![]() |
Paus Pius XII (ilustrasi) |
1. Dahulu kala ada seorang manusia yang meninggalkan rumah untuk bepergian. Selama berbulan-bulan ia berkelana terus menerus, terkadang melalui jalan raya yang lebar, terkadang melalui jalan berbatu. Sering kali ia bepergian di tengah hujan es, hujan, dan salju, sering kali di bawah terik matahari, tetapi apa pun cuacanya ia terus bepergian. Ia mendaki puncak-puncak gunung tertinggi dan kembali turun ke lembah-lembah. Perjalanannya tampak takkan pernah berakhir. Namun, suatu hari, ia menjadi sangat lelah dan duduk termenung di pinggir jalan. Seorang pejalan kaki mendekatinya dengan ramah. "Anda tampak sangat lelah," katanya. "Apakah Anda telah lama bepergian?" "Sangat lama," jawabnya. "Sepertinya saya tidak punya tenaga lagi." "Tetapi ke mana Anda akan pergi?" tanya teman barunya. Si pengelana hampir memulai perjalanannya. Setelah mempertimbangkan sejenak, ia menjawab dengan nada heran: "Ke mana saya akan pergi? Saya rasa saya tidak tahu!"
Sayangnya, banyak manusia seperti pengembara dalam cerita ini. Mereka telah lama berada di jalan. Mereka hampir tidak ingat kapan pertama kali mereka berangkat mencari mimpi yang jauh. Mereka mencari kebahagiaan dengan cemas, tetapi sering kali tanpa disadari. Tetapi mereka tidak dapat menemukannya, karena kebahagiaan adalah nama untuk sesuatu yang lebih besar, untuk Tuhan sendiri. Tuhanlah yang harus kita cari jika kita ingin menemukan kebahagiaan. Jika tidak, perjalanan duniawi kita tidak akan memiliki tujuan dan sasaran. Hidup tidak dapat dipahami tanpa Tuhan. "Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri, ya Tuhan," seru Santo Agustinus, "dan hati kami tidak akan pernah tenang sampai mereka beristirahat di dalam-Mu." (Pengakuan. I, i, i) Yesus memahami masalah-masalah kodrat manusiawi kita. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat," kata-Nya, "dan Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28)
2. Semua orang mencari Tuhan, entah mereka menyadarinya atau tidak. Mereka tidak puas dan tidak dapat mengerti mengapa. Mereka tidak menyadari bahwa sumber ketidakpuasan mereka yang sebenarnya adalah karena mereka belum menemukan Tuhan, dan hanya Tuhan yang dapat membuat manusia bahagia. Perawan yang Terberkati harus menanggung banyak kesedihan, tetapi dia tidak pernah harus menanggung rasa sakit yang menimpa kita semua pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil, rasa sakit karena terpisah dari Tuhan. Bahkan ketika dia kehilangan Anak Yesus, dia masih memiliki Tuhan dalam jiwanya, karena dia telah menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada-Nya. Sepanjang hidupnya dia tetap bersatu dengan Tuhan dalam suka dan duka. Kehendak Tuhan adalah kehendaknya, keinginan-Nya adalah keinginannya. Jika kita ingin menjadi putra-putra Maria yang layak, kita harus menirunya dalam hal ini. Mari kita pertimbangkan sifat dari pikiran dan keinginan kita yang paling intim. Betapa sering kita melupakan Tuhan! Betapa sedikitnya kita benar-benar memikirkan-Nya. Kita asyik dengan begitu banyak urusan lain sehingga kita melupakan Dia yang seharusnya menjadi pusat dari semua rencana kita. Kita terlalu menyukai diri kita sendiri dan kenyamanan serta minat kita sendiri. Akibatnya, kita melupakan Dia yang kepada-Nya kita berutang segalanya dan yang seharusnya menjadi tujuan akhir hidup kita. Hati kita sangat kecil. Jika kita memenuhinya dengan keinginan duniawi, tidak ada ruang bagi Tuhan. Namun, Tuhan harus menjadi penguasa mutlak jiwa kita. Marilah kita mengosongkan diri dari kesibukan duniawi yang tidak berguna dan memberi ruang bagi tujuan-tujuan rohani. Marilah kita memberi ruang bagi Tuhan. Jika kita mencari-Nya dalam segala hal, kita akan menemukan-Nya.
3. Santa Maria, bantulah aku untuk berusaha menyenangkan Tuhan sepanjang hidupku. Bantulah aku untuk melihat-Nya dalam segala hal, untuk mencintai-Nya dalam semua kasih sayangku, untuk mengarahkan semua pikiran dan keinginanku kepada-Nya. Inilah satu-satunya cara agar aku dapat menjadi sepertimu, Bundaku. Dengan cara ini aku akan menemukan kedamaian di bumi, bahkan di tengah penderitaan, dan kebahagiaan di Surga yang tidak akan pernah berlalu. Amin.(Antonio Kardinal Bacci)
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.