| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 13 September 2009 :: Hari Minggu Biasa XXIV

Minggu, 13 September 2009
Hari Minggu Biasa XXIV

"Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahamurah, Putera-Mu tidak melarikan diri dari penderitaan, tetap menghadapinya sampai pada kesudahannya dengan wafat di salib. Kami mohon, arahkanlah pandangan kami kepada salib-Nya, bila kami sendiri mengalami penderitaan ataupun iba hati oleh penderitaan sesama. Perkenankanlah kami untuk selalu menaruh harapan pada salib Putera-mu itu, sebab di dalam Dia Engkau telah memulai pekerjaan baik di antara kami dan akan menyelesaikannya pada akhirnya nanti. Berkatilah pula Monsinyur Ignatius Suharyo dalam tugas penggembalaannya yang baru. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini, dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (50:5-9a)

"Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku."

5 Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. 6 Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. 7 Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. 8 Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! 9a Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 809
Ref. Berbelaskasihlah Tuhan dan adil, Allah kami adalah rahim.
Ayat.
(Mzm 27:1.4.13-14)
1. Aku mengasihi Tuhan, sebab Ia mendengarkan suara permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya.
2. Tali-tali maut telah melilit aku dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku; aku mengalami kesesakan dan kedukaan, tetapi aku menyerukan nama Tuhan, "Ya Tuhan luputkanlah kiranya aku.
3. Tuhan adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. Tuhan memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya!"
4. Tuhan, Engkau telah meluputkan aku dari maut, Engkau telah meluputkan mataku dari air mata, dan kakiku dari tersandung. Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan, di negeri orang-orang hidup.


Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-18)

"Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati."

14 Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seorang mengatakan, bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? 15 Misalnya saja, seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. 16 Kalau seorang dari antara kamu berkata kepadanya: "Selamat jalan! Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? 17 Demikian juga halnya dengan iman! Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. 18 Tetapi mungkin ada orang berkata "padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 951
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab oleh-Nya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-35)

"Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

27 Pada suatu hari Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" 28 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." 29 Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" 30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. 31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


ENGKAU ITULAH MESIAS!

Judul di atas dipetik dari jawaban Petrus terhadap pertanyaan Yesus kepada para murid mengenai siapa dirinya menurut mereka sendiri. Kedengarannya sederhana, apa adanya, muncul dari kesadaran mereka sendiri. Akan tetapi belum jelas apa sesungguhnya yang hendak disampaikan Mrk 8:27-35 (Injil Minggu Biasa XXIV tahun B) dengan peristiwa tanya jawab seperti ini. Belum lama ini Mark mampir ke sini. Kami berbincang-bincang mengenai tokoh Yesus dalam hubungan dengan peristiwa di atas.

SOSOK YESUS DI MATA ORANG

GUS: Kejadian ini bertempat di Kaisarea Filipi - apa ada penjelasannya? Kota itu kan letaknya amat di utara, di kaki gunung Hermon, di Libanon, sekitar 45 km sebelah timur kota Tirus.

MARK: Ada teologinya. Sampai sekarang Injil Markus mengisahkan macam-macam kegiatan dan pengajaran Yesus. Ia makin dikenal orang banyak. Juga makin diawasi oleh orang Farisi dan ahli Taurat yang mengira ia mengajarkan yang bukan-bukan. Pada titik ini perlu ditunjukkan bagaimana lingkungan terdekat Yesus memahaminya. Dipilih sebuah tempat yang bukan di Galilea, tempat asal Yesus sendiri, bukan di Yudea yaitu wilayah keyahudian yang resmi, tidak pula di Samaria yang tidak menerima keyahudian resmi, melainkan di luar semua itu, di daerah yang netral. Di situ akan lebih jelas siapa sosok dia itu sesungguhnya.

GUS: Baru dengar kali ini ilmu bumi Injil ada maknanya juga!

MARK: Asal jangan dimengerti sebagai ilmu bumi sekolah, sehingga teologinya tak muncul.

GUS: Kalau benar tangkapanku, di Kaisarea Filipi yang netral itu kelompok Yesus dan murid-muridnya memperbincangkan tiga macam pandangan mengenai Yesus, yaitu: (1) anggapan orang banyak, dan (2) anggapan dari lingkup lebih khusus, orang Farisi dan ahli Taurat di satu pihak dan (3) para murid terdekat di pihak lain.

MARK: Benar, kalau kauikuti kisah-kisah Injil, akan jelas makin besarnya pelbagai harapan, keinginan, dan cara membayangkan sosok Yesus di pelbagai kalangan. Ada yang mengira Yesus kayak Yohanes Pembaptis karena seruan gerakan rohaninya mengajak orang mengarahkan diri kembali ke hidup lurus, eh kalian sebut bertobat. Atau seperti Nabi Elia yang kembali ke dunia menyampaikan sabda dari atas sana guna mengatasi kekersangan batin. Atau seperti seorang nabi lain, yakni orang yang berani menyuarakan kehadiran Tuhan yang kerap terbungkam oleh ketamakan manusia. Itulah macam-macam pendapat orang tentang Yesus.

GUS: Dalam pembicaraan di Kaisarea Filipi itu kok tak jelas-jelas ditampilkan pendapat orang Farisi dan ahli Taurat?

MARK: Injil diharap bicara tentang apa-apa saja? Huh, maunya kayak database siap pakai tapi bikin pandir, tanpa mikir?

GUS: Mari kita berandai-andai. Kaum Farisi dan ahli Taurat agaknya beranggapan bahwa Yesus itu, seperti mereka sendiri, ialah seorang guru agama yang mestinya mengajarkan hal-hal yang sudah digariskan, seperti yang mereka jalankan?

MARK: Memang mereka sebetulnya menganggap Yesus rekan seprofesi dan sering mengajaknya diskusi. Hanya mereka merasa dirugikan karena orang banyak lebih tertarik olehnya. Tapi mereka tidak memfitnah-fitnah Yesus. Nanti kaum imam di Yerusalemlah yang frontal memusuhinya serta mendakwanya di mahkamah mereka dan memintakan hukuman mati baginya dari Pilatus.

GUS: Kembali ke kaum Farisi dan ahli Taurat. Jadi mereka itu menganggap Yesus guru agama, teolog, pembimbing rohani seperti mereka. Apa ini tidak penting?

MARK: Para murid Yesus dari generasi awal sampai kini memang menghadapi masalah itu. Mengikuti Yesus atau mengikuti pendapat-pendapat mengenai dia. Batas-batasnya sering tampak kabur. Tapi ingat, sosok Yesus yang ditampilkan Injil terutama bukanlah guru atau pembimbing rohani, atau pengajar kebijaksanaan. Bukan seperti anggapan kaum saleh Farisi dan ahli kitab Taurat. Yesus lebih dari itu.

GUS: Kalau begitu sekarang pun masih relevan soal ini. Banyak orang melihatnya sebagai tokoh kebijaksanaan dan guru rohani. Kurang cocok?

MARK: Itulah pemikiran orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Pindahkan saja ke budaya lain, dan kalian akan melihat soal yang dialami murid-muridnya.

GUS: Mulai menuduh kami ya?

MARK: Gini lho, bila kamu orang melihat sosok Yesus terutama sebagai guru kebijaksanaan, nanti akan cepat kalian merasa tak perlu digurui lagi, malah akan mempersoalkan kelakuan Yesus. Atau bisa jadi kalian akan ngotot mempertahankan pendapat sendiri mengenai dia dan menolak sisi-sisi lain. Ini soal orang Farisi dan ahli hukum agama dulu. Dan sekarang juga!

SIAPAKAH YESUS ITU BAGI MURID-MURIDNYA?

Sejenak saya lacak kembali pembicaraan dengan Mark ini. Jadi ada pendapat orang banyak tentang Yesus, yaitu sebagai nabi yang dengan wibawa besar mengajak orang kembali ke Yang Maha Kuasa, ada pula pendapat kalangan intelektual mengenai Yesus sebagai tokoh kebijaksanaan yang diandaikan dapat ditangkap pembaca Injil meski tidak terang-terangan dikatakan dalam peristiwa di Kaisarea Filipi itu. Mark mengajak saya bereksegese secara kontekstual, menengarai duduk cerita serta arahnya, tidak hanya baca lalu membuat tafsir dari bahan yang tercetak. Pembaca diharap bertanya manakah pendapat kalangan Farisi dan ahli Taurat yang rupanya dengan sengaja tidak ikut disebutkan di Kaisarea Filipi. Bukan karena dianggap tak penting, tapi karena pendapat itu tidak bakal membawa orang kepada diri Yesus sesungguhnya. Lha lalu siapa ya dia itu?

GUS: Nerusin lagi nih. Pendapat yang ketiga ialah yang ada di kalangan para murid Yesus dan yang terucap lewat Petrus, begitu kan? Ia menjawab pertanyaan Yesus mengenai siapa dirinya bagi mereka dengan pernyataan bahwa ia itu Mesias, artinya yang terurapi, yang mendapat pengutusan dan perutusan resmi dari Yang Maha Kuasa sana untuk menjalankan urusanNya di dunia.

MARK: Itu pendapat yang mesti kalian pandangi dengan latar kedua pandangan lain yang kita bicarakan tadi: pandangan orang banyak dan pandangan kaum intelek Yahudi waktu itu, yakni orang Farisi dan ahli Taurat. Begitu maka akan lebih jelas sosok Yesus.

GUS: Apa kekhususan pandangan bahwa Yesus itu Mesias?

MARK: Ya, dia itulah yang sejak lama dinantikan orang banyak. Mereka menginginkan Yang Maha Kuasa berbuat sesuatu bagi mereka. Dan kehadiran Yesus itulah jawaban dari atas sana.

GUS: Wah, wah, bisa berat nih konsekuensinya. Kan Mesias itu juga gelar raja di kalangan umat Perjanjian Lama dulu, seperti Saul, Daud, dan raja-raja lain yang diurapi oleh kuasa ilahi demi kelangsungan hidup umat.

MARK: Benar. Gagasan Mesias memang mudah diplesetkan. Ingat kan, menurut catatan Oom Hans, orang-orang yang dipuaskan Yesus dengan makanan pernah ingin menjadikannya raja.

GUS: Dan karena itu ia menyingkir.

MARK: Bukan hanya menyingkir secara fisik, tapi juga secara teologis.

GUS: Apa? [Rada heran.] Belum pernah dengar apa itu menyingkir secara teologis!

MARK: Baru tiga detik lalu kau dengar kok lupa. Apa ingin jadi si tuli yang disembuhkan dalam Injil hari Minggu lalu?

YESUS TENTANG DIRINYA SENDIRI

GUS: Kepegang nih! Iya bener. Setelah Petrus menegaskan Yesus itu Mesias, anehnya Yesus melarang dia menyebarluaskan pengertian itu dan kemudian dalam bagian selanjutnya Yesus malah membicarakan diri dengan ungkapan "Anak Manusia" dan tidak pernah menyuarakan diri dengan kata "Mesias" Inikah yang kausebut menyingkir secara teologis?

MARK: Itu cara Yesus merombak wacana yang Mesias-sentrik dengan wacana kalem yang berpusat pada figur Anak Manusia yang juga cukup dikenal orang pada zaman itu. Lebih membawa ke Yang Maha Kuasa.

GUS: Teringat Dan 7:13 dengan sosok yang seperti Anak Manusia yang datang dengan awan-awan menghadap ke Yang Maha Usia untuk mendapat kuasa.

MARK: Persis! Tapi boleh kutambah? Anak Manusia dalam Kitab Daniel itu datang dari kalangan manusia untuk menerima kuasa dari atas sana. Ini penting. Mesias berkebalikan arahnya, ia membawa kuasa dari atas sana ke sini. Sudah makin melihat maksud Yesus ketika berbicara mengenai dirinya sendiri sebagai Anak Manusia?

GUS: Bukan karena teologi Mesias tidak cocok, hanya teologi ini sudah terlalu sering dipakai dengan maksud berlain-lainan, malah tidak membantu, itu kan maksudnya?

MARK: Katakan saja begitu. Teologi Anak Manusia lebih cocok, lebih aktual, dan lebih membuat orang memahami Yesus itu tokoh yang menghadap Dia yang ada di atas sana, bukan tokoh yang mau menjalankan kuasa di sini, juga kuasa batin terhadap pengikut-pengikutnya. Ia baru punya bobot seperti itu nanti setelah wafat di kayu salib. Dan pada saat itulah sosok Anak Manusia yang tadi datang menghadap Allah itu sampai ke tujuannya dan menerima kemuliaannya sebagai Anak Allah, seperti diucapkan oleh kepala pasukan yang menunggui dia di salib, "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (Mrk 15:39).

GUS: Jadi gambaran sebagai Anak Manusia malah menegaskan bahwa anugerah dari Yang Maha Kuasa yang diterimanya itu bukannya untuk mempertontonkan kuasa, melainkan pemberian kekuatan untuk menanggung penderitaan nanti, sampai dinaikkan di salib. Tapi juga kekuatan yang bakal membuatnya bangkit.

MARK: Gitu baru bisa dikatakan berteologi cara baru tentang Yesus sang Anak Manusia. Kayak dia sendiri.

Salam hangat,



Agustinus Gianto, SJ

Jangan katakan......!

Sahabatku,
Jangan katakan, "kenapa masalah silih berganti!" tapi syukurlah Tuhan selalu memberiku masalah, agar aku jadi kreatif menemukan "solusinya".

Jangan katakan, kenapa cobaan silih berganti datang, tapi syukurlah Tuhanku tidak pernah berhenti "mengejutkan" aku sampai terluka jiwaku, agar aku setia pada-Nya kapanpun & di manapun aku berada!

Jangan katakan, kenapa hidup rohaniku malah mengering sekarang ini, padahal aku sudah rajin berdoa setiap hari, siang dan malam! Tetapi katakanlah, Tuhan, syukur kepada-Mu Engkau memberiku kesempatan untuk berjalan di padang gurun, saat aku sulit menemukan sumber air. Saat tidak ada sumber air yang engkau cari, di situlah saatnya engkau menemukan sumber air yang sejati. Dialah Tuhan Sang Sumber Air sejati..!

Jangan katakan, kenapa salibku setiap hari selalu bertambah berat, tapi semakin engkau rasakan beratnya salibmu, itulah pertanda Tuhan makin percaya padamu! Bukankah salib yang terasa berat itu pertanda engkau belajar menyadari betapa banyak resiko yang engkau tanggung karena percaya pada-Nya? Salib itu tidak sama artinya dengan penderitaan, namun salib itu sebuah resiko yang mesti kita terima karena membuat pilihan setia kepada Kristus. Dia telah mendahului membiarkan diri-Nya disalib: meskipun mengajar dengan kata dan perbuatan-Nya, membangkitkan orang mati dan membuat mukjijat..toh tidak dipercaya manusia. Di situlah saatnya kita mengikutinya: belajar tidak dipercaya, namun tetap berpegang teguh untuk menjadi orang yang dapat dipercaya!

Jangan katakan, kenapa isteri, suami, dan anak anakmu tidak mau berubah menurut jalan pikiranmu. Tapi bersyukurlah, engkau disadarkan, sebaik bahkan sesuci apapun hidupmu, belum tentu mampu mengubah perilaku orang lain. Saat engkau menemukan tidak ada lagi jalan mengubah perilaku saudaramu serumah, di situlah saatnya engkau menyadari, "Hal terpenting, engkau sendiri sudah menunjukkan diri sebagai pribadi yang mau berubah." Tuhanpun mau mengubah diri kita kalau kita memutuskan untuk "minta diubah".

Jangan katakan, kenapa Tuhan membiarkan orang memutuskan hubungan denganku sampai aku patah hati rasanya. Tapi lihatlah setelah engkau putus dengan orang yang istimewa sekalipun, engkau melihat ada banyak orang istimewa juga! Itulah artinya engkau tertantang untuk bersyukur, patah hatimu menyadarkan engkau, "hidup ini tidak seluas daun kelor, tapi ada banyak orang yang mau disapa dan diajak bersahabat!" Bukalah telapak tanganmu untuk memberi salam, dan ucapkanlah sepatah kata pada temanmu, lalu tersenyumlah, karena itu engkau akan menemukan ada banyak harapan bertaburan di tengah tengah hidupmu!

Jangan katakan, Tuhanku tidak memberiku rejeki. Namun lihatlah di manapun ada banyak rejeki. Hanya saja, engkau selalu mencari "rejeki yang cocok dengan keinginanmu pribadi", sementara Tuhan selalu akan memberikan rejeki menurut kehendak-Nya. Di saat engkau tidak melihat ada rejeki, di situlah engkau mesti belajar mencari rejeki di luar rencancamu sendiri. Temukanlah rejeki Tuhan itu dengan mengasihi-Nya dan mengasihi sesama. Itulah rejeki sejati, engkau memiliki kekuatan untuk mengasihi. Kekuatan itu tidak lain adalah Roh-Nya. Karena itu mintalah Roh Kudus, agar engkau merasakan rejeki kekuatan untuk berbagi hidup dengan sesamamu.


Warm regards..

Have a nice and blessed weekend!

Blasius Slamet Lasmunadi, Pr

Sabtu, 12 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Sabtu, 12 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah -- 1Kor 15:51


Doa Renungan Pagi

Bapa di dalam Surga, syukur atas hari baru yang kami terima ini. Sungguh indah kalau kami juga boleh mendengarkan Sabda-Mu. Resapkanlah Sabda-Mu yang akan kami baca ya Tuhan, agar menjadi sumber kekuatan untuk melayani dan melakukan aktivitas pekerjaan kami hari ini dengan baik. Dengan demikian semuanya menjadi pujian bagi kemuliaan-Mu. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:15-17)

"Kristus datang di dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa."

15 Saudara-saudara, perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. 17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terberkatilah nama Tuhan untuk selama-lamanya.
Ayat.
(Mzm. 113:1b-2.3-4.5.6.7)
1. Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
2. Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya terpujilah nama Tuhan. Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
3. Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Orang yang mengasihi Aku akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:43-49)
"Mengapa kalian berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?"

43 Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya, "Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. 44 Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. 45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." 46 "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? 47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, 48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. 49 Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

“Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya”
(1Tim 1:15-17; Luk 6:43-49)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Kacang mongso tinggalo lanjaran”, demikian kata pepatah Jawa yang kurang lebih berarti ‘anak-anak pasti akan mewarisi perilaku, cara hidup dan cara bertindak orangtuanya’. Maka kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan hidup dan cara bertindak bagi anak-anaknya. Keunggulan hidup beriman atau beragama terletak dalam tindakan atau perilaku bukan omongan atau wacana. Yang mengikat dan mendasari hidup dan cara bertindak orangtua atau bapak-ibu adalah cintakasih; ingat dan kenangkan bahwa anda berdua menjadi suami atau isteri dan bapak atau ibu karena dan oleh cintakasih, dimana anda berdua saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Di dalam bersama hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun ada aturan atau tatanan hidup, agar hidup bersama sungguh damai-sejahtera. Di dalam keluarga kiranya juga ada aturan dan tatanan hidup, entah tertulis atau lisan, yang telah ditentukan oleh orangtua, maka hendaknya anda sebagai orangtua tidak hanya berhenti pada memberi aturan, tatanan, nasihat atau tuntunan, tetapi juga menghayati atau melaksanakannya sendiri dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini kita juga diingatkan bahwa “yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”, maka baiklah kita mengusahakan untuk memiliki hati yang baik. Untuk itu baiklah sering membaca berbagai tulisan atau karangan yang baik, dimana di dalamnya kita dapat menemukan pikiran, pendapat, nasihat yang baik dan kemudian kita hayati atau laksanakan dalam hidup sehari-hari dengan berbuat baik kepada siapapun. Perbuatan baik dan hati baik akan saling menguatkan dan memperteguh.

· “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1Tim 1:15). Inilah mungkin kata-kata atau tulisan yang baik kita renungkan dan hayati. Mungkin kita adalah orang baik, namun demikian marilah kita juga berani berkata dan menghayati bahwa “akulah yang paling berdosa”, sebagaimana juga telah pernah dinyatakan dan dicoba untuk dihayati oleh para Yesuit, yang menyatakan diri sebagai pendosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya di dunia ini. Menghayati diri sebagai pendosa yang dikasihi dan dipanggil kurang lebih juga berarti hidup dan bertindak dengan rendah hati. Rendah hati merupakan keutamaan dasar kebalikan dari sombong. Kita dipanggil untuk menjadi rendah hati, meneladan Yesus “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil 2:6-7). Para orangtua hendaknya menjadi teladan penghayatan kerendahan hati ini di dalam keluarga, antara lain berusaha ‘menjadi sama dengan anak-anak’, yang berarti senantiasa siap sedia untuk dibina, dituntun, dinasihati terus menerus sampai mati alias bersikap mental ‘ongoing formation, ongoing education’. Sikap mental inilah kiranya yang sebaiknya juga diwarikan kepada anak-anaknya, antara lain dengan teladan dari orangtua/bapak-ibu.


“Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN” (Mzm 113:1-5a)

Jakarta, 12 September 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Jumat, 11 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Jumat, 11 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik. Diamlah di negeri dan berlakulah setia -- Mzm 37:3


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur pada-Mu atas anugerah yang Engkau berikan pada kami. Curahkanlah kuasa Roh Kudus atas kami, agar kami dapat mengerti Sabda yang ingin Engkau sampaikan kepada kami hari ini. Sebab kami selalu ingin hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:1-2.12-14)

"Tadinya aku seorang penghujat, tetapi kini dikasihani Allah."

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus atas perintah Allah, penyelamat kita, dan atas perintah Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, kepada Timotius, anakku yang sah dalam iman. Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. Aku bersyukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita, yang menguatkan daku, karena ia menganggap aku setia, dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Padahal tadinya aku seorang penghujat dan seorang penganiaya yang ganas. Tetapi kini aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman. Malahan kasih karunia Tuhan kita itu telah dilimpahkan bersama dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, Engkaulah milik pusakaku.
Ayat.
(Mzm 16:1.2a.5.7-8.11)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasehat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:39-42)

"Mungkinkah seoang buta membimbing orang buta?"

Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu', padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.



Renungan
“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu”
(1Tim 1:1-2.13-14; Luk 6:39-42)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan orang adalah ‘ngrumpi atau ngrasani’, dimana dibicarakan kekurangan dan kesalahan orang lain yang tidak ada di hadapan mereka. Isi ‘ngrumpi atau ngrasani’ pada umumnya adalah kekurangan dan kelemahan atau kesalahan orang lain. Orang yang suka ngrumpi atau ngrasani pada umumnya memiliki kelemahan, kekurangan atau kesalahan yang cukup besar, namun coba untuk ditutupi dengan melihat dan menceriterakan kekurangan orang lain. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Yesus : ”Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”. Marilah kita keluarkan ‘balok’ yang menutupi mata kita, sehingga kita menjadi buta terhadap diri kita sendiri! Memang melihat diri sendiri itu lebih sulit daripada melihat orang lain. Melihat diri sendiri dengan tajam berarti terampil mawas diri (awas terhadap diri sendiri). Dalam doa harian kita, yaitu doa malam menjelang istirahat tidur, ada bagian yang disebut “pemeriksaan batin”, suatu ajakan bagi diri kita masing-masing untuk memeriksa dengan cermat isi batin atau hati kita sendiri. Jika kita mampu melihat diri sendiri dengan baik dan memadai, maka kami yakin kita tidak akan mudah untuk melihat dan membicarakan kekurangan, kelemahan dan kesalahan orang lain. Terampil dalam ‘pemeriksaan batin’ berarti terampil dalam pembedaan roh alias terampil melihat apa yang baik dan benar alias ahli roh baik, bukan terampil melihat apa yang buruk dan salah alias ahli roh jahat atau setan. Marilah kita saling melihat apa yang baik dan.benar dalam diri sesama kita, sehingga kita akan dapat melihat dengan jelas apa yang buruk dan salah dan kemudian kita perbaiki dengan tepat. Dengan saling melihat dan mengakui apa yang baik dan benar dalam diri kita masing-masing berarti juga terjadi ‘saling memberdayakan’ di antara kita.

· “Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus” (1Tim 1:13-14), demikian kesaksian atau curhat Paulus kepada Timotius, kepada kita semua. Seperti pernah terjadi dalam diri Paulus, kiranya juga dapat terjadi di antara kita, yaitu kita merasa berbuat baik tetapi sebenarnya apa yang kita buat adalah buruk karena ketidak-tahuan kita. Dengan kata lain dari lubuk hati kita yang terdalam berkendak untuk senantiasa berbuat baik, tetapi karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan kemungkinan apa yang menjadi kehendak baik tersebut dalam pelaksanaan tidak baik atau kurang memadai. Maka marilah kita bina dan perdalam sikap rendah hati dan terbuka dalam diri kita masing-masing, agar setiap kali kita memperoleh kasih Allah melalui saudara-saudari kita berupa aneka macam pengetahuan, keterampilan atau ajaran, kita siap sedia untuk tumbuh berkembang dalam ‘iman dan kasih dalam Kristus Yesus’. Kita sadari dan hayati bahwa aneka macam bentuk sapaan, sentuhan, perhatian dari orang lain, entah yang enak atau menyakitkan, sebagai wujud kasih Allah kepada kita melalui sesama kita. Hendaknya kita senantisa terbuka untuk ditegor, diajar, diberi tahu kesalahan dan kekurangan kita, diarahkan ke kebenaran dan kebaikan. Sebaliknya kita semua juga dipanggil untuk melihat dan mengakui perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi dalam diri saudara-saudari kita, dan jangan mengingat-ingat ketidak-tahuan mereka masa lalu, yang mungkin juga berupa kesalahan, kekurangan atau kejahatan.


“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”(Mzm 16:5.7-8.11)

Jakarta, 11 September 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Pertemuan III Bulan Kitab Suci: Keuskupan Agung Semarang: Kematian, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal

PERTEMUAN III


KEMATIAN, KEBANGKITAN BADAN, DAN KEHIDUPAN KEKAL

Tujuan Pertemuan

Umat semakin memahami ajaran iman Katolik mengenai kematian, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal.

Pengantar

Dalam pertemuan minggu pertama dan kedua kita merenungkan bersama dua kutipan dari kitab Makabe. Kedua kutipan tersebut menunjukkan mulai tumbuhnya keyakinan di antara masyarakat Yahudi tentang adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Keyakinan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal mencapai puncaknya pada peristiwa Yesus yang wafat dan bangkit bagi keselamatan umat manusia. Bagi kita, wafat dan kebangkitan Yesus tidak dapat dilepaskan dari misi Yesus untuk menyelamatkan umat manusia. Dengan demikian, paham keselamatan bagi kita bukan hanya keselamatan hidup di dunia, tetapi lebih penting lagi keselamatan dalam kehidupan abadi. Di dalam Yesus, keselamatan yang sebenarnya adalah kehidupan surgawi. Bahan pertemuan minggu ketiga dan keempat berupa tanya jawab sekitar iman Katolik akan adanya kematian, kebangkitan dan kehidupan kekal. Bahan ini serupa dengan katekismus. Diserahkan kepada pemandu dan umat yang hadir untuk memilih sendiri bahan yang akan dibicarakan bersama, berdasarkan apa yang sudah disediakan.

Syahadat Kristen — pengakuan iman kita akan Bapa, Putera dan Roh Kudus, serta karya-Nya yang menciptakan, menebus dan menguduskan — berpuncak pada pewartaan bahwa orang-orang yang mati akan bangkit pada akhir zaman dan bahwa ada kehidupan kekal. Pertemuan minggu ketiga ini akan membahas pandangan Gereja Katolik mengenai kematian.
Bahan Pendalaman

1. Kematian itu apa?

Pandangan tradisional mengatakan bahwa kematian adalah akhir kehidupan jasmani, saat jiwa manusia terpisah dari raganya. Dengan kematian, seluruh fungsi tubuh berhenti, seiring dengan terpisahnya raga dari jiwa. Bagi umat beriman, raga akan hancur menjadi tanah sedangkan jiwa berpulang kepada Allah. Dengan kematian, sejarah hidup manusia di hadapan Allah mencapai bentuknya yang lengkap dan tak dapat diubah. Semua orang yang hidup di dunia ini akan mengakhiri hidup duniawinya dengan kematian. Dalam KGK 1013 dikatakan: ”Kematian adalah titik akhir peziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan be1as kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir.”

2. Apakah Allah Pencipta menghendaki kematian?
Sebenarnya Allah Pencipta menentukan supaya manusia tidak mati. Namun, dosa telah membuat manusia harus mengakhiri hidupnya dengan kematian. Dengan demikian, kematian sebenarnya bertentangan dengan maksud Allah Pencipta (KGK 1008). Selanjutnya KGK 108 menyatakan: ”Magisterium Gereja mengajarkan bahwa kematian telah masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa. Walaupun manusia mempunyai kodrat yang dapat mati, namun Pencipta menentukan supaya ia tidak mati. Dengan demikian kematian bertentangan dengan keputusan Allah Pencipta. Kematian masuk ke dunia sebagai akibat dosa. ”Kematian badan, yang dapat dihindari seandainya manusia tidak berdosa” (GS 18), adalah ”musuh terakhir” manusia yang harus dikalahkan.”

3. Bagaimana iman Kristen memandang kematian?
Kitab Suci menganggap kematian sebagai hal yang alami (bdk. Mzm 49:11-12; Yes 40:6-7), sebagai akibat dosa atau upah dosa (Kej 3:19; Rm 5:12), sebagai musuh terakhir yangf harus dikalahkan (1Kor 15:26). Dalam Rm 5:12 dikatakan: ”Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Sesuai dengan Kitab Suci, Gereja Katolik memandang kematian yang sifatnya alami itu terjadi akibat dosa. Kematian masuk ke dalam dunia karena manusia telah berdosa, baik karena dosa yang dilakukannya sendiri maupun karena dosa asal. Namun demikian, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Dengan keyakinan akan adanya kebangkitan, kematian dapat bernilai positif bagi kita. Umat Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian Yesus Kristus, menganggap kematian sebagai pertemuan dengan Yesus dan sebagai langkah masuk ke dalam kehidupan kekal. Dengan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah mengalahkan kematian dan dengan demikian membuka pintu masuk menuju keselamatan untuk semua orang (KGK 1019). Karya penebusan Yesus Kristus telah mengubah kematian menjadi berkat, kematian yang pada mulanya dinilai negatif menjadi bernilai positif.

4. Apa artinya kematian dalam Kristus?
Pandangan Kristen mengenai kematian terungkap dalam doa prefasi untuk misa Arwah: ”Bagi umat beriman-Mu, ya Tuhan, hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan. Dan sesudah roboh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami kediaman abadi di surga”. Jika kita mati dalam Kristus, kita akan ikut ambil bagian dalam kebangkitan-Nya. Kematian dalam rahmat Kristus adalah jalan untuk kembali ke pangkuan Bapa, mengalami kehidupan baru dalam kediaman abadi di surga.

5. Apa arti RIP?
Di makam-makam Katolik biasa ada tulisan RIP. Tulisan tersebut merupakan singkatan dari ungkapan bahasa Latin Requiescat in Pace, artinya ”Semoga dia beristirahat dalam damai”. Doa-doa bagi saudara saudari kita yang sudah meninggal berisi harapan agar mereka beristirahat dalam damai Tuhan. Kematian bernilai positif karena menjadi saat kembalinya umat beriman ke pangkuan Bapa, saat di mana umat beriman diperkenankan mengalami damai abadi.

6. Apa itu Misa Requiem?
Misa Requiem adalah misa pemberkatan arwah. Sering disebut juga Misa pro defunctis (misa untuk orang yang sudah meninggal) atau Misa defunctorum. Kata Requiem diambil dari kata awal dari lagu pembukaan misa arwah: ”Requiem aeternam dona eis, Domine”, artinya ”Berilah kepada mereka istirahat kekal ya Tuhan.” Kata Requiem berasal dari kata Latin requies artinya beristirahat.

7. Dalam arti apa kematian menjadi kerinduan bagi umat beriman?
Kematian yang menakutkan itu oleh para kudus dipandang sebagai saat yang dirindukan, berkat iman mereka akan Yesus Kristus yang telah bangkit. Kematian dalam Kristus akan membuahkan kebangkitan bersama Dia. Untuk mereka yang mati dalam rahmat Kristus, kematian adalah ”keikutsertaan” dalam kematian Kristus, supaya dapat juga mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya. Dengan adanya keyakinan ini para kudus merindukan kematian sebagai saat memasuki kehidupan abadi, kembali kepada Bapa dan bersatu dengan Kristus yang telah bangkit:


”Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Flp 1:23).

”Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:21).

”Benarlah perkataan ini: jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia” (2 Tim 2:11).

”Kerinduan duniawiku sudah disalibkan ... Di dalam aku ada air yang hidup dan berbicara, yang berbisik dan berkata kepadaku: ”Mari menuju Bapa” (Ignasius dari Antiokia, Rom 7,2).

”Aku hendak melihat Allah, dan untuk melihat Dia, orang harus mati” (St. Teresia Avilla)

”Aku tidak mati; aku masuk ke dalam kehidupan” (St. Teresia Lisieux).

8. Apakah aspek pastoral dari ajaran tentang kematian Kristen?
Ketika berbicara mengenai kematian, yang menjadi fokus perhatian Gereja justru kehidupan yaitu kehidupan di dunia ini maupun kehidupan kekal. Karena hidup manusia ada batas waktunya, maka orang harus menjalani kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya, sesuai dengan kehendak Allah, agar nantinya diperkenankan memasuki kehidupan kekal. Kematian merupakan perjalanan kembali kepada Bapa untuk masuk ke dalam kehidupan baru bersama-Nya. Oleh karena itu umat beriman hendaknya mempersiapkan saat kematian dengan baik. Gereja mengajak kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian, bukan hanya pada saat-saat akhir kehidupan tetapi setiap saat, sepanjang hidup. Thomas a Kempis menasehatkan: ”Dalam segala perbuatanmu, dalam segala pikiranmu, hendaklah kamu bertindak seakan-akan hari ini kamu akan mati. Jika kamu mempunyai hati nurani yang bersih, kamu tidak akan terlalu takut mati. Lebih baik menjauhkan diri dari dosa, daripada menghindari kematian. Jika hari ini kamu tidak siap, apakah besok kamu akan siap?” (Mengikuti Jejak Kristus 1,23, 1).

9. Bagaimana rumusan doa penyerahan jiwa bagi umat Katolik yang sudah meninggal?
”Bertolaklah dari dunia ini, hai saudara (saudari) dalam Kristus, atas nama Allah Bapa yang mahakuasa, yang menciptakan engkau; atas nama Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, yang menderita sengsara untuk engkau; atas nama Roh Kudus, yang dicurahkan atas dirimu; semoga pada hari ini engkau ditempatkan dalam ketenteraman dan memperoleh kediaman bersama Allah di dalam Sion yang suci, bersama Maria Perawan yang suci dan Bunda Allah, bersama santo Yosef dan bersama semua malaikat dan orang kudus Allah. ... Kembalilah kepada Penciptamu, yang telah mencipta engkau dari debu tanah. Apabila engkau berpisah dari kehidupan ini, semoga Maria bersama semua malaikat dan orang kudus datang menyongsong engkau. ... Engkau akan melihat Penebusmu dari muka ke muka ...,” (Doa penyerahan jiwa).

10. Apakah iman katolik mengakui adanya reinkarnasi?
Gereja Katolik tidak mengakui adanya reinkarnasi (kelahiran kembali ke dunia setelah kematian). Katekismus Gereja Katolik dengan tegas mengatakan bahwa: ”Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir” (LG 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia. ”Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27). Sesudah kematian tidak ada ”reinkarnasi” (KGK 1012).

11. Apa yang terjadi setelah kematian?
KGK berbicara mengenai adanya pengadilan khusus yang terjadi segera setlah orang mengalami kematian:

”Kematian mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam Kristus. Perjanjian Baru berbicara mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua. Tetapi berulang kali ia juga mengatakan bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan pekerjaan dan imannya. Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin dan kata-kata yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik, demikian juga teks-teks lain dalam Perjanjian Baru, berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa, yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia” (KGK 1021; bdk. 1022). Pengadilan khusus terjadi pada saat kematian, masing-masing manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tak dapat mati. Dalam pengadilan khusus ini, ada tiga kemungkinan yang akan diputuskan oleh Allah bagi manusia setelah kematiannya, yaitu: masuk ke kebahagiaan surgawi, atau harus melalui penyucian di api penyucian (Purgatorium), atau mengutuki diri selama-lamanya (masuk neraka). Nasib manusia setelah kematiannya antara lain tergantung pada apa yang telah dilakukannya selama hidup di dunia. Santo Yohanes dari Salin mengatakan: ”Pada malam kehidupan kita, kita akan diadili sesuai dengan cinta kita”.

12. Apakah yang dimaksud dengan kebangkitan badan?
KGK 997 menyatakan: ”Pada saat kematian, di mana jiwa berpisah dari badan, tubuh manusia mengalami kehancuran, sedangkan jiwanya melangkah menuju Allah dan menunggu saat, di mana ia sekali kelak akan disatukan kembali dengan tubuhnya. Dalam kemahakuasaan-Nya, Allah akan menganugerahkan kepada tubuh kita secara definitif kehidupan yang abadi, waktu Ia menyatukannya lagi dengan jiwa kita berkat kebangkitan Yesus.”

13. Apa dasar untuk percaya akan adanya kebangkitan badan?
Iman akan kebangkitan orang-orang mati sudah menjadi bagian hakiki dari iman kristen. Dasar utamanya adalah iman akan Kristus yang sungguh telah bangkit dari antara orang mati dan hidup selama-lamanya. Kebangkitan Kristus membawa harapan bagi umat yang beriman kepada-Nya bahwa mereka akan ikut dibangkitkan sesudah kematian. Santo Paulus mengatakan: ”Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. .... Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” (1Kor 15:14.16-17).

14. Apa makna kebangkitan Kristus bagi umat yang beriman kepada-Nya?
Dengan iman akan Kristus yang telah bangkit, Gereja Katolik percaya bahwa orang-orang benar sesudah kematiannya akan hidup untuk selama-lamanya bersama Kristus yang telah bangkit kembali dan Ia akan membangkitkan mereka pada akhir zaman. Seperti kebangkitan-Nya, demikian pula kebangkitan kita adalah karya Tritunggal Mahakudus (KGK 989). Dikatakan juga dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma: ”Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Rm 8:11)

15. Kapan terjadi kebangkitan badan?
Kebangkitan badan terjadi di akhir zaman, saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Pada saat itu semua orang yang telah mati dibangkitkan kembali untuk menghadapi pengadilan terakhir. Bagi orang-orang benar, jiwanya disatukan dengan tubuhnya yang baru untuk kehidupan kekal. Berdasarkan iman akan Kristus yang telah bangkit dari mati untuk hidup selama-lamanya, kita percaya bahwa orang-orang benar, sesudah kematiannya akan hidup selama-lamanya bersama Dia. Dengan demikian, kebangkitan badan merupakan rahmat yang dianugerahkan oleh Allah berkat kebangkitan Yesus.

16. Siapakah yang akan bangkit?
Yang akan bangkit adalah semua orang yang telah mati. Dikatakan dalam Injil Yohanes: ”Mereka yang berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang abadi, tetapi mereka yang berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:29).

17. Bagaimanakah gambaran tentang kebangkitan dari mati?
Santo Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus: ”Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’ Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang mengaku taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi b. i yang tidak berkulit ... yang ditaburkan akan binasa, yang dibangkitkan tidak akan binasa ... Orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa ... Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan, yang tidak dapat binasa, yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati (1Kor 15:35-37.42.52-53). Pada saat kebangkitan, jiwa orang benar akan mengenakan tubuh yang baru, yang tidak akan dapat binasa. Tubuh yang baru itu oleh Paulus disebut juga sebagai ”tubuh yang mulia” (Flp 3:21) atau ”tubuh rohani” (1Kor 15:44). Gambaran tentang kebangkitan badan dan bersatunya jiwa dengan tubuh yang baru ini tidak dapat kita pahami dengan akal budi kita saat ini, namun akan menjadi jelas ketika kita boleh mengalaminya sendiri di saat kebangkitan badan.

18. Ajaran tentang kebangkitan badan diwahyukan secara bertahap. Apa maksudnya?
Allah mewahyukan kebangkitan badan dari antara orang mati secara bertahap. Di dalam tulisan-tulisan awal Perjanjian Lama belum dikatakan apa-apa tentang adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Umat Israel kuno percaya bahwa semua orang yang mati masuk ke dalam Sheol, yaitu dunia orang mati di bawah permukaan bumi (Kej 42:38, Yes 14:11, Mzm 141:7, Ams 7:27 and Ayb 10:21-22;17:16). Semua orang, entah orang baik atau orang jahat, akan masuk Sheol setelah kematiannya dan berbaring di dalam keabadian. Sheol digambarkan sebagai tempat yang gelap, dalam, tidak ada kontak dengan Allah maupun dengan dunia manusia yang hidup (Mzm 6:5; 8:3-12). Persoalannya, jika semua orang baik maupun jahat akan mengalami nasib yang sama di Sheol, lalu apa gunanya berbuat baik selama di dunia ini? Dalam tulisan-tulisan selanjutnya, muncul ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan tumbuhnya kepercayaan akan adanya kebangkitan badan (Yeh 37:9-12; 1Sam 2:6; Ayb 19:26; Yes 26:19; Dan 12:2). Pada abad kedua sebelum Masehi, kepercayaan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal semakin jelas, seperti dapat kita baca pada kitab Makabe yang ditulis sekitar tahun 100 sebelum Masehi (2Mak 7:9.14). Kepercayaan ini semakin berkembang dan menmgakar kuat dalam tradisi Yahudi menjelang Masehi sampai pada zaman Yesus. Tradisi para rabi dan kaum Farisi meyakini adanya kebangkitan badan sebagai bagian hakiki dari iman. Kaum Saduki masih berpegang pada tradisi lama yang tidak mengakui adanya kebangkitan orang mati. Yesus sendiri mengajarkan iman akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Untuk menanggapi pertanyaan kaum Saduki Yesus mengatakan bahwa Allah bukanlah Allah orang mati tetapi Allah orang hidup (Mrk 12:27). Yesus bukan hanya mengajarkan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal, tetapi Dia sendiri mengalaminya. Bagi umat Kristen, paham kebangkitan badan dan kehidupan kekal berdasar pada peristiwa Yesus yang telah mati dan bangkit demi keselamatan umat manusia. Dalam KGK 994 dikatakan: ”Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan itu dengan pribadi-Nya: ”Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25). Pada hari kiamat Yesus sendiri akan membangkitkan mereka,yang percaya kepada-Nya, yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Dalam kehidupan-Nya di dunia ini Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu, waktu Ia membangkitkan beberapa orang mati dan dengan demikian mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri, tetapi yang termasuk dalam tatanan yang lain. Kejadian yang sangat khusus ini Ia bicarakan sebagai ”tanda nabi Yunus” (Mat 12:39), tanda kenisah: Ia mewartakan bahwa Ia akan dibunuh, tetapi akan bangkit lagi pada hari ketiga.” Demikianlah cara Allah mewahyukan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Perwahyuan itu akhirnya berpuncak pada peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus. Dengan begitu, umat Katolik tidak perlu meragukan lagi adanya kebangkitan dan kehidupan kekal. Bahkan kepercayaan yang dimasukkanb dalam Syahadat iman Katolik (Credo, Aku Percaya) menjadi pangkal harapan bagi umat Katolik selama hidupnya di dunia ini. Menjadi saksi Kristus berarti menjadi saksi kebangkitan-Nya, seperti dilakukan oleh para rasul dan jemaat Kristen di awal pertumbuhannya (bdk. Kis 1:22; 10:41). Harapan akan kebangkitan kristen diwarnai seluruhnya oleh perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit dan diwarnai oleh keyakinan bahwa kita akan bangkit seperti Dia, bersama Dia dan oleh Dia (KGK 996).

19. Apa yang dimaksud dengan hidup kekal?
Kehidupan kekal adalah keberadaan yang tidak dibatasi oleh waktu. Dapat dikatakan bahwa kehidupan kekal ada di luar waktu seperti yang kita alami di dunia ini. Tidak ada awal dan tidak ada akhir. Keberadaan kekal memang sulit dipahami oleh manusia yang pada kenyataannya hidup di dunia ini dalam hitungan waktu, ada awal dan ada akhirnya. Simbol dari keadaan kekal adalah lingkaran bulat, yang tak punya ujung dan pangkal. Hidup kekal ini dikaitkan dengan iman akan Allah yang kekal.

20. Apa hubungan antara kebangkitan badan dan kehidupan kekal?
Dalam syahadat iman Katolik disebut tentang kepercayaan kita akan kebangkitan dan kehidupan kekal. Keduanya disebut secara tersendiri, namun menunjuk pada kenyataan yang sama. Kebangkitan dari mati berarti memasuki kehidupan kekal. Kehidupan kekal berkaitan dengan paham akan jiwa yang tak dapat mati. Kebangkitan badan menunjuk pada bersatunya jiwa dengan tubuhnya yang baru di akhir zaman. Kematian bagi umat Kristen yang disatukan dengan kematian Yesus merupakan langkah masuk ke dalam kehidupan kekal atau kehidupan abadi (KGK 1020).

21. Pengadilan terakhir itu apa?
Pengadilan terakhir adalah peristiwa yang terjadi pada saat kedatangan kembali Kristus yang mulia, ketika semua orang yang telah mati maupun yang masih hidup dan orang benar maupun tidak benar dibangkitkan dan diadili menurut apa yang dilakukannya selama hidup di dunia. (KGK 1038). Pengadilan terakhir akan menentukan secara definitif hubungan yang sebenarnya antara setiap manusia dengan Allah (KGK 1039). Di hadapan Yesus Kristus apa yang telah dilakukan manusia selama hidup di dunia akan terbuka semuanya, tanpa ada yang tersembunyi. Di dalam pengadilan terakhir keadilan dan kasih Allah akan dinyatakan.

Santo Agustinus mengatakan: ”Segala sesuatu yang jahat, yang dilakukan orang-orang durhaka dicatat — dan mereka tidak mengetahui caranya. Pada hari, di mana ’Allah tidak akan berdiam Diri’ (Mzm 50:3) ... [Ia akan berpaling kepada orang-orang durhaka] dan berkata kepada mereka: Aku sudah menempatkan bagi kamu orang-orang kecil-Ku di atas bumi. Aku, Kepala mereka, bertakhta di surga di sebelah kanan Bapa - tetapi di bumi anggota-anggota-Ku menderita lapar. Andai kata kalian memberi makan kepada anggota-anggota-Ku, anugerahmu akan sampai kepada Kepala. Ketika Aku menunjukkan kepada orang-orang kecil-Ku satu tempat di atas dunia, Aku mengangkat mereka sebagai utusan supaya membawa pekerjaan, pekerjaanmu yang baik ke dalam perbendaharaan-Ku. Kamu tidak meletakkan apa pun ke dalam tangan mereka, karena itu kamu tidak mempunyai sesuatu apa pun pada tempat-Ku ini” (Serm. l8,4,4).

22. Mengapa kita perlu menyadari adanya pengadilan terakhir di akhir zaman?
Kesadaran akan adanya pengadilan terakhir mengajak kita semua supaya bertobat, selama Allah masih memberi kita kesempatan untuk hidup yang merupakan ”waktu rahmat” dan ”hari penyelamatan” (2Kor 6:2). Selain itu, adanya pengadilan terakhir akan membuat kita mempunyai rasa takut akan Allah, yaitu rasa takut yang akan mendorong kita untuk menegakkan keadilan Kerajaan Allah. (KGK 1041).

23. Bagaimana pengadilan terakhir digambarkan dalam Kitab Suci?
Pada saat kedatangan Kristus dalam kemuliaan-Nya, umat manusia dari segala bangsa akan dikumpulkan dan diadili, ada yang diperkenankan untuk masuk kehidupan kekal tetapi ada pula yang herus mengalami siksaan yang kekal (bdk. Mat 25:31.32-33.46). Dalam Injil Yohanes dikatakan: ”semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:28-29). Melalui Putera-Nya Yesus Kristus, Bapa akan menilai secara definitif seluruh sejarah. Pada saat itu kita akan memahami arti yang terdalam dari seluruh karya ciptaan, seluruh tata keselamatan, dan kita akan mengerti jalan-jalan-Nya yang mengagumkan dan penyelenggaraan ilahi-Nya yang telah membawa segala sesuatu menuju tujuannya yang terakhir. Pengadilan terakhir akan membuktikan bahwa keadilan Allah akan menang atas segala ketidakadilan yang dilakukan oleh makhluk ciptaan-Nya, dan bahwa cinta-Nya lebih besar dari kematian. (KGK 1040).

24. Kapan pengadilan terakhir akan terjadi?
Sama seperti terjadinya akhir zaman, tidak ada yang tahu kapan pengadilan terakhir akan terjadi. Hanya dapat dikatakan bahwa pengadilan terakhir akan berlangsung pada kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya Bapa yang mengetahuinya dan dan Ia sendiri menentukan kapan itu akan terjadi.

Pertanyaan untuk di-sharing-kan bersama:

1. Apa kesan kita setelah mengetahui ajaran Gereja tentang kematian, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal?

2. Apa yang sebaiknya kita lakukan di dunia ini agar kita diperkenankan bangkit dan memasuki hidup kekal?
Sumber: BUKU BKS KOMISI KITAB SUCI KAS

Pertemuan II Bulan Kitab Suci Keuskupan Agung Jakarta: Perjuangan Hidup Dalam Keluarga

Perjuangan Hidup Dalam Keluarga

BKS KAJ 2009

Pengantar :


Dalam pertemuan keluarga di Meksiko tahun ini, Paus Benediktus XVI mengingatkan bahwa keluarga dipangil untuk menghayati sikap saling mencintai, menghormati kebenaran, keadilan, kesetiaan dan kerja sama, pelayanan dan membantu yang lain. Kiranya amanat Paus tersebut didasarkan pada panggilan dan tugas luhur hidup berkeluarga untuk menjadi sakramen cinta dan belas-kasih Allah di dunia ini

Dalam renungan kedua ini kita diajak untuk berjuang bersama sebagai keluarga dengan sehati, sejiwa dan satu tujuan. Lewat keluarga Tobit dan Hana kita bisa belajar bagaimana mereka yang dipilih dan hidup saleh, tetap berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan keluarga mereka

Bacaan Kitab Suci :

Tobit 2 : 9 – 14


Tob 2:9 Pada malam itu juga aku membasuh diriku, lalu pergi ke pelataran rumah dan tidur dekat pagar temboknya. Mukaku tidak tertudung karena panas.

Tob 2:10 Aku tidak tahu bahwa ada burung pipit di tembok tepat di atas diriku. Maka jatuhlah tahu hangat ke dalam mataku. Muncullah bintik-bintik putih. Akupun lalu pergi kepada tabib untuk berobat. Tetapi semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku karena bintik-bintik putih itu, sampai buta sama sekali. Empat tahun lamanya aku tidak dapat melihat. Semua saudaraku merasa sedih karena aku. Dua tahun lamanya aku dipelihara oleh Ahikar sampai ia pindah ke kota Elumais.

Tob 2:11 Di masa itu isteriku Hana mulai memborong pekerjaan perempuan.

Tob 2:12 Pekerjaan itupun diantarkannya kepada para pemesan dan ia diberi upahnya. Pada suatu hari, yaitu tanggal tujuh bulan Dustus, diselesaikannya sepotong kain, lalu diantarkannya kepada pemesan. Seluruh upahnya dibayar kepadanya dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk dimakan.

Tob 2:13 Tetapi setiba di rumahku maka anak kambing itu mengembik. Lalu isteriku kupanggil dan berkata: “Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya! Sebab kita tidak diperbolehkan makan barang curian!”

Tob 2:14 Sahut isteriku: “Kambing itu diberikan kepadaku sebagai tambahan upahku.” Tetapi aku tidak percaya kepadanya. Maka kusuruh kembalikan kepada pemiliknya — Karena perkara itu aku merah padam karena dia ! — Tetapi isteriku membantah, katanya: “Di mana gerangan kebajikanmu ? Di mana amalmu itu ? Betul, sudah ketahuan juga gunanya bagimu !”

Mencermati Kitab Suci :

Pertanyaan pendalaman teks Kitab Suci

•Apa yang terjadi dalam keluarga Tobit dan Hana ?
•Bagaimana cara mereka mengatasi persoalan rumah tangga mereka ?
•Bagaimana cara Tobit mengandalkan diri dan keluarganya kepada Tuhan ?

Butir-butir permenungan :

•Setiap keluarga mengalami tantangan dan kesulitan, bahkan dalam keluarga Tobit yang saleh sekalipun. Tobit kejatuhan tahi burung yang membuatnya menjadi buta. Hal ini membuat sedih seluruh keluarga. Tobit tidak dapat lagi mencari nafkah. Istrinya, Hana, menggantikan dia mencari nafkah

• Kebutaan Tobit tidak saja membuatnya buta secara jasmani, hal itu membuat dia mudah curiga dan tidak percaya kepada istrinya. Karena tidak bisa melihat, Tobit mengira bahwa kambing yang dibawa istrinya adalah hasil curian. Relasi antara anggauta keluarga menjadi tidak harmonis lagi

• Apa yang dilakukan Tobit ? Dalam kebutaannya dia mengungkapkan keluh kesalnya kepada Tuhan (3 : 1-6). Dalam doanya Tobit mengandalkan Tuha sebagai hakim yang adil. Ia tetap memohon belas-kasih Tuhan. Ia tetap percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan doanya. Tobit tidak menyembunyikan apapun dari Tuhan. Ia mengungkapkan doanya dengan jujur

• Apa yang terjadi ? Tuhan mendengarkan doa dan keluh kesah Tobit. Allah mengutus malaikatNya, Rafael, untuk menyembuhkan Tobit (3 : 17). Rupanya doa jujur seseorang memiliki daya dan kekuatan. Berdoa bersama dalam keluarga memiliki kekuatan yang lebih lagi. Allah kita adalah Allah yang peduli pada persoalan dan masalah keluarga kita
Membangun niat :

• Belajar dari keluarga Tobit dalam menghadapi musibah, apa yang dapat kita lakukan apabila keluarga kita sedang mendapatkan musibah ? Sejauh manakah kita menyandarkan diri kita ke dalam tangan Tuhan ?

• Hal-hal atau kebiasaan apa saja yang dapat dibuat dalam keluarga agar iman kepada Tuhan tetap bertumbuh dan berkembang ?



Bahan dari : Bulan Kitab Suci 2009 KAJ – KKKS KAJ

Diambil dari :
http://mbahjustinus.wordpress.com/

Kamis, 10 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Kamis, 10 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII


Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? -- Rm 8:31

Doa Renungan Pagi


Yesus Guru Sejati, Engkau menghendaki agar para murid-Mu hidup sesuai dengan ajaran dan perintah-Mu, yaitu saling mengampuni dan mengasihi; tidak membalas yang jahat dengan yang jahat. Yesus bagi kami ajaran-Mu itu tidak mudah untuk dilakukan, karena kecenderungan kami adalah mencari yang enak dan tidak mau menderita. Maka kami mohon ya Yesus, agar Engkau mengampuni dan membantu kami mengalahkan kecenderungan jahat agar kami pantas menjadi murid-Mu. Amin.

Kita telah dipilih Allah untuk dikuduskan dan dikasihi oleh-Nya. Sayang, lebih sering kita tidak yakin dengan martabat ini. Kita lebih suka memandang diri kita lemah dan tidak mampu memenuhi panggilan itu. Karenanya kita juga tidak termotivasi untuk menyatukan diri kita dengan Kristus. Nasihat Paulus ini kiranya mengajak kita untuk berani beranjak dari sikap hidup semacam itu.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (3:12-17)

"Tata hidup keluarga di dalam Tuhan."

Saudara-saudara, kalianlah orang pilihan Allah, yang dikuduskan dan dikasihi Allah. Maka kenakanlah belas kasihan, kemurahan dan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan hendaknya kalian saling mengampuni apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sebagaimana Kristus mengampuni kalian, demikian pula kalian hendaknya. Dan di atas semuanya itu kenakanlah cinta kasih, tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Semoga damai sejahtera Kristus menguasai hatimu, karena untuk itulah kalian dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Semoga sabda Kristus dengan segala kekayaannya tinggal di antara kalian. Hendaknya kalian saling mengajar dan menasehati dengan segala hikmat. Nyanyikanlah mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, untuk mengucapkan syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kalian lakukan dengan perkataan dan perbuatan, lakukanlah itu demi nama Tuhan Yesus Kristus, dan dengan pengantaraan-Nya bersyukur kepada Allah, Bapa kita.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah, pujilah Tuhan, hai umat Allah!
Ayat.
(Mzm 150:1-2,3-4,5-6)
1. Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!
2. Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!
3. Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!

Bait Pengantar Injil PS 951
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Jika kita saling menaruh cinta kasih, Allah tinggal dalam kita; dan cinta kasih Allah dalam kita menjadi sempurna.


Kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan. Demikian pepatah mengajarkan. Mari kita berani untuk menghargai dan mengembangkan kasih, pengampunan, dan kerendahan hati sebagai daya kekuatan untuk mengubah kehidupan. Sebab semua itu telah pula dinyatakan Bapa melalui Putra-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:27-38)

"Hendaklah kalian murah hati sebagaimana Bapamu murah hati adanya."

Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Dengarkanlah perkataan-Ku ini: Kasihilah musuhmu. Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian. Mintalah berkat bagi mereka yang mengutuk kalian. Berdoalah bagi orang yang mencaci kalian. Bila orang menampar pipimu yang satu, berikanlah pipimu yang lain. Bila orang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali dari orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kalian kehendaki orang berbuat kepada kalian, demikian pula hendaknya kalian berbuat kepada mereka. Kalau kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. (Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian). Lagipula kalau kalian memberikan pinjaman kepada orang dengan harapan akan memperoleh sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyaknya. Tetapi kalian, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan, maka ganjaranmu akan besar dan kalian akan menjadi anak Allah yang mahatinggi. Sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan orang-orang jahat. Hendaklah kalian murah hati sebagaimana Bapamu murah hati adanya. Janganlah menghakimi orang, maka kalian pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah menghukum orang, maka kalian pun tidak akan dihukum. Ampunilah, maka kalian pun akan diampuni. Berilah, dan kalian akan diberi. Suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar akan dicurahkan ke pangkuanmu. Sebab ukuran yang kalian pakai, akan diukurkan pula kepadamu."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Doa Renungan Malam

Yesus Guru Sejati, sungguh indah bila manusia saling mencintai dan menerima satu sama lain. Maka akan tercipta keadaan dunia yang aman dan sejahtera. Oleh karena itu ya Yesus, kami berdoa untuk kedamaian dunia yang saat ini masih dalam perjuangan, karena masih ada begitu banyak peperangan, kebencian dan keserakahan menguasai jiwa manusia. Semoga Engkau berkenan menjamah dan menyembuhkan kami semua supaya kami dapat mencintai orang lain seperti diri kami sendiri. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Renungan

Mengasihi orang yang mengasihi kita itu tidak sulit. Membalas kebaikan orang yang baik kepada kita itu perkara gampang. Tetapi mencintai orang yang membenci kita, mendoakan orang yang mengutuk kita itu amat sulit. Butuh pengorbanan besar untuk bersedia mengampuni orang yang membenci kita. Tapi itulah yang dituntut kepada kita sebagai orang Kristen.


RUAH

Rabu, 09 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Rabu, 09 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Daripada-Mulah kiranya datang penghakiman. Mata-Mu kiranya melihat apa yang benar -- Mzm 17:2


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapemurah, Engkau menciptakan semua yang ada di bumi ini baik adanya. Hal itu Engkau lakukan supaya Engkau semakin dimuliakan di atas bumi ini. Namun kami sering tidak menyadari panggilan kami dan lebih senang mencari apa yang menyenangkan diri kami. Sehingga tidak jarang kami menderita oleh karenanya. Maka ajarilah kami untuk menjadikan Engkau sebagai tujuan dan arah hidup kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (3:1-11)

"Kalian telah mati bersama Kristus, maka matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi."

Saudara-saudara, kalian telah dibangkitkan bersama Kristus. Maka carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada, duduk di sisi kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kalian telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah. Kristuslah hidup kita. Apabila Dia menyatakan diri kelak, kalian pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Semuanya itu mendatangkan murka Allah. Dahulu kalian juga melakukan hal-hal itu ketika kalian hidup di dalamnya. Tetapi sekarang buanglah semuanya ini yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Janganlah kalian saling menipu lagi, karena kalian telah menanggalkan manusia lama beserta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Penciptanya. Dalam keadaan yang baru itu tiada lagi orang Yunani atau Yahudi, yang bersunat atau tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka; yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan itu baik kepada semua orang.
Ayat.
(Mzm 145:2-3.10-11.12-13ab)
1. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Besarlah Tuhan, dan sangat terpuji; kebesaran-Nya tidak terselami.
2. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
3. Untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan kerejaan-Mu yang semarak mulia. Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah upahmu di surga.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:20-26)

"Berbahagialah orang yang miskin, celakalah orang yang kaya."

Pada waktu itu Yesus memandang murid-murid-Nya, lalu berkata, "Berbahagialah, hai kalian yang miskin, karena kalianlah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kalian yang kini kelaparan, karena kalian akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kalian yang kini menangis, karena kalian akan tertawa. Berbahagialah, bila demi Anak Manusia kalian dibenci, dikucilkan, dan dicela serta ditolak. Bersukacitalah dan bergembiralah pada waktu itu karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kalian, orang kaya, karena dalam kekayaanmu kalian telah memperoleh hiburan. Celakalah kalian, yang kini kenyang, karena kalian akan lapar. Celakalah kalian, yang kini tertawa, karena kalian akan berdukacita dan menangis. Celakalah kalian, jika semua orang memuji kalian; karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

“Berbahagialah kamu jika karena Anak Manusia orang membenci kamu,”

(Kol 3:1-11; Luk 6:20-26)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Petrus Claver, imam Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dalam melaksanakan tugas pengutusan-Nya Yesus harus menderita sengsara, dilecehkan oleh musuh-musuh-Nya dan akhirnya disalibkan sampai wafat. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus alias menjadi sahabat-sahabat Yesus kita dipanggil untuk meneladan-Nya, antara lain “hidup miskin” dan berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin. Yang saya maksudkan dengan ‘hidup miskin’ tidak berarti kita tidak punya apa-apa alias menjadi gelandangan, melainkan menghayati segala sesuatu sebagai anugerah Tuhan dan kemudian memfungsikannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena semuanya adalah anugerah Tuhan maka cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa dalam syukur dan terima kasih; syukur dan terima kasih ini kita wujudkan secara nyata antara lain dengan memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan atau berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin. Selama masih ada orang miskin dan berkekurangan kiranya juga berarti masih ada yang serakah, gila akan harta benda/uang, jabatan/kedudukan dan kehormatan duniawi. Dalam hidup bersama yang masih lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang serakah dan gila akan harta benda/uang , berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin dan berkekurangan pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Pejuang demi mereka yang miskin dan berkekurangan ada kemungkinan dibenci dan dikucilkan. “Hidup miskin” juga berarti hidup dengan rendah hati serta mentaati sepenuhnya aneka aturan dan tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya; orang siap sedia dan rela berkorban untuk diperintah, diutus, dilecehkan, kurang dihargai atau dihormati dst.., namun tetap berbahagia dan ceria.

· “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah” (Kol 3:5-6) Salah satu bentuk ‘berhala modern’ masa kini adalah ‘hand phone’(HP), dimana orang sungguh lekat tak teratur pada HP yang dimilikinya. Sebagai contoh selama beribadat HP tidak dimatikan dan ketika ada nada panggilan keluar dari tempat ibadat untuk tilpon tsb, hal yang sama juga terjadi dalam rapat, dst.. HP juga mengerosi atau menggerogoti iman kepercayaan kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan harus menjadi nyata dalam percaya kepada sesama dan saudara-saudari kita. Jika memperhatikan cara orang memfungsikan HP masa kini, kebanyakan menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang percaya kepada sesamanya atau saudaranya, misalnya mengontrol pasangan hidupnya yang bepergian, anaknya, dst.. . Ada semacam kekhawatiran jangan-jangan pasangan hidupnya atau anaknya melakukan perbuatan yang tidak baik seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu (seks, makanan dan minuman), dst.. . Jangan-jangan yang khawatir itu sendiri yang melakukannya, maka ketika mencoba tilpon ke pasangan atau anaknya dengan HP sebenarnya hanya untuk melindunsi atau mengamankan diri sendiri yang sedang menyeleweng. Cukup banyak ‘berhala-berhala modern’ yang sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak orang masa kini, yang mendorong orang untuk berbuat cabul, najis, jahat dan serakah. Maka marilah kita renungkan, resapkan dan hayati kutipan pesan Paulus kepada umat Kolose di atas: “Matikanlah segala sesuatu yang duniawi” dan “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol 3:2).

“Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan”

(Mzm 145:10-13b).

Jakarta, 9 September 2009
Ign Sumarya, SJ



Pertemuan I Bulan Kitab Suci: Keuskupan Agung Semarang: Kebersamaan Meneguhkan Iman

Pertemuan I

KEBERSAMAAN MENEGUHKAN IMAN

Pengantar

Saudara-saudari terkasih, dunia dewasa ini penuh dengan tawaran dan tantangan yang tidak selalu sejalan dengan iman. Pada saat dibaptis, kita telah berjanji untuk setia pada iman dan menjadi manusia baru yang berani menolak segala hal yang jahat. Dengan iman yang teguh kita diharapkan senantiasa mengarahkan diri pada kehidupan kekal.

Oleh karena itu, iman mesti dikembangkan, baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan. Iman kita semakin diperteguh di dalam kebersamaan. Contohnya, dalam hidup bersama di lingkungan, biasanya umat yang jarang berkumpul mudah sekali larut dalam godaan duniawi. Contoh lain, dalam hidup doa, bila tidak diwaspadai, Allah menjadi semacam 'berhala' yang diharuskan memberikan segala permintaan manusia. Apalagi, jika permohonan itu disertai dengan 'ritual' doa tertentu, atau semacam mengucapkan 'mantra' doa tertentu.

Pertanyaan besar muncul di sana, "Siapakah Allah itu bagiku?" serta "Siapakah aku ini bagi Allah?" Dua pertanyaan tersebut berkaitan erat dengan pemahaman kita mengenai iman dan bagaimana kita menghayati iman.

Pada kesempatan ini, kita akan belajar dari Kitab Makabe, mengenai teladan orang beriman yang berpegang teguh pada iman dan sungguh memperjuangkan apa yang diimaninya. Dalam pertemuan ini, akan kita renungkan awal dari perjuangan Matatias beserta anak-anaknya untuk melawan raja Antiokhus Epifanes yang dengan sewenang-wenang telah menghina agama mereka dan memaksa agar mereka murtad.

Penyajian materi

a. Pembacaan Teks Kitab Suci (1 Makabe 2:1-22.27-31)


1.Pada waktu itu Matatias bin Yohanes bin Simeon, seorang imam dari keluarga Yoarib, berangkat dari Yerusalem dan menetap di kota Modein. 2.Matatias mempunyai lima anak, yaitu: Yohanes dengan sebutan Gadi, 3.Simon dengan sebutan Tasi, 4.Yudas dengan sebutan Makabe, 5.Eleazar dengan sebutan Avaran dan Yonatan dengan sebutan Apfus. 6.Melihat semua kekejian yang terjadi di Yerusalem dan Yehuda 7.maka berkatalah Matatias: "Celakalah aku ini! Apakah aku dilahirkan untuk menyaksikan keruntuhan bangsaku dan Kota Suci dan berdiam saja di sini sementara kota itu sudah diserahkan kepada musuh dan Bait Suci sudah di tangan orang-orang asing? 8.Bait Allahnya sudah menjadi seperti orang yang terhina. 9.Perkakasnya yang mulia sudah diangkut sebagai jarahan. Anak-anaknya dan kaum mudanya sudah dibunuh di lapangan-lapangannya oleh pedang musuh! 10.Bangsa manakah belum mengusirnya dari warisan kerajaan dan belum merampasinya? 11.Segenap perhiasannya sudah diambil. Dari pada merdeka mereka sekarang sudah menjadi sahaya belaka! 12.Lihatlah, apa yang kudus bagi kita, segenap keindahan dan kemuliaan kita sudah dipunahkan serta dicemarkan oleh orang asing. 13.Apa gunanya hidup bagi kita lagi?" 14.Lalu Matatias serta anak-anaknya menyobek pakaian mereka dan mengenakan kain karung dan sangat berkabung. 15.Kemudian para pegawai raja yang bertugas memaksa orang-orang Yahudi murtad datang ke kota Modein untuk menuntut pengorbanan. 16.Banyak orang Israel datang kepada mereka. Adapun Matatias serta anak-anaknya berhimpun pula. 17.Pegawai raja itu angkat bicara dan berkata kepada Matatias: "Saudara adalah seorang pemimpin, orang terhormat dan pembesar di kota ini dan lagi didukung oleh anak-anak serta kaum kerabat saudara. 18.Baiklah saudara sekarang juga maju ke depan sebagai orang pertama untuk memenuhi penetapan raja, sebagaimana telah dilakukan semua bangsa, bahkan orang-orang Yehuda dan mereka yang masih tertinggal di Yerusalem. Kalau demikian, niscaya saudara serta anak-anak saudara termasuk ke dalam kalangan sahabat-sahabat raja dan akan dihormati dengan perak, emas dan banyak hadiah!" 19.Tetapi Matatias menjawab dengan suara lantang: "Kalau pun segala bangsa di lingkungan wilayah raja mematuhi seri baginda dan masing-masing murtad dari ibadah nenek moyangnya serta menyesuaikan diri dengan perintah-perintah seri baginda, 20.namun aku serta anak-anak dan kaum kerabatku terus hendak hidup menurut perjanjian nenek moyang kami. 21.Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan. 22.Titah raja itu tidak dapat kami taati dan kami tidak dapat menyimpang dari ibadah kami baik ke kanan maupun ke kiri!"
2:27 Lalu berteriaklah Matatias dengan suara lantang di kota Modein: "Siapa saja yang rindu memegang hukum Taurat dan berpaut pada perjanjian hendaknya ia mengikuti aku!" 28.Kemudian Matatias serta anak-anaknya melarikan diri ke pegunungan. Segala harta miliknya di kota ditinggalkannya. 29.Kemudian turunlah ke padang gurun banyak orang yang mencari kebenaran dan keadilan. 30.Mereka sendiri serta anak-anak, isteri-isteri dan ternaknya menetap di sana. Sebab mereka dianiaya oleh yang jahat. 31.Dalam pada itu telah diberitakan kepada para petugas raja dan kepada pasukan yang berada di Yerusalem, di Kota Daud, bahwa orang-orang yang mempermudah perintah raja telah turun ke persembunyian di gurun.

b. Pendalaman Teks

1. Sebelum melakukan penafsiran teks kita perlu memperhatikan struktur dan dinamikanya. Kisah awal dari perjuangan keluarga Matatias ini (1 Makabe 2:1-22.27-31) dapat dibagi menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama memaparkan adanya keprihatinan atas situasi dan kondisi yang terjadi (ayat 1-12), membangun tekad untuk mengatasi keprihatinan (ayat 14-21), melakukan tindakan yang nyata (ayat 27-31).

2. Keprihatinan atas situasi dan kondisi yang terjadi (ayat 1-12):
Bangsa Israel pada zaman penjajahan raja Antiokhus IV Epifanes mengalami penindasan dan hambatan dalam hidup beragama. Hambatan terhadap kehidupan beragama dimulai dengan pencemaran terhadap kota Yerusalem beserta Bait Suci. Banyak orang terbunuh demi iman di kota Yerusalem. Kota kudus bagi umat Yahudi itu telah dihancurkan dan dijadikan kota kafir yang penuh dengan patung dewa-dewi bangsa Yunani. Yang paling menyedihkan bagi Matatias adalah pencemaran terhadap Bait Suci yang berada di pusat kota Yerusalem dan pada waktu itu menjadi tempat terkudus bagi bangsa Yahudi. Peralatan ibadat di Bait Suci yang terdiri dari emas serta logam berharga telah dijarah. Tempat kudus itu dijadikan kuil dewa-dewi. Kita dapat membayangkan kepedihan hati Matatias dan anak-anaknya yang begitu peduli pada kekudusan Allah dan kesalehan umat beriman. Saat itu, tidak ada lagi tempat mereka beribadat dan bertemu bersama di hadapan Allah. Bangunan yang mereka hormati sebagai tempat kediaman Allah telah menjadi panggung penyembahan berhala. Korban-korban bakaran yang dipersembahkan untuk memuliakan Allah telah digantikan dengan korban bakaran bagi dewa-dewi asing. Dengan hati sedih Matatias meratap: "Lihatlah, apa yang kudus bagi kita, segenap keindahan dan kemuliaan kita sudah dipunahkan serta dicemarkan oleh orang asing. Apa gunanya hidup bagi kita lagi?" (ayat 12-13)

3. Tekad untuk mengatasi keprihatinan (ayat 14-21):
Apa reaksi Matatias dan anak-anaknya terhadap penindasan hidup beragama dan pencemaran simbol-simbol iman itu? Mereka sadar bahwa harga diri mereka sebagai bangsa yang berdaulat dan beriman kepada Allah telah diinjak-injak bangsa asing. Matatias dan anak-anaknya menyobek pakaian mereka dan mengenakan pakaian kabung. Menyobek pakaian adalah tanda dari kesedihan yang mendalam. Mengenakan kain kabung (dari karung) merupakan laku prihatin, tanda pertobatan dan perendahan diri di hadapan Allah untuk memohon pertolongan-Nya. Matatias sebagai orang beriman yakin bahwa apa yang terjadi pada mereka merupakan sebuah peringatan dari Allah karena dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Untuk itulah mereka perlu bertobat dan mohon pengampunan Allah. Salah satu tindak lanjut dari pertobatan adalah bertekun dalam iman dan membela iman dengan jiwa raganya. Di hadapan utusan raja yang membujuknya agar menaati perintah raja untuk mengingkari imannya, Matatias berkata: "Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Tuhan serta peraturan-peraturan Tuhan" (ayat 21). Dengan gagah berani dia menolak perintah raja dan bersama anak-anaknya bertekad untuk tetap setia pada hukum Tuhan, warisan iman nenek moyangnya. Keluhan dan ratapan saja tidak cukup. Matatias dan anak-anaknya berniat untuk mengatasi keprihatinan bangsanya dengan berbuat sesuatu yang nyata.

4. Tindakan nyata untuk setia pada Taurat dan membela iman pada Tuhan (ayat 27-31):
Matatias kemudian menyerukan gerakan perlawanan terhadap raja dan para pasukannya dengan cara gerilya. Bagi Matatias, perlawanan dengan cara mengangkat senjata merupakan wujud nyata dari kesetiaan mereka pada hukum Taurat dan perjanjian yang telah dilakukan Tuhan dengan nenek moyang mereka. Mengapa Matatias memakai kekerasan untuk melawan kekerasan? Untuk zaman itu, sikap dan tindakan Matatias dapat dipahami karena Antiokhus IV Epifanes bukan hanya menghambat hidup beragama tetapi juga melakukan penjajahan yang kejam. Matatias tahu bahwa di antara kaum sebangsanya ada yang memilih mati sebagai martir demi iman mereka. Namun dia tidak mau mati dengan cara pasif semacam itu. Dia bersedia mati demi iman tetapi lewat perang. Mati demi iman dengan senjata di tangan adalah pilihan hidupnya. Meskipun begitu dia tetap menghargai orang-orang sebangsanya yang bersedia mati tanpa perlawanan fisik. Dalam 1Mak 2:32-39 dikisahkan tentang orang-orang Yahudi yang diserang oleh pasukan raja Antiokhus pada hari Sabat. Mereka tidak melakukan perlawanan sama sekali karena pada hari Sabat orang Yahudi dilarang untuk melakukan pekerjaan. Kira-kira ada seribu orang mati dibunuh tanpa perlawanan karena mereka bertekad untuk setia pada hari Sabat. Sadar bahwa cara itu akan dapat memunahkan pasukannya, Matatias mengambil keputusan untuk tetap melakukan perlawanan jika mereka diserang pada hari Sabat. Mengenai hal ini dapat kita baca 1Mak 2:40-41.

Dengan keputusan itu, Matatias berjuang keras untuk mengusir penjajah dan mengembalikan kejayaan bangsanya sebagai bangsa berdaulat serta beriman pada Tuhan. Mengajak anak-anaknya dan semua orang yang bersedia berjuang dengannya, Matatias melarikan diri ke padang gurun. Di sana ia mulai menyusun kekuatan untuk melawan penjajah bangsanya dengan perang gerilya. Dalam kisah-kisah selanjutnya, perjuangan Matatias yang dilanjutkan oleh anak-anaknya itu, terutama di bawah pimpinan Yudas Makabe, berhasil mengusir penjajah dan mengembalikan kedaulatan serta kekudusan Allah di tengah bangsanya. Di bawah pemerintahan keturunan Matatias (nantinya dikenal sebagai Hasmone) bangsa Yahudi mengalami kemerdekaan selama hampir 100 tahun. Pada tahun 63 sebelum Masehi Pompeius menguasai Palestina, dan bangsa Yahudi kembali jatuh di bawah penjajahan bangsa asing. Kali ini penjajahnya adalah bangsa Romawi, sebuah bangsa yang mulai tumbuh sebagai negara adidaya. Kejayaan penerus Aleksander Agung mulai surut dan peran mereka kini digantikan oleh bangsa Romawi.

5. Dalam perjuangan Matatias dan keluarganya, iman menjadi harta yang tak ternilai harganya. Mereka rela membela harta itu dengan apa yang mereka miliki. Dalam diri Matatias dan keluarganya, kita dapat melihat bagaimana kecintaan akan Allah memang sungguh kuat. Ayat 20 menegaskan hal ini, bahwa Matatias dan keluarganya berjanji untuk hidup sesuai dengan 'perjanjian nenek moyang kami', yaitu taat kepada hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan. Demi perjuangan mempertahankan iman dan tradisi bangsanya, keluarga ini bahkan rela untuk pergi meninggalkan segala harta yang mereka miliki. "Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan," demikian doa Matatias.

c. Sharing

1. Hal-hal apa sajakah yang menjadi keprihatinan iman di zaman ini? Hambatan untuk praktek hidup beragama memang kita rasakan. Namun, keprihatinan iman jauh lebih luas dari itu. Konsumerisme (orientasi pada membeli dan memakai apa yang tersedia), materialisme (orientasi pada materi), hedonisme (orientasi pada kenikmatan duniawi), dan sebagainya dapat menjadi ancaman bagi iman. Kita sharingkan bersama, tantangan-tantangan iman apa sajakah yang menjadi keprihatinan kita di zaman ini?

2. Bagaimanakah kita sendiri menghadapi tantangan-tantangan seperti itu?

3. Bagaimana kita bersama-sama bisa menjaga iman kita dari serbuan nilai atau semangat hidup yang merongrong nilai iman dan kasih itu?

4. Marilah kita mencermati kehidupan komunitas lingkungan kita. Apakah selama ini kita sudah menghargai kebersamaan yang kita miliki dalam iman untuk saling mengembangkan, atau malah kita menjadi pribadi yang tidak mau peduli satu dengan yang lain, hanya mementingkan urusan pribadi semata? Apa yang bisa kita buat dengan pengalaman-pengalaman itu bagi perkembangan iman dalam komunitas kita?

5. Apa yang perlu dan harus kita buat bersama, bila komunitas kita juga mengalami permasalahan bersama seperti komunitas Matatias? Bagaimanakah kita bisa mempertahankan iman di tengah himpitan zaman kini? Situasi dan kondisi kita tidak memerlukan perjuangan membela iman dengan cara perang seperti di zaman Makabe. Apakah ada cara lain yang lebih sesuai dengan zaman kita sekarang untuk membela dan mempertahankan iman?


Kesimpulan

1. Matatias dan anak-anaknya serta umat Yahudi di zamannya menghadapi tantangan berat dalam hal iman. Kita juga mempunyai berbagai macam keprihatinan yang menantang keteguhan iman kita. Keprihatinan bisa jadi muncul dari kelemahan pribadi kita, dari keadaan sekitar kita, atau dari orang lain.

2. Apa yang dilakukan oleh Matatias dan kawan-kawannya merupakan salah satu pilihan dari banyak kemungkinan untuk melawan kejahatan raja Antiokhus Epifanes yang telah sewenang-wenang dan bengis melakukan penghambatan pada agama Yahudi. Sesuai dengan situasi dan kondisi waktu itu, perang gerilya merupakan cara yang dianggapnya paling efektif. Raja telah memusuhi bangsanya dengan penindasan. Raja juga telah memusuhi Allah dengan pencemaran terhadap Bait Suci. Kiranya, Matatias merasa bersalah jika tidak berbuat apa-apa, melihat tindakan raja yang sewenang-wenang itu. Perjuangan bersenjata menjadi jalan yang jelas baginya.

3.Bagi kita, mungkin cara yang ditempuh oleh Matatias terlalu keras. Untuk itu, yang perlu kita perhatikan lebih-lebih semangat imannya yang begitu tinggi, sampai rela mengurbankan diri untuk membela bangsa dan agamanya.

4.Kita tidak berharap untuk mengalami kesulitan dalam menjalankan agama sampai harus terjadi pertumpahan darah. Pertentangan atau bahkan permusuhan yang terjadi atas dasar agama sebenarnya telah mengingkari tujuan dari agama itu sendiri. Kisah Makabe bukan mengenai pertntangan antar agama, tetapi mengenai keberanian dalam membela agama. Tanpa harus melalui tindakan ekstrim pertumpahan darah, sebenarnya pada kita pun dituntut keteguhan iman yang sama. Tantangan bagi kita dalam beriman masih ada sampai sekarang. Arus zaman yang tidak sesuai dengan nilai iamn kita (misalnya: konsumerisme, materialisme, hedonisme, ateisme) juga merupakan tantangan yang tidak mudah diatasi.

5. Kita telah membicarakan bersama bagaimana kita juga bisa menjaga iman yang kita cintai bersama. Semoga, segala sesuatu yang kita daptkan menjadi titik awal yang bisa kita kembangkan dalam kehidupan beriman kita.

6. Salah satu kekuatan yang kita miliki adalah komunitas orang-orang beriman itu sendiri. Matatias dan keluarganya menggunakan kekuatan kelompok mereka dengan bahu-membahu memerangi Antiokhus Epifanes. Gereja sendiri adalah komunitas orang yang beriman pada Allah Tritunggal. Secara nyata, kebersamaan tersebut kita temukan dalam Ekaristi dan berbagai pertemuan dengan saudara-saudara seiman.

Diambil dari buku:
BKS 2009 -- KOMISI KITAB SUCI KAS

Pertemuan I Bulan Kitab Suci Keuskupan Agung Jakarta: Perjuangan Hidup Dalam Diriku

Bulan Kitab Suci 2009

Bulan Kitab Suci merupakan kesempatan yang baik untuk menyadari kembali bahwa Kitab Suci merupakan salah satu pedoman iman bagi kita. Kita melihat bahwa dimana-mana umat mulai berani membuka, membaca, menghayati, percaya dan mengamalkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Suatu gerakan yang patut kita syukuri

Tema yang kita ambil tahun 2009 ini adalah Berjuang Dalam Hidup Dengan Terang Sabda Tuhan. Dengan tema ini kita diingatkan bahwa hakekat hidup adalah bekerja keras, berusaha dan berjuang. Kita bekerja keras tidak hanya untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan jasmani, tetapi juga makanan dan kebutuhan rohani. Kita berusaha tidak hanya demi kesejahteraan orang lain, tetapi juga melaksanakan kehendak Tuhan. Kita berjuang tidak hanya demi keluarga, komunitas, masyarakat, bangsa dan negara, tetapi untuk menyenangkan hati Tuhan

Pertemuan I Perjuangan Hidup Dalam Diriku

Pertemuan II Perjuangan Hidup Dalam Keluarga

Pertemuan III Perjuangan Hidup Dalam Lingkungan Dan Masyarakat

Pertemuan IV Perjuangan Hidup Dalam Berbangsa dan Bernegara


Bulan Kitab Suci – KAJ 2009
Bacaan Kitab Suci : Ayub 7 : 1-10


"Aku dicekam kegelisahan sampai dini hari."


1 Di dalam keprihatinannya Ayub berbicara kepada sahabatnya, “Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? 2 Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, 3 demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan. 4 Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari. 5 Berenga dan abu menutupi tubuhku, kulitku menjadi keras, lalu pecah. 6 Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan. 7 Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik. 8 Orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi, sementara Engkau memandang aku, aku tidak ada lagi. 9 Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali. 10 Ia tidak lagi kembali ke rumahnya, dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya.


Mencermati Kitab Suci :

  • Bagaimana Ayub memandang dirinya sendiri ?
  • Bagaimana ia menggambarkan seluruh hidupnya ?
  • Bagaimana sikap Ayub terhadap Tuhan ? Siapakah Tuhan bagi Ayub ?
  • Kalau kita masuk ke dalam diri Ayub, bagaimana rasanya menghadapi permasalahan hidupnya ?
  • Pesan apa yang dapat anda petik dari kisah Ayub ini?

Butir-butir permenungan :



1. Masalah dan persoalan hidup ini dapat disikapi dengan sikap positif, yaitu sebagai tanda ujian dari Tuhan agar kita sabar dan tabah, menjadi semakin teguh dan dewasa dalam iman. Orang tetap boleh mengungkapkan keluhannya kepada Allah, seperti Ayub

2. Ayub menyadari bahwa hidup di dunia ini sungguh berat. Ia mengungkapkan perjuangan hidupnya seperti seorang budak dan seorang upahan. Ia merasa bahwa perjuangan hidupnya siang dan malam sia-sia (bdk 7 : 1-4)

3. Sebagai orang saleh, Ayub sadar akan keberadaannya, bahwa seluruh yang diperolehnya itu berasal dari Tuhan, termasuk tubuhnya sendiri. Ia mengoyakkan jubahnya, mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan te;anjang juga aku akan kembali kedalamnya, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan !” (1 : 20-21)

4. Dalam deritanya Ayub tetap merasakan getaran kasih Allah, walaupun ia sendiri hampir putus asa dengan hidupnya sendiri, “Aku jemu aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hempusan nafas saja” (7 ; 16)

5. Pengalaman hidup Ayub dapat menjadi contoh dalam perjuangan hidup kita. Kerinduan Ayub akan Tuhan hendaknya menjadi kerinduan kita. Ketabahan Ayub dalam menanggung derita, hendaknya menjadi ketabahan hidup kita. Ayub memberikan contoh hidup sebagai orang beriman yang tetap setia dan patuh pada Tuhan



Membangun niat :

1. Bagaimana cara anda menghadapi permasalahan hidup dan mengatasinya ?
2. Apa niat konkret yang bisa kita laksanakan sebagai langkah nyata untuk melaksanakan Sabda Tuhan ini ?


Perjuangan Hidup dalam Diriku (Ayub 7:1-10)

Tidak jarang orang jujur dan hidupnya baik malah terkena musibah dan menderita. Mengapa ini terjadi? Katanya Allah adil, menghukum yang jahat dan mengganjar yang baik? Kita diajak belajar dari Ayub, seorang yang saleh, yang tertimpa musibah besar, yaitu: anak-anaknya mati, hartanya diambil dan dia kena penyakit. Dalam kesesakan Ayub tetap berseru kepada Tuhan, karena percaya bahwa Tuhan tidak meninggalkan dia.

Tujuan

Bersama menyadari bahwa setiap masalah hidup ada jalan keluar di dalam Tuhan, Mengajak untuk saling meneguhkan lewat sharing pengalaman iman, Mendorong umat untuk membuat niat konkret.

Penjelasan teks: Ayub 7:1-10

Dari kisah hidup Ayub kita dapat meneladan hidupnya dalam mengatasi perjuangan hidup kita masing - masing karena ada beberapa hal yang menjadi dasar: Ayub hidup saleh, jujur, takut akan Allah Ayub menyadari bahwa seluruh yang dipunyainya itu berasal dari Tuhan Ayub mempunyai iman yang begitu dalam. Satu hal yang menjadi keyakinan pada masyarakat Israel kuno adalah hukum Retribusi yang mengatakan, orang baik dapat pahala, orang jahat dapat hukuman.Kalau ada orang yang menderita, pasti dia jahat. Kalau ada orang yang sakit, pasti dia berdosa. Ini adalah kesadaran di Israel kuno sampai adanya kitab Ayub yang menolak hukum Retribusi, karena ada orang baik yang menderita. Yang diberikan dari kitab Ayub bukan jawaban atas pertanyaan "Mengapa orang menderita?" tetapi jawaban bagaimana untuk tetap bertahan setia dalam penderitaan. Sebagai orang saleh, Ayub sadar akan keberadaannya, bahwa seluruh yang diperolehnya itu berasal dari Tuhan, termasuk tubuhnya sendiri. la mengoyakkan jubahnya, mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya " Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali kedalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:20-21)

Melihat kondisi dan penderitaan Ayub, berkatalah isterinya " Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah AllahMu dan matilah! " Apa jawab Ayub? " Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? ( Ayub 2:9-10)

Menyimak perkataan Ayub ini, kita dapat merasakan getaran iman yang begitu dalam dari Ayub, walaupun ia ditimpa penderitaan yang begitu dashyat. Dalam derita, Ayub justru merasakan getaran kasih Allah, walaupun ia sendiri hampir putus asa dengan hidupnya sendiri, " Aku jemu aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja." (Ayub 17:16) Ayub menyadari bahwa hidup di dunia itu sungguh berat. Maka ia berkata," Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nanti upahnya, demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan. Bila aku pergi tidur, maka pikirku bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang dan aku dicekam oleh gelisah hingga dini hari". (Ayub 7:1-4)

Kitab Ayub menggambarkan proses iman kita masing -masing. Keluhan Ayub adalah suatu cara ia berbicara dengan Allah dan kiranya Allah mendengarkan. Ayub menyerahkan diri kepada suatu misteri Allah, justru itulah yang kemudian membebaskan. Hanya dengan berserah kepada misteri Allah, manusia menjadi bebas. Penderitaannya tetap sama, tetapi sikap hati sudah berubah. Fokus bukan pada penderitaanya, tetapi kepada Allah dan itu membebaskan.


Komisi Kerasulan Kitab Suci – Keuskupan Agung Jakarta

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy