Rabu, 08 Oktober 2014
Hari Biasa Pekan XXVII
Kesetiaan umat yang dibaptis adalah satu prasyarat yang menentukan untuk
pewartaan Injil dan untuk perutusan Gereja di dunia. Supaya berita
keselamatan dapat menunjukkan kepada manusia kekuatan kebenaran dan
kekuatan sinarnya, ia harus disahkan oleh kesaksian hidup orang Kristen
"Kesaksian hidup kristiani sendiri beserta amal baik yang dijalankan
dengan semangat adikodrati, mempunyai daya kekuatan untuk menarik
orang-orang kepada iman dan kepada Allah" (AA 6). -- Katekismus Gereja
Katolik, 2044
Antifon Pembuka (Luk 11:1)
Tuhan, ajarilah kami berdoa, sebagaimana yang diajarkan Yohanes kepada murid-murid-Nya.
Tobat 3
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Pengantara kami di hadapan Bapa. Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah yang mengajar para murid berdoa dengan memuliakan nama Bapa dan mohon diampuni dosa-dosanya. Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah Imam Agung kami, yang mendamaikan kami dengan Bapa di surga. Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pagi
Ya Allah, Putra-Mu telah memperkenalkan Engkau sebagai Bapa Kami. Ia
juga mengajari kami bagaimana caranya berdoa. Semoga kami semakin
menjadi pendoa yang tekun. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu,
yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah,
sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (2:1-2.7-14)
"Mereka melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku."
Saudara-saudara, empat belas tahun setelah dipilih Tuhan, aku pergi ke
Yerusalem bersama dengan Barnabas, dan Titus pun kubawa serta. Aku pergi
ke sana berdasarkan suatu pernyataan. Di sana aku membentangkan Injil
yang kuberitahukan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, jangan sampai
dengan percuma aku telah berusaha. Pada kesempatan itu aku berbicara
tersendiri dengan orang-orang yang terpandang. Mereka melihat bahwa
kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil bagi orang-orang tak
bersunat, sama seperti kepada Petrus bagi orang-orang bersunat; maka
mereka menjadi yakin. Sebab sebagaimana Tuhan telah memberi Petrus
kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, demikian pula Ia
memberi aku kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang yang tak
bersunat. Mereka pun menjadi yakin mengenai kasih karunia yang
dianugerahkan kepadaku. Maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang
sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan daku dan dengan Barnabas
sebagai tanda persekutuan. Semua setuju bahwa kami pergi kepada
orang-orang yang tak bersunat, sedangkan mereka kepada orang-orang yang
bersunat. Mereka hanya minta agar kami tetap mengingat orang-orang
miskin; dan hal itu sungguh-sungguh kuusahakan. Tetapi waktu Kefas
datang ke Antiokhia, aku terus terang menentang dia, karena ia salah.
Sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan
dengan saudara-saudara yang tidak bersunat. Tetapi setelah mereka
datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan
saudara-saudara yang bersunat. Juga orang-orang Yahudi lain ikut berlaku
munafik seperti dia, sehingga Barnabas sendiri terseret oleh
kemunafikan mereka. Aku melihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai
dengan kebenaran Injil. Maka aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka
semua, "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara
Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak
bersunat untuk hidup secara Yahudi?"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 827.
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2)
1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak; dalam roh itu kita akan berseru, 'Abba, ya Bapa.'
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:1-4)
"Tuhan, ajarilah kami berdoa."
Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia
berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya,
"Tuhan, ajarlah kami berdoa sebagaimana Yohanes telah mengajar
murid-muridnya." Maka Yesus berkata kepada mereka, "Bila kalian berdoa,
katakanlah: 'Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu. Berilah
kami setiap hari makanan yang yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami
sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah
membawa kami ke dalam pencobaan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Apa yang melatarbelakangi permohonan para
murid agar Yesus mengajar mereka berdoa? Tidak lain adalah tindakan
Yesus ketika “pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat”
(Luk 11:1a). “Ketika Ia berhenti berdoa,” demikian Lukas menulis dalam
Injilnya, “berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: Tuhan,
ajarilah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada
murid-murid-Nya” (ay. 1b). Ayat ini penting untuk kita perhatikan. Ada apa dengan doa Yesus sehingga mereka terdorong
untuk berdoa dari pada-Nya? Tentu ada hal yang menarik, sehingga seorang
dari murid-murid Yesus itu minta untuk diajar berdoa. Hanya doa yang
hidup dalam kemesraan relasi dengan Allah, itulah yang mampu membuat
orang lain tertarik untuk berdoa. Sebenarnya doa tidak dapat dipelajari seperti orang
belajar ilmu. Doa itu bukan suatu metode yang dapat dikuasai melalui
banyak latihan. Doa adalah hubungan dengan Allah yang bertumbuh makin
mesra sehingga menjadi sesuatu yang hidup. Itulah sebabnya Yesus
mengajar para murid-Nya agar doa dimulai dengan menyapa Allah sebagai
Bapa. “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu,”
kata Yesus pada awal pengajaran-Nya. Justru karena Yesuslah, kita boleh
mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Selain itu, karena Roh-Nya
memperkenalkan Bapa kepada kita (Katekismus Gereja Katolik, 2779),
sehingga kita dapat menghayati hubungan anak-Bapa dengan Allah Bapa di
surga. Doa yang benar tidak bersemangatkan kepentingan diri
sendiri. Seperti halnya semua hubungan atau percakapan yang sehat
menaruh perhatian pada semua pihak, demikian pula seharusnya isi doa.
Itu sebabnya doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian baik kepada
kepentingan Allah maupun kepada kepentingan kita. Kepentingan Allah
didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru
supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Bapa kepada kita.
Prinsip dan kerangka pemikiran doa yang Yesus ajarkan ini patut
membentuk pula kehidupan doa kita, entah pribadi, entah bersama dalam
keluarga atau komunitas. Ingatlah bahwa bila Yesus berkenan mengajar kita berdoa, pasti Bapa berkenan menerima doa-doa kita. CAFE ROHANI
"Hendaklah semangat patuh dan ingkar diri menjadi senjatamu." (St. Ignatius dari Antiokhia)