| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 26 Februari 2017 Hari Minggu Biasa VIII

Minggu, 26 Februari 2017
Hari Minggu Biasa VIII
  
Yesus menghendaki penyerahan diri sebagai anak kepada penyelenggaraan Bapa surgawi, yang peduli akan kebutuhan-kebutuhan terkecil anak-anak-Nya: "Sebab itu janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang kami makan? Apakah yang kami minum?... Bapamu yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:31-33) Bdk. Mat 10:29-31. (Katekismus Gereja Katolik, 305)

  
Antifon Pembuka (Mzm 18:19-20)
    
Tuhan menjadi sandaranku. Ia membawa aku keluar ke tempat lapang. Ia menyelamatkan aku karena Ia berkenan kepadaku.
    
Factus est Dominus protector meus, et eduxit me in latitudinem: salvum me fecit, quoniam voluit me.

   
Doa Pembuka


Ya Allah, melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau memberi jaminan hidup kepada siapa pun yang mengutamakan terwujudnya Kerajaan-Mu dan kebenarannya. Kami mohon, semoga kehendak-Mu itu menjadi satu-satunya pegangan hidup kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (49:14-15)
  
"Aku tidak melupakan dikau."
  
Sion berkata, “Tuhan telah meninggalkan aku, dan Tuhanku telah melupakan aku.” Maka berfirmanlah Tuhan, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 62:2-3.6-7.8-9ab; Ul: 6a)
1. Hanya dekat Allah saja aku tenang dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku. Hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
2. Hanya pada Allah saja aku tenang. Sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku. Hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
3. Pada Allah ada keselamatan dan kemuliaanku. Gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat. Curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 4:1-5)
  
"Tuhan akan memperlihatkan apa yang direncanakan dalam hati."
  
Saudara-saudara, hendaknya orang memandang kami sebagai hamba Kristus, dan pengurus rahasia Allah. Yang dituntut dari pengurus yang demikian ialah bahwa mereka nyata-nyata dapat dipercaya. Bagiku sedikit sekali artinya entah aku dihakimi oleh kamu entah oleh suatu pengadilan manusia. Malahan aku sendiri tidak menghakimi diriku. Memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Yang menghakimi aku ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Dialah yang akan menerangi juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan. Dialah pula yang akan memperlihatkan apa yang direncanakan dalam hati. Pada saat itulah tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Ibr 4:12)
Firman Allah itu hidup dan kuat, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:24-34)
  
"Janganlah khawatir akan hari esok."
   
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan, dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung; Toh diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal. Namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Maka janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semua itu. Karena itu carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Kekhawatiran tidak membuat persoalan kita terselesaikan, kesedihan kita jadi hilang, atau kebahagiaan kita bertambah. Sebaliknya, rasa khawatir mengurangi kebahagiaan kita. Kurang lebih demikianlah pesan yang disampaikan oleh Tuhan dalam firman-firman-Nya. Tuhan ingin agar kita selalu ingat bahwa Tuhan selalu beserta kita. Ia tak pernah meninggalkan kita.

Lewat Nabi Yesaya, Tuhan mengatakan, "Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau" (Yes 49:15). Pernyataan Tuhan ini menegaskan bahwa Allah selalu beserta kita. Ia hanya ingin yang terbaik bagi kita anak-anak-Nya.

Satu-satunya yang Allah inginkan dari kita hanyalah percaya kepada-Nya. Percaya bahwa Ia adalah Allah yang dahsyat, Allah yang ajaib, Allah yang hebat dan senantiasa turun tangan memberkati kita. Memang berkat Tuhan tidak selamanya ada dalam bentuk yang enak ataupun menggembirakan. Kita hanya diminta oleh Tuhan untuk melihat segala perkara dalam kacamata iman. Tuhan ingin menekankan kepada kita bahwa Ia akan selalu memulihkan kita apa pun kondisi kita. Mengapa demikian? Karena Ia adalah Allah yang peduli yang tidak pernah membiarkan kita bergumul sendirian dalam kesesakan kita.

Apa pun kondisi kita sehari-hari, Allah tetap akan memulihkan kita jika kita percaya penuh kepada-Nya dan membiarkan Dia campur tangan dalam hidup kita. Bagi Tuhan hidup kita sungguh berharga melebihi segala sesuatu. Tak mungkin Ia membiarkan dan melupakan apa yang dianggap-Nya berharga. Lewat apa yang diajarkan Tuhan ini kita sungguh bersyukur karena Allah sendiri yang telah berjanji bahwa Ia tidak meninggalkan kita, apa pun kondisi kita. Ia hanya ingin agar kita menjadikan Dia sebagai satu-satunya yang kita sembah dan muliakan. Saat kita hanya mengandalkan Dia, maka Allah pun juga akan memperhitungkan kita sebagai orang benar yang layak untuk dibela dan diselamatkan.

Karya keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan sungguh nyata dalam hidup kita. Hal ini Ia nyatakan dalam berbagai macam Sakramen keselamatan dalam Gereja. Dalam Sakramen-sakramen ini kita menemukan bahwa Allah selalu hadir untuk menguatkan dan menyelamatkan kita. Selain itu, Allah juga selalu hadir dalam diri kita lewat pribadi-pribadi yang ada di sekitar kita. Baik kita sadar atau tidak, karya Allah selalu hadir dan tak dapat dihalangi oleh sesuatu pun. Kesadaran ini selalu membahagiakan kita yang percaya bahwa Allah adalah baik dan tidak pernah mengingkari apa yang pernah Ia janjikan, yaitu selalu menyertai kita. Memang hadirnya Tuhan tidak selalu tampak gilang-gemilang atau menghebohkan. Kehadiran Tuhan selalu lembut dan tak disangka-sangka. Namun bila kita sungguh peka dan mau membuka diri kepada Tuhan, maka kita sungguh mampu merasakan Allah yang selalu menyertai kita. Allah kita adalah Allah yang baik dan murah hati. Ia selalu memberikan rahmat bagi hidup kita.

Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus mengajari kita bahwa segala sesuatu adalah rahmat. Ia bisa mengatakan demikian karena ia sungguh membuka hatinya bagi Tuhan dalam segala keadaan hidupnya. Semoga seperti halnya Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus, kita pun mampu melihat segala sesuatu sebagai rahmat dari Tuhan. Kesadaran inilah yang menuntun kita untuk selalu percaya bahwa Allah selalu beserta kita. Dengan demikian kita selalu yakin dan tidak perlu khawatir secara berlebihan dalam hidup kita. Kekhawatiran tidak membuat persoalan kita terselesaikan, kesedihan kita jadi hilang, atau kebahagiaan kita bertambah. Sebaliknya, rasa khawatir mengurangi kebahagiaan kita. (Rm. F.X. Sulistya Heru Prabawa, O.Carm/RUAH) 

Antifon Komuni (Mzm 13:6)
 
Aku mau menyanyi bagi Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku. Aku mau bermazmur bagi nama Tuhan Yang Mahatinggi.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy