| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 17 Agustus 2009 :: Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia (2)

Senin, 17 Agustus 2009
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

“Hormatilah semua orang, kasihanilah saudara-saudaramu, takutlah kepada Allah, hormatilah raja!” (1 Petrus 2: 17)



Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa, kami berterimakasih kepada-Mu atas rahmat kemerdekaan yang telah Kauberikan kepada bangsa kami. Kami juga bersyukur atas alam yang indah dan negeri yang subur. Semoga kami dapat memanfaatkan anugerah-Mu ini dengan sebaik-baiknya. Bapa, bantulah kami agar senantiasa mensyukuri rahmat-Mu melalui karya dan usaha kami. Amin. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (10:1-8)

"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS. 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat.
(Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)

"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "

Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 956
Ref. Alleluya
Ayat: Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan
oleh Ignatius Sumarya, SJ

"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Para bapa bangsa Indonesia yang berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia kiranya adalah pribadi-pribadi yang cerdas beriman, terdidik dan beriman. Proklamasi Kemerdekaan telah dinyatakan 64 tahun yang lalu, dengan kata lain secara manusia boleh dikatakan telah dewasa, namun jika dicermati apa yang ada di Indonesia saat ini kiranya masih ada hal-hal yang boleh dikatakan dewasa, yaitu dalam hal pendidikan atau pembinaan manusia, yang nampak masih maraknya aneka macam bentuk kebejatan moral seperti korupsi, tawuran, permusuhan serta kebodohan yang berdampak pada kemiskinan. Panji-panji Negara kita adalah bendera berwarna ‘merah putih’ yang kiranya berarti keberanian dalam berjuang dan berkorban serta hidup dan bertindak dalam kesucian. Maka jika mencermati suasana kehidupan saat ini rasanya ‘perjuangan, pengorbanan dan kesucian’ kurang atau tidak menjiwai kehidupan warganegara pada umumnya maupun para pejabat atau petinggi Negara khsusunya. Mereka yang katanya menjadi wakil rakyat sering juga hanya mencari kesenangan pribadi serta mengusahakan kekayaan atau harta benda demi keluarganya sendiri. Para pejabat ketika bersumpah jabatan dalam rangka mengawali tugas dan jabatannya ketika mulai menjabat mulai melakukan koropsi seenaknya, dst.., Para Era Reformasi dan Desentralisasi saat ini juga terjadi desentralisasi korupsi, bahkan wilayah-wilayah yang konon diwarnai agama tertentu justru korupsi lebih besar daripada wilayah lain. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan atau merayakan Hari Raya Kemerdekaan RI ke 64 ini kami mengajak anda sekalian mawas diri dengan bantuan sabda di bawah ini.

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:21 )

Sabda Yesus di atas ini kiranya telah dicoba dibahasakan secara lain oleh salah seorang pahlawan Indonesia , yaitu Mgr.A.Soegijapranata SJ, alm. dengan .motto : ”Jadilah 100 % warganegara dan 100% katolik (beragama)”. Maka baiklah kita renungkan kutipan Sabda Yesus di atas bersama dengan motto Mgr. A.Soegijapranata SJ tersebut dalam rangka mengenangkan Kemerdekaan Negara kita.

1) “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar”. Di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ada aneka macam aturan dan tatanan hidup bersama yang harus kita hayati atau laksanakan. Jika dicermati rasanya masih cukup banyak orang yang tidak setia atau kurang tertib dalam melaksanakan aneka tatanan atau aturan yang terkait dengan apa yang seharusnya dilakukan di dalam hidup dan tugas sehari-hari, entah dimasyarakat, di tempat kerja atau jalanan. Menjadi warganegara yang baik berarti senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait, dan kiranya untuk itu para petinggi atau pejabat hendaknya menjadi teladan.

Salah satu masalah yang masih memprihatinkan masa kini adalah korupsi, yang terkait dengan keutamaan jujur, disipilin, tertib dst.. ”Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997,hal 17). Kecurangan masih terjadi di berbagai tingkat atau bidang kehidupan bersama masa kini, dan rasanya hal itu mulai terbiasa selama yang bersangkutan masih belajar di sekolah, yaitu dengan kebiasaan menyontek dalam ulangan maupun ujian. Maka kami berharap kejujuran ditanamkan sedini mungkin bagi anak-anak, sejak di dalam keluarga; dan di sekolah-sekolah diberlakukan ‘dilarang menyontek dalam ulangan maupun ujian’.

2) “Berikanlah kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Sabda ini kiranya terkait dengan kehidupan beragama kita masing-masing. Hidup dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta nikmati sampai saat ini adalah anegerah Allah, maka selayaknya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh syukur dan terima kasih kepada Allah, dan hal itu juga kita wujudkan dalam bersyukur dan berterima kasih kepada saudara-saudari kita. Dengan kata lain sebagai umat beragama hendaknya kita saling bersyukur dan berterimakasih satu sama lain “Bersyukur adalah sikap dan perilaku yang tahu dan mau berterima kasih kepada Tuhan atas hikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pusataka- Jakarta 1997, hal 13). Sekali lagi hidup bersyukur ini hendaknya sedini mungkin dibinakan dan dibiasakan bagi anak-anak sedini mungkin dan tentu saja dengan teladan dari orangtua atau bapak-ibu.


“Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja” (1Ptr 2:15 -17)

Hidup sebagai orang merdeka berarti menjadi “hamba Allah” dan senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Menjadi “hamba Allah” berarti senantiasa taat pada kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari: bekerja keras tanpa kenal lelah dalam berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. “Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). “Sesuatu” yang dimaksudkan disini adalah perbuatan baik atau hal-hal yang positif.

Sebagai orang merdeka kita juga dipanggil untuk tidak menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan. Hemat saya hal ini selayaknya dilakukan dan disebarluaskan oleh para penegak hukum, misalnya polisi dan mereka yang bekerja dalam aneka tugas pengadilan. Polisi kiranya dengan bebas merdeka dapat kemana saja, maka hendaknya jangan menyalahgunakan kebebasan tersebut untuk berbuat jahat atau menutupi aneka kejahatan. Di dalam pengadilan juga sering terjadi usaha untuk menutupi atau menyelubungi kejahatan-kejahatan, yang didukung oleh uang atau orang-orang berduit/kaya. “Homatilah semua orang”, demikian pesan Petrus. Polisi dan penegak hukum hemat saya dapat bertemu dengan semua orang/warganegara, maka kami berharap mereka juga dapat menjadi teladan dalam menghormati sesama manusia, menjunjung tinggi harkat martabat manusia atau hak-hak asasi manusia. Jauhkan aneka macam bentuk kekerasan ketika anda sedang melaksanakan tugas entah di tengah-tengah masyarakat maupun di tempat pengadilan.

“Takutlah akan Allah”. Peringatan atau nasihat ini merupakan ajakan bagi kita untuk beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan. Ketika kita berbuat jahat, mungkin tidak ada satu orangpun yang tahu, tetapi Allah mengetahui. Maka jika kita sungguh beriman, marilah kita tidak berbuat jahat sedikitpun dan senantiasa berbuat baik atau melakukukan hal-hal yang positif di dalam hidup kita sehari-hari. Semoga sila kelima dari Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh bangsa, segera menjadi nyata atau terwujud dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku. Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku” (Mzm 101:6-7)

Jakarta , 17 Agustus 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 16 Agustus 2009 :: Hari Minggu Biasa XX

Minggu, 16 Agustus 2009
Hari Minggu Biasa XX

“Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu jauh , sudah menjadi dekat oleh darah Kristus.” --- Efesus 2: 13.

Doa Renungan
Tuhan Allah kami, seringkali kami memuaskan diri kami dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan diri-Mu. Hari ini Engkau mengajari kami, bahwa Engkaulah satu-satunya yang dapat memuaskan rasa lapar dan haus kami. Ajarilah kami untuk mengusahakan apa saja yang berguna untuk kehidupan kekal. Kuatkanlah kami bila berhadapan dengan godaan dunia yang tak kalah kuatnya menggoda dalam kehidupan kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Amsal (9:1-6)

"Makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur."

Sang Hikmat telah mendirikan rumah, menegakkan ketujuh tiangnya, memotong ternak sembelihan dan mencampur anggurnya, serta menyediakan hidangan. Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota, "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah kemari!" Dan kepada yang tidak berakal budi mereka berkata, "Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur! Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 858
Ref. Makanlah dan minumlah roti dari Tuhanmu kenangan perjanjian baru.
Ayat.
(Mzm 34:2-3.10-15)
1. Di dalam kecemasan Tuhan mendampingi 'pabila kita makan hidangan ilahi.
2. Pun kita yang berdosa, diundang oleh-Nya supaya kita ikut menyantap Tubuh-Nya.
3. Tubuh-Nya diberikan sebagai makanan supaya kita hidup selama-lamanya.
4. Nyatakanlah janji Tuhan dalam perjamuan: Dengan kehadiran-Nya semua disatukan.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:15-20)

"Berusahalah mengerti kehendak Tuhan."

Saudara-saudara, perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup: Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Janganlah kamu bodoh, tetapi berusahalah mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu. Tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati! Kepada Allah dan Bapa kita ucapkanlah selalu syukur atas segala sesuatu dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Bait Pengantar Injil PS 960
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya 
Ayat. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:51-58)

"Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, "Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?" Maka kata Yesus kepada mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Rekan-rekan yang budiman!


Umat Perjanjian Lama meninggalkan tanah Mesir untuk memperoleh kemerdekaan di negeri yang dijanjikan kepada mereka (Kel 3:7-10; 6:5-7; Ul 26:5-9). Ada kalanya di tengah perjalanan mereka menyesali telah melepaskan tempat mereka biasa hidup sehari-hari demi sebuah negeri yang baru berujud janji itu (Kel 16:3). Dapatkah mereka sampai ke sana dengan selamat? Bagaimana melewati gurun gersang yang mengerikan ini? Syukur semuanya telah terjadi. Dan pokok-pokok terpenting pengalaman di gurun tadi dikenang turun temurun dalam ibadat. Dipercaya pula bagaimana hari demi hari umat mendapat makanan langsung dari langit (Kel 16:12-35; bdk. Bil 11:7-8) sehingga mereka dapat berjalan terus.

Perjalanan di gurun tadi kemudian dipakai untuk membaca kembali pengalaman mengarungi kehidupan ini. Manakah tujuan hidup yang sesungguhnya? Bagaimana mencapainya? Masihkah Yang Maha Kuasa memberi makanan seperti dulu? Dalam cara apa? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa dianggap sepi, bisa dibesar-besarkan, tetapi dapat pula ditekuni dalam dialog batin. Bagaimana mengarungi gurun kehidupan ini dengan selamat sampai ke tujuan? Dalam hubungan inilah Yesus menampilkan diri kepada orang-orang sezamannya sebagai makanan bagi kehidupan yang turun dari surga. Begitulah, bila orang mau menerimanya dan menyatu dengannya, kehidupannya akan dirasuki surga. Inilah yang ditampilkan dalam Yoh 6:51-58 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XX tahun B.


"DAGING" DAN "DARAH"?


Yesus memakai cara bicara yang agak khusus, yaitu menyebut diri sebagai "anak manusia". Ia juga merujuk pada semua tindakan, amal, kata-kata dan pelayanannya dalam hidupnya sebagai "daging" dan "darah"-nya. Ungkapan ini menunjukkan betapa semuanya itu terpadu dalam kehidupannya. Jadi "daging anak manusia" sama dengan semua yang dijalankan Yesus dan diajarkannya. Dalam hubungan ini "makan" dan "minum" mengungkapkan kesatuan baik dengan yang disantap maupun dengan sesama penyantap. Gagasan-gagasan ini diungkapkan dengan "makan dagingku" dan "minum darahku".

Orang-orang Yahudi yang memperbincangkan pernyataan Yesus menyangkut "makan dagingnya" (Yoh 6:52) bukannya tidak menangkap maksudnya. Mereka tahu betul yang dimaksud ialah diri Yesus, hidupnya, pengabdiannya, ajarannya, apa saja yang dilakukan. Yesus mengajak mereka menerima semua itu sebagai bekal perjalanan manusia menuju hidup abadi. Tetapi sulit bagi mereka untuk mengiakannya. Mereka juga memiliki tradisi panjang dalam agama mereka. Dan ia sekarang mau memancang kebijaksanaan turun-temurun tadi pada hal-hal yang diajarkannya sendiri? Memang ia pintar, ia mempesona, ia banyak pengikutnya, tetapi apakah semua yang dilakukannya dan diajarkannya itu sungguh dapat menjadi penopang perjalanan hidup ini? Klaim segede itu apa tidak keterlaluan? Jangan-jangan spiritualitas baru ini cuma mau memonopoli Yang Keramat! Itulah kesangsian mereka. Itulah yang mereka perdebatkan. Bukan hanya perkara di dalam kepala saja. Jika kita ikut ajaran Yesus ini, risikonya besar. Kalau ternyata keliru, maka kita akan kehilangan yang telah kita punyai dari dulu. Mereka seperti leluhur mereka yang gundah ketika mulai menempuh perjalanan meninggalkan Mesir ke sebuah negeri yang baru berupa janji.

Dalam membaca petikan ini tak perlu kita bertolak pada anggapan bahwa orang-orang Yahudi dari awal bersikap memusuhi. Mereka sebetulnya ingin tahu apa dasar klaim sebesar itu. Yesus pun menegaskan, "Sesungguhnya aku berkata kepadamu, jikalau kamu tidak makan daging anak manusia (dagingku dalam arti seperti dijelaskan di atas) dan minum darahnya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu..." Meskipun nada ay. 54 itu seperti mengulang-ulang yang pernah dikatakannya sendiri, di sini ditegaskan bahwa "daging dan darah anak manusia" dapat ikut dihidupkan dan dihidupi tiap orang yang bersedia menerimanya. Yang dimaksud tentunya semua yang dilakukan dan diajarkan Yesus, pengusiran roh jahat, penyembuhan, ungkapan belas kasihnya kepada orang banyak. Inilah yang menjadi awal dari "hidup kekal" yang nanti bakal diperoleh dengan utuh pada akhir zaman, seperti ditandaskan dalam ay. 54.

DI DALAM RUMAH IBADAT

Disebutkan dalam ay. 59, yang tidak ikut dibacakan hari ini, bahwa perkataan Yesus tadi diucapkannya sewaktu mengajar di sinagoga, yakni rumah ibadat orang Yahudi di Kapernaum. Jadi ia menyampaikan pengajaran kepada orang-orang yang datang beribadat dan mendengarkan sabda Allah menurut kepercayaan Yahudi dan kebiasaan turun temurun mereka. Salah satu tema yang selalu muncul dalam doa dan penjelasan sabda di rumah ibadat ialah kehidupan umat dalam perjalanan ke Tanah Terjanji dan pemberian hukum Taurat di Sinai. Diingat kembali kisah pemberian makanan dari surga tiap hari, yakni manna (Kel 16:12-35), yang membuat umat dapat bertahan dalam perjalanan mencapai tujuannya. Selain itu juga ada kurban sembelihan di Sinai dengan recikan darah untuk meresmikan janji setia umat (Kel 24:5-8). Dalam ibadat seperti itu seorang pembicara dapat mengolah pokok-pokok ini dengan menghubungkan dengan keadaan nyata. Semacam homili dengan aktualisasi. Itulah yang dilakukan Yesus pada waktu itu. Bisa ditengok pengajarannya di rumah ibadat di Nazaret yang menerapkan nubuat Yes 61:1-2 pada warta yang dibawakannya hari itu (Luk 4:21). Juga di lain kesempatan di rumah ibadat ia mengajar mengenai Kerajaan Allah (Mat 4:23 9:35).

Sebelum petikan bagi hari ini, dikisahkan bagaimana reaksi orang-orang Yahudi mendengar perkataan Yesus mengenai "roti kehidupan" (Yoh 6:25-50). Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa dirinya ialah makanan yang diberikan dari surga untuk menyambung hidup umat agar mencapai tujuan perjalanannya (ay. 51 yang dibacakan pada awal petikan). Karena itulah orang-orang Yahudi memperdebatkan, apa maksud Yesus sebenarnya dengan pernyataan itu. (ay. 52). Dari konteks ini jelas perbincangan tadi sudah jadi bahan pembicaraan umum. Dalam hubungan inilah patut dipahami uraian Yesus di sinagoga di Kapernaum ini. Di situ ia menerapkan pada dirinya gagasan bahwa Allah memperhatikan dan memelihara umatNya yang ada dalam perjalanan menuju ke Tanah Terjanji. Tidak semua pendengarnya setuju, tetapi mereka tertarik membicarakannya karena bahannya menyangkut masalah yang mereka kenal.

KOMUNITAS AWAL
Keadaan para pendengar di sinagoga waktu itu tidak sama dengan umat yang datang ke gereja kini. Bagi mereka dulu, "makan daging dan darahnya", yakni bersatu dengan kehidupan Yesus demi keselamatan, menimbulkan persoalan besar. Bagi pendengar di gereja, kehidupan Yesus yang dikurbankan bagi penebusan dan keselamatan orang banyak sudah menjadi pokok kepercayaan. Bagi orang dulu perspektifnya ialah berusaha mengerti dan percaya Bagi kita, masalahnya bukan lagi agar kita mau menerima iman itu, melainkan bagaimana kita dapat memahami hal-hal dalam terang iman.

Injil yang diperdengarkan hari ini sebenarnya tumbuh dari upaya komunitas awal, komunitas Yohanes, untuk menjelaskan makna perjamuan ekaristi yang sudah biasa mereka rayakan. Pengajaran Yesus mengenai dirinya sebagai makanan yang diberikan dari surga yang dapat membawa mereka sampai ke hidup abadi dalam Yoh 6:25-50 diterapkan pada perayaan ekaristi. Pertanyaan dasar ialah apa arti ekaristi ini dan bagaimana "kita", yakni orang-orang dalam komunitas Yohanes tadi boleh merasa lebih beruntung dari nenek moyang mereka. Maklum, komunitas ini berasal dari kalangan orang Yahudi yang saleh yang sadar akan nilai tradisi keagamaan leluhur mereka. Tetapi kini mereka juga berusaha menghayati ajaran Yesus yang membuat mereka makin dekat dengan Yang Maha Kuasa yang tak terjangkau itu.

Ibadat ekaristi menjadi tindakan sakramental bersatu dengan Yesus. Tindakan ini mengungkapkan tekad mereka untuk saling menunjang. Mereka merasa berpikir sejalan, sepengharapan. Ada komunitas. Bagi mereka, kehidupan yang dipelihara dengan ingatan bersama akan Yesus tadi ialah kehidupan yang nanti akan berlanjut tanpa akhir. Mereka sudah mulai menemukan kehadiran ilahi yang tak hanya dibataskan pada perjalanan ke Tanah Terjanji seperti nenek moyang mereka dulu.

Juga bagi kita orang zaman ini, Yang Maha Kuasa masih memberi makanan dan minuman agar orang dapat menempuh perjalanan hidup. Perjalanan ini penuh unsur yang tak terduga-duga, perjalanan ini penuh harapan tapi yang juga yang sering harus dititi dengan rasa sakit. Di beberapa tempat di negeri kita sedang mengalami kesusahan akibat bencana alam dan malapetaka sosial. Kepercayaan akan kebesaran Yang Maha Kuasa akan membuat orang makin tabah. Juga dalam keadaan sulit kita masih "diberi makan dan minum dari langit". Akan diperoleh makanan yang sama, minuman yang sama, kehidupan yang sama yang telah diperoleh Yesus dari atas sana. Bukan hanya bagi kepentingan perorangan saja, melainkan dalam ikhtiar bersama untuk memperbaiki keadaan, dalam mengatasi kesulitan, dalam saling menguatkan. Dan solidaritas sakramental ini dapat menjadi kekuatan untuk berjalan terus sampai ke sana, ke tempat yang telah dicapai Yesus sendiri!



Salam hangat,

A. Gianto

Sabtu, 15 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XIX

Sabtu, 15 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XIX

Yang terbesar dan terhormat di dalam Kerajaan Allah

“Janganlah menghalangi mereka datang kepada-Ku”


Doa Renungan

Allah Bapa kami di surga, Engkau mencintai siapa saja di muka bumi ini, tak terkecuali anak-anak kecil. Engkau menjadi sumber sukacita dan kegembiraan bagi anak-anak. Ajarlah kami agar kami pun menjadi sumber sukacita dan kegembiraan bagi anak-anak kami. Kami berdoa secara khusus bagi anak-anak kami, berkatilah mereka dan bantulah mereka agar kelak menjadi anak yang berbakti bagi Gereja dan masyarakat kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yosua (24:14-29)

"Pilihlah hari ini, kalian mau beribadah kepada siapa!"

Menjelang wafatnya, Yosua berkata kepada umat Israel: takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita." Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu. Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu." Tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: "Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah." Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi!" Ia berkata: "Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel ." Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: "Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan." Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem. Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana , di bawah pohon besar, di tempat kudus TUHAN. Kata Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Sesungguhnya batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Allahmu." Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya. Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur seratus sepuluh tahun.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref Ya Tuhan, Engkaulah milik pusakaku.
Ayat.
(Mzm 16: 1-2a,5,7-8,11)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku."
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah di tangan kanan-Mu ada hikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:13-15)

"Janganlah menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Ku."

Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga."Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Yang terbesar dan terhormat di dalam Kerajaan Allah atau hidup beriman dan beragama adalah mereka yang tersuci, bukan karena bergelar sarjana, doktor atau professor. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan mengakui atau mengimani bahwa anak-anak lebih suci daripada orantuanya atau orang-orang dewasa, mengingat dan memperhatikan bahwa kita semakin tambah usia dan berpengalaman pada umumnya juga bertambah dosanya. Maka kiranya dengan mudah dapat kita mengerti bahwa di hadapan para murid sambil menunjuk anak-anak kecil Yesus bersabda: “Orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga”. Maka baiklah kita senantiasa menghormati dan menjunjung tinggi anak-anak kecil alias mengasihi mereka dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan tubuh, dan secara konket mendidik dan mendampingi mereka agar tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Untuk itu di dalam anggaran hendaknya bidang pendidikan anak-anak memperoleh alokasi anggaran, entah uang/dana atau tenaga yang memadai. Tidak memperhatikan, mendidik dan membina anak-anak dengan baik berarti kita menyengsarakan masa depan mereka atau bahkan sebenarnya kita pelan-pelan akan sengsara dan seterusnya menderita sengsara sampai mati. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua atau bapak-ibu untuk sungguh mengasihi anak-anaknya selama masa balita, misalnya: para ibu menyusui anak-anaknya paling tidak selama satu tahun, syukur lebih dari satu tahun, selama masa balita anak-anak hendaknya bapak dan ibu cukup boros waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, dst.. .Salah satu bentuk mengasihi memang adalah berani memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, yang dikasihi. Sekali lagi saya ingatkan pada orangtua atau suami-isteri untuk mawas diri: bukankah ketika anda dalam masa pacaran dan tunangan sungguh saling memboroskan waktu dan tenaga anda? Teruskan atau lanjutkan hal itu terhadap anak-anak anda!

· “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia” (Yos 24:14a) Beribadah kepada Tuhan dengan ikhlas dan setia hendaknya kita hayati setiap hari. Secara liturgis berarti tidak melupakan doa-doa harian, misalnya doa pagi dan malam, doa akan dan sesudah makan dst.; setiap minggu berpatisipasi dalam ibadat/misa kudus dengan khidmat. Dalam hal doa harian kiranya kita di Indnnesia sangat dibantu oleh suara ‘adzan’ dari masjid, surau atau langgar, ajakn untuk berdoa. Tenttu saja berdoa saja tidak cukup, sebagai orang yang beribadah atau beriman kepada Tuhan kita harus menghayati ibadah atau iman kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Iman tanpa perbuatan berarti mati, demikian kata rasul Yakobus. Keunggulan hidup beriman atau beribadah terletak dalam penghayatan bukan upacara liturgis.

Marilah kita hayati hidup dan kerja kita sebagai ibadah kepada Tuhan, dan dengan demikian rekan hidup dan bekerja adalah rekan beribadah, tempat dan sarana kerja dan hidup adalah tempat dan sarana ibadah, suasana hidup dan kerja adalah suasana ibadah. Bukankah ketika kita beribadah bersikap hormat, rendah hati dan bersababat? Maka dalam hidup dan kerja setiap hari selayaknya kita saling menghormati dan rendah hati sehingga terjadilah persahabatan sejati dalam hidup dan kerja. Jauhkan dan berantas aneka bentuk pelecehan atau penghinaan terhadap orang lain, antara lain marah. Menggerutu, mengeluh dan marah hemat saya merupakan bentuk pelecehan terhadap yang lain, yang kita marahi, dan dengan demikian melanggar hak-hak azasi dan cintakasih. Persaudaraan, persahabatan sejati kiranya menjadi dambaan atau kerinduan semua orang, demikian juga kerjasama dalam bekerja atau mengusahakan sesuatu demi kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.



“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah”(Mzm 16:5.7-8).



Jakarta, 15 Agustus 2009
Ignatius Sumarya, SJ

Jumat, 14 Agustus 2009 :: Peringatan Wajib St. Maximilianus Maria Kolbe, Imam-Martir

Jumat, 14 Agustus 2009
Peringatan Wajib St. Maximilianus Maria Kolbe, Imam-Martir

MENJADI SATU DAGING

“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” --- Matius 19: 5

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yosua (24: 1- 13)

"Aku telah mengambil bapamu dari Mesopotamia, mengeluarkan engkau dari Mesir, dan menuntun engkau masuk ke tanah perjanjian."

Menjelang wafatnya, Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel , para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel : Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir. Lalu Aku mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti yang Kulakukan di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya gelap antara kamu dan orang Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka, sehingga mereka diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir. Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun. Aku membawa kamu ke negeri orang Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kamu menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu. Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab , bangkit berperang melawan orang Israel . Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga ia pun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya. Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ayat.
(Mzm. 136: 1-3, 16-18, 21-22, 24)
* Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Bersyukurlah kepada Allah segala allah!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Kepada Dia yang memukul kalah raja-raja yang besar;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Dan membunuh raja-raja yang mulia;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Dan memberikan tanah mereka menjadi milik pusaka;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Milik pusaka kepada Israel , hamba-Nya!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Dan membebaskan kita dari pada para lawan kita;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Sambutlah pewartaan ini sebagai sabda Allah, bukan sebagai perkataan manusia

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:3-12)

"Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kalian menceraikan isterimu, tetapi semula tidaklah demikian."
Pada suatu hari datanglah orang-orang Farisi kepada Yesus, untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


BERIKUT DI BAWAH ini adalah hubungan antara suami dan isteri yang dirasa begitu repot, akhirnya merasa lebih baik tidak nikah (Mat 19: 10) ? Hubungan yang benar bagaimana ? Seorang suami mengasihi isterinya sebagaimana Yesus mengasihi kita (Ef 5: 25). Dia harus memberikan hidupnya kepada isterinya (Ef 5: 25). Dengan mengikuti perkataan Yesus, ia berkata kepada isterinya: “Inilah tubuhku yang diserahkan bagimu” (Luk 22: 19). Dengan demikian, ia mengenyampingkan jadwal aktifitasnya, hasrat, dan apa saja untuk membahagiakan isterinya. Dia “memenuhi kewajiban dan menyenangkan isterinya” (1 Kor 7: 33).

Seorang isteri menyadari posisi suaminya itu sebagai kepala keluarga (Ef 5: 23). Ia tunduk kepada kepempimpinannya (yaitu, hidupnya dibawah pimpinan suaminya) dalam meneladani Yesus yang taat kepada Bapa-Nya. Dalam sikap menempatkan hidupnya kepada suaminya, Allah bekerja melalui “kehormatan dan kemurnian hidupnya” yang tidak hanya sekedar memenangkan suaminya (1 Ptr 3: 1-2), namun juga menggaris bawahi sikap tunduk bagi seluruh gereja (Ef 5: 23-24).

Dengan mengasihi satu sama lain, suami dan isteri dapat meyakinkan dunia bahwa Yesus mengasihi gereja-Nya (Ef 5: 32-33). Berapa banyak orang yang merasa bahwa Allah tidak peduli terhadap mereka? Satu pasangan suami isteri yang hidup dalam ketaatan kepada Yesus dapat membuka hati mereka kepada kasih Allah. Kasihilah pasangan anda, berikanlah tubuh dan hidup anda bagi pasangan anda, dan membawa dunia kepada kasih Yesus.

Doa : Bapa, kiranya pasangan suami isteri mengasihi satu sama lain agar banyak orang menyadari bahwa Yesus mengasihi mereka.
Janji : “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” --- Matius 19: 6.
Pujian : Santo Maximilianus (1894-1941) sewaktu dalam tawanan Perang Dunia II, memberikan hidupnya untuk menyelamatkan seorang ayah dan suami sesama tawanan.


:: Renungan SATU PERJAMUAN – SATU JEMAAT ::

==========================================================


"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

(Yos 24:1-13; Mat 19:3-12)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Maximilianus Maria Kolbe, imam dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hidup setia pada panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban memang tidak mudah, dan pada umumnya orang ingkar janji seenaknya. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Maximilianus Maria Kolbe sebagai imam sungguh setia pada panggilan dan pengutusannya, bahkan ia sampai rela mempersembahkan diri sebagai pengganti seseorang yang harus dihukum mati, mengingat dan mempertimbangkan bahwa orang yang harus dihukum mati tersebut memiliki isteri dan anak-anak yang membutuhkan kasih dan pendampingannya. Memang sulit dimengerti apa yang ia lakukan dan hanya dapat dimengerti dalam iman atau kasih karunia Allah. Kita semua mengaku diri sebagai orang beriman, maka marilah kita hayati kasih karunia Allah yang menyertai hidup kita agar kita setia pada iman, panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban kita masing-masing. Rasanya dalam hal kesetiaan ini kesaksian atau keteladanan para bapak-ibu atau suami-isteri sangat diharapkan; apa yang dialami oleh orangtua/bapak-ibu akan sangat berpengaruh pada anak-anaknya. Maka kami berharap dan mendambakan anda semua yang hidup berkeluarga untuk tetap setia saling mengaisihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sebagaimana pernah anda ikrarkan ketika mengawali hidup berkeluarga. Dari suami-isteri atau bapak-ibu yang setia juga akan lahir anak-anak yang setia: ketika mereka tumbuh berkembang menjadi dewasa, entah terpanggil untuk hidup berkeluaga, imamat atau membiara, juga akan setia pada panggilan dan tugas pengutusannya.

· “Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu”(Yos 24:11-12). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Di dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, temapat kerja atau masyarakat, kiiranya kita sering menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Hendaknya kita tidak mengatasi atau menghadapi semua itu dengan kekerasan dalam bentuk apapun, melainkan dengan dan dalam iman, harapan dan kasih. Semua ciptaan di dunia ini ada, tumbuh dan berkembang hanya karena dan oleh kasih, maka sikapilah semuanya dalam dan oleh kasih. Entah orang atau sesama manusia atau binatang yang nampak seram dan menakutkan ketika disikapi dan dihadapi dalam dan oleh kasih, maka mereka pasti akan menjadi sahabat. Kasih berasal dari Allah, maka ketika kita mengasihi orang lain berarti kita hidup dan bersama dengan Allah, dan bersama atau bersatu dengan Allah tiada ketakutan atau kekhawatiran dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Ingat dan kenangkan para bapak-ibu atau suami-isteri, bukanlah anda memiliki pengalaman konrkret sejak kenal pertama saling mendekati dalam dan oleh kasih; ingat dan kenangkan masa pacaran atau tunangan anda, dan kemudian hayati kembali semangat atau jiwa hidup masa pacaran dan tunangan tersebut pada masa kini.



“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mzm 136:1-3)




Jakarta, 14 Agustus 2009 .


Ign Sumarya

Kamis, 13 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XIX

Kamis, 13 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XIX

MENGAMPUNI?

“Datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku…? ” ---- Matius 18:21


Doa Renungan
Allah yang kekal dan kuasa, ajarilah kami melakukan dan menuruti segala firman yang Kausampaikan melalui Kristus, Putra-Mu yang mulia. Dengan demikian, kami semakin memuliakan Dikau yang ada dalam diri kami, supaya orang lain pun dapat memuliakan nama-Mu yang Kudus. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Melalui Yosua pengganti Musa, Allah tetap menyertai perjalanan umat beriman. Bagi umat beriman, perjalanan hidup merupakan pengalaman perjalanan kesetiaan Allah pada umat-Nya.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yosua (3:7-10a.11.13-17)

"Tabut perjanjian Tuhan akan mendahului kalian menyeberangi Sungai Yordan."

Tuhan bersabda kepada Yosua, "Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau. Maka perintahkanlah kepada para imam pengangkat tabut perjanjian, demikian, 'Setelah kalian sampai ke tepi air Sungai Yordan, haruslah kalian tetap berdiri di tengah Sungai Yordan.' Yosua lalu berkata kepada orang Israel, "Datanglah mendekat dan dengarkanlah sabda Tuhan, Allahmu." Lalu ia menyambung, "Dari hal inilah akan kalian ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kalian. Sungguh, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi akan mendahului kalian masuk ke Sungai Yordan. Begitu kaki para imam pengangkat tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berhenti di dalam air sungai, maka air Sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir dan menjadi bendungan." Ketika bangsa Israel berangkat dari tempat perkemahan untuk menyeberangi Sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan. Segera sesudah para imam pengangkat tabut sampai ke Sungai Yordan, dan para imam itu menginjakkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu, maka berhentilah air mengalir. Padahal waktu itu musim panen, dan selama musim panen air sungai selalu meluap. Air yang turun dari hulu naik menjadi bendungan di kejauhan di dekat Adam, yaitu kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa Israel di hadapan Yerikho. Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian Tuhan tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah Sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai mereka semua selesai menyeberangi Sungai Yordan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 848
Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat.
(Mzm 114:1-6)
1. Pada waktu Israel keluar dari Mesir, di kala kaum keturunan Yakub keluar dari bangsa yang asing bahasanya, maka Yehuda menjadi tempat kudus-Nya, dan Israel wilayah kekuasaan-Nya.
2. Laut melihatnya, lalu melarikan diri, dan Sungai Yordan berbalik ke hulu. Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba.
3. Ada apa, hai laut, sehingga engkau melarikan diri, hai Yordan, sehingga engkau berbalik ke hulu? Ada apa, hai gunung-gunung, sehingga kamu melompat-lompat seperti domba jantan, hai bukit-bukit, sehingga kamu seperti anak domba?

Bait Pengantar Injil PS 953
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

Setiap orang bisa melakukan kesalahan, tapi bila ada pengampunan, orang menemukan kesempatan untuk membaharui dirinya. Pengampunan menjadi tanda paling nyata akan kehadiran Allah dalam kehidupan jemaat beriman.


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:21 - 19:1)

"Aku berkata kepadamu, 'Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali kalian harus mengampuni."

Sekali peristiwa datanglah Petrus kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadapku? Sampai tujuh kalikah?" Yesus menjawab, "Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Sebab hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi utangnya, raja lalu memerintahkan, supaya ia beserta anak isteri dan segala miliknya dijual untuk membayar utangnya. Maka bersujudlah hamba itu dan menyembah dia, katanya, "Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunasi." Tergeraklah hati raja oleh belas kasih akan hamba itu sehingga hamba itu dibebaskannya, dan utangnya pun dihapusnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berutang seratus dinar kepadanya. Kawan itu segera ditangkap dan dicekik, katanya, "Bayarlah utangmu!" Maka sujudlah kawan itu dan minta kepadanya, "Sabarlah dahulu, utangku itu akan kulunasi." Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya ke dalam penjara sampai semua utangnya ia lunasi. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Kemudian raja memerintahkan memanggil orang itu dan berkata kepadanya, "Hai hamba jahat! Seluruh utangmu telah kuhapuskan oleh karena engkau memohonnya. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?" Maka marahlah tuannya dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh utangnya. Demikian pula Bapa-Ku di surga akan berbuat terhadapmu, jika kalian tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu. Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya berangkatlah Ia dari Galilea, dan tiba di daerah Yudea, di seberang Sungai Yordan.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Ketika seseorang mendapat belaskasih, sudah sewajarnya apabila ia juga menjadi penuh belaskasih dan membagikan belaskasihnya itu kepada orang lain. Kita sudah mendapat belaskasih dan pengampunan dari Allah, sudahkah kita menjadi insan yang berbelaskasih dan penuh pengampunan?

Doa Renungan Malam
Segala puji dan syukur kami bagi-Mu ya Bapa, atas segala kebaikan dan kuasa-Mu dalam hidup kami hari ini. Bangkitkanlah semangat tobat dalam diri kami dari hari ke hari, agar kami layak menjadi putera-Mu. Dan ajarilah kami selalu mengakui bahwa Engkaulah Allah yang mahabaik, kini dan sepanjang segala abad. Amin.



R U A H

Rabu, 12 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XIX


Rabu, 12 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XIX

JAGA MULUT DAN LIDAH

“Yesus berkata, Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dibawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” --- Matius 18: 15


Doa Renungan

Selamat pagi Bapa, kami bersyukur kepada-Mu atas nafas kehidupan ini. Kami juga bersyukur atas perlindungan-Mu terhadap orang-orang yang berada di sekitar kami, terutama orang-orang yang kami kasihi. Hari ini Engkau mengajak kami memberi perhatian kepada saudara yang berbuat salah melalui sapaan dan teguran. Ajarlah kami agar dapat menerangi mereka yang masih berada dalam kegelapan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Ulangan (Ul 34:1-12)

"Musa tutup usia sesuai dengan sabda Tuhan, dan tiada lagi seorang nabi seperti dia yang muncul."

Pada waktu akan meninggal, naiklah Musa dari dataran Moab ke pegunungan Nebo, yakni ke puncak Pisga, yang berhadapan dengan Yerikho. Di sana Tuhan memperlihatkan kepada Musa seluruh negeri Kanaan: daerah Gilead sampai ke kota Dan, seluruh Naftali, tanah Efraim dan Manasye, seluruh tanah Yehuda sampai laut sebelah barat, Tanah Negeb dan Lembah Yordan, lembah Yerikho, kota pohon kurma itu, sampai Zoar. Dan bersabdalah Tuhan kepadanya, "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub: 'Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini.' Engkau boleh melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana." Lalu tutup usialah Musa, hamba Tuhan, di sana di tanah Moab, sesuai dengan sabda Tuhan. Ia dikuburkan oleh Tuhan di suatu lembah di tanah Moab, di hadapan Bet-Peor, dan sampai hari ini tidak ada orang yang tahu kuburnya. Musa berumur seratus dua puluh tahun ketika ia meninggal dunia; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu. Dan Yosua bin Nun dipenuhi dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah menumpangkan tangan atasnya. Sebab itu orang Israel taat kepada Yosua dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa. Tetapi tiada lagi seorang nabi yang bangkit di antara orang Israel seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka. Betapa hebatnya segala tanda dan mukjizat yang dilakukan Musa atas perintah Tuhan di tanah Mesir terhadap Firaun dan semua pegawainya serta seluruh negerinya. Betapa hebatnya segala perbuatan megah dan tindakan dahsyat yang dilakukan Musa di depan seluruh bangsa Israel.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terpujilah Allah, yang mempertahankan jiwa kami hidup.
Ayat.
(Mzm 66:1-3a.5.8.16-17)
1. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah, "Betapa dahsyat segala pekerjaan-Mu."
2. Pergilah dan lihatlah karya-karya Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia. Pujilah Allah kami, hai para bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya!
3. Marilah, dengarkanlah, hai kamu sekalian yang takwa pada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam diri Kristus dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:15-20)

"Jika saudaramu yang berbuat dosa mendengarkan teguranmu, engkau telah mendapatnya kembali."

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan dikau, bawalah seorang atau dua orang lain, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sungguh, apa yang kalian ikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kalian lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata kepadamu, jika dua orang di antaramu di dunia ini sepakat meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul demi nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah mereka."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


UMAT KRISTIANI
umumnya tidak meneriak-riakkan sakit hati dan keluhan mereka secara terbuka. Mereka tidak memamerkan apa yang membuat mereka baru geram hati. Kita tidak berusaha menyembunyikan sesuatu, akan tetapi kita menghormati hak-hak orang lain untuk tidak dibicarakan di belakang mereka dan tidak dikatakan di hadapan umum. Kita menjaganya di antara empat mata saja. Bahkan pasangan kita dan keluarga tidak harus tahu akan keluh kesah dan sakit hati kita. Membiarkan mulut kita ngoceh seringkali lebih merugikan daripada masalah itu sendiri.

Umat kristiani sepanjang sejarah Gereja telah mencabik dan mencincang satu sama lain dengan silet yaitu lidah kita. Kita telah bermain-main dalam tangan iblis. Kita adalah pion-pion dalam siasat iblis, yang digunakan untuk meruntuhkan kerajaan Allah. Namun jika kita mengizinkan Roh Allah mengendalikan lidah kita, kita dapat mengendalikan seluruh tubuh kita (Yak 3: 2).

Hal ini tidak hanya berlaku pada tubuh fisik kita saja akan tetapi kepada tubuh Kristus, gereja-Nya. Lidah kita suka bergosip, kita saling menggigit, berbicara hal-hal yang negatif, dan mematahkan semangat menghancurkan Gereja dan membuat penyembahan kita kepada Allah tidak ada artinya (Yak 1: 26). Biarlah lidah kita untuk memuji, berdoa, bernubuat dan memberikan kata-kata yang membangun tubuh Kristus (1 Kor 14: 3-4). Lidah adalah alat yang sangat penting bagi anggota tubuh yaitu gereja-Nya.

Doa : Bapa, kiranya aku berkata-kata dalam bahasa lidah, dan bukan kata-kata yang penuh dosa.
Janji : “Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati, matanya belumkabur dan kekuatannya belum hilang.” --- Ulangan 34: 7.
Pujian : Mengalami pergumulan setiap hari dengan anggota keluarga yang sakit jiwa, Rita tahu akan pengharapannya bahwa Tuhan akan menyelesaikan baginya.



:: Renungan SATU PERJAMUAN – SATU JEMAAT ::

Selasa, 11 Agustus 2009 :: Pw. St. Klara, Perawan

Selasa, 11 Agustus 2009
Peringatan Wajib St. Klara, Perawan 

“Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang semblan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?” --- Matius 18: 12.

Doa Renungan
Allah Bapa yang mahakudus, kembali kami bersyukur atas kasih karunia dan perlindungan yang telah Kauberikan kepadaku. Hari ini Engkau berfirman agar kami bertobat dan menjadi seperti anak kecil serta mau merendahkan diri. Bantulah kami Bapa, agar kami senantiasa mencari kehendak-Mu saja dari hari ke hari. Berkatilah kami hari ini Bapa dan orang-orang yang kami cintai. Demi Kristus, Pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama

Pembacaan dari Kitab Ulangan (31:1-8)


"Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, Yosua, sebab engkau akan masuk bersama bangsa ini ke tanah perjanjian."

Musa menyampaikan pesan ini kepada seluruh bangsa Israel, "Aku sekarang berumur seratus dua puluh tahun. Aku tidak dapat dengan giat memimpin kalian lagi. Dan Tuhan telah bersabda kepadaku, 'Sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.' Tuhan, Allahmu, Dialah yang akan memimpin kalian menyeberang. Dialah yang akan memunahkan bangsa-bangsa dari hadapanmu, sehingga kalian dapat memiliki negeri mereka. Yosua akan memimpin kalian menyeberang, sesuai dengan sabda Tuhan. Tuhan akan memperlakukan bangsa-bangsa itu, sebagaimana Ia telah memperlakukan Sihon dan Og, raja-raja orang Amori, yang telah dipunahkan-Nya beserta negeri mereka. Tuhan akan menyerahkan bangsa-bangsa itu kepadamu, dan kalian harus memperlakukan mereka tepat seperti perintah yang kusampaikan kepadamu. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kalian. Ia takkan membiarkan dikau dan takkan meninggalkan dikau." Musa lalu memanggil Yosua dan berkata kepadanya, di depan seluruh orang Israel, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka. Dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab Tuhan, Dia sendiri yang akan berjalan di depanmu, Dia sendiri yang akan menyertai engkau. Dia takkan membiarkan dikau dan takkan meninggalkan dikau. Janganlah takut dan janganlah patah hati."

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Antar Bacaan
Ref. Bagian Tuhan ialah umat-Nya.
Ayat.
(Ul 32:3-4a.7.8.9.12)
1. Nama Tuhan akan kuserukan, berilah hormat kepada Allah kita, Gunung Batu, yang sempurna karya-Nya.
2. Ingatlah akan zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, ia akan mengisahkannya; tanyakanlah kepada orang tua-tua, mereka akan memberitahukannya.
3. Ketika Yang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada para bangsa, ketika Ia memisah-misahkan anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah para bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.
4. Tetapi bagian Tuhan ialah umat-Nya, Yakublah yang ditetapkan menjadi milik bagi-Nya. Tuhan sendirilah yang menuntun dia, dan tidak ada allah lain menyertai dia.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Terimalah beban-Ku dan belajarlah daripada-Ku, sebab aku lemah lembut dan rendah hati.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:1-5.10.12-14)


"Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak ini."


Sekali peristiwa datanglah murid-murid dan bertanya kepada Yesus, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil, dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata, "Aku berkata kepadamu: Sungguh, jika kalian tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak kecil seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak kecil ini. Karena aku berkata kepadamu: Malaikat-malaikat mereka di surga selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga." Lalu Yesus bersabda lagi, Bagaimana pendapatmu? Jika seseorang mempunyai seratus ekor domba dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang 99 ekor di pegunungan lalu pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu, sungguh, jika ia berhasil menemukannya, lebih besarlah kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian pula Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini hilang."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Klara, perawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Selamat tinggal ibu tersayang”, demikian kata-kata Klara sambil meninggalkan istana yang gemerlapan di Assisi, untuk mengkuti jejak Fransiskus, yang hidup miskin dan meninggalkan kemewahan duniawi serta hanya mau mengabdi Tuhan saja. Klara, gadis yang cantik dan perawan, berkehendak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan kiranya menghayati sabda Yesus “Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”. Dalam perkembangan selanjutnya Klara akhirnya mendirikan ‘Ordo’ yang kemudian dikenal dengan ‘Ordo Klaris’, para suster kontemplatif atau pertapa. Ia kiraanya juga meneladan Yesus “yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”(2Kor 8:9). Penghayatan keutamaan kemiskinan dan kerendahan hati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan. Orang yang menghayati keutamaan kemiskinan akan diperkaya atau menjadi kaya akan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Maka dalam rangka mengenangkan St.Klara, yang telah mempersembahkan keperawanannya, harta yang paling berharga bagi remaja putri, kami mengharapkan rekan-rekan remaja putri dengan rendah hati berani meneladan St.Klara, mininggalkan aneka kemewahan dan gemerlapan dan kemudian hidup miskin serta mengikuti Tuhan Allah saja. Dengan kata lain kami berharap semoga banyak remaja putri yang tergerak untuk hidup membiara atau menjadi suster dan kemudian mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui aneka karya pelayanan bagi masyarakat umum, misalnya karya kesehatan atau pendidikan.

· “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”(Ul 31:6), demikian kutipan firman Tuhan kepada Musa. Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi siapapun yang telah menentukan atau memilih jalan hidup terpanggil, entah menjadi imam, biarawan, biarawati atau hidup tak menikah maupun hidup menikah atau berkelaurga. Apa yang telah dipilih atau ditentukan pada umumnya disadari dan dihayati sebagai anugerah atau panggilan Tuhan, maka hendaknya “janganlah takut dan jangan gemetar, sebab Tuhan Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau”. Dengan kata lain hendaknya setia pada panggilan meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta menuntut pengorbanan dan perjuangan. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan remaja putri untuk tetap setia sebagai perawan alias tidak berhungan seks sebelum hidup berkeluarga atau membiara. Maka hendaknya sering berdoa baik kepada Bunda Maria maupun dengan perantaraan St.Klara agar tetap sstia sebagai perawan. Kami juga berharap rekan-rekan remaja putri tidak menghadirkan atau menampilkan diri sedemikian rupa sehingga merangsang laki-laki mata keranjang untuk berbuat amoral atau jahat.



“Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu.Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia” (Ul 32:7-8)



Jakarta, 11 Agustus 2009
Ignatius Sumarya, SJ

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy