah satu-satunya Allah yang benar dan setia menepati janjiNya, serta maha pengampun bagi kita yang berdosa.



Masa prapaskah yang berlangsung selama 40 hari mempunyai dua makna pokok, yakni : pertama, untuk mempersiapkan para calon baptis yang akan menjadi warga Gereja melalui pertobatan dan persatuan dengan Kristus, dan bagi kita yang sudah dibaptis, untuk mengenang kembali pembaptisan yang telah kita terima. Kedua, untuk membina semangat tobat dan mengajak umat beriman untuk lebih rajin membaca Kitab Suci, mendengarkan Sabda Allah, lebih rajin berdoa, sehingga dengan jiwa yang dipersiapkan dengan baik dapat merayakan misteri paskah, hari kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus.

Saudara-saudari yang terkasih,

Masa Prapaskah ini kita awali dengan menerima abu yang dioleskan di dahi kita pada hari Rabu Abu. Menaruh abu pada dahi merupakan ungkapan simbolis bahwa kita semua adalah manusia yang rapuh, ”berasal dari abu dan akan kembali kepada abu”.

Diawal penampilan-Nya di muka umum, kita membaca kutipan ini : “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah. Kata-Nya : ”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:14-15).

“Datangnya Kerajaan Allah” adalah pokok pewartaan Yesus. Allah yangmaha besar, yang hadir di antara umat-Nya itulah yang kita namakan saat rahmat, tetapi juga kedatangan Allah yang mahabesar itu adalah sebuah peringatan bahkan ancaman bagi mereka yang tidak siap dan mempedulikannya, menutup diri bagiNya, dan hidup dalam keadaan dosa. Yesus Kristus adalah wujud nyata Allah yang hadir, yang sendiri menjadi pewarta Kerajaan Allah itu. Yesus adalah Allah yang hadir di tengah kita (Emmanuel) yang penuh kasih sayang dan peduli terhadap nasib manusia. Dalam hidup-Nya, Yesus mengajar, membuat banyak mujizat, menolong banyak orang sakit, kendati pun Ia ditolak, menderita sengsara dan akhirnya dihukum mati serta demi cinta-Nya kepada umat manusia, Ia rela mati di salib. Tetapi Allah membangkitkan-Nya dari alam maut dan dengan kebangkitan-Nya itu Ia menghantar umat manusia kepada kehidupan yang kekal.

Seruan ”bertobatlah dan percayalah kepada Injil” dialamatkan kepada kita juga maka sudah seharusnya menjadi alasan dan motivasi mengapa kita harus mengubah sikap, tingkah laku dan memperbarui diri.

Perayaan Rabu Abu memberikan semacam pegangan yang harus kita ikuti untuk melakukan pertobatan. Pertobatan yang benar menuntut cinta kasih yang tulus kepada Kristus, menuntut semacam penyangkalan diri (askese), disiplin diri, dan tidak menutup diri bagi kepentingan sesama. Askese rohani selalu berarti merubah sikap hidup : “Robeklah dulu hatimu jangan pakaianmu” (Yoel 2:13).


Selama masa Prapaskah ini kita semua diarahkan kepada tiga kegiatan penting yang patut kita lakukan, yaitu berdoa, beramal, dan berpuasa.
-

Yesus mengajarkan supaya kita berdoa dengan tulus hati “jangan berdoa seperti orang munafik yang mengucapkan doanya supaya dilihat orang dan bertele-tele” (bdk. Mat 6:5). Dapatkah kita mengambil tekad agar selama masa puasa ini kita rajin berdoa apalagi berdoa bersama di keluarga masing-masing, ikut dalam kegiatan di paroki, mengikuti Jalan Salib dan renungan-renungan di lingkungan.
-

Setiap masa Prapaskah mengundang kita untuk lebih solider berarti lebih peduli terhadap sesama terutama yang berkekurangan, yang sakit dan lemah melalui karya amal, berbagi dengan menyisihkan sedikit dari milik kita. Dalam hal ini pun Yesus memberikan nasehat : ”apabila engkau memberi sedekah berilah dengan tulus hati, jangan menggembar-gemborkan itu; janganlah diketahui tangan kirimu apa yang dilakukan tangan kananmu.” (bdk. Mat 6:23).
-

Dalam hal berpuasa, Yesus memberikan pedoman praktis bagaimana orang harus berpuasa yang mengantar dia kepada penyangkalan diri dengan kata-kata berikut “jangan berpura-pura, jangan pula supaya dilihat orang, tetapi apabila engkau berpuasa minyakilah kepalamu, cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa” (bdk Mat 16:17-18).

Saudara-saudari umat Keuskupan Bogor yang terkasih,

Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 fokus perhatian keuskupan kita adalah keluarga. Pada tahun 2010 perhatian difokuskan pada relasi suami istri, orang tua / anak. Para suami istri diharapkan agar mereka, ditengah era globalisasi yang menantang ini tetap mempertahankan jati dirinya sebagai sebuah pasangan perkawinan katolik yang dilandasi pada cinta kasih dan kesetiaan suami istri. Sebagai orang tua, mereka harus menjadi contoh dan teladan cinta kasih serta guru iman bagi anak-anaknya.

Tahun 2011 perhatian kita difokuskan pada Orang Muda Katolik (OMK). Sejak tahun 2008 dan dilanjutkan pada tahun 2011, sejumlah kegiatan telah dilakukan dari tingkat keuskupan, dekenat, paroki sampai stasi-stasi. Melalui kegiatan-kegiatan itu kita memupuk kebersamaan antara Orang Muda Katolik sambil membekali mereka agar mampu mempersiapkan diri bagi masa depan serta kuat menghadapi tantangan jaman. Sejumlah pesan telah disampaikan kepada mereka antara lain : agar teguh mempertahankan iman katolik, hidup selaras dengan iman itu, dan bila akan menikah diharapkan mempersiapkan secara dini lagipula memilih pasangan seiman.

Pada tahun 2012 ini fokus perhatian kita adalah Anak-Anak dan Remaja. Bina Anak dan Remaja (BIA dan BIR) merupakan kewajiban kita semua mulai dari keluarga dan lembaga-lembaga (keuskupan, paroki, sekolah-sekolah) yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Lembaga-lembaga terkait telah ditugaskan untuk menyiapkan hal-hal yang penting bagi pembinaan dan perayaan Tahun Anak dan Remaja 2012 ini.

Marilah kita bersama-sama mengantar dan tidak menghalang-halangi anak-anak kita untuk datang kepada Yesus yang berseru kepada bapak, ibu, anak-anak juga ”biarkanlah anak-anak datang padaku dan jangan kamu menghalang-halangi mereka. Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Luk 18:16).

Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Bogor tahun 2012 melanjutkan pesan Tahun Keluarga dengan tema ”Membangun Gaya Hidup Iman Anak dan Remaja Yang Misioner”.

Patutlah kita ingat bahwa mendidik anak adalah tugas pertama dan utama para orang tua. Kita tidak boleh menutup mata terhadap kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan besar yang sedang menimpa generasi muda dewasa ini. Bagaimana kita harus mendidik mereka apalagi anak-anak yang sudah remaja dan menjelang dewasa, anak-anak yang nampaknya suka memberontak, mau bebas dan ingin berdiri sendiri? Kita para orang tua harus sabar dan penuh pengertian lagipula menghargai anak-anak bila menghadapi hal-hal seperti itu. Seperti dikatakan Konsili Vatikan II : keluarga katolik harus menampakkan hidup dan kehadiran Kristus penebus serta wajah Gereja yang sebenarnya. Dengan lain perkataan, setiap keluarga harus merupakan gereja mini, gereja domestik. Keluarga adalah wadah persekutuan iman, tempat subur bagi pertumbuhan iman anak. Bila di sana ada cinta kasih, kesatuan, dan keharmonisan (liturgia), bila keluarga itu merayakan iman dengan doa baik pribadi maupun bersama, bila keluarga itu mewujudkan pelayanan dengan penuh perhatian (diakonia), bila keluarga itu berani memberikan kesaksian tentang imannya (martyria) dan bila peduli pada pengetahuan agama anaknya dengan mengisahkan Yesus kepada mereka (kerigma).

Di dalam gereja mini itulah para bapak dan ibu selaku wakil Kristus menjadi pemimpin dan pendamping anak-anak yang menjadi anggotanya. Oleh karena itu para bapak dan ibu selalu bercermin pada Kristus sendiri bagaimana Ia mencintai Gereja-Nya, membimbing dan mendidik murid-murid-Nya; para bapak dan ibu pun tahu bagaimana harus mencintai keluarga, membimbing dan mendidik anak-anak yang bersama-sama mewujudkan Gereja Mini itu di tengah keluarga mereka. Selama masa Prapaskah ini para orang tua diharapkan mengatur acara berdoa bersama di tengah keluarga dan mengarahkan anak-anaknya untuk berdoa setiap hari sehingga mereka selalu dapat bertemu dengan Kristus yang pasti sedang menanti mereka juga. Selain itu mereka mengajarkan anak-anaknya untuk berkurban, berderma, dan memberi sedekah dengan murah hati kepada teman sebayanya yang mungkin sedang susah. Patut juga mereka diajak untuk berpantang sebisanya, membatasi jajan, nonton, menjauhkan mereka dari tayangan-tayangan kekerasan yang merusak mental, seperti juga mengajar mereka memanfaatkan alat komunikasi secara tepat dan benar. Dengan cara itu kita membangun dan mendidik anak-anak menuju iman anak yang mampu memberi kesaksian bagi sesamanya (misioner).

Akhirnya, marilah kita bersama-sama menyiapkan diri dengan berdoa, berpantang, dan perpuasa selama masa Prapaskah untuk menyongsong hari kebangkitan Kristus yang merupakan juga hari kebangkitan kita semua.

Moga-moga Santa Perawan Maria, Bunda Sang Juruselamat yang setia sampai pada hari kematian Anaknya, berdiri di kaki salib-Nya, menyertai anda sekalian dalam retret agung dan ziarah iman bersama ini.





Dikeluarkan di Bogor, 19 Februari 2012







Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM

Uskup Bogor


KETENTUAN PUASA DAN PANTANG


1. KETENTUAN

Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik kanon 1249 bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut :

Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.

Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.


2. PETUNJUK

a. Masa Prapaskah Tahun 2011 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 22 Februari 2012 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 6 April 2012.

b. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, boros, dsb. Dan lebih mengutamakan dan memperbanyak perbuatan baik bagi sesama.

c. Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari



3. CARA MEWUJUDKAN PERTOBATAN

a. Doa

Selama masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.

b. Karya amal kasih

Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita dan berkekurangan. Kami mengajak Anda sekalian untuk melakukan aksi nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.

c. Penyangkalan diri

Dengan berpantang dan berpuasa sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita. Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin menyerupai Kristus.



4. HIMBAUAN

Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perkawinan hendaknya memperhatikan masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.





Dikeluarkan di Bogor
19 Februari 2012







Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM

Uskup Bogor



* Surat Gembala dibacakan mulai hari Sabtu sebelum Rabu Abu.


Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Malang

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2 0 1 2
K E U S K U P A N M A L A N G





“Panggilan Hidup dan Tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan bersama” (Mat 25: 15-18; 20,22)

Saudara-saudari
Segenap Umat Beriman
Para Imam, Biarawan dan biarawati
di seluruh Wilayah Keuskupan Malang terkasih,

Pengantar
Saudara dan saudari yang terkasih, umat Katolik Keuskupan Malang yang sangat saya cintai. Sebentar lagi kita akan bersama-sama memasuki masa Prapaskah yang kita awali dengan liturgi Rabu Abu. Melalui misteri liturgi Rabu Abu ini kita semua diingatkan arti dan hakekat masa prapaskah sebagai “saat” retret umat. Saat dimana kita diingatkan kembali bahwa melalui gerakan puasa bersama ini kita diajak untuk setia menghadirkan Kerajaan Allah dalam gerakan doa, puasa dan pantang serta belas kasih melalui amal yang kita berikan. Melalui tema-tema yang dikembangkan oleh Panitia Gerakan APP Keuskupan Malang dalam suasana doa, pantang puasa dan amal tersebut kita diajak untuk mendalami kehendak Allah melalui tema-tema pendalaman yang sudah dipersiapkan.
“Panggilan Hidup dan Tanggungjawab” yang diangkat oleh Panitia APP merupakan penjabaran dari tema besar yaitu: “Mewujudkan Hidup Sejahtera”. Panggilan hidup dan tanggungjawab yang kita angkat sebagai tema di tahun 2012 ini merupakan penjabaran dan gerakan dari semangat APP yaitu tanggungjawab Gereja untuk dengan setia menghadirkan Kerajaan Allah. Kita menyadari kehadiran Kerajaan Allah secara nyata ketika hidup sejahtera terwujud dan bukan hanya berhenti pada idealisme atau berhenti pada pemahaman spiritualitas sosial saja, melainkan harus diwujudkan dengan nyata. Pada hemat saya kita sebagai Gereja sungguh Gereja Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini sewaktu lewat hidupnya Gereja sanggup membela kehidupan demi menghadirkan kesejahteraan hidup bagi manusia. Itulah panggilan hidup dan tanggungjawab kita sebagai Gereja.

Panggilan Hidup dan Tanggungjawab
Panggilan hidup dan tanggungjawab untuk mewujudkan hidup sejahtera pertama-tama kita mulai dengan bagaimana kita mengupayakan suasana guyub membangun Gereja dan masyarakat. Kesejahteraan hidup menjadi semakin nyata kalau diantara umat manusia tidak terjadi perpecahan dan persaingan yang tidak sehat. Sektarianisme, budaya mengagungkan kelompoknya, kepentingan diri dan golongannya, tidak menghargai golongan lain, merupakan sikap yang jauh dari rasa guyup. Guyub tidak lain adalah suatu pengalaman hidup dimana kita menyadari sebagai saudara karena kita semua ciptaan Allah. Suku, agama dan golongan adalah kehendak Allah yang kodrati dan tidak bisa kita tolak melainkan kita letakkan sebagai kebersamaan dalam perbedaan. Untuk mencapai suasana tersebut sebagai umat Katolik pertama-tama menghayati suasana guyub dalam komunitas basis gerejani. Kuatnya rasa dan suasana guyub dalam kehidupan umat katolik pasti akan mempengaruhi suasana dan rasa guyub dalam kehidupan komunitas basis insani. Sebab Gereja ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sangat majemuk.

Suasana dan rasa guyub yang merupakan wujud iman Gereja karena kita semua dipersatukan dalam Ekaristi hendaknya memberikan buah-buah yang nyata. Ekaristi sebagai sumber dan dasar paguyuban Gereja menjadi sebuah ekaristi yang hidup, kalau kita yang dipersatukan melalui Ekaristi tersebut rela berbagi. Cinta kasih Yesus yang terungkap dengan nyata dalam pemecahan dan pembagian Roti Hidup itulah yang menjadi dasar bahwa masing-masing dari kita yang dipersatukan dengan-Nya mempunyai kewajiban untuk berbagi. Berbagi hendaknya merupakan buah-buah paguyuban yang dipersatukan dalam misteri Ekaristi.

Pengalaman Hidup Saat Ini
Saudara dan saudari yang terkasih, pengalaman kehidupan saat ini semakin mempertegas kita semua bahwa budaya berbagi bukan hal yang mudah kita lihat. Ada kecenderungan bahwa diantara kita menjadi orang-orang yang serakah dan begitu memikirkan diri sendiri. Padahal semakin nyata bahwa dihadapan kita banyak ditemukan pengalaman hidup yang sangat memprihatinkan dan jauh dari kehendak Allah sendiri, seperti kemiskinan, kehancuran lingkungan hidup, ketidakberdayaan buruh karena sistem kapitalis, dan masih banyak lagi yang lain. Pengalaman iman dan pemaknaan Ekaristi menjadi semakin hidup dan subur dalam pengalaman iman Gereja, kalau membentuk dan menggerakkan kita semua untuk menjadi pribadi yang peka dan terlibat serta berpartisipasi untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Kesadaran ini akan semakin bertumbuh, kalau kita kembali pada makna dasar dari Ekaristi itu sendiri yaitu kasih yang mau berkorban dengan tidak memikirkan diri sendiri atau golongannya. Melalui Ekaristi itulah kita diajak untuk berpartisipasi bersama Yesus dalam cinta kasihNya untuk membebaskan manusia dari keterpurukan dan dosa.
Saudara dan saudari yang terkasih, kesadaran dan tanggungjawab penghadiran Kerajaan Allah di dunia dengan mengupayakan kesejahteraan hidup juga menuntut kehendak baik dan kerjasama manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya dan ciptaan lainnya. Kesadaran inilah yang semakin menguatkan pengalaman iman kita akan karya keselamatan; karya Kerajaan Allah sudah ada meski belum sempurna. Perjumpaan antara Rahmat Allah dengan usaha manusia itulah yang akan membuahkan karya keselamatan. Maka tidaklah berlebihan kalau kesejahteraan hidup manusia akan menjadi semakin jelas dan nyata ketika sebagai orang beriman kita merasa bertanggungjawab untuk mewujudkannya serta rela untuk saling kerjasama. Kerjasama yang tulus dan ikhlas diantara kita dan bersama kehendak Allah akan membuahkan tata keselamatan. Untuk mencapai budaya kerjasama dan bertanggungjawab tentu dibutuhkan semangat pertobatan dan kerendahan hati.

Komitmen Gereja akan kesejahteraan Hidup
Ditegaskan dalam Dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes, Gereja sadar dirinya merupakan persekutuan murid-murid Yesus yang diutus mewartakan keadilan, kedamaian, dan kebebasan kepada sesama menurut cita-cita terciptanya keutuhan alam lingkungan hidup. Dasar perutusan itu ialah iman, Kepercayaan, dan pembabtisan. Kita menjadi ciptaan baru, dipenuhi dengan Roh Kudus. Anugerah kasih mendorong kita untuk mencari bentuk baru hubungan kita dengan Allah, keluarga Allah dan semua ciptaan. Bentuk baru hubungan yang dibangun diharapkan mendatangkan kesejahteraan hidup bagi semua orang yang bersahabat dengan lingkungan seluruh ciptaan.
Dalam kenyataannya, hubungan antar manusia dengan sesamanya cenderung saling berebut kebenaran, kekuasaan dan harta kekayaan. Sedangkan dengan alam ciptaan, manusia menguras habis-habisan tanpa rasa sayang, bahkan tanpa memikirkan nasib anak cucu dan nasib generasi berikutnya. Manusia telah membunuh bumi ini makin lama-makin cepat. Pada gilirannya terjadilah bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, angin rebut, keracunan gas alam, dan sebagainya. Dampak yang lebih jauh, masyarakat miskin semakin tidak berdaya menghadapi situasi hidupnya, bahkan mereka kehilangan sanak-saudara dan harta miliknya yang sedikit.

Penutup
Kesadaran akan dampak perubahan iklim dan tantangan hubungan manusiawi, mendorong kita untuk membangun persahabatan dan persaudaraan. Persahabatan ini dapat kita ungkapkan melalui pembelajaran bersama, bagaimana hidup dan kehidupan yang berpangkal dalam budaya “Gotong Royong” mampu menggerakkan serta membangkitkan kesadaran kristiani demi kesejahteraan bersama. Berbagai upaya pengembangan yang kita renungkan dan kerjakan mengarahkan kita kepada kemajuan dan kesucian pribadi dalam kebersamaan dengan sesama di dalam kerangka kesejahteraan bersama.
Masa Puasa atau Prapaskah sebagai masa rahmat istimewa dalam kehidupan kita sebagai umat beriman Katolik senantiasa menyadarkan kita akan perutusan untuk menjadikan kita murid-murid sejati dari Kristus. Kesadaran ini kiranya memacu kita untuk rela dan berani bekerjasama demi keseimbangan hidup yang terungkap dalam kesejahteraan bersama. Panggilan iman Kristiani ini mendorong kita untuk mengutamakan peran talenta kita demi kesejahteraan rohani dan jasmani bersama dalam tanggungjawab kita sebagai mitra kerja Allah kepada semua.

Selamat memasuki masa Puasa prapaskah dengan hati terbuka. Tuhan Memberkati

Malang, Februari 2012
Uskup Keuskupan Malang

Msgr. Herman Joseph Pandoyoputro O. Carm

Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Agung Semarang

SURAT GEMBALA PRAPASKA 2012
KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Hari Minggu Biasa VII/B, Tanggal 18-19 Februari 2012







Katolik Sejati Harus Peduli dan Berbagi

“Lakukanlah Pekerjaan Baik meski Kecil dan Sederhana Sekalipun”


Para Ibu, Bapak, Suster, Rama, Bruder, orang muda, remaja, anak-anak dan saudari-saudaraku yang terkasih dalam Tuhan,


1. Hari Rabu yang akan datang, tanggal 22 Februari 2012, kita akan memulai masa tobat atau masa prapaska. Bagi kita masa prapaska merupakan masa khusus dan istimewa, karena disebut juga sebagai retret agung umat. Masa itu menjadi masa yang sangat baik untuk meneliti hidup kita, apakah hidup kita selaras dengan kehendak Tuhan. Masa prapaska juga menjadi kesempatan yang sangat istimewa untuk bersyukur kepada Tuhan, karena kita orang yang lemah dan berulang kali jatuh dalam dosa senantiasa dikasihi oleh Tuhan yang mahakasih. Cinta kasih Tuhan yang begitu dalam tersebut dikisahkan amat indah oleh nabi Yesaya yang diwartakan hari ini, ”Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.” (Yes 43:25). Sabda Tuhan ini mengingatkan kita, agar mau membangun pertobatan yang sejati. Tuhan tidak pernah menghukum, namun Tuhan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat.

Membangun pertobatan sejati berarti berani memulai hidup baru, dengan meninggalkan cara hidup lama. Untuk memulai hidup baru, melalui nabi Yesaya Tuhan mengingatkan kita, ”Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala” (Yes 43:18). Dalam bacaan Injil hari ini wujud hidup baru tersebut tampak jelas dalam peristiwa penyembuhan orang yang tadinya lumpuh, dapat berjalan (bdk. Mrk. 2:1-12). Hal itu terjadi karena kehendak dan cinta kasih Yesus sendiri kepada orang lumpuh yang berharap akan belas kasih Tuhan. Maka, kita semua diajak untuk membuka diri terhadap bimbingan Tuhan, agar bisa hidup secara baru meninggalkan dosa-dosa kita.


Saudari-saudaraku yang terkasih

2. Ada dua hal penting untuk dihayati selama masa prapaska sebagaimana ditegaskan oleh Konsili Vatikan II, “dua ciri khas masa ‘empat puluh hari’, yakni terutama mengenangkan dan menyiapkan baptis dan membina pertobatan” (Sacrosanctum Concilium 109). Jika dua hal itu dihayati dalam hidup, saya yakin masa prapaska akan menghasilkan buah yang sangat berguna bagi kehidupan kita bersama di tengah-tengah Gereja dan masyarakat.

3. Dengan diterangi sabda Tuhan hari ini dengan mantab kita menghayati hidup kerohanian kita selama masa prapaska. Salah satu buah yang dapat kita petik dari pertobatan kita adalah semangat gotong-royong, tulus menolong dan tumbuh suburnya kepedulian terhadap sesama. Semangat, ketulusan dan solidaritas seperti itu-lah yang diceritakan di dalam Injil hari ini. Ketika melihat orang lumpuh yang akan berjumpa dengan Yesus, orang-orang di sekitarnya dengan rela hati mem-berikan pertolongan. Yang sangat mengharukan dari kutipan tersebut diceritakan dengan amat indah, ”Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepadaNya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap di atasNya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu” (Mrk 2:4). Meski ada kendala, mereka tidak menyerah. Hanyalah satu hal keinginan mereka, orang lumpuh itu sampai di depan Yesus, sembuh dan bisa berjalan.

4. Melihat orang yang lumpuh, mereka bergegas memberikan pertolongan; tidak ada yang menyuruh atau meminta tetapi keluar dari ketulusan hati. Mereka bertindak karena didorong oleh iman. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu, ”Hai anakKu, dosamu sudah diampuni” (Mrk 2:5). Orang-orang memberikan pertolongan karena kepedulian, ketulusan dan solidaritas kemanusiaan kepada sesama. Hal ini menjadi daya dorong bagi kita semua untuk melakukan sesuatu, jika ada orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan.

Kisah seperti dalam Injil tadi ternyata masih dapat dijumpai saat ini. Beberapa waktu yang lalu saya mendapat sharing dari seorang dokter: “Suatu hari rumah sakit kami menerima seorang pasien, “Bu Fatimah”; diantar oleh seorang pemuda. Keadaannya sangat buruk: badan kurus, berbau, luka gangren, wajah pucat dan tampak depresif. Pemuda itu berkata kepada perawat: ‘Ini bukan Ibu saya tetapi saya menemukannya dari alun-alun kota. Saya membawanya ke sini karena rumah sakit ini pasti mau menolong Ibu ini’. Setelah dirawat beberapa hari Ibu itu mengembuskan nafasnya dengan tenang. Karena tidak ada identitas apa pun, pemakaman Bu Fatimah diurus oleh pihak rumah sakit. Pada saat pemakaman pemuda itu datang bersama pacarnya dan ternyata ia telah memberikan beberapa rupiah kepada Ibu itu untuk biaya perawatan. Bebe¬rapa hari kemudian, waktu ia bermobil lewat di pinggir alun-alun kota, ia jumpai lagi "Bu Fatimah" yang lain tergeletak di sana. Dengan rasa kasih, pemuda itu memasukkan Ibu itu ke dalam mobilnya, dan dibawa ke rumah sakit yang berjarak 40 km dari alun-alun kota tempat tinggalnya”.

Sebagai murid-murid Yesus Kristus kita masih bisa menghadirkan karya baik di sekitar kita seperti pemuda tadi. Meski tidak persis sama seperti pemuda itu, namun saya yakin karya baik yang kita lakukan meski kecil dan sederhana sekalipun akan sangat berguna bagi sesama. Seperti yang diceritakan di dalam Injil hari ini, karena ada kepedulian dan perhatian kepada sesama, maka meski ada kendala, tetap ada juga usaha berbuat kebaikan bagi orang lain. Berkat kebaikan itu orang lumpuh bertemu dengan Yesus dan dapat berjalan. Sikap, semangat peduli, dan ketulusan hati inilah yang harus kita jaga kelestariannya, agar hidup kita menjadi berkat bagi sesama. Empat orang yang mengusung orang lumpuh tadi tidak hanya memikirkan kebutuhan mereka sendiri, namun memikirkan kebutuhan orang lain lebih-lebih orang yang tidak bisa berbuat apa-apa. Demikian juga pemuda tadi: ia tidak jijik dengan keadaan Bu Fatimah. Ia telah membuat Bu Fatimah ‘bertemu dengan Sang Penciptanya’ secara tenang dan bermartabat.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

5. Apa yang dilakukan empat orang terhadap si lumpuh dan pemuda terhadap Bu Fatimah mengingatkan kita, bahwa tolong-menolong, saling peduli menjadi keutamaan hidup yang harus tetap dipupuk dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat. Kita tidak bisa tinggal diam, jika masih melihat keadaan yang memprihatinkan. Kita harus berani berbuat sesuatu demi kebaikan. Meskipun yang kita perbuat itu hal yang sangat kecil dan sederhana, namun pasti sangat berguna. Apa yang kita perbuat itu bisa jadi tidak kelihatan atau tidak membuat kita menjadi populer dan terkenal, bahkan oleh orang-orang tertentu dianggap cari perhatian. Berbuat baik tidak untuk mencari pujian atau mencari popularitas diri. Kita berbuat baik karena didorong iman kita, dan sebagai bentuk kesaksian sebagai murid-murid Yesus Kristus. Sebagai murid-murid Yesus Kristus kita melakukan perbuatan baik, terutama bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.

6. Dilandasi oleh iman dan sabda Tuhan hari ini, saya mengajak para Ibu/Bapak/Suster, Bruder/Rama/orang muda/ remaja dan anak-anak untuk memasuki masa prapaska dan merenungkan tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) tahun 2012, yaitu Katolik Sejati Harus Peduli dan Berbagi. Saya mengajak Anda semua untuk terus mengupayakan hidup kekatolikan kita. Tanpa ragu-ragu memberikan kesaksian hidup sebagai murid-murid Yesus Kristus di tengah-tengah masyarakat. Berbuat kebaikan bagi siapa saja tanpa memandang pangkat dan kedudukan. Berani meninggalkan sikap serakah dan mengutamakan sikap bersyukur. Karena bagi kita lebih baik menderita karena berbuat baik daripada menderita karena berbuat jahat. Sikap dan keutamaan hidup seperti inilah yang selalu kita wujudkan setiap tahun dalam gerakan APP.

APP yang sudah berjalan selama empat puluh tahun ini menjadi contoh konkret, bahwa kita selalu peduli kepada sesama. Maka ketika kita memasuki masa prapaska dan mengadakan APP bukan diri kita sendiri yang pertama-tama dipikirkan, namun orang lain yang lebih membutuhkan. Puasa dan pantang kita telah berbuah bagi sesama. Apa yang kita lakukan selama ini dalam rangka prapaska sebenarnya menjadi penegasan apa yang disampaikan oleh para pemimpin Gereja. Di dalam dokumen Konsili Vatikan II ditegaskan, ”Pertobatan selama empat puluh hari itu hendaknya jangan hanya bersifat batin dan perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosial kemasyarakatan” (Sacrosanctum Concilium 110)

7. Akhirnya, para Ibu, Bapak, Suster, Rama, Bruder, orang muda, remaja dan anak-anak yang terkasih, dilandasi iman yang teguh marilah dengan gembira hati dan mantab kita mulai masa tobat, masa prapaska ini. Semoga apa yang kita renungkan bersama di lingkungan-lingkungan dan komunitas-komunitas maupun di dalam kelompok kategorial semakin meneguhkan jatidiri kita sebagai orang Katolik sejati, yaitu peduli dan rela berbagi. Dengan begitu permenungan yang kita jalani dengan setia bisa menghasilkan buah melimpah-limpah bagi banyak orang yang susah dalam hidupnya. Berkat Tuhan senantiasa melimpah bagi Anda semua, keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas dan paguyuban Anda. Tuhan meneguhkan karya baik Anda semua, meski sederhana dan kecil sekalipun.


Perkenankan saya menutup surat ini dengan berpantun,

Lungguh dingklik nang ngisor wit waru
Sinambi ngisis ngicipi roti
Dadi wong Katolik aja mangu-mangu
Kudu peduli lan rila andum rejeki



Semarang, 1 Februari 2012


Salam, doa dan Berkah Dalem,


† Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy