| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Teologi kemakmuran: ajaran gampang tapi salah!

Berikan sumbangan, maka engkau akan menerima kembali berlipat ganda.

Seruan untuk memberikan sumbangan finansial kepada misi evangelisasi dengan
iming-iming untuk mendapatkan kembali apa yang diberikan secara berlipat ganda, seperti yang sering didengungkan oleh para televangelists

Dalam artikel ini, kita akan melihat latar belakang dari teologi kemakmuran, pengaruh materialisme pada teologi kemakmuran. Lebih lanjut kita akan menelaah bahwa teologi seperti ini justru bertentangan dengan: 1) Alkitab, 2) jemaat perdana, 3) kehidupan para santa-santo, 4) akal sehat, 5) dimensi eskatologi. Dan pada akhirnya, kita akan melihat tentang apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “hidup berkelimpahan“, yang sering didengung-dengungkan oleh banyak orang, terutama oleh penganut teologi kemakmuran. Dengan memahami makna “hidup berkelimpahan” secara benar, maka kita dapat menempatkan nilai-nilai kekristenan dan semangat Injil di tempat yang semestinya. Yaitu, hidup berkelimpahan ini terutama menyangkut hal spiritual dan mengarah pada tujuan akhir manusia, yaitu persatuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga, tanpa melihat apakah orang tersebut kaya maupun miskin secara jasmani.

I. Definisi dan sejarah teologi kemakmuran

1. Latar belakang teologi kemakmuran.

Teologi kemakmuran mulai dipopulerkan di Amerika pada waktu belakangan ini, terutama dengan menjamurnya televangelist yang cukup populer, dengan gaya penginjilan yang khas dan berapi-api. Secara prinsip, teologi kemakmuran mengajarkan bahwa Tuhan tidak hanya memberikan berkat spiritual, namun terutama adalah berkat kesehatan dan kekayaan. Dan kerap kali kesehatan dan kekayaan dapat diterima sebagai akibat dari tindakan menabur (seeding), yaitu dengan memberikan perpuluhan. Bahkan dikatakan bahwa kekayaan adalah suatu tanda bahwa akan kasih Tuhan kepada umat-Nya.

Kita dapat melihat akan beberapa pernyataan dari beberapa televangelist maupun pendeta-pendeta terkenal, salah satunya adalah Joel Osteen yang mengatakan di salah satu kotbahnya:

Bagaimana untuk hidup dalam kemenangan total? Yesus yang mati, telah bangkit pada hari ke-tiga. Yesus berkata “karena saya hidup, maka engkau juga akan memperoleh kehidupan.” Diinterpretasikan bahwa Yesus menginginkan kita semua untuk mendapatkan hidup yang berkelimpahan: hidup yang bukan dipenuhi dengan kebiasaan buruk, bukan hidup yang biasa-biasa saja. Bukan kemenangan setengah-setengah, di mana kita mempunyai keluarga yang baik, kesehatan yang baik, namun senantiasa mempunyai masalah dengan masalah keuangan. Ini bukanlah kemenangan yang total. Kalau Tuhan melakukan sesuatu di satu area, Dia akan melakukan juga di area yang lain. Orang yang mengalami masalah kesehatan dan menerimanya sebagai sebuah salib, adalah tidak benar, karena Yesus telah membayar semuanya, sehingga kita dapat bebas secara total – yang berarti bebas dari kebiasaan buruk maupun kecanduan, bebas dari ketakutan dan kekuatiran, bebas dari kemiskinan dan kekurangan, bebas dari kerendahan diri. Karena Yesus telah membayar harga agar kita bebas, maka kita harus bebas secara total. Untuk dapat bebas, maka kita harus tahu siapa diri kita, yang adalah anak-anak Allah, yang bukan orang-orang yang biasa, telah direncanakan oleh Allah sebagai pemenang, yang mempunyai kesehatan yang baik, dan juga banyak uang untuk membayar tagihan-tagihan, …

Kalimat-kalimat di atas adalah merupakan gambaran tentang teologi kemakmuran, yang ingin mengedepankan kesuksesan dan kemakmuran di dunia ini, seperti: relasi sesama yang baik, keluarga yang baik, punya harga diri yang baik, kesehatan yang baik, dan juga mempunyai kekayaan – sebagai manifestasi dari kebebasan yang total, yang seolah-olah ditawarkan oleh Yesus, karena Yesus telah membayar lunas seluruhnya. Dikatakan, dengan pengorbanan Kristus, maka seluruh umat Allah harus hidup dalam kelimpahan, termasuk dalam urusan kesehatan dan kekayaan. Namun, apakah benar bahwa pesan ini adalah sesuai dengan semangat Injil?

2. Pengaruh materialisme terhadap teologi kemakmuran.

Kalau kita melihat secara lebih cermat, maka kita dapat melihat bahwa materialisme yang melanda dunia ini mempengaruhi teologi kemakmuran. Dunia yang dilanda materialisme – paham di mana kesuksesan, kehormatan dan kemampuan seseorang menjadi parameter apakah seseorang menjadi berharga atau tidak, masuk ke dalam teologi kemakmuran. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan teologi kemakmuran yang baru marak di abad ke-20 ini, di mana materialisme melanda dunia dalam segala bidang.

Materialisme – paham yang percaya bahwa yang benar-benar ada adalah sesuatu yang bersifat materi – memberikan pengaruh kepada teologi kemakmuran. Rahmat Allah yang terbesar – yaitu janji akan kebahagiaan Sorgawi – direduksi menjadi kebahagiaan yang bersifat duniawi dan bersifat material, seperti rumah, kesehatan, kekayaan. Dengan demikian, efek dari pengorbanan Kristus di kayu salib direduksi menjadi kebahagian semu yang ada di dunia ini. Alasan untuk mendapatkan kebahagiaan material yang dibayar dengan pengorbanan Kristus, rasanya menjadi terlalu murah dan terlihat menjadi kesia-siaan, karena memang Kristus bukan datang ke dunia untuk memberikan kebahagiaan duniawi namun kebahagiaan sorgawi. Mari kita membandingkan teologi kemakmuran dengan prinsip-prinsip Alkitab.

II. Teologi kemakmuran salah dalam menangkap pesan Alkitab dan tidak didukung oleh kesaksian jemaat perdana.

1. Teologi kemakmuran bertentangan dengan Alkitab.

a. Memang ada bagian di Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan akan memberikan kemakmuran bagi orang-orang pilihan-Nya. Dikatakan “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ul 8:18). Kita juga melihat bagaimana kitab Amsal mengatakan “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Ams 10:22).

b. Namun di satu sisi, Alkitab juga mengatakan bahwa penderitaan – kurangnya kekayaan dan kesehatan – bukan sebagai bukti bahwa Allah tidak mengasihi umat-Nya. Kita melihat di kitab Ayub, di mana diceritakan bahwa Ayub yang saleh dan jujur serta takut akan Tuhan (lih. Ay. 1:1), tertimpa bencana. Dia kehilangan semua yang dimilikinya, termasuk kekayaannya, ternaknya, termasuk keluarganya, dan juga kesehatannya. Dan teman-teman Ayub mempergunakan teologi kemakmuran, dengan mengatakan “7 Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan? 8 Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.” (Ay. 4:7-8). Teman-teman Ayub melihat bahwa kesengsaraan Ayub adalah sebagai akibat dari dosa-dosanya, karena dalam pemikiran mereka, Allah akan memberikan kelimpahan materi, kesehatan yang baik, serta kehidupan keluarga yang baik, bagi orang-orang yang menjalankan perintah Allah. Namun, pemikiran ini tidak dibenarkan oleh Allah (lih. Ay 42:7). Dari kitab Ayub ini, kita sebetulnya melihat dimensi lain dari penderitaan, yang bukan sebagai hukuman atas dosa, namun sebagai penderitaan yang innocent, yang selayaknya diterima sebagai suatu misteri.[1] Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Salvific Doloris, menyingkapkan penderitaan sebagai kesempatan untuk pertobatan, yang membangun kebaikan dari orang yang mengalaminya.[2] Dengan demikian, pengajaran teologi kemakmuran, yang melihat bahwa penderitaan fisik (jasmani maupun kemiskinan) sebagai sesuatu yang salah, seolah menutup adanya rahmat Allah yang dapat bekerja secara istimewa kepada orang-orang yang sedang mengalami penderitaan fisik.

Walaupun Kristus mengatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mt 6:33), yang sering menjadi ayat andalan dari teologi kemakmuran, namun di ayat-ayat yang lain, Kristus juga memperingatkan para murid untuk berhati-hati terhadap bujukan mamon. Dikatakan “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mt 6:24). Bahkan ditegaskan sekali lagi “Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Lk 18:25). Dengan demikian, penekanan bahwa Tuhan pasti akan memberikan berkat-berkat material sebagai tanda kasih-Nya kepada umat manusia, tidaklah menyampaikan kebenaran penuh akan pesan Kristus. Hal ini bahkan dapat menyesatkan, terutama jika Kristus kemudian seolah digambarkan sebagai tokoh semacam ’sinterklas’ yang membagi- bagi hadiah.

2. Teologi kemakmuran bertentangan dengan kehidupan jemaat perdana.

Kalau kita menganalisa sejarah kekristenan, maka kita akan dapat melihat bahwa pada masa awal kekristenan, bukan kekayaan materi dan kesehatan yang baik, yang mereka dapatkan, namun justru dikejar-kejar oleh penguasa. Kita dapat melihat contoh mulai dari Yesus yang akhirnya meninggal di kayu salib, para rasul yang juga menderita dan mati dalam penganiayaan, para jemaat perdana yang juga menderita dan banyak yang meninggal dalam mempertahankan iman mereka. Tubuh mereka bukannya mendapat kesehatan yang baik, namun sering berakhir pada perut singa-singa yang buas. Mereka inilah yang dengan setia memegang dan menjalankan pengajaran Kristus sampai pada titik mengorbankan diri mereka. Mereka mencintai kebenaran yang diwartakan oleh Kristus lebih daripada harta kekayaan mereka, melebihi tubuh mereka dan melebihi nyawa mereka. Bahkan dikatakan bahwa Gereja dibangun di atas darah para martir.

3. Teologi kemakmuran bertentangan dengan kehidupan para santa-santo.

Kalau kita mempelajari kehidupan para santa-santo, maka kita melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan dengan begitu luar biasa. Mereka senantiasa bekerjasama dengan rahmat Tuhan, sehingga menghasilkan buah-buah yang limpah, dalam membawa banyak orang kepada Tuhan, melalui doa- doa dan karya kerasulan mereka. Namun, apakah mereka mempunyai kesehatan yang baik serta kekayaan yang berlimpah? Mayoritas dari kehidupan para santa-santo diwarnai dengan begitu banyak penderitaan. Namun demikian mereka tetap memiliki keberanian untuk mengasihi Kristus dalam kondisi tersulit apapun. Kita melihat Santo Fransiskus dari Asisi, yang meninggalkan kekayaannya demi untuk mengikuti Kristus secara lebih total. Dia menjadi santo yang besar dalam sejarah Gereja, bukan karena kekayaannya, namun karena keberaniannya dalam mengikuti Kristus, termasuk dalam hal kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. Lihatlah kehidupan Santo Thomas Moore dari Inggris, yang memilih kehilangan keluarga, kekayaan dan jiwanya untuk tetap setia pada Kristus dengan setia terhadap pengajaran Gereja Katolik.

4. Teologi kemakmuran bertentangan dengan akal sehat.

Kalau kasih Kristus kepada umat-Nya diukur dari seberapa banyak umat-Nya menerima berkat finansial, maka sungguh sangat disayangkan, dan bahkan tidak sesuai dengan akal sehat. Bayangkan nasib dari begitu banyak penduduk miskin di dunia. Menurut data tahun 2001, ada 1,1 milyar orang masuk dalam garis kemiskinan yang ekstrim dan 2,7 milyar masuk dalam garis kemiskinan, yang hidup kurang dari US$ 2 (Rp 18,000) per hari. Ini berarti ada sekitar 40% dari populasi dunia berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan dikatakan bahwa 6 juta anak-anak meninggal setiap tahun atau sekitar 17,000 meninggal setiap hari. Kalau kekayaan material adalah identik dengan kasih Tuhan, maka bagaimana mungkin, kita dapat mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihi orang-orang miskin dan anak-anak yang meninggal setiap hari karena kemiskinan? Bagaimana mungkin bahwa Tuhan pilih kasih dan memberikan hukuman kepada mereka yang hidup dalam kemiskinan, dan sebagian bukanlah akibat kesalahan mereka sendiri…

5. Teologi kemakmuran menghilangkan dimensi eskatologi.

Dengan memberikan penekanan pada kemakmuran material di dunia ini, maka teologi kemakmuran secara tidak langsung mengaburkan dimensi eskatologi – yaitu yang berhubungan dengan akhir zaman. Penekanan yang terlalu banyak akan kebahagiaan material dari teologi kemakmuran membuat seseorang berfokus pada apa yang terjadi di dunia ini dan mengaburkan apa yang menjadi tujuan akhir dari seorang Kristen, yaitu berkumpul bersama dengan Allah untuk selamanya di dalam Kerajaan Sorga.
Kita tahu bahwa seorang Kristen hidup di dunia ini, namun bukan dari dunia ini. Seorang Kristen harus mempunyai kesadaran bahwa apa yang dialami di dunia ini hanyalah bersifat sementara, karena pada saatnya nanti ketika kemah kita di dunia ini dibongkar, maka Allah telah menyediakan tempat kediaman abadi di Sorga (lih. 2Kor 5:1). Seorang Kristen harus tahu bahwa kebahagiaan sejati bukanlah kebahagiaan material, namun kebahagiaan spiritual, yang akan diterima dan dialami secara penuh pada saat kita masuk dalam Kerajaan Sorga.

III. Arti yang sesungguhnya dari “hidup berkelimpahan“.

Kalau teologi kemakmuran menekankan kemakmuran material, maka sebenarnya tidak ada yang salah dengan kata “kemakmuran“, namun yang menjadi masalah adalah penekanan kemakmuran pada hal-hal yang bersifat material. Yesus sendiri menginginkan agar umat-Nya hidup dalam kelimpahan, sehingga Dia mengatakan “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10). Rasul Paulus menekankan hidup yang berkelimpahan, namun bukan berkelimpahan dari sisi material, namun berkelimpahan dalam kasih karunia (lih. Rm 5:20; Ef 2:7) dan oleh kekuatan Roh Kudus, kita dapat hidup berlimpah-limpah dalam pengharapan (lih. Rm 15:13), serta kelimpahan akan iman, kebajikan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih (lih. 2Pet 1:6-8).

Dengan demikian, kita melihat bahwa kasih karunia Allah dicurahkan secara melimpah kepada umat yang terus bekerjasama dengan rahmat Allah. Namun, Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan kelimpahan material. Dia mengatakan kepada para murid yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus “Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mt 19:29). Apakah “seratus kali lipat” adalah merupakan janji untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat material (harta, kedudukan, kesehatan, dll) ataukah sesuatu yang bersifat spiritual? Untuk melihat ini, maka kita dapat melihat apa yang terjadi pada para rasul. Apakah para rasul mendapatkan kekayaan? Tidak sama sekali. Bahkan, semua rasul mendapatkan penderitaan dan kematian karena mengikuti dan mengajarkan kebenaran Kristus. Namun, di tengah-tengah penderitaan mereka, mereka tetap menerima rahmat yang berkelimpahan, yaitu rahmat spiritual – kegembiraan dalam menghadapi penderitaan dan rahmat pengharapan yang tak pernah surut, karena percaya akan janji Kristus.

Dengan demikian, makna dari hidup berkelimpahan sebagai rahmat yang mengalir sebagai orang yang percaya dan senantiasa bekerjasama dengan rahmat Allah adalah senantiasa bermakna spiritual, entah orang tersebut kaya maupun miskin. Dengan demikian, hidup berkelimpahan terbuka bagi siapa saja, baik bagi yang kaya maupun yang miskin, yang berarti Tuhan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang. Bahkan orang-orang yang miskin mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan hidup yang berkelimpahan, karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengandalkan belas kasih Tuhan. Dikatakan “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mt 5:3) Dengan memberikan penekanan bahwa hidup berkelimpahan adalah sesuatu yang bersifat spiritual, maka umat Allah akan senantiasa berfokus pada sesuatu yang spiritual dan mengarahkan pandangan pada tujuan akhir, yaitu persatuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga.

Kesimpulan:

Dari pemaparan di atas, maka terlihat bahwa teologi kemakmuran adalah teologi yang berfokus pada sesuatu yang bersifat material dan sementara, yang bertentangan dengan pesan Kristus sendiri – yang senantiasa mengutamakan rahmat spiritual dan tujuan akhir dari manusia, yaitu persekutuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga. Dengan demikian, teologi kemakmuran terlalu menyederhanakan – mungkin lebih tepatnya membelokkan – pesan Injil. Teologi kemakmuran menjadi sangat berbahaya di tengah-tengah kehidupan yang didominasi oleh materialisme, karena seolah-olah mereka mendapatkan pembenaran dari orientasi mereka ke hal-hal yang bersifat material.

Para Bapa Gereja dan jemaat Kristen awal, tidak pernah mengajarkan tentang penekanan terhadap kemakmuran jasmani. Sebaliknya, yang diajarkan mereka adalah untuk menunjukkan kasih kita kepada Tuhan sampai ke titik darah penghabisan: menyebarkan Injil meski di dalam keadaan kekurangan dan penganiayaan, dan bahkan berani menyerahkan nyawa demi mempertahankan iman.

Sesuatu yang perlu direnungkan adalah buah- buah dari pengajaran Teologi sukses itu. Apakah umat jadi mau prihatin dan lebih berbelas kasih kepada sesama, atau malah cenderung menjadi sombong, dan menganggap bahwa orang miskin itu ‘layak’ miskin karena dosa mereka, sehingga mereka tidak diberkati? Bukankah ini namanya menghakimi? Hubungannya dengan Tuhan bisa seperti hubungan ‘dagang’, seolah mau memberi sekian persen penghasilan dengan harapan menerima berlipat ganda dari Tuhan, semacam investasi saja. Belum lagi kalau Teologi ini membuat umat menjadi terikat dengan kenikmatan materi, dan ini sudah pasti tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci, sebab malah dikatakan bahwa uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Tim 6:10); atau bahkan Tuhan Yesus mengajarkan agar menjadi sempurna seseorang dipanggil untuk memberikan semua harta miliknya kepada orang miskin dan kemudian mengikuti Dia (Mat 19:21).

Selayaknya kita mengingat bahwa Tuhan Yesus sendiri memilih untuk lahir sebagai orang miskin, untuk mengajarkan kepada kita untuk hidup ‘miskin di hadapan Allah’ (Mat 5:3). Semoga kita sebagai murid- murid Kristus dapat diberi kebijaksanaan untuk menilai mana ajaran yang berasal dari Tuhan, dan mana yang bukan. Dan agar jangan sampai kita memilih- milih ajaran, yang mudah dan enak didengar kita terima, tetapi yang sulit kita tolak. Kita harus berdoa agar kita dimampukan oleh Tuhan untuk melaksanakan “segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya” (lih, Mat 28:20) dan bukan untuk memilih- milih ajaran sesuai dengan kehendak sendiri.

CATATAN KAKI:
  1. Paus Yohanes Paulus II, Salvifici Doloris, 11 []
  2. ibid, 13 []
Ditulis: Stefanus Tay di: www.katolisitas.org

Jumat, 29 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Jumat, 29 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXX

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya -- Yesaya 32.17

Doa Renungan

Tuhan Yesus, kami terkadang melupakan banyak hal yang lebih penting karena terlalu terpaku pada peraturan-peraturan yang kaku. Bahkan kami pun tidak menyadari bahwa sebenarnya kami tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh peraturan itu. Bantulah kami hari ini agar semakin mengerti apa yang terbaik yang harus kami lakukan. Sebab Engkaulah pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Salam, ucapan syukur dan permohonan merupakan bentuk normatif surat pada waktu itu. Namun ketika Santo Paulus menempatkan semua itu dalam pribadi Kristus, bobot dan maknanya menjadi lebih berkualitas. Di dalam Kristus, umat di Filipi diharapkan mampu memilih yang baik agar kesuciannya terpancar saat kedatangan Kristus. Itulah pujian sejati kepada Allah.

Baik pengalaman dipenjarakan maupun pengalaman dalam kegembiraan bersama umat menjadikan Paulus tegar dalam memperjuangkan nilai-nilai iman Kristiani.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (1:1-11)

"Allah telah memulai karya baik di antaramu; Dia akan melanjutkannya sampai akhir pada hari Kristus Yesus."

Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi beserta para penilik jemaat dan diakon. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allh, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kalian. Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kalian. Dan setiap kali aku berdoa untuk kalian semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuan kalian dalam Berita Injil dari hari pertama hingga sekarang ini. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, bahwa Dia yang telah memulai karya baik di antaramu, akan melanjutkannya sampai akhir pada hari Kristus Yesus. Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian tentang kalian semua, sebab kalian ada dalam hatiku. Kalian semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan berita Injil. Sebab Allahlah saksikubetapa dengan kasih mesra Kristus Yesus aku merindukan kalian. Dan inilah doaku: Semoga kasihmu semakin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian. Dengan demikian kalian dapat memilih yang baik, agar kalian suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus. Semoga kalian dipenuhi dengan buah kebenaran oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan.
Ayat. (Mzm 111:1-2.3-4.5-6)
1. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
2. Agung dan semaraklah pekerjaan-nya, keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan peringatan; Tuhan itu pengasih dan penyayang.
3. Kepada orang takwa diberikan-Nya rezeki, selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya. Kekuatan perbuatan-Nya Ia tujukan kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka para bangsa.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku

Sabat adalah hari istirahat agar umat memiliki kesempatan khusus untuk memuji Allah. Pujian yang otentik terungkap dalam tindakan, bukan hanya kata-kata. Maka, melakukan perbuatan baik adalah hakikat Sabat, Apalagi jika perbuatan baik itu benar-benar dibutuhkan oleh orang yang menderita. Hari ini Yesus mengembalikan Sabat pada maksudnya yang terdalam.

Kebaikan Allah yang tak terbatas tidak mungkin dibatasi oleh kelemahan manusia. Orang sakit dan lemah selalu mendapat tempat di hati Allah. Penderitaan diubah-Nya menjadi jalan penyelamatan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:1-6)

"Siapakah yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur tidak segera menariknya keluar meski pada hari Sabat?"

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua orang yang hadir mengamat-amati Dia dengan seksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan Yesus. Lalu Yesus bertanya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Tetapi mereka semua diam saja. Lalu Yesus memegang tangan si sakit itu dan menyembuhkannya serta menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka, "Siapakah di antara kalian yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur, tidak segera menariknya ke luar, meski pada hari Sabat?" Mereka tidak sanggup membantah-Nya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Bagi Yesus, Sabat adalah hari istirahat sekaligus saat untuk berbuat. Sebagai hari istirahat, Sabat dimaksudkan untuk memuji Allah. Hari ini kita belajar dari Yesus, bahwa pujian sejati kepada Allah justru harus diwujudkan dalam perbuatan baik. Prinsipnya sederhana: Jika yang kita lakukan baik, itu akan menjadi ‘pujian hidup’ bagi Allah. Perbuatan baik melampaui nilai aturan, juga bagi hukum hari Sabat.

R U A H

Kamis, 28 Oktober 2010 Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul

Kamis, 28 Oktober 2010
Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul

Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap --- 1Kor 13:8

Doa Renungan

Ya Tuhan, kami mengucap syukur kepada-Mu karena kami boleh Engkau angkat menjadi murid sekaligus anak-anak-Mu berkat kesaksian para rasul yang kami rayakan hari ini. Kami mohon, kiranya kami semakin mengimani Engkau dan mewartakan sabda-Mu sebagaimana para rasul yang telah Engkau pilih sendiri, karena Engkaulah Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Efesus (2:19-22)

"Kamu dibangun di atas dasar para rasul."

Saudara-saudara, kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah. Kamu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan, yang rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan. Di atas Dia pula kamu turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 834.
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan di tengah umat kumuliakan.
Ayat. (Mzm 19:2-3.4-5; R: 5a)
1. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya; hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain, dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya kepada malam berikut.
2. Meskipun tidak berbicara, dan tidak memperdengarkan suara, namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya, dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.

Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 954
Ref. Alleluya
Ayat. Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan. Kepada-Mu paduan para rasul bersyukur, ya Tuhan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:12-19)

"Yesus memilih dari antara murid-murid-Nya dua belas orang yang disebut-Nya rasul."

Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul. Mereka itu ialah: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, Andreas saudara Simon, Yohanes dan Yakobus, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya, dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem, dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena dari pada-Nya keluar suatu kuasa, dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Di dunia ini ternyata Tuhan memilih berbagai macam orang untuk menjadi murid-murid-Nya. Apakah kita juga sungguh ingin menjadi murid Tuhan Yesus? Apakah kita sungguh percaya bahwa Yesus itu Anak Allah yang sejati? Apakah kita sungguh ingin mendengarkan Yesus dan melaksanakan apa yang diajarkan-Nya?

Alexandra adalah seorang yang tertarik sekali dengan pribadi Yesus. Ia percaya bahwa ada kuasa yang mengalir dari diri Yesus, meskipun sekarang ini kita tidak bisa melihatnya dengan mata jasmani. Ia yakin, dengan mata iman, kita masih bisa merasakan kehadiran dan kuasa Yesus. Alexandra juga yakin bahwa kita semua murid Yesus yang beraneka ragam punya kesamaan.

Kesamaan murid-murid Yesus adalah bahwa kita orang-orang yang terpesona pada Yesus dan percaya bahwa Yesus itu Anak Allah yang berkuasa untuk membuat kehidupan menjadi lebih indah dan berarti. Kita---murid-murid Yesus---juga adalah orang-orang yang percaya bahwa kita semua diutus untuk mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah di mana pun kita berada.

Tuhan Yesus, aku bersyukur Engkau memanggilku sebagai murid-murid-Mu. Ajarilah aku untuk sungguh hidup sebagai murid sejati, yang tekun mendengarkan dan melaksanakan sabda-Mu.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Rabu, 27 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Rabu, 27 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXX

Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya --- Galatia 3:12

Doa Renungan

Ya Tuhan, pada hari ini Engkau memerintahkan kami agar berusaha untuk masuk ke dalam kerajaan-Mu. Engkau mengingatkan kami agar senantiasa berusaha untukberbuat baik. Bantulah kami hari ini agar senantiasa melakukan hal-hal yang baik, sehingga kami layak masuk dalam kerajaan-Mu, karena Engkaulah Tuhan dan Raja kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Kewajiban masing-masing anggota keluarga ditempatkan dalam dasar yang kuat, yakni dalam hidup Kristus. Masing-masing anggota tidak saja ditunjukkan hak-haknya, tetapi juga kewajiban-kewajibannya. Nasihat praktis ini membuka cakrawala untuk menempatkan martabat manusia secara tepat, tanpa pandang bulu, di dalam misteri Yesus sebagai Kristus.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (
6:1-9)

"Laksanakan pelayananmu seperti orang yang melayani Kristus dan bukan manusia."


Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam Tuhan, karena memang haruslah demikian. Hormatilah ayah dan ibumu, sebab inilah perintah penting yang memuat suatu janji, yaitu: supaya kalian berbahagia dan panjang umur di bumi. Dan kalian para bapak, jangan bangkitkan amarah dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu di dunia ini dengan takut dan gentar dan dengan tulus hati, sama seperti kalian taat kepada Kristus. Jangan hanya taat di hadapan mereka untuk menyenangkan hati orang, tetapi taatlah sebagai hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah. Laksanakanlah pelayananmu dengan rela seperti orang-orang yang melayani Tuhan, dan bukan manusia. Kalian tahu, bahwa setiap orang, entah hamba, entah orang merdeka, akan menerima ganjaran dari Tuhan, kalau ia berbuat sesuatu yang baik. Dan kalian para tuan, bersikaplah demikian juga terhadap hamba-hambamu, dan janganlah mengancam. Ingatlah bahwa Tuhan mereka dan Tuhanmu ada di surga, dan Ia tidak memandang muka.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya.
Ayat. (Mzm 145:10-11.12-14)
1. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
2. Untuk memberitahukankeperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia. Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.
3.Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuhdan penegak bagi semua orang yang tertunduk.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Allah telah memanggil kita untuk memperoleh kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dinamika kehidupan Gereja baik yang masuk maupun yang keluar, menjadi bagian integral dari sejarah keselamatan. Prinsipnya, kesediaan untuk melewati pintu yang sempit, yaitu perjalanan ikut serta ke Yerusalem untuk menderita sengsara. Kebersamaan tanpa hati dan mendengarkan ajaran tanpa melaksanakannya tak cukup untuk memperoleh keselamatan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:22-30)

"Mereka datang dari timur dan barat, dan akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah."


Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar. Maka bertanyalah orang kepada-Nya, "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, "Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu, 'banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan menutup pintu, kalian akan berdiri di luar danmengeto-ngetok pintu sambil berkata, 'Tuan, bukakan pintu bagi kami.' Tetapi dia akan berkata, 'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.' Maka kalian akan berkata, 'Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu, dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.' Tetapi ia akan berkata, 'Aku tidak tahu dari manakalian datang. Enyahlah dari hadapanku, hai kalian semua yang melakukan kejahatan!' Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kalian melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi ada di dalam Kerajaan Allah, tetapi kalian sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari timur dan barat, dari utara dan selatan, dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Ingatlah, ada orang terakhir yang akan menjadi terdahulu, dan ada orang terdahulu yang akan menjadi yang terakhir."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Kita mesti sungguh-sungguh menyadari bahwa perjuangan iman kita di tengah-tengah masyarakat negeri ini terasa seperti sedang melewati pintu yang sempit. Aneka kesulitan dalam menghayati iman Kristiani di negeri ini benar-benar nyata. Namun, itulah jalan menuju keselamatan. Jika keselamatan itu barang murahan, pasti mudah diperoleh. Keselamatan yang dijanjikan Yesus Kristus bukanlah barang murahan.

R U A H

Selasa, 26 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Selasa, 26 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXX

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus -- Filipi 4.7

Doa Renungan

Allah Bapa kami sumber pengharapan sejati, taburkanlah sabda-Mu ke dalam hati kami agar tumbuhlah Kerajaan Allah tempat Engkau sendiri hadir dan merajai hidup kami hari ini. Semoga kami hari ini berkembang dalam segala ketekunan dan perbuatan baik, bertindak jujur kepada-Mu dan sesama. Kami serahkan segala apa yang kami rencanakan dan akan kami kerjakan hari ini ke dalam kekuatan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Efesus (5:21-33)

"Rahasia ini sungguh besar! Yang kumaksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat."

Saudara-saudara, rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan.
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur yang ada di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan, orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Mat 11:25)
Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri Kerajaan Kaunyatakan kepada orang sederhana.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:18-21)

"Biji itu tumbuh dan menjadi pohon."

Ketika mengajar di salah satu rumah ibadat, Yesus bersabda, "Kerajaan Allah itu seumpama apa? Dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya. Biji itu tumbuh dan menjadi pohon, dan burung-burung di udara bersarang di ranting-rantingnya." Dan Yesus berkata lagi, "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Kerajaan Allah itu seumpama ragi, yang diambil seorang wanita dan diaduk-aduk ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Theresia sungguh percaya bahwa Kerajaan Allah itu tumbuh dan berkembang. Ia seorang yang optimis dan gembira. Ia memulai hari dengan bersyukur kepada Tuhan dan bertanya kebaikan apa yang bisa dilakukannya hari ini. Di tempat kerja, ia berusaha memberi warna dengan bekerja sebaik-baiknya. Ia senang bekerja sama dengan orang-orang. Ia yakin, kalau keadilan dan kasih ditegakkan, Kerajaan Allah itu akan hadir dan berkembang.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita percaya bahwa Kerajaan Allah itu sungguh ada dan berkembang di dunia? Apakah kita ikut serta menjadi saksi bahwa Kerajaan Allah itu tumbuh seperti biji sesawi menjadi pohon besar yang menaungi banyak orang? Apa yang kita lakukan agar Kerajaan Allah semakin dialami manusia? Apakah kita telah membawa kegembiraan dan harapan bagi sesama? Apakah kita berusaha saling mengasihi dan mengampuni? Apakah kita selalu berlaku adil? Apakah kita berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya? Apakah kita telah membangun keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia, rukun, dan damai? Jangan sampai justru kita yang merusak kehadiran Kerajaan Allah dengan sikap yang jauh dari kasih, adil, dan damai. Jangan sampai justru kita yang menabur benih-benih yang bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, misalnya kebencian, ketidakadilan, dan perpecahan.

Ya Allah, aku bersyukur akan hadir dan berkembangnya Kerajaan-Mu, yaitu Kerajaan kasih, keadilan, dan damai. Izinkanlah aku ikut serta menjadi pelaku bertumbuhnya Kerajaan-Mu di dunia ini. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Senin, 25 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Senin, 25 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXX

Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka bekasnya. Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama. Semakin dalam kesedihan maka sang jiwa makin mampu menampung kebahagiaan ---

Doa Renungan

Ya Tuhan Yesus, hari ini Engkau memberi pengajaran kepada kami agar tidak selalu munafik dan mau membantu sesama kami yang sedang berkesusahan. Ini disebabkan karena kami terkadang tidak menyadari kemunafikan hati kami. Bimbinglah kami agar lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Status sebagai anak-anak Allah terungkap dalam kata-kata, sikap dan tindak-tanduk. Sikap ramah, penuh kasih sayang dan saling mengampuni adalah cetusan nyata dari hidup para anak Allah. Modelnya adalah Kristus sebagai Putra Allah, yang telah lebih dulu mengasihi kita sampai tuntas. Status sebagai anak Allah menuntut pola hidup sebagai anak-anak terang.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (4:32-5:8)

"Hiduplah dalam cinta kasih seperti Kristus."

Saudara-saudara, hendaklah kalian bersikap ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih sayang dan saling mengampuni, sebagaimana Allah telah mengampuni kalian dalam Kristus. Sebab itu jadilah penurut Allah sebagai anak-anak kesayangan dan hiduplah dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kalian, dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai kurban dan persembahan yang harum mewangi bagi Allah. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan, disebut saja pun jangan di antara kalian sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus; demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau sembrono, karena hal-hal itu tidak pantas. Sebaliknya ucapkanlah syukur! Ingatlah baik-baik: Orang sundal, orang cabul, atau orang serakah, artinya penyembah berhala, semua itu tidak mendapat bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kalian disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kalian berkawan dengan mereka. Memang dahulu kalian adalah kegelapan, tetapi sekarang kalian adalah terang di dalam Tuhan. Karena itu hiduplah sebagai anak-anak terang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; R: 40:5a)
1.Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan daunnya tak pernah layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3.Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran; kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Kebutaan orang yang legalistis (terpaku pada hukum) adalah kelumpuhannya menggunakan pikiran yang jernih. Fakta yang ada di depan mata kerapkali tidak dilihatnya sebagai satu kesempatan untuk berbuat baik, tetapi malah mendorongnya untuk kembali kepada huruf-huruf hukum. Ini justru menjadi kebutaan yang sangat parah. Itulah kemunafikan nyata!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:10-17)

"Bukankah wanita keturunan Abraham ini harus dilepaskan dari ikatannya sekalipun pada hari Sabat?"

Pada suatu hari Sabat Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat. Di situ ada seorang wanita yang telah delapan belas tahun dirasuk roh. Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat wanita itu dipanggil-Nyalah dia. Lalu Yesus berkata, "Hai Ibu, penyakitmu telah sembuh." Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan, dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat itu gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Lalu ia berkata kepada orang banyak, "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu dari hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya, "Hai orang-orang munafik, bukankah kalian semua melepaskan lembu dan keledaimu pada hari Sabat dan membawanya ke tempat minum? Nah, wanita ini sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis. Bukankah dia harus dilepaskan dari ikatannya itu karena dia keturunan Abraham?" Waktu Yesus berbicara demikian, semua lawan-Nya merasa malu, sedangkan orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia yang telah dilakukan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Penyembuhan merupakan peristiwa penting yang menyertai pewartaan kabar gembira. Namun yang dilakukan Yesus hari ini berbenturan dengan tatanan hukum Sabat. Bagi Yesus, penderitaan adalah percikan cahaya untuk melihat hukum secara tajam. Hukum Sabat harus mengabdi cinta kasih, tempat bergantung seluruh hukum. Sanggupkah kita, di tengah begitu banyak aturan, melihat nilai cinta kasih yang mesti ditonjolkan?

R U A H

Bacaan Harian 25 - 31 Oktober 2010

Bacaan Harian 25 - 31 Oktober 2010

Senin, 25 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Ef 4:32 – 5:8; Mzm 1:1-4.6; Luk 13:10-17.
Dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat, Yesus mengambil resiko untuk dikecam. Berbuat baik demi nilai-nilai kehidupan memang seringkali membawa resiko. Demi mencari aman, orang seringkali menghindar untuk berbuat baik dengan mengajukan banyak alasan.

Selasa, 26 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Ef 5:21-33; Mzm 128:1-5; Luk 13:18-21.
Kerajaan Allah seumpama biji sesawi yang kecil tetapi dapat bertumbuh menjadi pohon yang besar. Hal kecil yang kita lakukan dengan tekun demi Kerajaan Allah, pada saatnya akan menjadi begitu berguna dan berdampak bagi kebaikan. Kekuatannya terletak bukan pada diri kita, tetapi pada kuasa yang berasal dari Tuhan sendiri.

Rabu, 27 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Ef 6:1-9; Mzm 145:10-14; Luk 13:22-30.
Jalan menuju Kerajaan Allah itu sesak; sementara begitu banyak jalan lebar dan pintas yang tampak menawarkan yang indah-indah. Semua itu memang dihadirkan di hadapan kita untuk menguji kesetiaan dan ketekunan kita. Mampukah kita menghadapi tantangan itu?

Kamis, 28 Oktober: Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul (M).
Ef 2:19-22; Mzm 19:2-5; Luk 6:12-19.
Sebagai pengikut Yesus, kita mungkin berusaha mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Tetapi sanggupkah kita juga menjadi ‘rasul’ yang siap diutus mewartakan ajaran-Nya itu di manapun kita berada. Yesus bukan saja mau menyelamatkan diri kita sendiri-sendiri, tetapi Ia juga mau menyelamatkan semua yang lain. Untuk itu Ia membutuhkan kita sebagai pewarta kerajaan-Nya, menjadi penjala manusia.

Jumat, 29 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Flp 1:1-11; Mzm 111:1-6; Luk 14:1-6.
Berbuat baik haruslah menjadi napas kehidupan dan dilakukan setiap saat. Manusia seringkali terpaku pada berbagai macam aturan, omongan atau anggapan orang, bahkan resiko-resiko yang mungkin timbul, sehingga tidak berani untuk berbuat baik. Marilah kita mulai dari hal-hal kecil untuk tidak lelah dan tidak takut berbuat baik.

Sabtu, 30 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Flp 1:18b-26; Mzm 42:2-3.5bcd; Luk 14:1.7-11.
Seperti umumnya manusia, kita cenderung bertindak mencari pujian, mengutamakan diri, dan sombong akan kemampuan diri. Yesus hari ini mengajarkan untuk rendah hati. Rendah hati artinya rela dan siap sedia mengutamakan kepentingan orang lain, mendahulukan orang lain dan tidak selalu berpusat pada diri sendiri. Dengan sikap itulah kita ditinggikan oleh-Nya.

Minggu, 31 Oktober: Hari Minggu Biasa XXXI (H).
Keb 11:22 – 12:2; Mzm 145:1-2.8-11.13cd-14; 2Tes 1:11 – 2:2; Luk 19:1-10.
Perjumpaan Zakheus dengan Yesus telah membawa perubahan dalam dirinya, yaitu mau berbagi dan memulihkan hubungan baik dengan pihak lain. Maka, Yesus pun berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Adakah perjumpaan kita dengan Yesus telah juga membawa perubahan dalam hidup kita. Seberapa jauh?

Surat Keluarga Bulan Oktober 2010

Jakarta, 10 Oktober 2010.

Kepada keluarga-keluarga kristiani
Se-Keuskupan Agung Jakarta
di tempat
Rata Penuh
Salam damai dalam kasih Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosep.

Banyaknya tantangan dalam perkawinan dan hidup berkeluarga memanggil banyak orang untuk membuka mata lebar-lebar kepada semua usaha dan kemungkinan yang dapat memberikan pertolongan kepada pasangan yang sedang berada dalam kesukaran membangun relasi sebagai pasangan. Ada banyak orang maupun kelompok berdasarkan kesanggupannya masing-masing bisa ikut menolong banyak pasangan yang berjuang untuk mempertahkan perkawinan. Dalam banyak kesempatan saya selalu menegaskan, bahwa perkawinan yang bahagia merupakan buah dari usaha bahkan membutuhkan pengorbanan. Perkawinan yang bahagia bukan pertama-tama terletak pada perayaan perkawinan melainkan dalam perjalanan perkawinan itu sendiri. Di dalam perjalanan perkawinan, pasangan menempuh dinamika yang tak selalu berjalan mulus.

Saat-saat tertentu kebersamaan dengan pasangan merupakan hal yang amat dirindukan. Tetapi dapat terjadi pada saat tertentu kehadiran pasangan bisa dirasakan menganggu. Seorang pekerja kantoran yang begitu konsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaannya – yang barangkali karena tuntutan target akan merasa terganggu oleh keinginan pasangan untuk berlibur atau makan bersama. Kenyataan-kenyataan tersebut menggambarkan jatuh-bangunnya usaha dalam membangun perkawinan yang bahagia. Relasi suami-isteri bisa menjadi rusak karena prasangka dan hilangnya harapan terhadap pasangan. Dalam situasi seperti dibutuhkan kehadiran orang lain, pihak ketiga yang bisa menemani pasangan untuk bersama berusaha memulihkan kembali relasi yang terganggu oleh karena prasangka. Kehadiran pihak ketiga tentu tak bermaksud mencari siapa salah dan siapa benar, melainkan untuk menolong dan mendampingi pasangan berusaha bersama-sama menjaga, memelihara, dan akhirnya memberikan makna terhadap perkawinan mereka.

Oleh karena perkawinan yang membutuhkan pendampingan sangat banyak, maka dalam karya mendampingi keluarga-keluarga diibutuhkan keterlibatan banyak orang. Salah satunya yang bisa saya sebutkan disini ialah pentingnya peran saksi perkawinan. Barangkali ada pasangan yang melihat peran saksi perkawinan hanya demi formalitas. Memang, keabsahan sebuah perkawinan menurut ketentuan Gereja, juga ditentukan oleh adanya dua orang saksi (bdk. Kan 1108 KHK 1983). Tetapi secara pastoral keberadaan saksi perkawinan diharapkan ikut mendampingi pasangan yang melangsungkan perkawinan. Dengan demikian saksi perkawinan tidak hanya sekedar memenuhi tuntutan demi formalnya perkawinan, tetapi juga ikut bertanggungjawab dalam menemani pasangan menempuh perjalanan perkawinan. Maka sangat diharapkan, bahwa yang menjadi saksi perkawinan ialah orang yang memang secara pribadi dekat atau kenal dengan pasangan.

Peran dan tanggungjawab saksi perkawinan meluas, tidak hanya pada pemenuhan permintaan karena Gereja mewajibkan, melainkan pada keikutsertaan dalam mendampingi dan menemani mereka yang menikah dalam hidup perkawinan. Itu berarti, ada dua peran saksi perkawinan. Pertama, pada saat perayaan perkawinan dilangsungkan. Peran ini bisa saya sebut sebagai peran formal atau peran hukum. Kedua, peran moral. Peran ini saya sebut juga sebagai peran pendampingan.

Terkait dengan peran yang pertama, sekali lagi, keberadaan saksi perkawinan memang sangat diperlukan demi keabsahan perkawinan yang dilangsungkan. Sebab perkawinan yang sah menurut Gereja ialah perkawinan yang dilangsungkan di hadapan pelayan resmi Gereja dengan dua orang saksi. Sedangkan terkait dengan peran yang kedua, keberadaan saksi perkawinan ikut serta dalam mendukung pasangan yang melangsungkan perkawinan. Saksi perkawinan membesarkan hati pada saat pasangan mengalami kesulitan. Dalam hal ini saksi perkawinan ikut membantu pasangan dalam perjalanan perkawinan untuk memaknai perkawinan mereka dalam terang iman.

Sampai jumpa pada edisi mendatang.
Salam dalam nama Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosep

Rm. Ignas Tari, MSF
Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta

Minggu, 24 Oktober 2010 Hari Minggu Biasa XXX

Minggu, 24 Oktober 2010
Hari Minggu Biasa XXX

Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan --- Luk 18:14b

Antifon Pembuka

Biarlah bersuka hati orang-orang yang mencari Tuhan! Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu.

Pengantar

Salah satu hal yang sering kita rasakan sebagai sesuatu yang tidak biasa, kaku, ialah berdoa. Kalau sedang tertimpa malapetaka atau mengalami kesulitan, mungkin masih dapat. Tetapi bila segalanya berjalan lancar, kerap kali lalu lupa, karena sedang tidak memerlukan pertolongan. Kata-kata Injil dan bacaan pertama hari ini kiranya akan menantang dan menyadarkan kita. Doa adalah keagungan manusia yang mengakui dirinya kecil dan lemah.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahamulia dan mahakuasa, Engkau memperhatikan semua orang; mereka yang kesepian dan lemah selalu Kaubantu; para perantau dan pendosa tak Kaulupakan. Kami mohon, berilah kami keberanian untuk mengakui bahwa kami ini orang-orang berdosa. Lindungilah kami terhadap kesombongan yang mau menguasai hati kami, sehingga kami berkenan di hati-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama DIkau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (35:12-14.16-18)

"Doa orang miskin menembusi awan."

Tuhan adalah hakim yang tidak memihak. Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya. Jeritan yatim piatu tidak Ia abaikan, demikian pula jeritan janda yang mencurahkan permohonannya. Tuhan berkenan kepada siapa saja yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan. Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sebelum mencapai tujuannya. Ia tidak berhenti sebelum Yang Mahatinggi memandangnya, sebelum Yang Mahatinggi memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, mi = fis, 4/4, PS 816.
Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman.
Ayat. (Mzm 34:2-3.17-18.19.23; R: 7a)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi. Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.
3. Tuhan itu dekat kepada orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya dan semua yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 4:6-8.16-18)

"Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran."

Saudara terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan. Hakim yang adil, pada harinya; bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada orang yang merindukan kedatangan-Nya. Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak ada seorang pun yang membantu aku; semuanya meninggalkan aku. Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka. Tetapi, Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya, dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian, aku lepas dari mulut singa. Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/2, PS 958
Ref. Alleluya, alleluya, allelya, alleluya
Ayat. (2Kor 5:19)
Dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dan mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)

"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang Farisi itu tidak."

Sekali peristiwa Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi, dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: 'Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini! Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.' Tetapi, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata, 'Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.' Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab, barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Antifon Komuni


Kristus mengasihi kita dan mengurbankan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan harum mewangi bagi Allah.


Renungan

DOANYA...KOK MANDUL, BAGAIMANA BISA KABUL YA?

Rekan-rekan yang baik!

Apa maksud perumpamaan mengenai orang Farisi dan pemungut cukai dalam Luk 18:9-14 ini? Disebutkan pada awal bahwa Yesus menyampaikan perumpamaan itu kepada beberapa orang yang "menganggap diri benar" serta "memandang rendah semua orang lain". Terasa adanya imbauan agar orang berani meninjau kembali gambaran tentang diri sendiri dan tentang sesama yang mewarnai hubungan dengan Tuhan dan , khususnya di sini, menentukan cara berdoa.

ORANG FARISI DAN PEMUNGUT CUKAI

Kedua tokoh dalam perumpamaan itu diceritakan sama-sama naik menuju ke Bait Allah "untuk berdoa", untuk menghadap Yang Mahakuasa dan membuka diri kepada-Nya, bercerita kepada-Nya, menyampaikan beban batin kepada-Nya. Satu hal sudah dapat kita peroleh dari kisah perumpamaan ini. Dia yang diam di tempat tinggi itu dapat didatangi. Dia ada di sana dan siap mendengarkan. Giliran bagi yang datang: apa yang dibawakan kepada-Nya itu sepadan dengan perhatian-Nya?

Marilah kita amati gerak-gerik orang Farisi itu. Ia memasuki Bait Allah dengan kepercayaan diri yang tebal dan penuh perhitungan. Dikatakan dalam ayat 11, ia "berdiri dan berdoa dalam hatinya". Dalam bahasa aslinya, maksudnya, ia "berhenti" di jalan masuk ke Bait Allah sambil merencanakan apa yang akan dikatakannya dalam doanya nanti. (Dalam teks Yunaninya "proseukheto" adalah imperfekt konatif, yakni bentuk untuk mengatakan perbuatan yang baru dirancang, belum sungguh dilakukan.) Disusunnya pokok-pokok yang nanti didoakannya. Kata-kata yang disebut dalam ayat 11-12 sebetulnya belum sungguh diucapkannya sebagai doa. Baru "sketsa"-nya dalam pikirannya walau sudah jelas ke mana arahnya. Ia bermaksud mengucap terima kasih kepada Yang Mahakuasa karena ia tidak bernasib sama dengan kaum pendosa. Ia merasa mendapat perlakuan istimewa dari-Nya sehingga tidak perlu menjadi perampok, penjahat, orang yang tak punya loyalitas, apalagi - boleh jadi sambil mengingat orang yang tadi dilihatnya - tidak seperti pemungut cukai yang mengkhianati bangsa sendiri dengan memeras bagi penguasa asing. Dalam doanya nanti ia juga bermaksud mengingatkan Tuhan bahwa ia berpuasa dua kali seminggu dan mengamalkan bagiNya sepersepuluh dari semua penghasilannya. Ia merasa telah memenuhi semua kewajibannya. Semua beres. Dan doa yang akan disampaikan nanti pasti akan menjadi doa yang meyakinkan Tuhan pula! Begitu pikirnya.

Bagaimana dengan si pemungut cukai? Ia "berdiri jauh-jauh". Ia juga berhenti, tapi berjauhan dari tempat orang Farisi tadi. Ia merasa tak pantas berada dekat dengan orang saleh itu. Apalagi mendekat ke Tuhan sendiri. Apakah ia juga mau merencanakan sebuah doa? Sulit, ia bahkan tidak berani memandang ke atas. Gagasan menghadap Yang Mahakuasa membuatnya gentar. Tidak seperti orang Farisi yang penuh kepercayaan diri itu. Meskipun merasa butuh menghadap ke Bait Allah, pemungut cukai itu tidak menemukan apa yang bisa disampaikannya nanti di sana. Ia tak punya apa-apa kecuali perasaan sebagai pendosa. Ia berulang kali menepuk dada dan minta dikasihani - ia yang pendosa itu.

Menurut sang Guru, pemungut cukai tadi pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Tuhan tetapi orang Farisi itu tidak. Mengapa? Kiranya pemungut cukai tadi telah benar-benar berseru kepada Tuhan dan Ia menjawab. Dalam seruannya ia menyediakan dirinya sebagai penerima belaskasihNya. Tidak demikian dengan orang Farisi tadi. Kemasan doa yang disiapkannya itu sarat dengan "aku..., aku..., aku....". Dirinya sendirilah yang menjadi pokok doanya. Tuhan semakin tidak mendapat tempat. Doanya mandul karena terlalu penuh dengan dirinya sendiri. Doa pemungut cukai itu kabul karena membiarkan diri dipenuhi belaskasih dari atas. Pokok doanya ialah Tuhan sendiri. Pembaca boleh ingat akan doa yang diajarkan Yesus sendiri. Doa Bapa Kami dalam bahasa mana saja berpokok pada Bapa. Orang yang berdoa tidak pernah menjadi pokok kalimat di mana pun dalam doa itu.

CATATAN LUKAS

Lukas memberi catatan ringkas yang besar artinya pada awal petikan ini. Dikatakannya bahwa Yesus menyampaikan perumpamaan ini "kepada beberapa orang yang menganggap diri benar dan merendahkan semua orang lain". Kiranya di kalangan umat pengarang Injil itu ada sekelompok orang yang yakin bahwa dengan menjalani serangkai tindakan kesalehan, mereka boleh merasa aman dan dekat kepada Tuhan. Tentu saja mereka ini bukan sekadar berpura-pura. Namun lambat laut timbul anggapan di antara mereka bahwa orang-orang lain jauh dari perkenan Tuhan. Orang-orang itu dianggap patut dijauhi. Mereka semakin tidak diterima sebagai sesama. Pendapat ini menjadi cara mengadili orang lain, menjadi cara memojokkan orang yang tidak disukai. Menjadi cara menjatuhkan hukuman sosial. Sulitnya kerap kali yang dicap demikian juga sudah pasrah menerimanya. Mereka merasa diri patut disingkiri. Syukurlah di dalam umat itu masih ada orang-orang yang mampu dan berani memikirkan apa hal ini boleh dibiarkan terus. Apa kehidupan itu ya harus seperti itu? Apa Yang Mahakuasa juga memperlakukan orang demikian? Mereka mencoba menerapkan bagaimana sikap Yesus Guru mereka dulu dalam menghadapi keadaan ini. Di situ terlihat ingatan akan Yesus dan ajarannya bukan hanya kenangan belaka melainkan Roh yang hidup dan mendewasakan batin. Inilah suara hati yang makin bersatu dengan Roh Kristus yang hidup dalam batin orang, juga pada zaman ini.

Pada akhir perumpamaan itu Lukas juga masih menyertakan perkataan Yesus, "...siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri akan ditinggikan" (ayat 14). Kata-kata ini sudah pernah muncul dalam Luk 14:11. Di sana diterapkan kepada keinginan orang untuk mendapatkan kehormatan di mata orang. Sekarang dalam perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai ini, kata-kata tadi diterapkan kepada orang yang mau meninggikan diri di hadapan Tuhan. Orang yang mencari kebesaran diri di mata orang banyak dan di hadirat Tuhan akan mengalami kekecewaan karena kenyataannya nanti jauh berbeda. Penghargaan yang mereka rasakan itu semu, tak bertahan lama karena mereka akan digeser kalau ada orang lebih penting datang, atau keliru sama sekali karena Tuhan tidak terkesan oleh omongan mengenai persembahan persepuluhan, mengenai puasa dua kali seminggu, apalagi oleh kecongkakan batin yang merendahkan orang lain.

MEMBAWAKAN KABAR GEMBIRA

Disarankan dalam ulasan mengenai orang yang berebut tempat terhormat di mata orang banyak (Luk 14:1.7-14) bahwa para murid diminta ikut mengusahakan tempat terhormat bagi sebanyak mungkin orang sehingga tidak hanya satu orang saja yang bakal mendapatkannya. Perumpamaan itu tidak dimaksud untuk mencela keinginan mendapatkan tempat yang terhormat. Yang mau diajarkan ialah agar para murid tak tinggal diam melihat orang berebut tempat paling terpandang. Semestinyalah mereka mencarikan tempat terhormat bagi tiap orang karena bagi tiap orang ada tempat yang terhormat. Bagaimana dengan perumpamaan orang Farisi yang mau mendapatkan kehormatan di mata Tuhan dengan merendahkan orang lain? Orang Farisi ini hanya melihat satu jalan saja mendapatkan perkenan dari atas. Ia sebetulnya membatasi kemerdekaan Tuhan. Para murid dan orang banyak sudah tahu sikap itu bukan sikap yang terpuji. Walaupun demikian perumpamaan ini bukanlah perumpamaan untuk mencela belaka, atau perumpamaan untuk mengukur doa mana yang betul doa mana yang kurang baik. Lalu? Yesus hendak mengajak berpikir bagaimana orang dapat sungguh mendapat perkenan Tuhan dan menjadi tinggi di dalam pandangan-Nya, bukan besar di mata sendiri atau di muka manusia.

Digambarkan dalam perumpamaan ini doa yang kabul dan doa yang mandul, doa yang tidak bisa didoakan dengan sungguh. Apa yang mesti dilakukan murid? Tentunya mereka diharapkan membantu orang-orang agar doa bisa sungguh didoakan. Inventarisasi kebaikan diri sendiri bukan bahan doa yang pantas disampaikan ke hadapan Tuhan. Masakan doa penuh dengan aku begini, aku begitu, aku bersih, tak seperti kaum penjahat itu! Jadi, doa pemungut cukai itu doa yang lebih baik? Marilah kita cermat membaca dan menafsirkannya. Tidak disebutkan demikian. Yang dikatakan, orang seperti pemungut cukai itu tadi pulang ke rumah dibenarkan. Rasa-rasanya pemungut cukai itu pun masih butuh belajar berdoa. Mengakui diri pendosa satu hal, menjalankan hal yang mengatasi keterbatasan ini masih bisa dikembangkan. Dan para murid diminta juga membantu orang-orang yang seperti itu. Murid-murid diutus memberi tahu mereka bahwa sikap mereka meminta belaskasih Tuhan itulah yang membuat hidup mereka berharga. Ini Kabar Gembira buat mereka. Bila orang-orang ini dapat mengalami Kabar Gembira lebih jauh, mereka pasti akan lebih berani mendekat kepada Dia yang Maharahim itu. Banyak orang di masa kini dapat merasa apa itu hidup dalam kedosaan, apa itu takut pada Tuhan, tetapi kurang melihat bahwa Ia juga Tuhan yang penuh kerahiman. Dan murid-murid boleh merasa ikut bahagia diajak mengajarkan kerahiman-Nya seperti Yesus sendiri pernah mengajarkannya kepada orang banyak.

Salam hangat
A. Gianto

Sabtu, 23 Oktober 2010 Pw St. Yohanes dr Kapestrano

Sabtu, 23 Oktober 2010
Pw St. Yohanes dr Kapestrano

Barangsiapa dapat memahami dirinya sendiri, ia akan dapat memahami semua orang. Jika ada yang mencintai orang lain, ia dapat mempelajari sesuatu tentang dirinya sendiri ---

Doa Renungan

Ya Tuhan, kerap kali kami tidak dapat menyadari segala kekurangan yang ada di dalam diri kami, sehingga kami juga sering menilai orang lebih jelek daripada kami. Bimbinglah kami hari ini, ya Tuhan, untuk melihat segala kekurangan kami terlebih dahulu dan mencoba bercermin dari kekurangan itu. Sebab Engkaulah Tuhan kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Untuk membangun hidup dalam kasih, orang beriman perlu menyadari karisma dan peran yang diterima dari Roh yang sama. Saling menolong untuk mengembangkan kehidupan menjadi perutusan nyata dalam iman.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (4:7-16)

"Kristuslah kepada tubuh, dan daripadanya seluruh tubuh menerima pertumbuhannya."

Saudara-saudara, kepada kita masing-masing elah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya Kitab Suci berkata, "Tatkala naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." Bukankah "Ia telah naik" berarti Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Dia yang telah turun itu Dialah pula yang telah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit, untuk memenuhi segala sesuatu. Dialah juga yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pewarta Injil, gembala umat maupun pengajar; semuanya itu untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi tugas pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Dengan demikian akhirnya kita semua akan mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.Dengan demikian kita bukan lagi anak-anak kecil, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, atau oleh permainan palsu dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Sebaliknya dengan berpegang teguh pada kebenaran dalam kasih,kita bertumbuh dalam segala hal menuju Kristus Sang Kepala. Daripada-Nya seluruh tubuh menerima pertumbuhannya guna membangun diri dalam kasih; itulah tubuh yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, "Mari kita pergi ke rumah Tuhan."
Ayat. (Mzm 122:1-2.3-5)
1. Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, "Mari kita pergi ke rumah Tuhan." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
2. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, yakni suku-suku Tuhan.
3. Untuk bersyukur kepada nama Tuhan sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga Raja Daud.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Tuhan telah berfirman, "Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannya supaya ia hidup."

Pohon yang berbuah menjamin masa depan, sedangkan pohon yang mandul akan kehilangan kesempatan. Namun bukan buah banyak yang dituntut, melainkan buah yang bermutu. Tanpa buah yang bermutu, hidup manusia akan mengalami kehancuran. maka, kesempatan dan rahmat harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:1-9)

"Jikalau kalian semua tidak bertobat, kalian pun akan binasa dengan cara demikian."

Pada waktu itu beberapa orang datang kepada Yesus dan membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang dibunuh Pilatus, sehingga darah mereka tercampur dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Berkatalah Yesus kepada mereka, "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang tinggal di Yerusalem? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian." Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan ini, "Ada seorang mempunyai sebatang pohon ara, yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu, 'Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara itu, namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini. Untuk apa pohon itu hidup di tanah ini dengan percuma?' Pengurus kebun anggur itu menjawab, "Tuan, biarkanlah pohon ini tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Ibu Alex hidupnya menderita. Orang menganggap bahwa Ibu Alex menderita karena hidupnya jauh dari Tuhan. Usahanya kurang berhasil. Orang mengira karena ia jarang ke gereja. Apakah betul bahwa Tuhan menghukum mereka yang hidupnya jauh dari-Nya? Apakah benar bahwa Tuhan memberi rezeki melimpah kepada mereka yang rajin berdoa dan beribadah kepada-Nya? Apakah mungkin orang saleh dan dekat dengan Tuhan, ternyata hidupnya susah dan jauh dari kesan diberkati? Kata Yesus, mereka yang lebih menderita daripada kita, bukan berarti lebih berdosa daripada kita. Ada orang saleh dan baik yang hidupnya susah dan berat, padahal ia merasa sangat akrab dan dekat dengan Yesus secara pribadi. Sebaliknya, ada juga orang yang tampaknya berhasil dalam kehidupan, namun sama sekali ia tidak mengenal dan dekat Tuhan.

Apakah yang menentukan bahwa kita berhasil atau gagal? Apakah keberhasilan atau kegagalan akan memengaruhi relasi kita dengan Tuhan? Tentu, namun semoga pengaruhnya positif. Semoga apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita—entah sukses entah gagal, entah sakit entah sembuh—tetap membuat kita dekat dan tidak pernah meninggalkan Tuhan.

Ketika ada penderitaan, ya Tuhan, berilah aku kekuatan dan kesabaran. Ketika ada problem berat, janganlah biarkan aku takut untuk mencari-Mu dan mendapatkan pertolongan. Jangan biarkan aku putus asa, ya Tuhan. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy