| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 30 Oktober 2011 Hari Minggu Biasa XXXI

Minggu, 30 Oktober 2011
Hari Minggu Biasa XXXI

"Doa menyegarkan jiwa dan memberikan rasa tenang" --- St Yohanes Krisostomus

Antifon Pembuka (Mzm 37:22-23)

Jangan tinggalkan daku, ya Allahku, janganlah jauh dari padaku. Bergegaslah menolong aku, ya Tuhan penyelamatku.

Doa Renungan


Allah Bapa yang mahakuasa dan maharahim, berkat rahmat-Mulah umat beriman dapat mengabdi dan menghormati Engkau sebagaimana mestinya. Semoga kami jangan sampai membuat kesal hati-Mu, tetapi berusaha hidup murni, agar memperoleh kebahagiaan yang Kaujanjikan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Maleakhi (1:14b-2:2b.8-10)

"Kamu telah menyimpang dari jalan; dengan pengajaranmu, kamu membuat banyak orang tergelincir."

"Aku ini Raja yang besar," firman Tuhan semesta alam, "dan nama-Ku ditakuti di antara bangsa-bangsa. Maka sekarang, kepada kamulah tertuju perintah ini, hai para imam! Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati nama-Ku, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk. Kamu telah menyimpang dari jalan; dengan pengajaranmu kamu membuat banyak orang tergelincir; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi," firman Tuhan semesta alam. "Maka Aku pun akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh umat ini, oleh karena kamu tidak mengikuti jalan yang Kutunjukkan, dan kamu memandang bulu dalam pengajaranmu. Bukankah kita sekalian mempunyai satu Bapa? Bukankah satu Allah yang menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu nama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita?"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 131:1.2.3)

1. Tuhan aku tidak tinggi hati dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2. Sungguh, aku telah menenangkan jiwaku; aku telah membuatnya diam seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
3. Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Tesalonika (2:7b-9.13)

"Kami rela membagi dengan kamu bukan hanya Injil Allah melainkan juga hidup kami sendiri."

Saudara-saudara, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya, demikianlah besarnya kasih sayang kami kepadamu, sehingga kami rela membagi dengan kamu bukan hanya Injil Allah, melainkan juga hidup kami sendiri, karena kamu memang kami kasihi. Kamu tentu masih ingat akan usaha dan jerih payah kami. Sebab sementara kami bekerja siang malam, agar jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Karena itulah kami tak putus-putusnya mengucap syukur kepada Allah, sebab kamu telah menerima sabda Allah yang kami beritakan itu. Pemberitaan kami telah kamu terima bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai sabda Allah, sebab memang demikianlah adanya. Dan sabda Allah itu bekerja giat dalam diri kamu yang percaya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = d, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 23:9a.10b)
Hanya satulah Bapamu, yaitu Dia yang di surga, hanya satulah Pemimpinmu, yaitu Mesias.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (23:1-12)


"Mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukan."

Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu. Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang. Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu suka disebut Rabi, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus. Siapa pun yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan


MANUSIA, SIAPAKAH ENGKAU?

"Manusia, siapakah engkau?" adalah judul buku Seri Sumber Hidup 6. Pertanyaan yang sama sangat cocok sebagai pertanyaan reflektif untuk merenungkan Injil hari ini. Kata Yesus, "
Tetapi kamu, janganlah kamu suka disebut Rabi, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus." (Mat 23:8-10)

Manusia adalah bagian dari suatu dunia semesta. Santa Teresa dari Avila dalam gambarannya mengenai jiwa manusia, dia berbicara tentang kediaman kedalaman manusia yang tidak terhitung jumlahnya. Dalamnya laut dapat diukur, tetapi dalamnya hati siapa yang mampu mengerti?

Proses pengenalan ke dalam hati manusia dapat dilalui lewat beberapa tahap. Pertama, taraf dangkal tentang hal-hal yang dapat diketahui: di mana Anda dilahirkan? Apa pekerjaan anda? Apakah anda memiliki KTP? Setiap orang tahu bahwa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu hampir tidak memperkaya pengetahuan kita tentang kedalaman pribadi manusia yang bersangkutan.
Kedua, taraf lebih dalam tentang cap tertentu yang sering kita lekatkan pada pribadi manusia lain. Dia itu pemabuk, peminum. Dia itu pembual. Dia itu 'gajah diblangkoni' -- bisa kotbah tetapi tidak bisa melakoni (melaksanakan) dan sebagainya. Kedalaman lubuk hati diri manusia itu sendiri yang tahu, bahwa ia tidak sama atau tidak sama dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan orang tentang dirinya.
Ketiga, lebih dalam lagi, taraf bawah sadar. Taraf di mana manusia menyadari luka psikisnya dan menjadi sadar akan luka-lukanya untuk berangsur-angsur dapat melepaskannya.

Andaikata diajukan pertanyaan yang menentukan sesuai judul, "Manusia, siapakah engkau?" kirnaya jawabannya: Aku ini dari Allah -- aku ini menuju Allah. Santo Agustinus mpernah menyatakan, "Bagiku Allah adalah lebih akrab daripada keakrabanku sendiri." Kepribadian kita yang sebenarnya ada di dalam Allah. Inti pribadiku menyangkut Allah, dilahirkan dari Allah, tersembunyi dalam Allah. Maka Yesus mengecam cara hidup -- kepribadian - ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang
"mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang. Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Mat 23:4-7)

Pertanyaan permenungan: Manusia, siapakah engkau? kok memberi beban di atas bahu orang lain, sementara engkau tidak melakukannya? Manusia, siapakah engkau, karena engkau masih suka pamer supaya dilihat orang? Manusia, siapakah engkau, sehingga engkau masih mendamba penghormatan di dunia ini?

Beranikah kita berkata dari kedalaman hati seperti Santo Agustinus, "Aku ini manusia dari Allah. Aku ini manusia yang sedang menuju Allah"?

RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy