Anda dapat saling menyapa, menyampaikan ucapan Natal dan Tahun baru dengan menuliskan komentar atau memberikan renungan singkat lainnya disini. Renungan harian sebelum Malam Natal dapat dilihat di baris post paling bawah.
Tuhan memberkati.
Bagikan
Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan, dan berilah keselamatan yang dari pada-Mu.(Mzm 85:8)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
CARI RENUNGAN
HADAPILAH TANTANGAN, SEBAB KAMU TELAH DIPILIH
Jangan takut. Apa yang paling kita takuti? Kematian? Benarkah kematian hal yang menakutkan? Rasanya tidak, karena ada orang yang ternyata mau mati bahkan bunuh diri. Lalu kalau orang mau bunuh diri, dia takut akan apa?
Yang paling kita takuti rasanya bila hidup menjadi tidak bernilai lagi: entah oleh kemiskinan, penyakit, kematian, penolakan, tidak mendapat tempat di hati sesame, dan terutama karena dosa-dosa kita.
Melalui perayaan Natal malam ini, di mana Tuhan sudi datang menjadi manusia, saya dan anda semua adalah orang-orang yang istimewa, saya dan anda ada di hati Tuhan. Anda mungkin tidak ada di hati saudara-saudari anda atau sesama anda, atau bahkan istri atau suami anda, tetapi dengan kedatangan Tuhan, yang Emmanuel, anda ada di hati Tuhan, karena justru kita orang yang tidak pantas Ia sudi datang.. Ia ingin mengembalikan manusia yang jatuh dalam lumpur dosa, agar bisa meraih kemuliaan Allah. Luk. 2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”
Syaratnya hanya satu yang diminta dari kita: mau menerima Dia/Tuhan di hati kita, maka kita akan ada di hati Tuhan. Demikian sukacita surgawi akan terjadi bila kita berkenan di hati Tuhan.
Anda dan saya dipilih, ditentukan oleh Allah seperti Maria, dan para gembala yang dipilih oleh Allah untuk membawa kabar gembira bahwa Allah itu baik, bahwa Allah berkenan hadir dalam hati kita masing-masing entah bagaimana keadaan hati kita, dan dalam Allah kita mempunyai nilai dan bermartabat.
Allah mendatangi kita semua dan kita semua merindukan kedatangan Allah yang membuat hidup kita menjadi penuh, fullness.
Saya dan anda dipilih menjadi murid-Nya, menjadi orang yang disayangiNya. Inilah kebanggaan yang mesti kita bangkitkan dalam diri kita. Karena saya dan anda ternnyata istimewa di mata Tuhan. Maka inilah modal utama kita, agar jangan takut.
Banyak orang ada dalam situasi bermasalah dan sulit untuk keluar dari masalah. Sesak hidupnya. Tidak tahu hari depan akan seperti apa? Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan ............
Tuhanlah yang bisa menjadi jaminan dan harapan, maka ia minta petunjuk ke mana-mana, dukun, paranormal, dan….. seperti lagunya Ebiet: Coba tanya pada rumput yang bergoyang.
Banyak orang yang jauh dari kasih Tuhan, karena suatu tindakan yang membuat dirinya sendiri menjadi terkucil/karena mengucilkan diri. Banyak orang malah menjauh dari Gereja saat menghadapi masalah hidup yang susah dan berat. Karena alasan malu, minder-sungkan dengan sesamanya. Apakah itu berarti Gereja Katolik, lingkungan-lingkungan dan kelompok-kelompok dalam Gereja Katolik hanya untuk orang-orang yang mapan?
Kalau kita yang mapan secara materi, social, dan mungkin juga “rohani”lalu memandang rendah orang-orang miskin, sederhana, rendah pendidikannya, atau karena kesalahan yang telah dibuatnya sehingga mereka takut bergabung bersama kita, berarti kita telah mengkianati penjilmaan Tuhan yang menjadi manusia.
Data di lingkungan sangat jelas, berapa jumlah KK dan warganya, dan berapa jumlah warga yang menampakkan keaktifannya? Lalu apa alasan mereka tidak partisipasi aktif?
Berapa pula yang rajin menimba kekuatan hidup dari Ekaristi mingguan?
Seperti Allah rindu, rindu mengumpulkan anak-anak seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya dibawah kepak sayapnya (Luk.13:34), saya pribadi juga rindu mereka berkumpul kembali sebagai saudara seiman dalam Kristus dalam Gereja Katolik; untuk berjalan bersama dalam pejiarahan iman dan sekaligus menghidupkan kembali kasih persaudaraan sebagai satu kawanan. Sehingga Doa Yesus, Sint Unum. “Semoga mereka semua bersatu.”
Ketakutan lain yang ada dalam hati kita adalah dalam hal menghadapi tantangan hidup. Ada banyak tantangan menghadang hidup kita dari segi social, ekonomi, maupun politik. Sebagai orang yang beriman Kristiani pun kita sebenarnya sudah memilih untuk siap menghadapi tantangan. Dengan menjadi pengikut Kristus, kita harus dan wajib menghidupi nilai-nilai keadilan, kasih, kebenaran dan damai.
Ketika kita dibaptis atau orangtua membaptiskan kita, sebenarnya saat itu kita siap dan disiapkan untuk menghadapi tantangan. Itu sama seperti Yesus yang segera setelah dibaptis menghadapi tantangan dan godaan di gurun. Yesus dapat melewati godaan dan tantangan bahkan menang karena” Roh Tuhan ada pada-Nya yang dilambangkan burung merpati”. Bunda Maria siap menjadi ibu Tuhan, juga karena dirahmati Allah dan Tuhan sertai dia. (Luk.1:28).
Kalau kita telah dipilih, berarti kitapun dirahmati dan jangan lupa kitapun akan disertai. Mengapa takut?
Dalam beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun yang baru. Siapkah kita dengan segala permasalahan yang bakal terjadi? Sebagai murid Tuhan dan Maria, kita akan dengan mantab berseru: “Aku siap, karena aku orang yang terpilih – yang dirahmati dan disertai Allah.”
Aku ingin seperti pohon natal, meskipun tanahnya gersang dan panas ia tetap tumbuh dan hijau. Dan dalam kesatuan dengan Kristus akan bercahaya.
Tuhan memberkati kita semua. Selamat Natal.
Pastor Petrus Mujiono, SCJ.
---------------------
Ada orang yang setelah membuat suatu kesalahan tertentu terhadap orangtuanya dan dibenci orangtuanya, lalu lari ke narkoba karena merasa tidak ada lagi yang sayang padanya. Untuk sembuh kembali juga berat karena saat mau sembuh, sungguh dibutuhkan ada orang yang bener-bener sayang kepadanya, kalau tidak percuma sembuh. Perlu ada orang yang mau mengerti dia, memahami dia, mencintai dia. Ia takut, karena tidak ada orang yang sayang lagi padanya.
Di hari Natal ini ada orang yang saya yakinkan bahwa Allah-lah yang kasih sayangnya tidak dapat diragukan lagi, “Bagaimanapun keadaanmu sekarang ini, Ia sayang kepadamu. Jangan ragukan itu. Maka rayakanlah Natal ini dengan sukacita, karena Ia datang karena kasihNya yang besar kepadamu. Ia menantikanmu dengan siap memelukmu dengan penuh kasih di hatiNya.” Dan ia berjanji akan merayakan malam natal ini setelah sekian tahun tidak pernah mau ke gereja karena ia merasa tidak ada orang yang sayang lagi, termasuk orangtuanya, bahkan Allah-pun tidak, katanya.
***Lewat kreativitas orang muda kita, tempat Yesus dilahirkan tidak digambarkan di gua, tetapi di rumah bedeng/kandang ternak yang terletak disamping rumahnya karena tidak ada tempat lagi di penginapan. Itu biasa bagi pemilik ternak untuk membuat kandang disamping rumahnya, agar sekaligus bisa mengawasi ternak mereka dari pencurian atau dimangsa binatang.
Tidak adanya tempat penginapan bukan karena sudah penuh semua, tetapi karena ada event khusus sensus penduduk maka para pemilik penginapan pasti menaikan harganya, dan Yusup pasti tidak mampu membayarnya. Atau karena penampilan mereka yang sangat sederhana langsung mereka bilang, bahwa tempat sudah penuh.
Sumber: www.st-stefanus.or.id, dengan penyesuaian.
ASAL USUL YESUS SANG IMANUEL
Rekan-rekan yang baik!
Berikut ini sebuah ulasan ringkas mengenai Mat 1:1-25 yang dibacakan dalam Misa Vespertina tanggal 24 Desember (sore menjelang Misa Malam Natal). Petikan ini terdiri dari dua bagian. Yang pertama memuat silsilah Yesus (ay. 1-17) dan yang kedua mengisahkan peristiwa kelahirannya (ay. 18-25). Di beberapa tempat boleh jadi hanya bagian kedua saja yang dibacakan. Namun demikian, baiklah kita catat beberapa gagasan mengenai silsilah yang termaktub pada bagian pertama karena dapat memberi pengantar memasuki bagian yang kedua.
SILSILAH
Pertama-tama, dengan silsilah itu hendak ditunjukkan bahwa Yesus adalah tokoh yang sejak awal mula dijanjikan Tuhan kepada Abraham, bapak segala orang beriman dan yang selanjutnya diteguhkan dengan kebesaran Raja Daud. Kemudian keturunan Daud berlangsung hingga pembuangan yang betul-betul mengubah jati diri orang Israel, dari yang membanggakan diri sebagai bangsa pilihan menjadi bangsa tawanan yang perlu menyadari dan menyesali kedosaannya. Akan tetapi justru dalam keadaan itu tumbuhlah harapan akan kedatangan seorang Mesias yang akan memulihkan kebesaran mereka. Mesias, harfiahnya Yang Terurapi, ialah orang mendapat tugas resmi dari Tuhan untuk memimpin umatNya. Memang lazimnya orang Yahudi pada zaman Yesus memahami masa lampau mereka dalam ukuran-ukuran ketiga masa tadi: dari Abraham hingga Daud, dari Daud hingga Pembuangan, dan dari Pembuangan hingga kedatangan Mesias yang dinubuatkan Nabi Yesaya 7:14 yang nanti akan dikutip dalam Mat 1:23 dan diterapkan kepada kelahiran Yesus oleh Maria. Tiap masa memiliki makna yang khas. Secara tak langsung, Matius mengikutsertakan Yesus dalam kedua masa yang pertama (keturunan Daud, yang juga keturunan Abraham) dan menerapkan masa ketiga pada Yesus dengan jelas (masa penantian datangnya Mesias, yaitu Yesus).
Orang yang mengenal riwayat tokoh-tokoh yang disebutkan dalam silsilah itu tentu akan menikmati bacaan ini. Namun demikian, tak banyak yang dapat mengenali satu persatu para leluhur Yesus itu. Orang Yahudi yang biasa pada zaman dulu pun tidak tahu riwayat masing-masing tokoh itu. Dan Matius pun sadar akan hal ini. Oleh karena itu, pada akhir silsilah ini, yakni pada ay. 17, diberikannya sebuah rangkuman. Ada 14 keturunan dalam masing-masing dari ketiga masa dalam kehidupan bangsa Israel tadi. Apa makna angka 14 ini? Angka 14 ialah hasil dari 2 kali 7, yakni angka yang melambangkan keutuhan yang keramat sifatnya. Dua kali angka 7 berarti sungguh keramat. Yang amat keramat ini terulang tiga kali. Pengulangan tiga kali ini juga khas. Bila dua kali berarti menggarisbawahi pentingnya, tiga kali menunjukkan suasana khidmat (Ingat seruan para serafim dalam Yes 6:3 "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan ...!" yang juga dipakai dalam liturgi ekaristi). Oleh karena itu, jelas bahwa tiga kali penyebutan 2 kali 7 keturunan dalam silsilah Yesus itu dimaksud untuk mengajak orang agar bersikap khidmat menghadapi kenyataan yang teramat keramat, yakni peristiwa kelahiran Yesus yang diceritakan dalam ay. 18-25.
PANDAI MENDENGARKAN
Mendekati kisah kelahiran Yesus dengan suasana khidmat serta menyadari sakralnya kisah itu akan memberi banyak kekuatan kepada orang sekarang. Banyak yang akan bertanya-tanya mengapa saya katakan "mendekati kisah" dan bukan "mendekati kelahiran sang Penyelamat"? Kita sebetulnya hanya bisa mendekat kepadaNya lewat kisah tentangNya. Seperti halnya Yusuf yang berhasil datang dekat dengan mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat, begitulah jalan kita. Yusuf sadar akan apa yang sedang terjadi. Dan dengan segala ketulusannya ia menerima kehadiran yang keramat dalam kehidupannya. Ia menerima apa yang terjadi pada Maria. Boleh jadi ia tidak seluruhnya mengerti. Bahkan bisa dikatakan bahwa ia baru betul-betul mengerti dan dapat benar-benar menerima setelah ia mendengarkan kisah yang dibawakan malaikat kepadanya. Sikap hormat seperti ini membuatnya ikut serta dalam karya penyelamatan.
Malaikat bersabda kepada Yusuf dan menjelaskan bahwa yang terjadi pada Maria itu menurut apa yang telah dinubuatkan Nabi Yesaya (Yes 7:14), yakni anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan dia Imanuel, yang artinya Allah menyertai kita. Yusuf yang telah mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat tadi akan menerapkannya kepada anak yang nanti dilahirkan Maria. Ia dinamainya Yesus, yang artinya Tuhan itu pemberi keselamatan, dalam arti ia menyertai kita - Imanuel. Tuhan tidak meninggalkan kita. Nama itu sendiri ialah ungkapan iman bahwa Yang Maha Besar tetap menyertai kita.
"Tuhan beserta kita" inilah yang bakal lahir di tengah-tengah kumpulan orang di mana saja dan kapan saja yang bersedia mendengarkan kisah kehadiran yang keramat di dunia ini. Warta Natal yang dibawakan petikan Injil Matius pada kesempatan ini besar kandungan rohaninya. Orang diajak mendengarkan kisah kehadiran Tuhan di dalam kehidupan ini. Menurut Matius, tidak sukar memenuhi ajakan itu. Yang dibutuhkan ialah sikap khidmat di hadapan Yang Ilahi yang tampil dalam kehidupan ini dalam macam-macam wujud. Kita ingat pada akhir Injil Matius, pembicaraan mengenai penghakiman terakhir dipusatkan pada apa orang berhasil atau tidak melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesama. Begitulah, sejak awal Matius mengajak kita belajar makin peka akan isyarat-isyarat dari Tuhan sendiri. Dan Yusuf menjadi gambar orang yang sampai ke sana, dengan segala ketulusan yang membuatnya mampu mendengarkan khidmat kisah kehadiran Tuhan di dekatnya. Pada kesempatan ini juga kita mendapat ajakan seperti itu.
DARI BACAAN KEDUA (Kis 13:16-17.22-25)
Satu ketika dalam perjalanannya yang pertama Paulus dan rekan-rekannya singgah di Antiokhia yang di Pisidia - sekarang Turki tengah agak ke selatan. Di situ mereka ikut ibadat di rumah ibadat Yahudi pada hari Sabat. Memang zaman itu belumlah komunitas Kristiani terpisah dari kalangan Yahudi. Setelah pembacaan Taurat, pimpinan rumah ibadat menyilakan bila ada dari antara rombongan Paulus yang ingin mengutarakan pesan untuk menguatkan iman umat. Maka Paulus pun angkat bicara.
Bacaan kedua kali ini diangkat dari pembicaraan Paulus di rumah ibadat itu. Ringkasnya, Paulus mengutarakan kembali sejarah umat Perjanjian Lama sebagai kenyataan hadirnya Yang Mahakuasa dalam kehidupan manusia dalam kurun waktu tertentu dan tempat tertentu. Secara khusus ditegaskannya bahwa keselamatan datang dalam kehidupan lewat Raja Daud. Dan seorang keturunan Daud, yakni Yesus, telah datang menghadirkan Yang Ilahi. Tentang dia Yohanes Pembaptis telah memberikan kesaksian. Kebesaran tokoh yang disebutkan Paulus itu amat dikenal para pendengarnya. Karena itulah kesaksiannya juga amat kuat.
Pokok di atas menunjuk pada kekhususan iman kristiani, yakni kepercayaan yang berani mendasarkan diri pada kejadian-kejadian dalam sejarah umat manusia di zaman tertentu dan di tempat tertentu. Inilah kekuatan iman ini. Bisa menjadi bagian sejarah, bukan hanya gagasan-gagasan belaka. Berarti juga iman ini mengubah arah sejarah manusia. Dari perjalanan yang mengarah ke kehancuran umat manusia kini terarah kembali ke kehidupan. Inilah keselamatan dalam arti seluas-luasnya. Ini juga ajakan bagi siapa saja yang mempercayai kehadiran ilahi seperti ini untuk ikut mengarah ke perbaikan hidup, ke keadaan yang makin layak bagi sispa saja, ke kehidupan bersama yang saling memperkaya.
Salam hangat,
A. Gianto
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati
renunganpagi.id 2024 -