| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Jumat, 02 Desember 2011 Jumat Pertama Dalam Bulan -- Hari Biasa Pekan I Adven

Jumat, 02 Desember 2011
Jumat Pertama Dalam Bulan -- Hari Biasa Pekan I Adven

“Tidak seorang pun dapat mempunyai Allah sebagai Bapa, kalau ia tidak mempunyai Gereja sebagai ibu” (St. Siprianus)


Antifon Pembuka

Lihatlah, Tuhan akan datang dengan mulia, mengunjungi umat-Nya dalam damai, dan memberi mereka hidup abadi.

Doa Pagi

Ya Allah yang kudus, terimakasih atas penyertaan-Mu dalam hidup ini. Mampukan aku untuk tetap berpegang teguh pada iman akan Yesus Putera-Mu. Dengan demikian aku dapat selalu menjauhkan diri dari yang jahat. Amin.

Pada akhirnya, orang sombong, pencemooh, penjahat dan pelaku ketidakadilan serta pemutarbalikan kebenaran akan lenyap, binasa. Sebaliknya, yang buta akan melihat, yang tuli mendengar, yang menderita akan bersukaria dan yang miskin akan bersorak-sorai di dalam Allah, Yang Mahakudus. Sebab itu, hiduplah di dalam Allah senantiasa.


Bacaan dari Kitab Yesaya (29:17-24)

"Pada waktu itu orang-orang butaakan melihat."

Beginilah firman Tuhan, “Tiada lama lagi Libanon akan berubah menjadi kebun buah-buahan, kebun subur selebat hutan. Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar sabda sebuah kitab, dan mata orang-orang buta akan melihat, lepas dari kekelaman dan kegelapan. Orang-orang sengsara akan bersukaria dalam Tuhan dan orang-orang miskin di antara manusia akan bersorak-sorai di dalam Yang Mahakudus Allah Israel. Sebab orang yang gagah sombong akan lenyap dan orang pencemooh akan habis. Semua orang yang berniat jahat akan dilenyapkan, yaitu mereka yang begitu saja menyatakan seseorang berdosa di dalam suatu perkara, yang memasang jerat terhadap orang yang menegur mereka di pintu gerbang, dan yang menyalahkan orang benar dengan alasan yang dibuat-buat. Sebab itu beginilah firman Tuhan, Allah kaum keturunan Yakub, yang telah membebaskan Abraham, “Mulai sekarang Yakub takkan lagi mendapat malu, dan mukanya tidak lagi pucat. Sebab keturunan Yakub akan melihat karya tangan-Ku di tengah-tengah mereka, dan mereka akan menguduskan nama-Ku. Mereka akan menguduskan Yang Kudus Allah, dan mereka akan gentar terhadap Allah Israel. Pada waktu itu orang-orang yang sesat pikiran akan mendapat pengertian, dan mereka yang bersungut-sungut akan menerima pengajaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 865
Ref. Tuhan adalah terang dan keselamatanku
atau Tuhan, Engkaulah penyelamatku.
Ayat. (Mzm 27:1.4.13-14)
1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu inilah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.
3. Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan pasti datang; Ia datang dengan megah, dan mata para hamba-Nya akan berseri-seri.


Iman yang hidup itu menyelamatkan. Orang buta dapat melihat juga karena iman akan Yesus sebagai Dia yang dapat menyembuhkan! Seruan “kasihanilah kami, hai Anak Daud” sejatinya adalah seruan kepercayaan.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (9:27-31)

"Dua orang buta disembuhkan karena percaya kepada Yesus."


Sekali peristiwa ada dua orang buta mengikuti Yesus sambil berseru-seru, “Kasihanilah kami, hai Anak Daud!” Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya. Yesus berkata kepada mereka, “Percayakah kalian, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.” Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata, “Terjadilah padamu menurut imanmu.” Maka meleklah mata mereka. Lalu dengan tegas Yesus berpesan kepada mereka, “Jagalah, jangan seorang pun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Yesus ke seluruh daerah itu.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Orang buta itu tak berdaya. Secara fisik, mereka tidak bisa berbuat banyak. Banyak hal bergantung pada kemurahan hati orang lain. Kedua orang buta itu tentu sudah banyak mendengar tentang Yesus. Itulah sebabnya, mereka tak segan-segan meminta bantuan kepada-Nya. Mereka pasrah dan menyerah. Mereka percaya; dan hasil akhir, mereka disembuhkan.

Doa Malam

Yesus, ampunilah aku yang buta ini, karena aku kurang mampu mensyukuri hidup ini. Tanamkanlah dalam hatiku sikap percaya dan penuh penyerahan, sebab Engkaulah Pembebas dan Penyelamatku. Amin.


RUAH

Panduan Adven 2011: Pertemuan I: Ekaristi mempersatukan keluarga (Ef 5:22-33) - Keuskupan Agung Jakarta


IBADAT SABDA

Pertemuan I: Ekaristi mempersatukan keluarga (Ef 5:22-33)

Tujuan: Kasih Kristus, yang kita rayakan dalam Ekaristi, adalah dasar kehidupan keluarga; karena itu Ekaristi adalah rahmat yang mempersatukan keluarga.



Perintah kepada Istri

Satu Perintah : Tunduklah kepada suamimu :


1. Seperti kepada Tuhan,(ay.22)
2. Suami adalah kepala Istri (ay.23 )
3. Sama seperti Kristus adalah kepala jemaat (ayat.23 )
4. Suami yang menyelamatkan tubuh (ay.23)
5. Seperti jemaat tunduk kepada Kristus (ay.24)
6. Tunduk dalam segala sesuatu (ay.24)
7. Seperti mengasihi tubuhnya sendiri (ay.28)
8. Merawat dan mengasuhnya seperti Krisrtus terhadap jemaat-Nya.
9. Karena sudah menjadi satu daging (ay.31)
10. Dengan menghormatinya. (ay.33)


Perintah kepada Suami

Satu perintah : Kasihilah istrimu :


1. Seperti Yesus mengasihi jemaatNya (ay.25)
2. Seperti Yesus menyerahkan diri Nya (ay.25)
3. Selalu menyucikan, menguduskan dengan air dan firman (ay.26)
4. Agar cemerlang,tanpa cacat atau kerut (ay.27)
5. Supaya kudus dan tak bercela (ay.27)
6. Mengasuh dan merawatnya, seperti Kristus terhadap jemaat-Nya.
7. Karena sudah menjadi satu daging. (ay.31)


Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (5:22-33)

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

PERTANYAAN PENUNTUN :

1. Apakah peran masing-masing anggota keluarga : SUAMI – ISTRI – ANAK – ORANG TUA, dll
2. Apakah keluarga sudah membiarkan Allah meraja dengan selalu berjuang menghadirkan Kerajaan Allah dalam keluarga.
3. Dalam semangat apakah sekarang ini hubungan anda dalam keluarga :
1. Anak kepada orang tua dan sebaliknya
2. Suami – istri dan sebaliknya
3. Adik – kakak dan sebaliknya
4. Dll
5. Peran Ekaristi :
a. Yesus memberikan diri-Nya
b. Yesus hadir dalam rupa roti dan anggur
c. Yesus sendiri menjadi Imam – Altar dan Korban persembahan
d. Puncak kasih Allah terhadap manusia
e. Persatuan manusia dengan Allah.

6. Peran Sakramen Perkawinan :
a. Peristiwa yang agung
b. Penyatuan pria dan wanita oleh Allah
c. Saling memberi dalam Yesus.


Pertanyaan Pendalaman

1. Paulus menasehati para istri untuk tunduk kepada suami seperti tunduk kepada Tuhan. Apa maksudnya? Dan apa dasarnya?
2. Apa maksud Paulus menasehati para suami mengasihi istri sebagaimana Kristus mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri baginya?
3. Dari bacaan ini, kita diingatkan bahwa kasih Kristus kepada jemaat-Nya harus menjadi dasar hidup suami-istri. Lalu, dalam kaitan itu mengapa Ekaristi sungguh mempersatukan keluarga?
4. Mungkin dari antara Anda ada yang ingin berbagi pengalaman pribadi tentang Ekaristi yang mempersatukan kehidupan keluarga Anda?

(kesempatan untuk sharing umat)

5. Marilah sekarang kita hening sejenak, mencoba meresapi pesan bacaan ini dan menanamkan tekad dalam diri kita untuk melakukan satu atau beberapa hal sederhana dalam hidup keluarga kita!

(Hening-umat merenung sendiri untuk menanamkan niat. Kalau masih ada waktu bisa saja beberapa orang menceritakan "niat" itu)
(Setelah itu, umat diajak melanjutkan ibadat dengan mendaraskan Doa Umat)


KESIMPULAN :

Suami istri harus terus berjuang dengan semangat Kasih,saling memberi dan saling menguduskan bersama, melalui dan dalam nama Yesus melalui EKARISTI

Panduan Adven 2011: Ekaristi Sumber Berkat Dalam Keluarga -- Keuskupan Agung Jakarta

Tahun 2012 adalah tahun Ekaristi, maka dari masa Adven ini kita mulai merenungkan Ekaristi yang mengajak kita semua semakin rendah hati di hadapan Tuhan.

Metode Ibadat Sabda dan Metode 7 langkah tetap digunakan di lingkungan.Pemandu / Fasilitator harus kreatif mengembangkan dengan kemampuannya. Dari presentasi Adven 2011 – KAJ dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan di lingkungan masing-masing. Kreatifitas Fasilitator akan mengantar umat untuk semakin menghayati hidup dalam Ekaristi.

Beberapa macam cara diterapkan guna memahami dan merenungkan materi ini, seperti : 5W+1H ~ who – what – why – where – when dan How. Cara ini sudah cukup dikenal di kalangan penulis berita tetapi dapat digunakan oleh Fasilitator untuk menggali materi agar lebih terarah dan lebih mudah menarik benang merahnya.

Tema di atas akan kita dalami dalam 4 pertemuan dalam masa adven ini, dengan pembahasan masing masing sub tema, yaitu :

Sub-tema 1 : Ekaristi Mempersatukan Keluarga

Sub-tema 2 : Ekaristi Meneguhkan Keluarga

Sub-tema 3 : Ekaristi Dasar Perutusan dalam Membangun Keluarga

Sub-tema 4 : Ekaristi Dasar Perutusan Dalam Membangun Persaudaraan dengan Sesama

Pertemuan I: Kemandirian Gereja Berkat Pemberdayaan Karisma Umat Allah - Keuskupan Agung Palembang

Salah satu unsur penting Visi Keuskupan Agung Palembang (KAPal) yang dirumuskan dalam Sinode II adalah bahwa sebagai persekutuan murid-murid Kristus umat KAPal bercita-cita untuk beriman yang mandiri. Kemandirian Gereja Indonesia (dan juga KAPal) secara formal telah diakui sejak 3 Januari 1961 yang lalu, sebagaimana telah kita rayakan dalam ekaristi Hari Minggu yang lalu. Namun kemandirian Gereja kiranya bukan hanya formal organisasi saja. Kemandirian itu harus tampak pula dalam hidup beriman dan menggereja anggotanya. Maka cita-cita kita bersama, umat KAPal, bukanlah impian kosong bila mana Gereja KAPal (umat dan hierarki) bersatu padu, saling mendukung dan berperan serta dalam mewujudkannya.

Bertolak dari amanat Sinode II KAPal di atas, maka dalam Masa Adven tahun 2011 ini, kita bersama diajak untuk menggeluti tema “kemandirian” itu. Tema lengkapnya adalah “Mewujudkan KAPal sebagai Persekutuan Murid-murid Kristus yang Mandiri.” Melalui permenungan tema ini kita diajak untuk menyadari kharisma-kharisma yang ada dalam diri kita masing-masing berkat rahmat baptisan yang kita terima. Kemudian kita diajak untuk mewujudkan kemandirian itu dalam bidang tenaga pastoral, finansial dan bagaimana harapan Bapa Uskup terhadap keuskupan ini.

Dalam mewujudkan kemandirian Gereja, pertama-tama kita diajak untuk menyadari panggilan kita bersama berkat sakramen baptis. Selain diangkat sebagai anggota umat Allah, berkat baptisan kita disatukan sebagai anggota Gereja. Maka suka-duka Gereja adalah suka-duka kita bersama para anggotanya. Setiap anggota Gereja dipanggil untuk turut ambil bagian dan berperan serta dalam langkah pembaharuan dan perwujudan iman yang manndiri secara terus menerus.

Berkat pembaptisan pula setiap orang menerima kurnia secara khusus dan sesuai dengan kemampuan masing-masing berkat curahan Roh Kudus. Oleh karena itu setiap orang juga dipanggil untuk mewujudkan dan menggunakan kurnia itu dalam karya pelayanan Gereja yang mandiri dan bertanggung-jawab. Umat yang mandiri adalah umat yang berani dan mempercayakan karya Roh Kudus dalam dirinya untuk saling melayani dan melengkapi. ”Daripada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagian-nya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”( Ef 4: 16).

Kharisma berasal dari bahasa Yunani, kharis / kharismata yakni tindakan anugerah Allah. Dalam Kitab Suci kharisma diterjemahkan sebagai “karunia.” Kharisma atau karunia merupakan anugerah Allah kepada manusia berupa keselamatan dan pengampunan, juga kemampuan tertentu bagi pelayanan jemaat dan talenta alamiah yang ada dalam diri manusia. Kharisma bukan diperoleh karena jasa manusia, melainkan murni anugerah dan kemurahan Allah bagi manusia. Maka sudah selayaknya jika kharisma / karunia itu dipergunakan demi kemuliaan Allah dan pelayanan bagi sesama.

Marilah dalam minggu Adven I ini kita menyadari kharisma manakah yang secara khas saya miliki dan berguna bagi pelayanan jemaat / Gereja? Bersediakah saya mempergunakannya demi terwujudnya Gereja KAPal yang mandiri? Bagaimana caranya? ****Sumber: Gema Paroki St Yoseph Palembang.

Panduan Adven 2011: Mewujudkan Keuskupan Agung Palembang Sebagai Persekutan Murid-murid Kristus yang Mandiri -- Keuskupan Agung Palembang

Dalam masa Adven ini Keuskupan Agung Palembang (KAPAL) mengajak kita untuk menggeluti Tema ”Kemandirian”. Tema lengkapnya adalah ”Mewujudkan Keuskupan Agung Palembang sebagai Persekutuan Murid-murid Kristus yang mandiri” hal ini sesuai dengan amanat dari Sinode II KAPAL pada Tahun 2009 yang lalu.

Melalui permenungan ini kita diajak untuk menyadari kharisma-kharisma yang ada dalam diri kita masing-masing berkat dan rahmat baptisan yang kita terima. Kemudian kita di ajak Bapak Uskup untuk mewujudkan kemandirian tersebut terutama dalam bidang tenaga pastoral dan finansial.

Tema di atas akan kita dalami dalam 4 pertemuan dalam masa adven ini, dengan pembahasan masing masing sub tema, yaitu :
  1. Kemandirian Gereja Berkat Pemberdayaan Karisma Umat Allah.
  2. Siap Diutus : Menjadi Imam-Raja dan Nabi bagi Gereja Keuskupan Agung Palembang
  3. Membangun Semangat Berbagi : Mewujudkan Kemandirian Finansial dan
  4. Mewujudkan Kemandirian Gereja Keuskupan Agung Palembang

Panduan Adven 2011: Pertemuan IV: Menjadi Signifikan dan Relevan Bagi Masyarakat - Keuskupan Agung Semarang

Pertemuan Keempat: MENJADI SIGNIFIKAN DAN RELEVAN BAGI MASYARAKAT
Tujuan: Umat menyadari bahwa iman harus diwujudkan dalam kehadiran dan keterlibatan yang signifikan dan relevan di tengah masyarakat.

1. Lagu Pembuka
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 443, 445)

2. Doa Pembuka
doa dapat dikembangkan oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur atas pertemuan Adven keempat dan atas karunia dari Allah yang sudah diterima selama ini, terutama sebagai umat Katolik yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia selama ini.
  • Mohon terang Roh Kudus agar pertemuan dapat berjalan dengan baik, lancar, dan mampu memahami bahwa iman harus diwujudkan dalam keterlibatan di tengah masyarakat.

3. Pengantar

Karya keselamatan yang diwartakan dan dihadirkan Yesus tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sekitar-Nya. Hidup dan karya Yesus terkait erat dengan situasi dan keprihatinan masyarakat. Sebagai umat Katolik, anggota Gereja dan umat yang mengimani karya keselamatan Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus, kita pun diundang untuk mewartakan kabar gembira kepada semua orang yang berkehendak baik. Gereja ada di tengah masyarakat. Dengan demikian, Gereja juga terbuka dan terlibat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai anggota Gereja, kita tidak hanya sibuk dengan diri sendiri. Kita juga diundang untuk berperan serta dalam kegiatan bermasyarakat. Kehadiran Gereja hendaknya mampu membawa warta gembira itu bagi seluruh masyarakat sehingga kehadiran Gereja sungguh menjadi signifikan dan relevan bagi masyarakat.

Dalam Adven keempat ini, kita diajak untuk melihat kembali hidup beriman dalam masyarakat, secara khusus dalam pengharapan menantikan Yesus selama masa Adven. Kita diajak merenungkan bagaimana peran serta kita sebagai anggota Gereja dalam kehidupan masyarakat. Sikap-sikap yang perlu kita bangun, untuk menunjukkan bahwa beriman di dalam masyarakat adalah beriman sejati, menunjukkan solidaritas, kedalaman, ketangguhan, dan secara gembira memberikan kasih yang nyata bagi masyarakat sekitar kita.

4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

P. Tuhan terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U. Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama
P. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami. (lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

5. Inspirasi dan Permenungan
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:1-20)

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.


***


Para gembala bersuka cita mendengar warta kelahiran Sang Juruselamat. Mereka kemudian bergegas pergi ke Betlehem dan menjumpai sang bayi Yesus. Hati mereka berkobar-kobar penuh kegembiraan, hingga menggerakkan diri mereka mewartakan kabar gembira kepada siapa pun yang dijumpai dan selalu memuji Allah melalui kata, sikap, dan tindakan. Melalui para gembala itu, semakin banyak orang mengenal Allah dan mengalami kasih-Nya.

Selayaknya seperti para gembala, perjumpaan dengan Allah dan pengalaman iman kita akan Dia menggerakkan hidup kita untuk bersuka cita dalam hidup dan berani menjumpai siapa pun untuk berbagi kebahagiaan. Kehadiran yang memberi kegembiraan dan pengaruh baik bagi banyak orang itu menjadi panggilan setiap orang kristiani sepanjang abad. Saat ini ketika banyak orang berpikir untuk kepentingan diri dan hilang rasa solidaritas, kepedulian, kita dipanggil justru untuk terlibat dalam kehidupan bersama dan berbagi kasih Tuhan dalam aneka bentuk. Keterbatasan, kekurangan, bahkan ketidakberdayaan kita jangan menjadi alasan untuk menutup hati dan melipat tangan bagi sesama kita. Pengalaman ibu Maria Goretti menjadi inspirasi bagi kita.

Saya bernama Maria Goretti. Saya menjadi Katolik ketika sudah dewasa. Sejak dibaptis, saya selalu yakin bahwa saya bersama Yesus.

Bersama Yesus menjadi sumber kekuatan bagi diri hidup saya. Kekuatan itu juga yang meneguhkan semangat saya untuk membantu kedua orang tua. Meskipun telah berbeda keyakinan dengan anggota keluarga, sebagai anak sulung, saya tetap merasa bertanggungjawab mendampingi adik-adik saya. Syukur kepada Allah! Saya bisa membantu adik-adik saya untuk mandiri. Saat ini, mereka telah berkeluarga dan memiliki kehidupan yang cukup mapan.

Bersama Yesus juga mendorong saya untuk membantu dan menyumbangkan kemampuan diri saya bagi orang-orang di sekitar saya. Sebagai Ibu RW, saya tergerak untuk membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Saya memberdayakan kaum perempuan supaya mereka juga bisa membantu ekonomi keluarga. Saya tidak membeda-bedakan keyakinan dalam bersahabat dan dalam menolong. Walaupun sebagai umat kristiani, saya memberikan satu ruang di rumah saya untuk sholat, berikut dengan perangkatnya. Alasan saya sederhana. Saya ingin agar saudara-saudara berkeyakinan lain pun dapat melaksanakan ibadah mereka. Sikap itu pula yang membebaskan saya untuk semakin leluasa memberi perhatian kepada siapa saja. Bila ada tetangga yang menderita sakit, saya berusaha untuk segera mengunjungi. Biasanya, saya juga mengkoordinir para ibu lain supaya kami dapat bersama-sama mengunjungi yang sakit. Dalam lingkungan pekerjaan, saya pun dipercaya untuk menjabat bendahara kantor. Walaupun berat dan berresiko, syukurlah bisa mengemban tugas sebagai bendahara selama 5 tahun dengan baik sampai masa pensiun.

Dalam Gereja, saya mencoba aktif di berbagai kegiatan, baik dalam tingkat lingkungan, paroki bahkan kevikepan. Bersama dengan suami dan anak-anak, saya mencoba memberi perhatian secara khusus dalam kegiatan Orang Muda Katolik (OMK). Selain itu, saya dan suami menjadi pasutri yang mendampingi komunitas anak-anak muda yang sedang mencari dan memperkuat jati dirinya.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ketika tepat berumur 56 tahun, tulang leher saya hilang seruas! Dokter yang memeriksa saya mengatakan bahwa saya terserang kanker stadium empat. Saya terserang kanker ganas. Saya shock! Ada keinginan untuk berontak. Saya sangat sulit menerima kenyataan pahit ini. "Dokter kan bisa keliru," demikian kata saya berusaha menolak kanker yang menggerogoti tubuh saya.

Selama tiga bulan pertama di rumah sakit dr. Sardjito, saya masih memiliki semangat besar untuk sembuh. Tetapi, kanker yang mendera diri saya justru kian memperparah fisik saya. Dalam kondisi tubuh yang kian kurus dan kepala botak, saya sering merasakan sakit yang amat sangat. "Sakit sekali... Obat penahan sakit yang kuminum sudah dosis yang paling tinggi, tapi masih juga terasa sakit..". Saya kerap menahan air mata yang akan mengalir. Dalam kondisi seperti ini, banyak kenalan yang mendampingi dan mendukung saya. Mereka menguatkan saya.

Dalam perjalanan waktu, saya tidak mau larut dalam duka dan derita. Dalam sakit yang saya derita, saya masih ingin berguna bagi sesama. Dari atas tempat tidur, saya memulai mendoakan banyak orang. Biasanya, anak saya memberikan daftar-daftar nama yang akan saya doakan. Benar juga! Dengan melakukan aktifitas itu, saya merasa lebih berguna.

Ternyata pengalaman "Bersama Yesus!" tidak hanya menyemangati saya untuk melayani, tetapi juga meneguhkan saya dalam kelemahan dan derita. Kebersamaan dengan Yesus menguatkan dan meneguhkan saya ketika menghadapi saat-saat kritis hidup saya.
Kisah nyata Ibu Maria Goretti.

6. Refleksi dan Sharing Pengalaman

Menghadirkan Kristus sebagai Juruselamat di tengah-tengah masyarakat merupakan cita-cita. Natal yang perlu kita upayakan. Bagaimana kita memahami warta kegembiraan karya keselamatan Yesus ini agar semakin nyata dalam hidup kita. Di bawah ini ada beberapa pertanyaan agar kita semakin menyadari hal itu.

a. Apa yang mengesan dan dapat kita petik dari kisah para gembala dan kisah ibu Maria Goretti?
b. Apakah iman mendorong anda untuk hidup lebih baik dan lebih berguna di dalam masyarakat? Ceritakan pengalaman hidup anda!
c. Dengan tindakan apa kita bisa mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan?

(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan setelah berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut)

Pengalaman perjumpaan para gembala dengan Sang Bayi Yesus mendorong para gembala melanjutkan warta sukacita itu kepada orang lain. Perjumpaan dengan Yesus memberikan rahmat istimewa, yakni mewujudkan dalam kehidupan konkrit warta karya keselamatan Allah. Rahmat istimewa berkat perjumpaan dengan karya keselamatan Allah menjadi pendorong dan inspirasi bagi para gembala dalam memaknai kehadirannya di tengah banyak orang. Demikian juga pengalaman kebersamaannya dengan Yesus, menjadi inspirasi dan pendorong ibu Maria Goretti untuk memberikan hidupnya untuk orang lain dengan sukacita, sebuah cerminan keberimanan dalam masyarakat, walaupun dalam penderitaan tetap memberikan dirinya perhatian bagi orang lain.

Kita dipanggil untuk mewujudkan iman kita dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat. Tindakan-tindakan kecil dan sederhana yang mengungkapkan kasih dan solidaritas Allah akan menjadi tindakan nyata mewujudkan Gereja yang semakin signifikan dan relevan bagi orang lain.

Iman membuat kehadiran kita selalu baru dimana pun kita berada, kehadiran kita menjadi tanda sakramental, yaitu tanda kehadiran Tuhan yang berbelas kasih. Tindakan itu akan kelihatan dari sikap yang kita lakukan: kejujuran kita, kebaikan hati yang tidak membalas yang buruk, tanggung jawab dalam pekerjaan, dan perhatian pada masyarakat yang lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Kita tidak perlu menyembunyikan identitas kita sebagai orang Katolik. Kita "berkompetisi" dalam kehidupan sosial bermasyarakat bukan untuk disanjung atau mendapat pujian, melainkan itu semua kita lakukan sebagai bentuk perwujudan iman kita sebagai orang Katolik. Kita adalah bagian dari masyarakat yang bersatu dengan seluruh masyarakat dalam usaha pembangunan. Dengan sikap dan tindakan nyata, kita ikut menyembuhkan luka-luka dalam masyarakat, membantu memajukan mereka yang tertinggal, menyalakan harapan bagi yang menderita.

Dalam masa Adven inilah, kita mempersiapkan Natal untuk kita maknai secara baru. Natal hendaknya menjadi medan untuk menghadirkan karya keselamatan Kristus ke tengah-tengah masyarakat secara nyata, dengan terlibat, solider, dan menyumbangkan segala hal yang baik bagi pembangunan hidup bersama.

7. Doa Umat dan Doa Penutup
Pemandu mengajak umat berdoa permohonan (doa umat) yang ditutup dengan doa Bapa Kami, lalu dilanjutkan dengan doa penutup.

Doa dapat ditutup oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur karena pertemuan dapat berjalan lancar dan memberikan kesadaran baru.
  • Mohon penyertaan Allah supaya mampu meresapkan dalam hati segala nilai-nilai imani yang ditemukan dan mampu mewujudkan karya kasih Allah dalam hidup bermasyarakat.

8. Lagu Penutup

(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 442, 446, 447)

Panduan Adven 2011: Pertemuan III: Beriman yang Mendalam dan Tangguh - Keuskupan Agung Semarang

Pertemuan Ketiga: BERIMAN YANG MENDALAM DAN TANGGUH
Tujuan: Umat menyadari bahwa iman yang mendalam dan tangguh perlu dikembangkan dalam beriman di tengah masyarakat


1. Lagu Pembuka
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 450)

2. Doa Pembuka
doa dapat dikembangkan oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur atas pertemuan Adven ketiga dan atas karunia dari Allah yang sudah diterima dan dirasakan selama ini, khususnya atas iman Katolik yang telah dijalani.
  • Mohon terang Roh Kudus agar pertemuan dapat berjalan dengan baik, lancar, dan mampu memahami beriman yang mendalam dan tangguh.

3. Pengantar

Pertemuan sebelumnya kita telah melihat dan merasakan kebaikan dan kasih Allah yang tiada batasnya. Ia mengutus Putra-Nya menjadi manusia dan tinggal serta membantu umat manusia. Terhadap Allah yang solider dan berbelas kasih itu, kita diharapkan mengimani dengan sungguh dan mengikuti-Nya dengan mantap. Atau pendek kata kita diajak untuk memiliki iman yang mendalam dan tangguh kepada Allah yang berbelas kasih.

Iman yang demikian sangat dibutuhkan pada saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita menghadapi godaan, krisis maupun tantangan yang membuat iman kita goyah. Tidak sedikit dari umat Katolik yang akhirnya memilih jalan pintas dan menyimpang dari nilai-nilai iman. Kekuatan dan ketangguhan iman teruji, ditantang, dan tentu saja diperbarui, apalagi hidup beriman di zaman yang semakin sulit ini. Di saat-saat seperti itu masihkah kita tetap beriman kepada Allah? Di saat hidup banyak persimpangan, pilihan, dan tawaran, masihkah kita memilih Allah sebagai jalan hidup kita?

Dalam pertemuan kali ini kita akan belajar pada Bunda Maria yang sungguh memiliki iman yang mendalam dan tangguh pula dalam segala situasi. Kita juga akan melihat pengalaman seorang suster biarawati yang sekaligus perawat yang juga mendalam dan tangguh dalam pelayanan dan tantangan yang dia hadapi. Dengan permenungan itu diharapkan kita juga memiliki kedalaman dan ketangguhan iman dalam kehidupan di tengah masyarakat. Iman yang mendalam dan tangguh merupakan harapan dan cita-cita yang ingin dicapai sebagai model dan upaya hidup beriman di Keuskupan Agung Semarang ini.

untuk memulai pertemuan ini, marilah kita mohon rahmat agar iman kita juga diperdalam dan akhirnya dipertangguh dalam pergaulan dan tantangan hidup.

4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

P. Tuhan terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U. Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama
P. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami. (lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

5. Inspirasi dan Permenungan
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:26-38)

"Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki."

Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Maka kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.


***

Bacaan Injil itu memberikan kepada kita permenungan bagaimana iman Maria. Ia memiliki iman yang sungguh mendalam kepada Tuhan. Kedalaman iman Maria nampak dari relasinya yang begitu dekat dengan Allah dan para malaikat-Nya. Ia dikunjungi oleh Malaikat, disapa dan disampaikan kepadanya pesan dari Allah sendiri. Ia juga sungguh menjadi orang kepercayaan Allah yang mampu turut serta ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Tentu kepercayaan Allah itu tidak tanpa dasar. Dasarnya adalah Maria beriman secara total dan sungguh-sungguh pada Allah.

Kecuali itu, Maria juga menampakkan ketangguhan beriman: Hal itu nampak dari kesediaannya untuk menerima tugas yang berat dan penuh resiko. Dikatakan berat dan beresiko karena ia harus mengandung seorang Putra sementara ia belum bersuami. Dalam masyarakat pada waktu itu, siapapun yang kedapatan berzinah akan dihukum mati dengan cara dilempari batu. Bisa saja oleh orang yang tidak beriman, Maria telah dianggap berzinah dan mengandung. Namun kepercayaan-Nya kepada Allah tidak tergoyahkan oleh ketakutan-ketakutan akan resiko yang akan terjadi. Ia siap menanggung resiko atas keputusannya menerima tawaran Allah. Dengan penuh iman, ia menjawab tawaran Allah itu dengan kata-kata yang indah, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu." Maria mengakui bahwa beriman memang kadang-kadang akan menghadapi resiko. Namun kalau memiliki iman yang mendalam dan tangguh, apa pun resikonya pasti akan bisa dihadapi sebab Allah beserta kita untuk membantu kita.

Pengakuan Maria itu mirip dengan pengakuan kisah selanjutnya inii. Kita akan diajak merenungkan kedalaman dan ketangguhan iman seorang biarawati yang berkarya di salah satu rumah sakit Katolik. Bagaimana ketangguhan yang ditampakkan dan sikapnya dalam melayani pasien dalam kisah "Salib Menguatkan Pelayanan Kami".

Senin pagi yang cerah di akhir Juli 2010. Setelah usai doa pagi, sebelum mulai kerja, telpon berdering. Usai aku memberi salam, ada jawaban lembut dari sana, yang mengatakan, "Suster tolong pendampingan pasien baru Elisabet 201B, masuk dengan [i]febris[/i] (panas) yang tak kunjung turun sudah hampir satu minggu. Inti informasi yang disampaikan adalah bapak Harapan (bukan nama sesungguhnya), tidak mau makan dan minum obat, alasannya tidak jelas, tetapi sempat bilang menunggu salib yang dipasang di kamarnya minta diturunkan.

Seusai perawat wasen (memandikan) semua pasien, saya masuk ke kamar itu, memberi salam dan memperkenalkan diri. Bapak itu menjawab salam saya, karena namanya jelas saya sebut. Tetapi pak Harapan tidak bisa melihat saya secara langsung karena posisi tidurnya dibalik, supaya tidak melihat salib. "Selamat pagi Pak! Bisa tidur semalam?" Pak Harapan tidak menjawab sapaan saya. "Sudah siang kok belum sarapan? Apa masih ada hal yang membuat tidak enak? Apa yang boleh saya bantu pak?" Mulailah sepatah kata keluar dari bibirnya, "Saya ini pusing dan stress kok dak sembuh-sembuh." Tanyaku lebih lanjut, "kenapa tidurnya ini kok diputar-putar? Apa ini tidak membuat bapak tambah pusing? Mau terima oksigen susah, ambil makan minum susah, bahkan dokter visitpun juga susah karena harus putar-putar." Bapak itu tertawa kecil, lalu putar badan tanpa saya duga. Bapak ini menunjuk salib dengan berucap, "Itu yang membuat saya tambah pusing suster??" Saya ganti yang tertawa, "benarkah begitu??" Tanyaku lanjut, "coba perhatikan baik-baik, apa yang membuat bapak pusing dari salib itu?" Bapak itu menunduk, dan berucap lirih tapi jelas. "Tidak suster! Saya tidak tahan melihat matanya yang terus melihat saya, dan saya kasihan melihat dia terus-terus tergantung di sana,maka saya semalem minta perawat untuk menurunkan." Saya menjadi semakin penasaran, "Lha kenapa salib itu sampai sekarang masih ada di situ? Suster tadi malah tidak mau membantu menurunkan?" Pak Harapan menjelaskan, "Perawat tadi malam hanya tersenyum saja sambil menjawab, 'Sebelum saya lahir dan kerja disini, Salib itu sudah ada. Lagi pula, itu salib itu ciri khas bagi orang Kristen Pak dan tidak akan mengganggu pengobatan bapak'. Begitu dia menjawabnya."

Kata "kasihan" yang terungkap itu saya jadikan kata kunci untuk masuk lebih dalam. Setelah cukup saya mendengarkan, saya berkata, "Terima kasih pak sudah mengasihani Tuhan kami. Akan tetapi kami lebih berterima kasih lagi kalau bapak tidak memaksa kami untuk menurunkan salib itu dengan tidak mau makan dan minum obat. Tujuan bapak datang ke sini kan mau berobat dan sehat kan??? Salib itu bagi bapak tidak berarti apa-apa, bapak boleh menganggap hanya sebuah patung yang dipasang, sebagai ciri, lambang, atau tanda bagi orang kristiani'." Lebih lanjut saya menjelaskan, "Lain halnya bagi kami, salib tidak hanya sekedar lambang, tetapi memiliki makna yang dalam. Salah satunya kami bekerja melayani orang-orang sakit di rumah sakit ini, juga disemangati oleh Dia yang disalib itu. Penderitaan dan wafatnya di kayu salib itu karena cinta-Nya pada kami manusia berdosa, supaya selamat." "Kami seluruh staf disini sebagai sarana untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan dengan membantu para pasien yang lemah dan tak berdaya, dalam proses penyembuhan, kita semua bergantung pada Tuhan sendiri sang pemilik hidup."

Bapak ini mengangguk tanda menerima, dan satu hal penting saya dapat lihat secara nyata saat itu, ia mau makan sampai habis, dan minum obat. Sengaja saya menunggu sampai selesai, karena kebetulan juga keluarganya pas pulang.


(Disharingkan oleh Sr. Rosalinda, CB -- RS. Panti Rapih, Yogyakarta).

Baik Maria maupun seorang Biarawati yang bertugas sebagai perawat telah menampakkan kepada kita bagaimana mereka beriman. Mereka telah menunjukkan iman yang sungguh dalam dan tangguh, demikian pula biarawati perawat itu. Iman itu tidak hanya menjadi dasar dari pengambilan keputusan tetapi juga mampu dipertanggungjawabkan secara benar. Kedalamannya nampak dari kedekatannya pada Tuhan dan kesediaannya untuk mengutamakan rencana Tuhan dari pada rencananya dirinya sendiri. Dan ketangguhannya nampak dari sikap yang dipilihnya.

6. Refleksi dan Sharing Pengalaman
Pemandu mengajak umat mendalami kisah, berbagi pengalaman iman dan memberikan berbagai peneguhan.

Mempunyai iman yang mendalam dan tangguh di zaman sekarang, tentu menjadi dambaan dan tujuan yang ingin dicapai, terutama di dalam hidup menggereja kita saat ini. Maka, di berikut ini ada pertanyaan yang dapat kita gunakan untuk melihat kembali dan merenungkan upaya mewujudkan iman yang mendalam dan tangguh.
a. Dalam kisah tadi, dimana letak kedalaman dan ketangguhan Maria?
b. Dimana pula letak ketangguhan iman biarawati perawat tadi?
c. Pernahkah anda mengalami tantangan iman? Dan bagaimana sikap anda?
d. Bagaimana kita mewujudkan iman yang mendalam dan tangguh dalam hidup kita sekarang ini? Hal-hal apa yang perlu kita lakukan dan kembangkan?


(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan setelah berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut)

Dalam pertemuan ini kita diajak untuk memilik iman yang mendalam dan tangguh. Sebagaimana dijelaskan dalam tanya jawab Ardas 2011-2015, iman yang mendalam bisa dipahami dalam dua pengertian. Pertama adalah mendalam dalam penghayatan. Beriman mendalam berarti percaya penuh pada Allah sampai ia mampu menaruh seluruh harapan hidup hanya kepada-Nya. Ia memiliki kedalaman dan keintiman dalam relasi dan hubungan dengan Allah. Kedua adalah mendalam dalam pengetahuan. Beriman mendalam berarti beriman dengan memiliki pengetahuan yang benar dan wawasan yang luas mengenai pokok-pokok iman kristiani. Ia mendapat landasan kognitif yang kokoh dalam beriman sehingga dapat beriman secara cerdas dan betanggung jawab.

Ada banyak cara untuk memperdalam iman. Pertama adalah dengan meningkatkan doa, devosi, ibadat, dan didukung dengan renungan dan refleksi yang cukup atas pengalaman dan pergulatan hidup. Doa dan ibadat bukan sekedar sebagai kewajiban tetapi sebagai usaha untuk menjalin relasi yang lebih dekat dengan Allah. Kedua adalah saling berbagi pengalaman iman atau memberi kesaksian iman dengan sesama beriman, sehingga bisa saling menimba kedalaman iman dari sesamanya. Ketiga, membaca bacaan-bacaan rohani atau santo-santa yang bisa menumbuhkan inspirasi dan peneguhan dalam menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Keempat adalah dengan membaca buku-buku katekese atau ajaran-ajaran iman agar iman semakin dapat dipertanggungjawabkan. Sangat baik juga kalau ada kemauan untuk mengikuti kursus atau pembelajaran mengenai pokok-pokok iman.

Sedangkan beriman dengan tangguh berarti beriman secara tidak tergoyahkan baik oleh disposisi pribadinya sendiri maupun ketika berhadapan dengan yang lain. Iman kristiani menjadi pilihan hidup yang dipegang erat. Ia tidak mudah goyah ketika bergumul dengan peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman hidupnya yang kadang berisi kepahitan dan kebuntuan. Orang juga tidak mudah goyah imannya ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan ajaran iman yang diajukan oleh orang lain. Ia juga tidak mudah goyah ketika ada godaan dan tantangan dari pihak lain. Ia tidak hanya bisa mempertahankan tetapi juga mampu mempertanggungjawabkan pilihan imannya secara benar.

Agar imannya bisa tangguh, hal-hal yang diusahakan diantaranya. Pertama, memperdalam imannya sampai tumbuh rasa syukur atas iman yang telah dihayati sehingga sangat disayangkan kalau imannya sampai luntur dari penghayatan hidupnya dan hilang dari pilihannya. Kedua, orang perlu menggali kekayaan iman yang telah dihayatinya sehingga menjadi sangat bodohlah seandainya iman dilepaskan. Ketiga, perlu belajar dari tokoh-tokoh beriman yang tangguh seperti Bunda Maria, santo santa, para martir, dan saudara-saudari kita yang tangguh imannya.

7. Doa Umat dan Doa Penutup
Pemandu mengajak umat berdoa permohonan (doa umat) yang ditutup dengan doa Bapa Kami, lalu dilanjutkan dengan doa penutup.

Doa dapat ditutup oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur karena pertemuan dapat berjalan lancar dan memberikan kesadaran baru.
  • Mohon penyertaan Allah supaya mampu meresapkan dalam hati segala nilai-nilai imani yang ditemukan dan mampu mengembangkan iman yang mendalam dan tangguh dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

8. Lagu Penutup
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 627, 630, 632, 636)

Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia

01 Desember
Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia


Dionisius dan Redemptus adalah dua tokoh iman yang menjadi misionaris sekaligus martir di Indonesia. Keduanya berasal dari dinas ketentaraan Portugis. Karena merasakan dorongan panggilan Tuhan begitu kuat, mereka meninggalkan karier ketentaraan yang sudah mapan. Mereka memilih hidup membiara, masuk Ordo Karmel. Dionisius menjadi imam. Sementara itu Redemptus menjadi bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Kisah hidup mereka menunjukkan kepada kita bahwa hidup adalah peziarahan mencari makna. Mereka dapat menjadi teladan bagi kita semua agar kita tidak merasa puas kalau kita hanya ikut arus dan sebatas mencari hal-hal yang menyenangkan saja.

Kedua tokoh iman ini meninggal sebagai martir Kristus. Mereka disiksa dan dibunuh di Aceh karena iman akan Kristus. Bagi mereka, Yesus Kristus adalah guru dan pemimpin. Dionisius dan Redemptus mengikuti Sang Guru dan Pemimpin ini dalam hidup dan mati. Mereka berjalan bersama Kristus di jalan Kristus. Mereka mati dengan hati yang tabah penuh iman. Sabda Injil hari ini menyatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Surga." Dengan kemartirannya, sabda Injil itu terwujud nyata dalam diri Dionisius dan Redemptus. Keduanya melakukan kehendak Bapa.

Bagaimana dengan peziarahan hidup kita? Apakah kita pun lebih mau menghayati iman secara mendalam dan tidak sekadar ikut arus mencari hal-hal yang menyenangkan saja? Apakah kita telah berusaha melakukan kehendak Allah dalam peziarahan hidup ini?

Inspirasi Batin 2011

Kamis, 01 Desember 2011 Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia

Kamis, 01 Desember 2011
Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia


Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal. <--> Yesaya 26:4


Antifon Pembuka

Para kudus bergembira di surga, sebab telah mengikuti jejak Kristus. Mereka menumpahkan darahnya demi Dia, sehingga kini bersukaria selamanya.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur dan terima kasih kepada-Mu, atas hari pertama di bulan terakhir tahun ini. Pimpinlah kami dengan Roh Kebijaksanaan, sehingga di tengah badai dan kesulitan kami tetap teguh dan percaya akan kuasa-Mu yang menyelamatkan. Semoga iman kami tetap tumbuh di tengah himpitan dan penderitaan yang aku jumpai dalam hidup ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (26:1-6)


"Bangsa yang benar dan tetap setia biarlah masuk."

Pada masa itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: "Kita mempunyai kota yang kuat! Tuhan telah memasang tembok dan benteng untuk keselamatan kita. Bukalah pintu-pintu gerbangnya, agar masuklah bangsa yang benar dan yang tetap setia. Engkau menjaga orang yang teguh hatinya dengan damai sejahtera, sebab ia percaya kepada-Mu. Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal. Kota-kota di atas gunung telah ditaklukkan-Nya; benteng-benteng yang kuat telah dirobohkan-Nya, diratakan-Nya dengan tanah dan dicampakkan-Nya menjadi debu. Kaki orang-orang sengsara dan telapak orang-orang lemah akan menginjak-injaknya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan.
Ayat. (Mzm 118:1.8-9.19-21.25-27a)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada insan! Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan.
2. Bukakan aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada Tuhan. Inilah pintu gerbang Tuhan, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.
3. Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali pada tanduk-tanduk mezbah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yes 55:6)
Carilah Tuhan, selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:21.24-27)

"Barangsiapa melakukan kehendak Bapa akan masuk Kerajaan Allah."

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan! Tuhan' akan masuk kerajaan surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Semua orang yang mendengar perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Tetapi rumah itu tidak roboh sebab dibangun di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Maka robohlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Tak bisa kita bebas dari keharusan untuk menunggu. Entah lama, entah sebentar, setelah masa menunggu berakhir, kita pun merasa mengalami sebuah pembebasan. Dia yang kita nantikan itu memang akan hadir dalam diri seorang bayi mungil tak berdaya. Meskipun demikian, selama menunggu, kita diajak untuk menumbuhkan keyakinan bahwa melalui bayi mungil itulah Tuhan membangun benteng kuat bagi kita. Di dalam kelembutan itulah tersembunyi sebuah kekuatan bagi pembebasan kita.

Betapa seringnya kita mengisi hidup kita dengan hanya membuat janji-janji baik kepada Tuhan. Kita hanya bisa berseru ”Tuhan! Tuhan!”, tetapi kita tidak sungguh melakukan kehendak-Nya. Kita tidak mau bertahan dalam proses yang tampaknya tidak segera mendatangkan hasil. Untuk membangun sebuah bangunan kokoh, kita perlu menggali lapisan batu yang keras. Karena itu terlalu merepotkan, kita memilih untuk tidak menggali saja. Maka, sedikit kesulitan saja sudah bisa merobohkan kita.

Yesus, Engkau datang dalam kuasa nama Allah bagiku. Aku terima kekuatan pembebasan yang Engkau tawarkan. Pada-Mu saja aku mau selalu berlindung. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Rabu, 30 November 2011 Pesta St. Andreas, Rasul

Rabu, 30 November 2011
Pesta St. Andreas, Rasul

“Kami telah menemukan Mesias artinya: Kristus” (St. Andreas)

Antifon Pembuka

Di tepi Danau Galilea Yesus melihat dua orang bersaudara: Petrus dan Andreas. Ia memanggil mereka, “Mari, ikutlah Aku. Kamu akan Kujadikan nelayan manusia.”

Doa Renungan


Allah yang Mahabaik, kami bersyukur atas iman para rasul yang gigih dalam perjuangan. Mereka sungguh percaya akan kuasa Yesus, Putra-Mu. Semoga iman kami tidak mudah goyah oleh kesulitan dan tantangan di dunia ini. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami,
yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Iman datang dari pendengaran. Iman itu berawal dari telinga turun ke hati. Di sini, Santo Paulus menekankan betapa besar peranan kata-kata (pemberitaan) dan jangkauan jaringannya dalam mewartakan Injil. Umat Roma yang rasional dan memiliki pergaulan yang luas membutuhkan gelegar kata-kata Santo Paulus tersebut. Keselamatan dirangkum Paulus dalam pernyataan ‘mengaku dengan mulut’ dan ‘percaya dalam hati’ akan kebangkitan Kristus.


Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (10:9-18)

"Iman timbul dari pendengaran, dan pendengarkan dari firman Allah."

Saudara-saudara, jika kamu mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata, “Barangsiapa percaya kepada Dia tidak akan dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan semua orang, dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika tidak diutus? Seperti ada tertulis, “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik.” Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata, “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?” Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran dari firman Kristus. Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Sungguh, mereka telah mendengarnya! “Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”
Demikianlah sabda Tuhan

U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.
Ayat. (Mzm 19:2-3.4-5; R:5)
1. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya; hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain, dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya kepada malam berikut.
2. Meskipun tidak berbicara, dan tidak memperdengarkan suara, namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya, dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 4:19)
Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.


Andreas, saudara Simon Petrus, termasuk murid panggilan kloter pertama. Yesus menjanjikan sesuatu yang mungkin malahan belum dia pahami, yakni menjadi penjala manusia. Namun kesediaannya meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk mengikuti Yesus merupakan jawaban penting pada sesi kehidupannya. Andreas tidak saja menjadi orang yang terpanggil tetapi juga terpilih.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (4:18-22)

"Ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka itu penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Mereka pun segera meninggalkan jalanya, lalu mengikuti Yesus. Setelah Yesus pergi dari sana, dilihatnya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka, dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Murid-murid pertama Yesus berlatarbelangkan nelayan. Tanpa persiapan dan tanpa pertimbangan, mereka meninggalkan bisnis dan keluarga mereka untuk mengikuti Yesus. Pemuridan pertama-tama dan terutama adalah soal mengikuti Yesus. Jawaban cepat dari murid pertama menunjukkan betapa menantang dan penting undangan untuk hidup bersama Yesus, dan betapa mendesak untuk ambil bagian dalam tugas perutusan-Nya.

Doa Malam

Tuhan yang Mahatahu, aku bersyukur atas panggilan-Mu. Semoga dalam hidup ini aku dapat menjadi orang yang berguna sebagai pewarta sabda dalam hidup di tengah keluarga, komunitas dan masyarakat sekitarku. Engkaulah Tuhan dan Penyelamat kami. Amin.


RUAH

Selasa, 29 November 2011 Hari Biasa Pekan I Adven

Selasa, 29 November 2011
Hari Biasa Pekan I Adven

Kita memerlukan Allah menjelma, yang akan mati, agar kita hidup --- St Gregorius dari Nazianze


Antifon Pembuka

Tuhan pasti akan datang, diiringi semua orang kudus, bersinarkan cahaya gemilang.

Doa Pagi

Allah yang kuasa, jika anak-anak-Mu di dunia ini hidup dalam takut akan Tuhan, hidup mereka penuh kedamaian dan keserasian. Semoga kami pun dapat meneladan mereka dalam hidup ini, menjadi orang yang takut akan Tuhan dan hidup dalam hikmat-Mu.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Nubuat Yesaya tentang perdamaian memang mengagumkan. Akar dari perdamaian itu adalah pengenalan akan Tuhan, yakni upaya menjalin hubungan yang intensif dengan Allah secara terus-menerus. Jika Allah menjadi dasar setiap tindakan seseorang, maka seluruh bumi akan diliputi dengan damai. Maka, orang yang suka menciptakan permusuhan pasti tidak sedang mengabdi Allah, melainkan mengabdi (baca: budak) keinginan sendiri.


Bacaan dari Kitab Yesaya (11:1-10)

"Ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan."

Pada akhir zaman sebuah tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh penasihat dan keperkasaan, roh pengenal dan takut akan Tuhan; ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan dengan kejujuran akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri. Ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang yang tetap terikat pada pinggangnya. Pada waktu itu serigala akan tinggal bersama domba, dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan merumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan bersama-sama makan rumput, dan anak-anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Bayi akan bermain-main dekat liang ular tedung, dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Mu yang kudus. Sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi para bangsa. Dia akan dicari oleh suku-suku bangsa, dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 809
Ref. Berbelaskasihlah Tuhan dan adil, Allah kami adalah rahim.
Ayat.
(Mzm 72:2.7-8.12-13.17; Ul: 7)
1. Ya Allah, kiranya raja mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!
2. Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut sampai ke laut, dari Sungai Efrat sampai ke ujung bumi!
3. Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia kan membebaskan orang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.
4. Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan pasti datang; Ia datang dengan megah, dan mata para hamba-Nya akan berseri-seri.


Ini wahyu: Kebijaksanaan dinyatakan kepada orang kecil, bukan para ahli! Maka, kalau ingin menjadi bijaksana, selamilah kehidupan orang-orang kecil. Dalam 'bahasa' yang setara, jika ingin menjadi bijaksana, jadilah rendah hati! Kepongahan tidak pernah menjadi 'rumah' kebijaksanaan.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:21-24)

"Yesus bergembira dalam Roh Kudus."

Pada waktu itu bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata, "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tiada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang oleh Anak diberi anugerah mengenal Bapa." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya dan berkata, "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kalian lihat. Sebab Aku berkata kepadamu, banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kalian lihat, namun tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kalian dengar, namun tidak mendengarnya."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

Renungan



Allah menyatakan diri kepada orang kecil dan sederhana. Pewahyuan Allah itu tidak dapat dibeli; juga hal itu tidak dapat diperoleh karena kecerdikan manusia. Murid yang rendah hati mampu melihat dan mendengar apa yang didambakan oleh para nabi dan para raja.

Doa Malam


Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra dan Roh Kudus, kemahakuasaan dan kerahiman-Mu tak terjangkau oleh pikiranku yang sempit ini. Namun penyertaan-Mu sangat aku rasakan dalam hidup ini. Terima kasih, ya Allah Tritunggal Mahakudus. Amin.

RUAH

Pesan Natal Bersama PGI - KWI 2011

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (Yes. 9:1a)



Saudara-saudari yang terkasih,

segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

Telah tiba pula tahun ini hari Natal, perayaan kedatangan Dia, yang dahulu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya sebagai “seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”[1]. Tokoh inilah yang disebutnya juga di dalam nubuatan itu sebagai “Terang yang besar” dan “yang dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan”[2]. Inilah Kabar Gembira tentang kedatangan Sang Juruselamat, Yesus Kristus, Tuhan kita.

Pada hari Natal yang pertama itu, para gembala di padang Efrata, orang-orang kecil, sederhana dan terpinggirkan di masa itu, melihat terang besar kemuliaan Tuhan bersinar di kegelapan malam itu[3]. Mereka menanggapi sapaan ilahi “Jangan takut” dengan saling mengajak sesama yang dekat dan senasib dengan mereka dengan mengatakan satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita”[4]. Para Majus yang masing-masing telah melihat terang besar di langit negara asal mereka, telah menempuh perjalanan jauh untuk mencari dan mendapatkan Dia yang mereka imani sebagai Raja yang baru lahir. Mereka bertemu di Yerusalem dan mengatakan: “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia”[5]. Sayang sekali, bahwa di samping para gembala dan para Majus dari Timur yang tulus itu, ada pula Raja Herodes. Ia juga mendapat tahu tentang kedatangan Yesus, bukan hanya dari para Majus, tetapi juga dari keyakinan agamanya, tetapi ia malah merasa tersaingi dan terancam kedudukannya. Maka dengan berpura-pura mau menyembah-Nya, ia mau mencari-Nya juga dengan maksud untuk membunuh-Nya. Ketika niat jahatnya ini gagal, ia malah melakukan keja hatan lain dengan membunuh anak-anak tak bersalah dari Bethehem[6].

Kepada kitapun, yang hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merayakan Natal pada tahun 2011 ini, telah disampaikan Kabar Gembira tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus, yang adalah “Firman, yang di dalamnya ada hidup dan hidup itu adalah terang bagi manusia”[7]. Memang, yang kita rayakan pada hari Natal itu adalah: “Terang yang sesungguhnya yang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya”[8]. Tetapi sayangnya ialah bahwa, “dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya”[9]. Dan kita tidak bisa, bahkan tidak boleh, menutup mata untuk itu. Kita juga menyaksikan, bahwa bangsa kita masih mengalami berbagai persoalan. Kemiskinan sebagai akibat ketidakadilan masih menjadi persoalan sebahagian besar bangsa kita, yang mengakibatkan masih sulitnya menanggulangi biaya-biaya bahkan kebutuhan pokok hidup, apalagi untuk pendidikan dan kesehatan. Kekerasan masih merupakan bahasa yang digemari guna menyelesaikan masalah relasi antar-manusia. Kecenderungan penyeragaman, ketimbang keanekaragaman masih merupakan pengalaman kita. Akibatnya, kerukunan hidup, termasuk kerukunan antar-umat beragama, tetap masih menjadi barang mahal. Korupsi, bukannya dihapuskan, tetapi malah makin beranak-pinak dan merasuki segala aras kehidupan bangsa kita bahkan secara membudaya. Penegakan hukum yang berkeadilan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia masih merupakan pergumulan dan harus tetap kita perjuangkan. Pencemaran dan perusakan lingkungan yang menyebabkan bencana alam, seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetap mencemaskan kita. Mereka yang diberi amanat dan kekuasaan untuk memimpin bangsa kita ini dengan benar dan membawanya kepada kesejahteraan yang adil dan merata, malah cenderung melupakan tugas-tugasnya itu.

Oleh karena itu, saudara-saudari yang terkasih, dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat kedatangan Kristus tersebut dengan bersaksi dan beraksi, bukan hanya untuk perayaan Natal kali ini saja, tetapi hendaknya juga menjadi semangat hidup kita semua:

  • Sederhana dan bersahaja: Yesus telah lahir di kandang hewan, bukan hanya karena “tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”[10], tetapi justru karena Dia yang “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”[11].
  • Rajin dan giat: seperti para gembala yang setelah diberitahu tentang kelahiran Yesus dan tanda-tandanya, lalu “cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria, Yusuf dan bayi itu”[12].
  • Tanpa membeda-bedakan secara eksklusif: sebagaimana semangat kanak-kanak Yesus yang menerima para Majus dari Timur seperti adanya, apapun warna kulit mereka dan apapun yang menjadi persembahan mereka masing-masing[13].
  • * Tidak juga bersifat dan bersikap mengkotak-kotakkan, karena Yesus sendiri mengajarkan bahwa “barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu”[14].

Saudara-saudari yang terkasih,

Tuhan Yesus, yang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya hampir delapan ratus tahun sebelum kelahiran-Nya, disebut sebagai “terang besar” yang “dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan di dalam kegelapan”[15]. Nubuat itu direalisasikan-Nya sendiri dengan bersabda: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”[16]. Di samping penegasan tentang diri-Nya sendiri itu, barangkali baik juga kita senantiasa mengingat apa yang ditegaskannya tentang kita para pengikut-Nya: “Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepa-danya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi”[17].

Akhirnya marilah kita menyambut kedatangan-Nya dengan sederhana dan tidak mencolok karena kita tidak boleh melupakan, bahwa sebagian besar bangsa kita masih dalam kemiskinan yang ekstrim. Dengan demikian semoga terjadilah kini seperti yang terjadi pada Natal yang pertama:

”Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya”[18].


SELAMAT NATAL 2011 DAN TAHUN BARU 2012

Jakarta, 17 November 2011

Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA

DI INDONESIA (PGI),

KONFERENSI WALIGEREJA

INDONESIA (KWI),

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe

Ketua Umum

Mgr. Martinus D. Situmorang, OFMCap.

Ketua

Pdt. Gomar Gultom, M.Th.

Sekretaris Umum

Mgr. Johannes Pujasumarta

Sekretaris Jendral

























[1] Yes. 9:5.

[2] Bdk. Yes. 9:1a.

[3] Bdk. Luk. 2:8-9.

[4] Ibid. ay 15.

[5] Mat. 2:2.

[6] Lih. Mat. 2: 8, 10-12.

[7] Bdk. Yoh. 1:1-4.

[8] Bdk.Yoh.1:9

[9] Ibid ay.1:10-11



[10] Bdk.Ibid.ay.1:10-11

[11] Flp. 2:5-7.

[12] Luk. 2:16.

[13] Lih. Mat. 2:11

[14] Luk. 9:50.

[15] Bdk Yes. 9:1a.

[16] Yoh. 8:12.

[17] Yoh. 12:35.

[18]Luk. 2:14.

Senin, 28 November 2011 Hari Biasa Pekan I Adven

Senin, 28 November 2011
Hari Biasa Pekan I Adven

HORMAT KEPADA ALLAH

“Masa Adven ini adalah masa yang amat khusus. Ini adalah masa suci” (St. Karolus Boromeus)

Antifon Pembuka

Dengarkanlah sabda Tuhan, hai bangsa-bangsa, dan wartakanlah sampai ke batas bumi: Janganlah takut! Lihatlah, Penebus kita akan datang.

Doa Pagi

Bapa yang kekal, Engkau selalu membawa aku ke jalan hidup yang benar. Buatlah aku selalu hidup seturut tuntunan-Mu yang menyelamatkan. Berkatilah aku dalam menjalani masa Adven ini bersama anak-anak-Mu. Demi Yesus Putera-Mu, Tuhan dan Penyelamat kami. Amin.

Dalam permulaan masa Adven ini, Yesaya mengajak kita untuk berjalan dalam terang Tuhan, yang berarti menjalin sikap damai dengan semua orang. Putera Amos ini memberikan alternatif yang patut diperhitungkan untuk menyambut kedatangan Anak Manusia. Menurut dia, salah satu ukuran Pengadilan Terakhir adalah sikap damai. Beriman berarti menjadi pendamai.

Bacaan dari Kitab Yesaya (2:1-5)

"Tuhan menghimpun semua bangsa dalam kerajaan damai abadi Allah."

Inilah firman yang dinyatakan kepada Yesaya, putera Amos, tentang Yehuda dan Yerusalem, “Pada hari-hari yang terakhir akan terjadilah hal-hal ini: Gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak di atas gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit. Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata, ‘Mari kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuh jalan itu. Sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan dari Yerusalem akan keluar sabda Tuhan. ‘Tuhan akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa. Maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas. Bangsa yang satu tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa yang lain, dan mereka tidak akan lagi berlatih perang. Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!”

Atau

Bacaan dari Kitab Yesaya (4:2-6)

Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan Tuhan akan menjadi permai dan mulia, dan hasil bumi akan menjadi kebanggaan serta kehormatan bagi orang-orang Israel yang selamat. Dan semua orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus. Mereka itu ialah setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, apabila Tuhan telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar. Maka Tuhan akan menjadikan di atas seluruh wilayah Gunung Sion dan di atas semua pertemuan yang diadakan di situ segumpal awan pada waktu siang dan segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu malam. Sebab di atas semuanya itu akan nampak kemuliaan Tuhan sebagai tudung dan pondok tempat bernaung terhadap panas terik pada waktu siang dan sebagai perlindungan serta persembunyian terhadap angin ribut serta hujan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 844
Ref. 'Ku menuju ke altar Allah dengan sukacita.
Ayat. (Mzm 122:1-2.3-4a. (4b-5.6-7). 8-9)
1. Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, “Mari kita pergi ke rumah Tuhan.” Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
2. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, kepadamu suku-suku berziarah yakni suku-suku Tuhan.
3. Untuk bersyukur kepada nama Tuhan sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga Raja Daud.
4. Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: “Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat kesentosaan. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan kesentosaan di dalam purimu!”
5. Oleh karena saudara-saudara dan teman-temanku aku hendak mengucapkan: Semoga kesejahteraan ada di dalammu!” Oleh karena rumah Tuhan, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mzm 80:8)
Ya Allah, pulihkanlah kami buatlah wajah-Mu bersinar, maka selamatlah kami.

Gaya hidup seorang perwira militer tidak perlu berubah bagi orang beriman. Perintah ‘satu kata’ memiliki kekuatan untuk melakukan komando. Jika seseorang mampu bersikap seperti seorang ‘bawahan militer’ di hadapan Allah, maka betapa dahsyat akibatnya! Yesus memujinya. Gereja mengangkat kata-kata perwira militer ini ke dalam doa liturgi, yang didoakan seluruh umat saat Hosti Kudus diangkat oleh imam. Ritus sesudah seruan ‘Anak Domba Allah’. Luar Biasa!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (8:5-11)

"Banyak orang akan datang dari timur dan barat masuk Kerajaan Surga."

Pada waktu itu Yesus masuk ke kota Kapernaum. Maka datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan mohon kepada-Nya, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh, dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya, “Aku akan datang menyembuhkannya.” Tetapi perwira itu menjawab, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu, ‘Pergi!’ maka ia pergi; dan kepada seorang lagi, ‘Datang!’ maka ia datang; ataupun kepada hambaku, ‘Kerjakanlah ini!’ maka ia mengerjakannya.” Mendengar hal itu heranlah Yesus. Maka Ia berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Kujumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu, banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan duduk makan bersama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Sebagai seorang militer, perwira yang dikisahkan dalam Injil hari ini tahu akan kekuatan perintah lisan dari sebuah pasukan yang baik. Dengan pengalaman itu, ia percaya bahwa kata-kata Yesus juga penuh kuasa untuk menyembuhkan hambanya. Memang kemudian terjadi, hambanya sembuh. Iman perwira kafir itu dipuji karena melampaui apa yang dijumpai Yesus di antara kaum pilihan Allah. Kata-kata Yesus memang penuh kuasa.

Doa Malam


Yesus yang baik, aku bersyukur atas teladan iman perwira yang kepercayaannya total kepada-Mu. Semoga aku juga dapat memiliki iman yang teguh seperti dia. Engkaulah tempat aku bersandar, ya Tuhan. Amin.


RUAH

Bacaan Harian 27 November - 04 Desember 2011

Bacaan Harian 27 November - 04 Desember 2011

Senin, 28 November: Hari Biasa Pekan I Adven (U).
Yes 2:1-5 atau Yes 4:2-6; Mzm 122:1-9; Mat 8:5-11.

Iman yang luar biasa dari perwira romawi itu telah mendatangkan kesembuhan bagi hambanya. Percayakah kita bahwa doa yang kita panjatkan dengan penuh iman untuk orang lain yang membutuhkan doa kita akan juga mempunyai kuasa yang dapat memulihkan?

Selasa, 29 November: Hari Biasa Pekan I Adven (U).
Yes 11:1-10; Mzm 72:2.7-8.12-13.17; Luk 10:21-24.

Yesus mengucap syukur kepada Bapa atas orang-orang kecil yang menjadi murid-murid-Nya. Justru karena ’kekecilan’ dan kesederhanaan, hati mereka mudah terbuka dan tertuju pada Allah dan kemudian menjadikan Allah sebagai andalan hidup mereka. Apakah kita juga mau bersikap seperti orang kecil dan sederhana?

Rabu, 30 November: Pesta St. Andreas, Rasul (M).
Rm 10:9-18; Mzm 19:2-5; Mat 4:18-22.

Mengawali karya-Nya, Yesus memilih beberapa murid dan mengkadernya agar dapat meneruskan karya misi-Nya saat Ia meninggalkan dunia. Saat ini, boleh jadi kitalah salah satu murid yang ia harapkan untuk meneruskan karya misi-Nya untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi orang-orang di sekitar kita.

Kamis, 01 Desember: Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan, Martir Indonesia (M).
Yes 26:1-6; Mzm 118:1.8-9.19-21.25-27a; Mat 7:21.24-27.
Tidak cukup orang hanya mengenal Tuhan, berseru-seru tentang Tuhan, beribadat dan mendalami Firman-Nya. Sebab, Kerajaan Surga disediakan bagi orang-orang yang melakukan kehendak Bapa di surga. Artinya, sejauh mana Yesus yang kukenal telah mengubah hidupku. Itu jauh lebih penting!

Jumat, 02 Desember: Hari Biasa Pekan I Adven (U).
Yes 29:17-24; Mzm 27:1.4.13-14; Mat 9:27-31.

Dua orang buta itu percaya bahwa mereka dapat sembuh berkat Yesus, Sang Mesias. Nyatanya, kepercayaan mereka tidak sia-sia. Maka, kalau kita juga merasa bahwa diri kita masih buta dan belum mampu melihat, marilah kita datang pada-Nya dan mohon ’kesembuhan’ supaya kita sungguh-sungguh dapat melihat apa yang seharusnya kita lihat.

Sabtu, 03 Desember: Pesta St. Fransiskus Xaverius, Imam (P). Pelindung Misi.
1Kor 9:16-19.22-23; Mzm 117:1.2; Mrk 16:15-20.

Hari ini Gereja merayakan pesta St. Fransiskus Xaverius, seorang imam dan misionaris yang menjelajah dunia untuk mewartakan Injil. Kita semua, para murid Kristus, diutus sebagai saksi-Nya. Dalam melaukan tugas perutusan itu, kita tidak pernah sendirian, karena Yesus sendiri akan menyertai kita sampai akhir zaman. Maka, selama kita mau, Dia yang akan memampukan.

Minggu, 04 Desember: Hari Minggu Adven II (U).
Yes 40:1-5.9-11; Mzm 85:9ab-14; 2Ptr 3:8-14; Mrk 1:1-8.
Yohanes Pembaptis menyadari bahwa dirinya hanyalah perintis yang mempersiapkan jalan bagi Mesias yang akan datang. Maka tugasnya hanyalah mewartakan Sang Mesias itu. Ia begitu konsisten dengan tugasnya dan tidak ingin menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. Inilah tantangan para pelayan Tuhan dewasa ini.

Surat Gembala Menyambut Tahun Ekaristi 2012 Keuskupan Agung Jakarta

SURAT GEMBALA MENYAMBUT TAHUN EKARISTI 2012
KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA


Para Ibu dan Bapak, Para Suster, Bruder, Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1. Pada hari Minggu yang lalu, kita merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Perayaan itu menutup satu lingkaran tahun liturgi. Dengan merayakan pesta liturgi itu kita mengungkapkan kepastian iman kita bahwa Allah yang telah memulai karya-Nya, akan menyempurnakan juga pada waktunya. Keyakinan iman inilah yang oleh Rasul Paulus dinyatakan dengan kata-kata ini, “Kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua” (1 Kor 15:28).

2. Hari ini kita memulai satu lingkaran liturgi yang baru dengan Minggu Adven I, yang pada tahun berikutnya juga akan ditutup dengan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Masa Adven dalam arti sempit mengundang kita untuk menyiapkan keadatangan Yesus yang akan kita rayakan pada Hari Natal. Dalam arti luas, Adven juga mengajak kita untuk memperkokoh harapan kita bahwa pada waktunya Tuhan akan datang menyempurnakan karya penyelamatan yang telah dimulai-Nya. Selama masa penantian dan pengharapan itu,menurut kata-kata Rasul Paulus yang kita dengarkan pada hari ini, “Allah juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Kor 1:8). Begitulah dinamika iman dan harapan kita yang kita ungkapkan dalam lingkaran-lingkaran tahun liturgi. Dengan menempatkan diri kita ke dalam dinamika liturgi itu, karya penyelamatan Allah akan semakin kita alami: iman kita menjadi semakin dalam, harapan kita semakin kokoh dan kasih kita semakin menyala.

3. Sabda Tuhan yang diwartakan pada hari ini mengajak kita untuk selalu berjaga-jaga (Mrk.13:33.34.35.37) menantikan kedatangan Tuhan itu. Pertanyaannya adalah, dengan cara apa kita berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan? Jawabannya ada bermacam-macam. Salah satu jawaban diberikan dengan membiarkan diri kita – baik secara pribadi, keluarga, komunitas, paroki maupun keuskupan – dibentuk oleh Tuhan, karena kita semua adalah buatan tangan Tuhan (bdk. Yes 63:8). Dalam rangka membiarkan diri kita bersama-sama dibentuk oleh Tuhan itulah Keuskupan Agung Jakarta menetapkan Arah Dasar Pastoral dan setiap tahun menawarkan tema-tema pendalaman iman. Kalau bahan-bahan itu kita renungkan dan kita batinkan, kita boleh beharap hidup pribadi kita, keluarga, komunitas, paroki dan hidup kita bersama sebagai warga Keuskupan Agung Jakarta akan terus menerus diperbarui dan dibentuk menjadi semakin serupa dengan yesus Kristus, semakin sehati sepikir dan seperasaan dengan-Nya (bdk. Flp 2:5).

4. Dalam rangka berusaha membiarkan diri kita dibentuk oleh Allah inilah, Keuskupan Agung Jakarta menetapkan Tahun 2012 sebagai Tahun Ekaristi dengan tema “Dipersatukan, Diteguhkan, Diutus”. Tema ini dipilih dengan berbagai pertimbangan. Antara lain kita ingin menempatkan diri kita dalam arus rohani Gereja se-dunia, yang pada tanggal 10-17 Juni 2012 yang akan datang mengadakan Kongres Ekaristi ke-50 di Dublin. Adapun tema yang diangkat adalah: “Ekaristi: Bersatu dengan Kristus, Bersatu di antara kita”. Selanjutnya tema Tahun Ekaristi Keuskupan Agung Jakarta ini melanjutkan tema yang sudah kita dalami selama tahun 2011 yaitu “Mari Berbagi”. Dengan demikian kita berharap agar kerelaan kita berbagi tidak hanya didorong oleh motivasi kemanusiaan, melainkan kita landaskan pada iman yang kokoh. Dengan menerima roti Ekaristi yang diambil, diberkati, dipecah-pecah dan dibagi-bagikan, kita berharap juga dapat menjadi roti Ekaristi: seperti halnya roti Ekaristi, kita adalah pribadi-pribadi yang dipilih dan diberkati Tuhan, agar siap dipecah-pecah dan dibagi-bagikan bagi dunia.

5. Kekayaan Ekaristi dengan mudah dapat kita timba dari salah satu pernyataan Gereja sebagai beikut: :”…. Setiap orang yang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, seharusnya selalu ingin berbuat baik dengan penuhsemangat, menyenangkan hati Allah dan hidup pantas saambil membaktikan diri kepada Gereja, melaksanakan apayang diajarkan kepadanya, dan bertumbuh dalam kesalehan.Ia pun akan siap menjaadi sakti Kristus dalam dalam segala hal, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup manusia, agar dunia diresapi dengan semangat Kristus. Sebab tidak ada satu umat Kristiani pun dapat dibentuk dan dibangun, kecuali kalau berakar dan berporos pada perayaan Ekaristi Mahakudus”(Eucharisticum Mysterium, no. 13).

6. Melalui surat ini saya ingin mengajak seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta untuk seara khusus memperdalam pengetahun dan penghayatan mengenai Ekaristi selama tahun 2012 yang akan datang. Sejarah panjang liturgi Ekaristi, kedalaman makannya dan kekayaan lambang-lambang tidak bisa kita tangkap dengan baik selain dengan memperlajarinya.. Dalam perayaan Ekaristi kita mengenangkan kembali wafat dan kebangkitan Kristus dan mensyukuri karya penyelamatan Allah bagi kita. Kita mendengarkan Sabda Tuhan yang menuntun langkah-langkah kita pula dan menerima roti kehidupan yang menjadi kekuatan dalam peziarahan iman kita. Janji Tuhan untuk selalu menyertai umat-Nya sampai akhir zaman tidak dapat kita alami kecuali dengan mengasah kepekaan batin kita akan kehadiran-Nya dalam Elaristi. Semoga pertemuan-pertemuan yang sudah selalu kita adakan pada masa Adven, Prapaska, bulan Liturgi, bulan Kitab Suci dan pada kesempatan-kesempatan lain dapat digunakan sebaik-baiknya untuk pendalaman Ekaristi itu. Sementara itu bahan-bahan yang diperlukan sudah dan akan disediakan oleh saudari-saudara kita yang dengan sepenuh hati menyiapkannya.

7. Akhirnya, bersama para imam yang diutus melayani umat di Keuskupan Agung Jakarta ini saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terimakasih kepada pra Ibu// Bapak/Suster/Bruder/Frater/Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak yang dengan satu dan cara ikut serta dalam karya kegembalaan kami. Keterlibatan Anda sekalian dalam pelayanan Gereja “ke dalam”, membuat Gereja menjadi semakin bermakna bagai umat sendiri. Sementara keterlibatan Anda sekalian dalam pelayanan Gereja “keluar”, membuat Gereja semakin berarti ditengah-tengah masyarakat luas. Semoga Ekaristi yang setiap kali kita rayakan semakin mempersatukan kita dalam perutusan yang mulia.

Salam dan Berkat Tuhan untuk seluruh keluarga dan komunitas Anda.

+ Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy