| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 23 Oktober 2011 Hari Minggu Biasa XXX - Hari Minggu Evangelisasi

Minggu, 23 Oktober 2011
Hari Minggu Biasa XXX - Hari Minggu Evangelisasi

"Lebih baik tinggal diam namun berkarya nyata daripada lantang berbicara tetapi hampa" (St Ignatius dari Antiokhia)


Antifon Pembuka (Mzm 104:3-4)

Bergembiralah kamu semua yang mencari Tuhan! Selamilah Tuhan dan kuasa-Nya, carilah selalu wajah-Nya!

Pengantar


Bulan Oktober dengan perayaan Hari Minggu Evangelisasi, memberi kesempatan kepada keuskupan-keuskupan, paroki-paroki, tarekat-tarekat hidup bakti, serikat-serikat gerejani dan kepada seluruh umat untuk membarui komitmen mereka terhadap pewartaan Injil dan kegiatan pastoral dengan semangat misioner yang lebih besar.

Peristiwa tahunan ini mengajak kita untuk menghayati liturgi, katekese, karya sosio-karitatif-kultural secara lebih intensif yang semuanya merupakan ajakan Tuhan Yesus agar kita berhimpun pada meja Sabda-Nya dan Ekaristi, sebab Ia menghendaki kita merasakan kehadiran-Nya, bimbingan-Nya, supaya kita semakin bersatu dengan Dia sebagai Guru dan Tuhan. (Pesan Paus Benediktus XVI pada hari Minggu Evangelisasi 2010)

Doa Renungan


Allah Bapa yang kekal dan kuasa, semoga iman kami semakin mendalam, harapan kami semakin mantap dan cinta kasih kami semakin meluas. Semoga kami semakin menyukai perintah-perintah-Mu, sehingga layak menerima janji-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Keluaran (22:21-27)

"Jika kamu menindas seorang janda atau anak yatim, maka murka-Ku akan bangkit, dan Aku akan membunuh kamu."


Beginilah firman Tuhan, "Janganlah orang asing kautindas atau kautekan, sebab kamu pun pernah menjadi orang asing di tanah Mesir. Seorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas. Jika engkau sampai menindas mereka ini, pasti Aku akan mendengarkan seruan mereka. Jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring. Maka murka-Ku akan bangkit, dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga istrimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim. Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, yakni orang yang miskin di antaramu, janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih utang terhadap dia; dan janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya. Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya sebelum matahari terbenam, sebab hanya itu sajalah penutup tubuhnya, hanya itulah pembalut kulitnya; jika tidak, pakai apakah ia pergi tidur? Maka, apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya sebab Aku ini pengasih."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 839
Ref. Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan. Hidupku 'kan menjadi aman dalam lindungan-Nya
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc.47.51ab; Ul: 2)

1. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku; ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat dari para musuhku.
3. Tuhan itu hidup! Terpujilah Gunung Batuku, Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Tesalonika (1Tes 1:5c-10)

"Kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk mengabdi kepada Allah dan menantikan kedatangan Anak-Nya."

Saudara-saudara, kamu tahu bagaimana kami bekerja di antara kamu demi kepentinganmu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman Tuhan dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya. Di mana-mana telah tersiar kabar tentng imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah berbicara lagi tentang hal itu. Sebab mereka sendiri bercerita tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk mengabdi kepada Allah yang hidup dan benar, serta untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari surga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:34-40)

"Kasihilah Tuhan Allahmu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."


Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membungkam orang-orang Saduki, berkumpullah mereka. Seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, "Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?" jawab Yesus kepadanya, "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Rekan-rekan yang baik,

Minggu Biasa XXX tahun A ini dirayakan dengan bacaan Injil dari Mat 22:34-40. Di situ Yesus menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat yang hendak menjajaki pengetahuan keagamaannya. Ditanyakan kepadanya, manakah perintah yang paling utama dalam Taurat. Jawabnya, perintah yang terutama dan yang pertama ialah (Ul 6:5) "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." Dan perintah yang kedua ialah (Im 19:18) "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Ditambahkannya, pada kedua perintah itu bergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. (Kitab para nabi menurut orang Yahudi meliputi kitab-kitab sejarah dari Hak sampai Raj dan nabi-nabi Yes, Yer, Yeh dan ke-12 nabi lain; Dan tidak termasuk di sini).

TENTANG TAURAT

Pertanyaan kepada Yesus berbunyi "Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" membuat orang berpikir, dari sekian banyak perintah, manakah yang paling pokok. Namun, dalam rumusan aslinya, pertanyaan tadi sebenarnya berbunyi: "Guru, perintah macam apa bisa disebut besar di dalam Taurat?" Jadi yang dipertanyakan bukanlah yang mana, melainkan macamnya, jenisnya, kategorinya... Pertanyaan ini mengarah pada ciri-ciri yang membuat perintah tertentu dapat dikatakan perintah besar. Memang diandaikan perintah-perintah dalam Taurat tidak sama bobotnya. Ahli Taurat itu mau tahu apa Yesus memiliki kemampuan menimbang-nimbang Taurat dan bukan hanya asal kutip sana sini.

Memang dalam kesadaran orang Yahudi yang terpelajar, ada macam-macam bobot. Dan tidak bisa dipukul rata. Yesus sendiri di lain kesempatan juga menunjukkan kepekaan ini. Misalnya hukum Sabat (Mat 12:1-14). Di situ kewajiban menguduskan Sabat dibawahkan kepada kewajiban berkurban dan melaksanakan belas kasihan. Mana prinsip memahami perintah yang satu lebih pokok dari yang lain? Soal ini dijawab Yesus dengan mengutarakan dua perintah yang disebutkannya sebagai tempat bergantung semua hukum Taurat dan kitab para nabi.

Perintah mengasihi Tuhan Allah dengan sepenuh-penuhnya yang dikutipnya dari Ul 6:5 itu termasuk ayat-ayat suci yang wajib didoakan dua kali sehari (pagi dan petang) oleh orang Yahudi yang saleh. Perintah Im 19:8 mengenai mengasihi sesama itu disertakannya sebagai perintah utama yang kedua.

ISI PERINTAH UTAMA DAN MAKNANYA

Semalam saya mengajak tiga sekawan Matt, Luc, dan Mark ngobrol ke sana ke mari tentang perbincangan Yesus dengan pemuka-pemuka Yahudi seperti disampaikan Matt. Berikut ini beberapa potong pembicaraan kami di sela-sela seruputan wedang ndongo dan kue-kue Mon Ami yang dibekalkan pemiliknya ketika mau pulang ke Roma.

GUS: Kalian ini menyampaikan peristiwa yang sama tapi menaruh dalam konteks yang berbeda-beda. Bikin bingung pembaca. Matt, lu bilang kayak di atas tadi. Tapi, ekseget tahu kau memakai bahan dari Mark kan?

MATT [mulai tak tenang, rada segan dengan kaum penafsir]: Versi Ul 6:5 yang dikutip Mark itu memuat empat unsur "segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatanmu". Sebenarnya "segenap akalbudi" yang dipakai Mark itu kan untuk menjelaskan arti "segenap hati". Bagi orang Yahudi seperti kami, hati itu tempat bernalar, bukan tempat perasaan. "Segenap kekuatan" yang ada dalam teks Perjanjian Lama tidak dikutip kembali oleh Mark dan juga tak kutampilkan kembali karena sudah jelas bagi kami. [MARK manggut-manggut] Tapi Luc, ah dia tulis sesuai teks Perjanjian Lama "dengan segenap hati, jiwa, kekuatan", tetapi ia juga masukkan tambahan Mark yang menyebut "dan segenap dan akal budi."

LUC: Kalau pakai sumber Perjanjian Lama mestinya cermat, gitu kan?

MATT: Kau tentang Perjanjian Lama tahumu apa sih! Dalam versimu [Luk 10:25-28] kedua perintah itu kautaruh dalam mulut ahli Taurat yang menanyai Yesus, bukan dalam kata-kata Yesus seperti kami laporkan. Lu aje yang cermatan dikit dulu dong!

MARK [buru-buru menyela sebelum Luc sempat menukas Matt]: Sudah, sudah, yang itu asalnya juga dari tulisanku. Memang Yesus mengutip kedua perintah tadi [Mrk 12:29-31]. Tapi seperti kuceritakan, ahli Taurat tadi kemudian mengulang yang dikatakan Yesus [Mrk 12:32-33]. Ini yang diolah Luc, ya kan? Jadi kalian berdua benar. Jangan berantem kayak anak kecil, malu ah.

LUC: Peristiwa tanya jawab itu kupakai untuk mengantar kisah orang Samaria yang baik hati yang menjelaskan bagaimana orang Samaria yang biasanya dianggap tak masuk hitungan sekalipun toh bisa betul-betul menjadi sesama bagi orang Yahudi yang kena musibah di perjalanan.

MATT: Bagiku, tanya jawab itu menunjukkan bahwa Yesus tak kalah piawai dengan ahli Taurat dalam menafsirkan Perjanjian Lama.

GUS [mulai tertarik]: Gimana?

MATT: Begini, seperti ditulis Mark, ada tambahan dari Yesus bahwa tak ada perintah yang lebih utama dari keduanya tadi. Nah tambahan ini kupertajam dengan mengungkapkannya kembali demikian: "Pada kedua perintah inilah bergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi".

GUS: Jadi, Matt, kau bermaksud menonjolkan pandangan Yesus bahwa kedua perintah memang menjadi dasar dan menjiwai semua hukum Taurat dan kitab para nabi.

MATT [tersenyum puas, dapat angin]: Benar. Bukan maksud Yesus mengabaikan hukum-hukum lain. Justru ia mau menunjukkan makna kumpulan hukum itu. Ini kurang ditekankan Mark, apalagi Luc.

LUC: Tapi Matt , you kan tidak memberi contoh bagaimana mengasihi Tuhan sepenuh-penuhnya dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Orang sekarang lebih mudah menangkap bila diberi cerita. Pendekatan naratif. Itulah sebabnya kutampilkan perumpamaan orang Samaria itu.

MATT: Oke, deh. Cerita orang Samaria yang engkau tampilkan itu menjelaskan perintah kedua. Tapi perintah pertama?

LUC: Belum ngerti? Seluruh kisah Yesus menuju tujuan perjalanannya di Yerusalem (Luk 9:51-19:28) itu penjelasan naratif tentang mengasihi Tuhan dengan sepenuh-penuhnya. Kan nanti pada akhirnya di kayu salib Yesus menyerahkan nyawanya kepada Bapanya yang dikasihinya sepenuh-penuhnya - itu caraku menjelaskan.

MARK: Sudahlah, kita tak perlu menjelaskan sendiri tulisan kita, serahkan saja kepada ekseget.

GUS: Terima kasih, kukira kalian sendiri mau jadi penafsir. Gini, mengenai "kasihilah sesama seperti dirimu sendiri" ada sesuatu yang masih perlu diulas. Kan kalian maksudkan, kasihilah sesama yang punya pengalaman sama seperti dirimu sendiri, begitu kan. Jadi diingatkan bahwa kita ini pada dasarnya mengalami pahit getirnya kehidupan seperti orang lain. Maka ingat nanti kalau sudah lebih beruntung, gitu kan, jangan lupa orang yang sedang ada dalam kesusahan, ya kan? Jadi tafsirnya bukan mengasihi sesama seperti halnya kita mengasihi diri kita sendiri.

MATT [melirik ke Mark yang tampak setuju]: Benar! Itu juga yang kumaksud dalam Mat 19:19 dan 22:39. Paul juga gitu, lihat Rom 13:9, Gal 5:14, juga Opa Jim dalam Yak 2:8.

LUC: Persis. Kalau mau bilang mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, mestinya diulang kata "mengasihi" itu. Aku ingat kalimat seperti itu dalam tulisan Oom Hans (Yoh 15:12), "Inilah perintahku, yaitu supaya kamu saling mengasihi seperti aku (=Yesus) mengasihi kamu."

GUS [lega mereka bertiga saling setuju]: Kalau bisa kurumuskan kembali, mengasihi Tuhan hendaknya dijalankan dengan kesadaran penuh (= segenap "hati" /"akalbudi") yang keluar dari keyakinan (= segenap "jiwa") dan tekad utuh (= segenap "kekuatan"). Jadi bukan hanya setengah-setengah, mendua, atau ikut-ikutan, tapi dengan pengertian. Lalu mengasihi sesama itu kan karena sesama itu seperti kita-kita ini juga dalam suka duka kehidupan ini. Kalian tak keberatan dengan parafrase ini kan?

BERKEAGAMAAN?


Pembicaraan malam itu kemudian semakin berpusat pada kemampuan Yesus memperlihatkan apa itu inti ajaran Taurat dan para nabi, dari hukum-hukum dan kisah-kisah yang mengajarkan hidup sebagai orang percaya. Saya lontarkan pertanyaan kepada ketiga rekan ini bagaimana penjelasannya kok Yesus bisa melihat sedalam itu dan menyampaikan pemahamannya kepada orang banyak. Jawab mereka satu dan sama: Yesus memenuhi kedua perintah utama tadi. Boleh dikatakan, seluruh hidupnya diserahkan untuk mengasihi Yang Mahakuasa dengan kesadaran penuh dan dengan keyakinan dan tekad yang matang. Dan semuanya ini terungkap dalam kesediaannya ikut merasakan yang dialami orang lain. Ia percaya orang lain itu juga seperti dia sendiri: dikasihi Allah dan oleh karenanya dapat mengasihi-Nya. Inilah dasar dan inti hidup beragama.

Pembicaraan dengan ketiga rekan tadi semakin memperjelas betapa inti hidup beragama itu sebetulnya menomorsatukan Allah dan sesama, bukan aturan-aturan agama belaka yang malah bisa menjauhkan orang dari sesama dan dari Allah sendiri.

Salam hangat,
A. Gianto

Pesan Paus Benediktus XVI untuk Hari Minggu Misi Sedunia ke-85 (2011)

Pada perayaan Tahun Yubelium 2000, yang dipandang sebagai awal millennium baru abad Kekristenan, mendiang (paus) Beato Yohanes Paulus II, menegaskan perlunya pembaharuan komitmen dalam mewartakan Injil kepada semua makhluk dengan “semangat jemaat Kristen perdana” (surat Apostolik, Novo Millenio Ineunte, 58). Pewartaan Injil ini merupakan pelayanan yang sangat berharga yang dapat dipersembahkan oleh Gereja bagi seluruh umat manusia dan bagi semua orang yang mencari makna terdalam bagi hidup dan eksistensinya.

Karena itu, ajakan yang sama didengungkan kembali setiap tahunnya pada Hari Misi Sedunia. Sudah terbukti bahwa pewartaan Injil yang terus menerus tanpa henti semakin meneguhkan gairah hidup dan semangat kerasulan Gereja. Demikian juga Gereja membaharui metode-metode pastoralnya agar selalu cocok terhadap aneka situasi baru – termasuk mereka yang membutuhkan evangelisasi baru dan disemangati oleh tuntutan misionernya. “Karya-karya missioner sungguh dapat memperbaharui Gereja, menghidupkan iman dan jati diri Kristiani serta memberikan semangat yang segar dan daya dorong yang baru. Iman semakin diteguhkan ketika iman ini dibagikan kepada orang lain! Ini merupakan komitmen perutusan universal Gereja dimana penginjilan baru dari jemaat Kristiani akan menemukan inspirasi dan dukungannya” (Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptoris Missio, 2)

Pergi dan Beritakanlah!
Cita-cita ini diperbarui secara terus menerus melalui perayaan liturgi, khususnya melalui perayaan Ekaristi, yang selalu diakhiri dengan mengulangi pernyataan Yesus kepada para murid-Nya “Pergilah….” (Mat 28:19). Liturgi selalu merupakan panggilan “dari dunia” dan sekaligus merupakan suatu perutusan baru “ke dalam dunia” untuk memberi kesaksian terhadap apa yang telah dialami oleh seseorang: yaitu kuasa yang menyelamatkan dari Firman Tuhan, kuasa yang menyelamatkan dari Misteri Paskah Kristus. Semua orang yang telah berjumpa dengan Tuhan yang telah Bangkit merasakan perlunya mewartakan Dia kepada orang lain, sebagaimana dilakukan oleh dua murid dari Emaus. Setelah mengenali Tuhan pada waktu pemecahan roti, mereka langsung pergi keluar dan kembali ke Yerusalem. Disana mereka menemui ke-sebelas murid yang sedang berkumpul dan menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi dalam diri mereka berdua sementara ditengah jalan (Luk 24:33-34). Mendiang Paus Yohanes Paulus II mendesak kita agar selalu “waspada, siap siaga untuk mengenali wajah-Nya dan bergegas kepada saudara-saudari kita dengan kabar baik: “Kami telah melihat Tuhan” (Surat Apostolik, Nuovo Millennio Ineunte, 59).

Bagi Semua Orang

Pada penerima pewartaan Injil adalah semua orang Gereja “pada hakekatnya adalah missioner, karena misi ini berasal dari perutusan sang Putra dan dari perutusan Roh Kudus sesuai dengan perintah Allah Bapa” (Konsili Ekumenis, Vatikan II, Dekrit Ad Gentes, 2). Perutusan ini merupakan “anugerah dan panggilan sejati Gereja, yaitu identitas /jati diri Gereja yang paling dalam. Gereja ada supaya mewartakan Injil ” (Ensiklik Paulus VI, Desakan Apostolik Evangelii Nuntiandi, 14). Karena itu konsekuensinya, Gereja tidak boleh berkutat dengan dirinya sendiri. Melainkan dia harus merambatkan akarnya ke daerah-daerah tertentu agar dapat berkembang melampaui batas-batas territorial tersebut. Perutusan Gereja, demi ketaatan pada perintah Kristus dan dorongan rahmat dan kasih-Nya, benar-benar menjadi hadiah bagi semua orang untuk membawa mereka kepada iman akan Kristus (bdk. Ad Gentes, 5).

Tugas perutusan ini tidak akan pernah kehilangan urgensinya. Justru sebaliknya, “tugas perutusan Kristus Sang Penebus, yang dipercayakan kepada Gereja, masih sangat jauh dari penyelesaian... suatu pandangan menyeluruh atas umat manusia memperlihatkan bahwa tugas perutusan ini masih saja di tahap awal dan bahwa kita sendiri dengan sepenuh hati untuk melakukan tugas perutusan itu” (Yohanes Paulus II, Redemptoris Missio, 1). Kita tidak boleh berpuas diri karena faktanya setelah 2000 tahun masih ada banyak orang yang belum mengenal Kristus dan belum pernah mendengar berita keselamatan-Nya.

Bukan hanya itu saja: bahkan ada banyak orang yang lebih besar lagi jumlahnya, yang walaupun sudah pernah menerima warta Injil, namun telah melupakannya dan bahkan meninggal-kannya serta tidak lagi berada dalam persekutuan dnegan Gereja. Dan masih banyak lagi hal lain, bahkan dari kalangan masyarakat Kristiani yang sudah tua, saat ini enggan mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan iman. Banyak kebudaya-an sedang berubah, antara lain oleh globalisasi, oleh aliran-aliran pemikiran relativisme yang sangat kuat, suatu perubahan yang membawa kita kepada mentalitas dan gaya hidup yang mengabai-kan pesan Injil, seolah-olah Tuhan tidak ada, yang berarti hanya mengagung-agungkan kesejahteraan hidup, gampang mendapatkan uang, karir dan kesuksesan sebagai tujuan hidupnya, meskipun bertentangan dengan nilai-nilai moral.

Tanggungjawab Semua Orang

Misi atau tugas perutusan universal tersebut melibatkan semua orang, meliputi segala sesuatu dan sepanjang segala masa. Injil tidak hanya menjadi milik mereka yang menerimanya secara eksklusif, tetapi juga merupakan suatu rahmat yang harus dibagi-bagikan, kabar gembira yang harus disampaikan kepada orang lain. Dan anugerah keterlibatan diri (komitmen) ini bukan hanya dipercayakan kepada semua orang yang terbaptis, yang merupakan “bangsa terpilih…bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1Pet 2:9), agar mereka dapat mewartakan karya-karyaNya yang luhur itu.

Seluruh aktivitas Gereja harus juga terarah secara demikian. Perhatian Gereja dan kerja sama dalam aktivitas misionernya di dunia ini tidak hanya terbatas dalam situasi dan kesempatan tertentu, juga tidak boleh dipandang sebagai salah satu dari sekian banyak kegiatan pastoral. Melainkan dimensi misioner Gereja itu bersifat hakiki. Oleh karena itu, dimensi misioner ini harus selalu diingat dalam hati. Sangatlah penting untuk diingat bahwa baik masing-masing orang yang terbaptis maupun komunitas-komunitas gerejawi harus terlibat dalam tugas perutusan misioner bukan hanya sesekali dan tidak teratur, melainkan harus secara konstan dan terus menerus, sebagai cara dan gaya hidup Kristiani. Hari Misi Sedunia bukanlah hari khusus yang terpisah dari hari-hari lain sepanjang tahun, melainkan suatu kesempatan yang sangat berharga untuk berhenti sejenak merefleksikan apakah dan bagaimanakah kita menanggapi panggilan misioner kita: yaitu suatu tanggapan yang hakiki bagi kehidupan Gereja.

Evangelisasi global

Evangelisasi atau penginjilan adalah suatu proses yang peik dan menyangkut banyak hal antara lain bahwa di dalama penanaman semangat misioner, perhatian khusus selalu diberikan pada aspek solidaritas (setia kawan). Solidaritas adalah salah satu tujuan dari Hari Misi Sedunia, dimana melalui Serikat-Serikat Misi Kepausan diajukan permohonan bantuan untuk membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan penginjilan di daerah-daerah misi. Solidaritas semacam ini meliputi lembaga-lembaga pendukung yang memang dibutuhkan untuk mendirikan dan meneguhkan Gereja melalui para katekis, para seminaris dan para imam. Demikian juga semangat setia kawan ini meliputi kontribusi orang perseorangan untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dunia di mana kemiskinan, malnutrisi, terutama anak-anak penderita gizi buruk, aneka penyakit, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang sangat buruk. Ini semua merupakan bagian dari tugas perutusan Gereja.

Mewartakan Injil berarti Gereja harus menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia dalam arti yang sepenuh-penuhnya. Pasti tidak akan dapat diterima, sebagaimana dinyatakan oleh Hamba Tuhan Paus Paulus VI, kalau di dalam evangelisasi tema-tema pemberdayaan manusia, keadilan, kemerdekaan dari aneka bentuk penindasan, yang pada gilirannya berkaitan dengan hormat terhadap otonomi lingkungan politik, harus diabaikan. Mengabaikan masalah-masalah kemanusiaan saat ini “akan mengabaikan suatu pesan Injili bagi kita berkenaan dengan kasih kepada sesama yang menderita dan lapar” (Desakan Apostolik Evangelii Nuntiandi, 31.34). Dengan demikian tidak ada konsistensi dengan sikap Yesus, yang “berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (Mat 9:35).

Karena itu, melalui partisipasi dalam tanggung jawab bersama tugas perutusan Gereja, seorang Kristen adalah seorang pembangun persekutuan, perdamaian, dan solidaritas sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus kepada kita. Dengan demikian, baik pria maupun wanita bekerjasama untuk memenuhi rencana keselamatan Allah bagi semua orang. Tantangannya adalah panggilan Kristiani untuk berziarah bersama dengan orang lain dan tugas perutusan adalah suatu bagian integral dari peziarahan tersebut bersama semua orang. Dalam peziarahan ini, meski seperti dalam bejana tanah liat, kita membawa panggilan Kristiani kita, yaitu suatu harta karun Injili yang tak terkira harganya, yaitu kesaksian hidup nyata akan kematian dan kebangkitan Yesus, kita jumpai dan kita yakini di dalam Gereja.

Semoga Hari Misi Sedunia, membangkitkan kembali setiap orang suatu kegembiraan dan keinginan untuk “pergi” ke luar menemui semua orang dalam Kristus. Dalam namaNya, saya dengan sepenuh hati memberikan Berkat Apostolik saya, terlebih bagi mereka yang telah bekerja keras dan sangat menderita karena Injil.



Dari Vatikan, 6 Januari 2011
Hari Raya Penampakan Tuhan

Injil Minggu Biasa XX/C, Kamis Hari Biasa Pekan XXIX Tahun I/II (Luk 12:49-53)

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:49-53)

"Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan."

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala! Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung! Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi? Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan! Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, bapa melawan puteranya, dan putera melawan bapanya, ibu melawan puterinya, dan puteri melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu, dan menantu melawan ibu mertuanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Rekan-rekan yang budiman!
Diperdengarkan dalam Luk 12:49-53 serangkaian pernyatan keras dari Yesus. Heran mengapa pribadi yang biasanya tenang dan lembut itu kali ini terasa mengancam. Malah terang-terangan ia bilang, keliru kalau menyangka dirinya membawakan “damai”. Kali ini yang ia datangkan, tegasnya sendiri, ialah pertentangan. Jadi apa inikah sisi Yesus yang mengobarkan konflik antar generasi?

Dua ayat pertama dari petikan di atas (ay. 49-50) berasal dari sumber khusus yang hanya didapati dalam Injil Lukas. Tiga ayat berikutnya (ay. 51-53) diolah kembali oleh Lukas dari bahan yang juga dikenal dalam Mat 10:34-36. Bagian yang khusus Lukas tadi memuat dua ibarat yang kiranya cukup dikenal oleh para murid Yesus ketika itu, yakni “api” dan “baptisan”. Ada baiknya diketahui bahwa kumpulan perkataan Yesus yang bergema dalam ayat 49-50 itu berasal dari masa sesudah Yesus bangkit. Kehadirannya dalam ujud baru, yakni dalam Roh, bisa dialami para murid. Oleh karena itu, guna memahami perkataan Yesus dalam petikan kali ini marilah kita terlebih dahulu berusaha menyelami pengalaman para murid pertama tadi. Tidak usah kita buru-buru menerapkan kata-kata tadi bagi kehidupan masa kini dengan resiko malah meleset dan bertentangan dengan yang hendak diutarakan Injil sendiri.

APA ARTI “API” DI SINI?

Para murid generasi pertama paham bahwa kedatangan Yesus itu seperti api yang didatangkan ke muka bumi. Api memurnikan logam mulia yang tadinya campuran. Juga dikatakan, api itu dilemparkan ke bumi, seperti dalam ungkapan aslinya, didatangkan dengan cepat dan kuat. Kedatangan Yesus di bumi ini memurnikan kemanusiaan. Itulah gagasan yang mendasari ayat 49.Tetapi guna memahami lebih dalam ibarat “api” dalam ay. 49, perlu gagasan pemurnian dan kekuatan tadi dikaitkan dengan peristiwa Pentakosta (Kis 2:1-47) yang juga disampaikan oleh penulis Injil Lukas. Ketika itu para murid sedang berkumpul untuk memperingati berlalunya masa 7 minggu atau hari kelima puluh sesudah Hari Kebangkitan. Perayaan ini awal mulanya di kalangan Yahudi dijalankan sebagai hari syukuran 7 minggu setelah mulai musim menuai gandum, seperti terungkap dalam Im 23:15-21 dan Ul 16:9-12. Dalam perkembangan selanjutnya, hari “ke-50” itu dihitung dari tanggal 14 Nisan, yaitu Paskah Yahudi. Hari itu juga dirayakan untuk memperingati turunnya Turat kepada Musa. Pesta itu menjadi pesta umum di Tanah Suci dan diikuti banyak orang. Bagi para pengikut Yesus, hari itu sekaligus dirayakan sebagai peringatan genap 7 minggu setelah panenan rohani yang pertama, yakni Kebangkitan. Khusus pada hari Pentakosta ini turunlah Roh Kudus kepada para murid. Panen rohani kini juga menjadi kekuatan baru bagi mereka, seperti Taurat baru yang kini hidup dalam budi dan hati para murid. Bentuknya apa? Gambarannya ialah seperti nyala api yang mendatangi para murid dan memberi keleluasaan berbicara dan kekuatan untuk memurnikan pengalaman batin serta mengisahkannya dengan cara yang bisa dimengerti orang. Kejadian ini disampaikan dalam Kis 2:1-11. Inilah langkah pertama untuk memahami “api” yang menyala ke bumi manusia. Tapi tak perlu kita cepat-cepat mencari tafsiran peristiwa tadi bagi zaman ini. Sebaiknya diresapkan dulu apa yang sungguh dialami para murid, bukan yang langsung bisa dibayangkan atau dikhotbahkan.

KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN UMAT

Dalam Kisah Para Rasul, peristiwa turunnya Roh Kudus dalam ujud lidah api yang menyala-nyala itu bukan satu-satunya kejadian yang ditonjolkan. Pada hari itu juga ada peristiwa penting yang lain. Peristiwa itu ialah kesaksian Petrus mengenai kebangkitan Yesus serta ajakan bagi orang banyak agar bertobat dan dibaptis dalam nama Yesus demi pengampunan dosa dan datangnya karunia Roh Kudus. Selain itu disebutkan juga pembaptisan orang banyak. Hari itu juga bertambahlah jumlah umat dengan 3000 jiwa Semua ini ada dalam Kis 2: 14-41.
Kemudian dalam Kis 2:42-47, yang masih jadi bagian peristiwa Pantekosta, diungkapkanlah cara hidup komunitas pertama para pengikut Yesus. Ini kenyataan apa itu hidup dalam kekuatan Roh Kudus yang tadi turun dalam bentuk api yang menyala-nyala. Umat bertekun mendalami iman dengan bimbingan pengajaran para rasul. Maksudnya, mereka berusaha menyelami pengalaman yang diutarakan dan dibagikan oleh orang-orang yang masih mengenal Yesus dari Nazaret sendiri, yaitu para rasul sendiri. Begitulah iman mereka itu iman yang diturun-temurunkan dan diteguhkan dengan pendalaman batin. Juga bagi kita di zaman ini. Iman seperti ini bukan semata-mata penemuan pribadi dalam ujud pencerahan dari atas sana. Iman yang begini ini berpijak di bumi, bukan mengawang-awang atau membatin melulu. Kehidupan umat pertama itu juga berpusat pada ekaristi, dengan ungkapan waktu itu, dalam “pemecahan roti dan doa”. Artinya, dalam berbagi rezeki lahir batin.
Patut diketahui, sebagian besar umat pertama memang termasuk kaum berada dan kaum berpendidikan. Tapi di sekitar mereka ada orang-orang lain yang hidupnya pas-pasan atau malah serba berkekurangan. Ada pula orang yang tidak begitu terurus karena tak ada sanak saudara lagi, seperti halnya para janda atau perempuan yang tidak berkeluarga, juga para yatim piatu. Memang mereka bukan selalu bagian dari umat. Tidak semua sudah dibaptis dan masuk kelompok umat. Tetapi tanggung jawab para murid dan mereka yang merasa diri anggota umat membuat diri mereka tidak menutup mata terhadap realitas sosial yang ada. Umat ikut merasa bertanggung jawab mengusahakan agar orang-orang yang ada di sekitar mereka dapat menjadi pribadi manusia yang layak, yang tidak merasa selalu terpojok karena lahir dan besar di lapis masyarakat bawah, tak punya dan tak memiliki kesempatan maju dan tampil di masyarakat. Umat pertama yang telah ikut merasakan kekuatan dan keberanian “api” yang dialami para rasul tadi kini mengangkat orang-orang yang terpinggir, yang kurang berezeki. Inilah pemurnian yang membuat kehidupan pengikut Yesus tampak dan inilah sumber kekuatan mereka.

MENENGOK KE BELAKANG UNTUK MAJU

Dalam Luk 12:50 ada ungkapan lain yang boleh tidak langsung jelas bagi orang sekarang. Di situ disebutkan bahwa Yesus merasa dirinya perlu dibaptis dengan “suatu baptisan” dan bahwa ia gundah sebelum ini terlaksana. Di kalangan umat pertama, jelas yang dirujuk ialah peristiwa salib dan kebangkitan. Inilah “baptisan” yang dimaksud di situ. Ketika masih hidup dengan para murid pertama, Yesus selalu menghubungkan pengajaran serta penyembuhan dengan penolakan terhadap dirinya di Yerusalem oleh para pemimpin Yahudi. Penolakan itu berakhir dengan penghukuman mati baginya di salib. Tapi justru salib dan kebangkitan itu kemudian menjadi sumber kekuatan umat yang baru.
Yesus berbicara mengenai dirinya sendiri. Tidak usah ungkapan itu dipahami sebagai ajakan untuk menjadi seperti dia. Ini tidak diajarkan Injil. Yang diminta dari para murid ialah mengikuti dia, menyertainya berjalan ke salib, bukan menghendaki ikut disalib! Kemartiran bukan tujuan, melainkan konsekuensi. Bila orang menyertainya dalam perjalanan ke sana, ia akan juga ikut berbagi kebangkitan dengannya. Itulah gagasan mengalami baptisan yang disebut-sebut dalam ayat 50.

BUKAN KONFLIK GENERASI.

Perkataan Yesus dalam Luk 12:50-53 ada banyak miripnya dengan yang disampaikan dalam Mat 10:34-36. Memang sumbernya ialah kumpulan kata-kata Yesus yang waktu itu sudah beredar di kalangan umat. Tetapi Lukas mengolahnya kembali bagi komunitasnya. Sumber itu memang mencerminkan keadaan di kalangan para pengikut pertama Yesus di kalangan Yahudi. Dengan menjadi pengikut Yesus, orang memang praktis memisahkan diri dari adat dan praktek agama leluhur, dalam hal ini, adat dan keagamaan orang Yahudi.

Keadaan ini bisa dirasa sebagai konflik agama antara generasi tua dan generasi muda. Karena itulah dibicarakan adanya pertentangan ayah terhadap anaknya, ibu menghadapi anak perempuannya, ibu mertua dengan menantu perempuan. Tapi yang ditekankan Lukas bukan terutama pertikaian di bidang hidup agama melainkan konsekuensi berpegang pada tekad serta kemauan untuk memperbaiki kemanusiaan. Damai belum ada bila kemanusiaan masih butuh perbaikan. Kekuatan Roh Kudus – yang dibayangkan sebagai api dalam peristiwa Pentakosta – memang membuat orang mau mengarah ke sana. Kemantapan ini menjadi dasar berkepedulian terhadap orang-orang yang bukan dari kelompok sendiri. Keyakinan itu membuat mereka mau dan rela berbagi rezeki dengan orang-orang yang kurang mujur hidupnya.
Keagamaan di masyarakat zaman Yesus dulu memang terasa pengap karena terlalu mengurusi kebutuhan pihak sendiri dan berpusat pada upacara, dan kurang pada kehidupan. Yesus datang memurnikan keagamaan. Ia mengajarkan hidup beragama yang segar yang bisa langsung dirasakan orang banyak. Inilah yang kiranya diharapkan agar juga masih tetap dihidupi para pengikutnya, juga pada zaman ini, di masyarakat ini.

Salam hangat,
A. Gianto

Sabtu, 22 Oktober 2011 Hari Biasa Pekan XXIX

Sabtu, 22 Oktober 2011
Hari Biasa Pekan XXIX

"Kesatuan haruslah merupakan akibat dari pertobatan setiap orang, hasil pengampunan timbal-balik dan hubungan persaudaraan" (Beato Yohanes Paulus II)

Antifon Pembuka

Jika Kristus ada dalam dirimu maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi Roh hidup dalam kebenaran

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, dengan penuh kasih sayang Engkau memerintah segala sesuatu yang hidup dan tiada satu pun yang Kaubenci. Meski kami bukan apa-apa, namun Kaupanggil kepada-Mu. Tegakkanlah kami, bila kami bungkuk karena beban dosa, dan papahlah kami bila mau jatuh. Berilah kami kesempatan untuk memulihkan segala sesuatu yang menyebabkan orang lain rugi. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:1-11)

"Roh Allah yang membangkitkan Yesus dari alam maut tinggal dalam dirimu."

Saudara-saudara, bagi mereka yang ada dalam Kristus tidak ada penghukuman. Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kalian dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat yang tidak berdaya karena daging telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa, Allah telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging agar tuntutan hukum Taurat digenapi dalam diri kita. Sebab kita tidak hidup menurut daging, melainkan menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; tetapi mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Keinginan daging ialah maut, tetapi keinginan Roh ialah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging itu bermusuhan dengan Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah. Hal ini memang tidak mungkin baginya! Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan di hati Allah. Tetapi kalian tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, kalau Roh Allah memang tinggal dalam dirimu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, maka ia bukanlah milik Kristus. Tetapi kalau Kristus ada dalam dirimu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah hidup karena kebenaran. Dan jika Roh Allah, yang membangkitkan Yesus dari alam maut, diam dalam dirimu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana oleh Roh-Nya yang diam dalam dirimu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Ul: lh.6)

1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan.
3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Tuhan telah berfirman, "Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannya supaya ia hidup."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:1-9)

"Jikalau kalian semua tidak bertobat, kalian pun akan binasa dengan cara demikian."

Pada waktu itu beberapa orang datang kepada Yesus dan membawa kabar tentang orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus, sehingga darah mereka tercampur dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Berkatalah Yesus kepada mereka, "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang tinggal di Yerusalem? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian." Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan ini, "Ada seorang mempunyai sebatang pohon ara, yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu, 'Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara itu namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini. Untuk apa pohon itu hidup di tanah ini dengan percuma?' Pengurus kebun anggur itu menjawab, 'Tuan, biarkanlah pohon ini tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah'!"
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan



Begitu sering kita menghubungkan bencana sebagai hukuman Ilahi. Namun, penilaian dan penghakiman kita selalu menyudutkan mereka yang menjadi korban bencana. Ketika bencana tsunami menimpa Aceh, tidak sedikit dari kita yang menanggap bahwa orang Aceh jauh lebih besar dosanya daripada kita sehingga mereka pantas menerima hukuman Allah dalam tragedi bencana alam yang menimpa mereka. Peristiwa pembunuhan orang-orang Galilea oleh Pilatus di Bait Allah yang bermotifkan politik diangkat orang untuk meminta penilaian Yesus. Yesus mengingatkan mereka bahwa orang-orang Galilea itu tidak lebih besar dosanya daripada orang-orang Galilea yang lain. Yesus juga mengangkat peristiwa yang dialami oleh delapan belas orang yang tertimpa menara di Siloam.

Semua bencana hendaknya membuat kita bermenung diri dan mengambil hikmah, bukannya ajang pembenaran diri sebagai orang yang lebih baik daripada orang lain. Bukankah bencana tsunami Aceh, gempa bumi di Nias, Irian, dan di tempat lainnya merupakan momentum sejarah yang selayaknya membuat kita lebih rekat sebagai bangsa dalam sikap dan tindak solidaritas kita yang menembus dan melintas batas agama, suku, budaya, dan ras?

Allah Bapa di surga, jangan biarkan aku merasa diri lebih baik secara moral dan spiritual daripada orang lain. Berilah aku kerendahan hati untuk selalu memohon pengampunan dari-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Jumat, 21 Oktober 2011 Hari Biasa Pekan XXIX

Jumat, 21 Oktober 2011
Hari Biasa Pekan XXIX

“Setelah kita menerima perintah untuk mencintai Tuhan, kita juga diberi kuasa untuk mencintai” (St. Basilius Agung)


Antifon Pembuka

Aku ini kepunyaan-Mu, selamatkanlah aku, sebab aku mencari titah-titah-Mu.

Doa Pagi


Tuhan, hari baru ini menanti untuk terlewati bersama-Mu. Sering aku mengalami kejenuhan dan kebosanan, tetapi aku yakin bahwa Engkau senantiasa menyertai perjalanan hidupku karena aku tahu, Engkau telah memulai dalam hidupku dan Engkau pula yang akan menyelesaikannya. Amin.

Roh itu memang kuat tapi daging lemah. Kehendak untuk melakukan yang baik dan benar sangat kuat, tapi seringkali kelemahan daging menghambatnya. Kecenderungan untuk melakukan kejahatan lebih dominan daripada kebaikan. Semangat pertobatan akan mengubah kecenderungan ini. Kekuatan Kristus membarui segalanya. Paulus bersyukur sudah mengalaminya.


Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (7:18-25a)

"Siapakah yang akan melepaskan daku dari tubuh maut ini?"

Saudara-saudara, aku tahu, tiada sesuatu yang baik dalam diriku sebagai manusia. Sebab kehendak memang ada dalam diriku, tetapi berbuat baik tidak ada. Sebab bukan yang baik seperti yang kukehendaki, yang kuperbuat, melainkan yang jahat yang tidak kukehendaki. Jadi jika aku berbuat yang tidak kukehendaki, maka bukan aku lagi yang memperbuatnya, melainkan dosa yang diam dalam diriku. Jadi dalam diriku kudapati hukum berikut: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, malah yang jahatlah yang ada padaku. Sebab dalam batinku aku memang suka akan hukum Allah, tetapi dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada dalam anggota-angota tubuhku. Aku ini manusia celaka. Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Dialah Yesus Kristus, Tuhan kita!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku, ya Tuhan.

Ayat. (Mzm 119:66.68.76.77.93.94; Ul: 68b)
1. Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya pada perintah-perintah-Mu.
2. Engkau baik dan murah hati: ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
3. Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.
4. Biarlah rahmat-Mu turun kepadaku, sehingga aku hidup, sebab Taurat-Mulah kegemaranku.
5. Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku.
6. Aku ini kepunyaan-Mu, selamatkanlah aku, sebab aku mencari titah-titah-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.


Hidup manusia itu harus seimbang. Pandai dan pintar saja tidak cukup, ia juga harus bijaksana. Kepandaian mudah disalahgunakan untuk memperdaya sesamanya, terlebih yang kecil dan tak berdaya. Sedangkan orang bijaksana akan mampu menghormati orang lain sebagai sesama yang kecil di hadapan Tuhan. Ia akan mampu mengampuni dan berdamai dengan sesamanya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:54-59)

"Kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini?"

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada orang banyak, “Apabila kalian melihat awan naik di sebelah barat, segera kalian berkata, ‘Akan datang hujan’. Dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kalian melihat angin selatan bertiup, kalian berkata, ‘Hari akan panas terik’. Dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapa engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Jika engkau dengan lawanmu pergi menghadap penguasa, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan. Jangan sampai ia menyeret engkau kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu, ‘Engkau takkan keluar dari sana, sebelum melunasi hutangmu’.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Manusia mengenal perubahan cuaca dari arah angin. Lewat ungkapan itu, Yesus meminta para pendengar-Nya agar juga mampu membaca tanda-tanda zaman lewat kedatangan dan kehadiran-Nya di tengah mereka. Mereka perlu menyadari bahwa mereka bagaikan orang-orang yang diseret ke pengadilan. Orang bijaksana tentu berusaha untuk menyelesaikan perkaranya dari jauh-jauh hari sebelum saat pengadilan tiba. Orang bijaksana akan bertobat dan membarui kehidupannya sebelum saat penghakiman tiba.

Doa Malam


Tuhan, terimalah syukur dan terimakasih kami, juga kegagalan dan keberhasilan kami hari ini. Ampunilah kami karena sering terlalu jauh menilai apa saja yang kami lihat dan rasakan. Ajarilah kami untuk bersikap rendah hati untuk menghadapi segala sesuatu dengan hati yang tulus. Amin.


RUAH

Kamis, 20 Oktober 2011 Hari Biasa Pekan XXIX

Kamis, 20 Oktober 2011
Hari Biasa Pekan XXIX

Alam semesta itu baik, karena diciptakan begitu indah --- St Atanasius


Antifon Pembuka

Aku datang untuk membawa api ke dunia, dan betapa Kuinginkan api itu menyala

Doa Renungan

Tuhan, berkatilah jiwa dan raga kami agar kami kudus hingga akhir hidup kami dan tidak menjauhkan diri dari pada-Mu. Dampingilah senantiasa dalam usaha kami untuk mencapai kekudusan.


Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (6:19-23)

"Sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa dan telah menjadi hamba Allah."

Saudara-saudara, mengingat kelemahanmu, aku berbicara secara manusia. Sebagaimana kalian dahulu telah menyerahkan anggota-angota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kalian kepada kedurhakaan, demikianlah sekarang kalian harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kalain kepada pengudusan. Sebab waktu kalian menjadi hamba dosa, kalian bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kalian petik daripadanya? Semuanya menyebabkan kalian sekrang merasa malu, karena kesudahannya ialah kematian. Tetapi sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa, dan menjadi hamba Allah. Maka kalian memperoleh buah yang membawa kalian kepada pengudusan, dan akhirnya hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; Ul: 40:5)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan daunnya tak pernah layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah, supaya aku memperoleh Kristus dan berada dalam Dia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:49-53)

"Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan."

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala! Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung! Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi? Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan! Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, bapa melawan puteranya, dan putera melawan bapanya, ibu melawan puterinya, dan puteri melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu, dan menantu melawan ibu mertuanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Yesus telah melemparkan api dan menghendaki api itu menyala. Api yang dimaksud adalah api kasih. Api tersebut adalah api semangat untuk mewartakan kabar gembira keselamatan. Inilah yang harus terus dinyalakan oleh pengikut-Nya dengan menjadi terang dalam dunia. Karena dunia menawarkan kegelapan, dalam rupa kebencian dan kesedihan. Dunia masih membutuhkan terang, karena kegelapan masih menguasainya.

Perhatikan di sekitar kita, banyak saudara-saudari kita yang masih menderita. Mereka adalah korban bencana, anak-anak muda yang terjerat narkoba, bayi-bayi yang lahir tanpa kasih sayang orang tua. Yesus meminta agar kita terus menyalakan api kasih-Nya, dalam rupa perhatian yang nyata pada sesama. Yesus menghendaki kita menjadi pewarta sukacita, bagi saudara-saudari kita yang masih berduka. Setitik api akan menjadi cahaya terang bagi dunia yang dirundung kedukaan.


Yesus, semoga aku terus menyalakan api kasih-Mu, menjadi penerang bagi mereka yang diliputi kegelapan.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian


Rabu, 19 Oktober 2011 Hari Biasa Pekan XXIX

Rabu, 19 Oktober 2011
Hari Biasa Pekan XXIX

“Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugas itu, ketika tuannya itu datang” (Luk 12:43)

Antifon Pembuka

Barangsiapa diberi banyak, banyak pula dituntut dari padanya. Dan barangsiapa diberi lebih banyak, lebih banyak lagi yang dituntut dari padanya.

Doa Pagi


Tuhan, terima kasih atas hari yang baru ini. Terima kasih atas kesehatan yang baik. Berkatilah pancaindra kami agar dapat kami gunakan untuk kemuliaan-Mu dan jangan biarkan pancaindra ini menjadi penghalang sabda-Mu. Amin.

Kristus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Orang yang menaati-Nya akan selamat. Sebaliknya, orang yang tidak menaati-Nya akan menderita. Adam dan Hawa mewariskan dosa asal karena mereka tidak taat kepada Allah. Sedangkan ketaatan Yesus menghasilkan keselamatan dunia. Jadi, para pengikut Kristus hendaknya hidup dalam ketaatan dan kebenaran Allah.


Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (6:12-18)

"Serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang telah bangkit dari kematian."

Saudara-saudara, janganlah dosa berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kalian tidak lagi menuruti keinginannya. Janganlah kalian menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa, untuk dipakai sebagai senjata kelaliman. Tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah, sebagai orang-orang yang dahulu mati tapi sekarang hidup. Serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk dijadikan senjata-senjata kebenaran. Sebab kalian tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kalian tidak berada di bawah hukum Taurat, melainkan di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita berbuat dosa karena tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Tidak tahukah kalian, bahwa dengan menghambakan diri kepada seseorang untuk mentaatinya, kalian menjadi hamba orang itu? Bahwa kalian harus mentaati dia baik dalam dosa yang memimpin kalian kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kalian kepada kebenaran? Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kalian hamba dosa, tetapi sekarang kalian dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah disampaikan kepadamu. Kalian telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Pertolongan kita dalam nama Tuhan.
Ayat. (Mzm 124:1-3.4-6.7-8; Ul: 8a)

1. Jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita; - biarlah Israel berkata demikian, - Jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita.
2. Maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir menimbus kita; telah mengalir melanda kita air yang meluap-luap itu. Terpujilah Tuhan yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!
3. Jiwa kita terluput seperti burung terlepas dari jerat penangkap; jerat itu telah putus, dan kita pun terluput! Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.

Salah satu kelemahan tiap manusia adalah teledor. Ia kurang mampu hidup dengan teratur dan disiplin. Padahal, syarat utama seorang murid adalah disiplin. Orang yang disiplin akan bahagia karena hidupnya teratur, baik jasmani maupun rohani. Ia selalu siap sedia bilamana Tuhan datang dan memanggilnya. Akhirnya, ia akan menikmati kebahagiaan surgawi.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:39-48)
"Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut darinya."

Pada suatu ketika berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, “Camkanlah ini baik-baik! Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kalian juga siap sedia, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tak kalian sangka-sangka.” Petrus bertanya, “Tuhan, kami sajakah yang Kaumaksud dengan perumpamaan ini ataukah juga semua orang?” Tuhan menjawab, “Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk membagikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan itu datang. Aku berkata kepadamu: Sungguh, tuan itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi jika hamba itu jahat dan berkata dalam hatinya, ‘Tuanku tidak datang-datang’. Lalu ia mulai memukuli hamba-hamba lain, pria maupun wanita, dan makan minum serta mabuk, maka tuannya akan datang pada hari yang tidak disangka-sangkanya dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan tuan itu akan membunuh dia serta membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut dari padanya. Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut dari padanya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Yesus berbicara tentang kedatangan Anak Manusia di akhir zaman. Hal ini akan terjadi pada saat yang tidak disangka-sangka. Itulah sebabnya, para murid diminta untuk memiliki gaya dan sikap hidup sebagai seorang hamba. Itulah sebuah cara hidup yang selalu menyibukkan diri terus-menerus untuk melayani Yesus, Sang Guru. Sebagaimana halnya para hamba, mereka selalu siap siaga kapan pun dan di mana pun untuk menongsong kedatangan tuan mereka. Barangsiapa yang setia tidak akan kehilangan upahnya.

Doa Malam

Tuhan, Engkau memanggil kami bukan untuk menjadikan orang yang sukses, tetapi menjadi orang yang setia. Berilah kami rahmat kesetiaan dalam apa pun, terlebih setia akan panggilan hidup kami sampai akhir hidup kami. Amin.

RUAH

Selasa, 18 Oktober 2011 Pesta Santo Lukas, Penginjil

Selasa, 18 Oktober 2011
Pesta Santo Lukas, Penginjil

Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu --- Luk 12:31

Antifon Pembuka

Betapa menyenangkan mendengar derap kaki orang yang turun

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, hari ini kami merayakan Pesta Santo Lukas. Terinspirasi oleh Injilnya, semoga kami dapat lebih bersemangat dalam perjalanan iman kami. Semoga dunia yang Engkau berikan sebagai tempat kami hidup tidak membuat kami sesat melainkan menjadi sarana untuk sampai kepada-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 4:10-17b)

"Hanya Lukas yang tinggal dengan aku."

Saudaraku terkasih, Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia, sedang Titus ke Dalmatia. Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia kemari, karena pelayanannya penting bagiku. Tikhikus telah kukirim ke Efesus. Jika engkau kemari, bawalah juga jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu. Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya. Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita. Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku; semuanya meninggalkan aku. -- Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka. -- Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya, dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Para kudus-Mu, ya Tuhan, memaklumkan Kerajaan-Mu yang semarak mulia.
Ayat. (Mzm 145:10-13ab.17-18)

1. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
2. Mereka memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia. Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.
3. Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 15:16)
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:1-9)

"Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya."


Pada suatu hari Tuhan menunjuk tujuh puluh murid, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, "Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian itu, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah! Camkanlah, Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalu kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.' Dan jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu akan kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jika kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ, dan katakanlah kepada mereka, 'Kerajaan Allah sudah dekat padamu'."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

Renungan


Para murid Yesus dipanggil untuk diutus. Untuk apa kita diutus dan bagaimana kita diutus telah dengan jelas dikatakan dalam Injil. Dan yang menarik juga bahwa Yesus sendiri telah melihat situasi di mana kita diutus. Kita diutus bagai domba di tengah serigala. Domba selalu menunjukkan sikap kelembutan dan kepasrahan pada gembalanya. Domba itu diutus bukan ke padang belantara yang hijau dengan kesejukan air yang tenang, melainkan ke tengah dunia serigala yang mengusik keberadaannya. Bagaimana dia merasa aman di tengah serigala? Dia tidak akan menghamba kepada serigala, dia juga tidak akan menjadi seperti serigala, tetapi tetap menjadi domba yang setia dengan perutusannya.

Pada Pesta Santo Lukas Pengarang Injil, kita diajak untuk merenungkan perutusan kita. Lukas menulis Injilnya dan Kisah Para Rasul di masa-masa yang penuh dengan tantangan. Banyak murid yang menjadi martir demi pewartaan Injil. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mengambil jalan kekerasan untuk membela Injil. Kerajaan Allah diwartakan tanpa kekerasan dan paksaan, tetapi dengan penuh kesabaran dan kelemahlembutan. Bagaikan domba yang tidak punya pembela di tengah serigala yang siap sedia menerkam mangsanya, mereka hanya mengandalkan kekuatan dan perlindungan pada Sang Gembala Utama.

Ya Tuhan, berilah aku kelembutan hati dalam mewartakan Injil-Mu yang suci dan peliharalah aku dalam kasih-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

St. Ignatius dari Antiokia, Uskup-Martir

Senin, 17 Oktober 2011
Pw St. Ignatius dari Antiokia, Uskup-Martir

Hari ini kita memperingati Santo Ignatius dari Antiokhia. Seorang martir dan uskup yang amat luar biasa. Karena imannya kepada Kristus, ia sebagai uskup harus dihukum mati. Hukuman mati dijatuhkan di Antiokhia tetapi harus dijalaninya di kota Roma. Nah, selama perjalanannya ke Roma sebagai tawanan itu, ia sempat menulis surat yang sangat indah, bermutu dan penuh pesan yang meneguhkan iman dan menghibur umatnya. Menatap kematian yang akan tiba di kota Roma, Santo Ignatius justru menjalaninya dengan sukacita dan kerinduan sebab ia akan segera memandang Kristus yang diabdi, dihormati, dan disembahnya.

Kekuatan apa yang menggerakkan hidup Santo Ignatius seperti itu? Bacaan pertama hari ini yang berasal dari tulisan Santo Paulus kepada umat di Roma memberikan salah satu kunci jawabannya. Santo Ignatius kiranya percaya kepada janji Allah sebagaimana telah dihidupi oleh Abraham. Kepercayaan akan terwujudnya janji Allah itu menjadi kekuatan mahahebat bagi Santo Ignatius untuk kuat bertahan dalam penderitaan. Ia yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati juga akan membangkitkan dia nanti! Bagi Yesus, Santo Ignatius itu termasuk orang yang disebut kaya di hadapan Allah. Hal ini kebalikan dari si orang kaya dalam kisah perumpamaan pada Injil hari ini.

Barangkali kita tidak perlu memikirkan model penderitaan seperti Santo Ignatius yang dimartir dengan dimasukkan di Colloseum kota Roma dan dimangsa binatang buas. Banyak bentuk penderitaan yang harus kita tanggung pada zaman kita sekarang ini. Penderitaan karena tugas sehari-hari, karena status kita sebagai orang Kristen dan minoritas di tempat kita, karena perjuangan yang jujur dan bersih di tengah lingkungan kerja yang serba korup dan tidak jujur adalah contoh-contoh penderitaan orang Kristen masa kini. Bila kita percaya kepada janji Allah yang pasti akan terlaksana pada diri kita, kita akan memperoleh kekuatan untuk bertahan dalam hidup iman kita, dalam kehidupan menurut kebenaran, kejujuran dan keadilan!

E. Martasudjita, Pr - Inspirasi Batin 2011

Senin, 17 Oktober 2011 Pw St. Ignatius dari Antiokia, Uskup-Martir

Senin, 17 Oktober 2011
Pw St. Ignatius dari Antiokia, Uskup-Martir

“Janganlah kita buta terhadap kebaikan Kristus.” (St. Ignatius dari Antiokia)

Antifon Pembuka

Abraham penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Maka hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

Doa Pagi

Bapa, melalui rahmat pembaptisan aku telah Kauangkat menjadi anak-Mu. Kuatkanlah imanku saat aku dalam kebimbangan dalam menghadapi arus jaman yang berubah-ubah ini. Demi Yesus Putera-Mu, Tuhan dan Penyelamatku. Amin.

Iman Abraham pernah diuji Allah dengan mengurbankan Ishak anaknya. Ia percaya bahwa Allah sedang merencanakan yang indah baginya. Karena taat kepada perintah Allah, akhirnya Abraham diangkat menjadi bapa kaum beriman. Sekarang, kaum beriman disebut sebagai keturunan Abraham. Terlebih, berkat iman akan kebangkitan Kristus sebagai dasar iman Katolik.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (4:20-25)

"Kita pun dibenarkan karena mengimani Allah."

Saudara-saudara, terhadap janji Allah Abraham tidak bimbang karena kurang percaya, tetapi sebaliknya, ia malahan diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah. Ia yakin penuh bahwa Allah berkuasa melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya. Maka hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ‘hal ini diperhitungkan kepadanya’ tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi untuk kita juga, sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita, dan dibangkitkan demi pembenaran kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia mengunjungi umat-Nya.
Ayat. (Luk 1:69-70.71-72.73-75)
1. Tuhan telah mengangkat bagi kita seorang penyelamat yang gagah perkasa, putera Daud, hamba-Nya. Seperti dijanjikan-Nya dari sediakala dengan perantaraan para nabi-Nya yang kudus.
2. Untuk menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita, dan dari tangan semua lawan yang membenci kita. Untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada leluhur kita dan mengindahkan perjanjian-Nya yang kudus.
3. Sebab Ia telah bersumpah kepada Abraham, bapa kita, akan membebaskan kita dari tangan musuh, agar kita dapat mengabdi kepada-Nya tanpa takut, dan berlaku kudus dan jujur di hadapan-Nya seumur hidup kita.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 5:3)
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Harta merupakan salah satu godaan dalam hidup manusia. Segala cara dihalalkan untuk mendapatkan harta yang melimpah. Melimpahnya harta menjadi ukuran kebahagiaan. Padahal, semua harta dunia itu sifatnya sementara dan tidak abadi. Hanya harta surgawi yang menjanjikan kebahagiaan yang kekal. Orang beriman mesti lebih dulu mengumpulkan harta surgawi.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:13-21)

"Bagi siapakah nanti harta yang telah kausediakan itu?"


Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.” Tetapi Yesus menjawab, “Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?” Kata Yesus kepada orang banyak itu, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.” Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku’. Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!’ Tetapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan


Ketamakan menjadi sebuah bahaya atau virus dalam relasi manusia dengan Allah. Kerakusan akan harta kekayaan bisa menghalanginya untuk menyerahkan seluruh diri dan hidupnya kepada Tuhan. Ia justru tidak kaya di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya, Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk tidak kuatir akan apa pun dalam hidup mereka. Tuhan sungguh peduli akan kelangsungan hidup manusia, bukan hanya di dunia ini, tetapi menghantarnya sampai kepada kehidupan kekal.

Doa Malam


Yesus, segala yang kumiliki bersumber dari kemurahan-Mu. Tolonglah aku jika mulai tergoda dan terjebak dalam ketamakan. Ingatkanlah aku untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan uluran tangan-Mu sehingga mereka dapat merasakan kebaikan-Mu dan memuliakan Dikau. Amin.


RUAH

Bacaan Harian 17 - 23 Oktober 2011

Bacaan Harian 17 - 23 Oktober 2011

Senin, 17 Oktober : Peringatan Wajib St. Ignatius dari Antiokhia, Uskup-Martir (M).
Rm 4:20-25; MT Luk 1:69-75; Luk 12:13-21.

Kekayaan duniawi bukanlah jaminan bagi kehidupan. Tapi bisa juga menjadi sarana yang baik untuk mengembangkan kehidupan. Kita dapat menggunakan kekayaan yang kita miliki untuk berbuat baik.

Selasa, 18 Oktober : Pesta St. Lukas, Penginjil (M).
2Tim 4:10-17b; Mzm 145:10-13ab.17-18; Luk 10:1-9.

Sebagai murid Yesus, kita semua bukan saja dipanggil untuk menjadi murid-Nya, tetapi juga diutus untuk mencari murid bagi-Nya. Tugas perutusan itu pertama-tama kita jalankan melalui kesaksian hidup yang kita jalani sehari-hari di mana pun kita berada (di keluarga, di sekolah, di tempat kerja, di tengah masyarakat dsb.).

Rabu, 19 Oktober : Hari Biasa Pekan XXIX (H).
Rm 6:12-18; Mzm 124:1-8; Luk 12:39-48.

Bila orang sungguh hidup dalam rahmat, maka ia tidak mungkin berdosa. Namun, kemungkinan orang untuk menolak rahmat tetap ada. Orang beriman dipanggil untuk hidup dalam rahmat, sehingga rahmat keselamatan Allah sungguh berkembang dalam hidupnya.

Kamis, 20 Oktober : Hari Biasa Pekan XXIX (H).
Rm 6:19-23; Mzm 1:1-4.6; Luk 12:49-53.

Iman adalah keputusan, di mana kita dituntut untuk menentukan sikap. Keputusan dan sikap itulah yang akan menunjukkan seberapa besar iman kita kepada-Nya. Sikap kita harus tegas dan jelas.

Jumat, 21 Oktober : Hari Biasa Pekan XXIX (H).
Rm 7:18-25a; Mzm 119:66.68.76.77.93.94; Luk 12:54-59.

Dengan segala kemampuan teknologi, manusia mampu meramalkan keadaan bumi dan cuaca, lalu mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasinya. Tetapi terhadap satu hal yang pasti, manusia seringkali lupa: kehidupan hanyalah perjiarahan menuju tempat tinggal abadi. Apa yang sudah kita siapkan?

Sabtu, 22 Oktober : Hari Biasa Pekan XXIX (H).
Rm 8:1-11; Mzm 24:1-4ab.5-6; Luk 13:1-9.

Seperti pohon ara yang masih diberi waktu dan kesempatan untuk berbuah, kepada kita juga diberi waktu dan kesempatan untuk bertobat dan menghasilkan buah. Memang, tidak ada kata terlambat, tapi bukan berarti selalu boleh menunda. Sekarang waktunya sebelum tidak ada lagi waktu.

Minggu, 23 Oktober : Hari Minggu Biasa Pekan XXX (H).
Kel 22:21-27; Mzm 18:2-4.47.51ab; 1Tes 1:5c-10; Mat 22:34-40.

Kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap sesama. Itulah dua hal yang harus menandai hari-hari kita; dan keduanya tak dapat dipisahkan. Baiklah kita selalu hadirkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita sepanjang hari. Dan kalau begitu, pasti kasih terhadap sesama akan terwujud dengan sendirinya. Lantas, semakin kita mengasihi sesama, semakin pula kita menyempurnakan kasih kita kepada Tuhan. Sesudah itu, rasakanlah kelimpahan hidup kita!

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy