Minggu Prapaskah V/C - 17 Maret 2013


MINGGU PRAPASKAH V/C – 17 Maret 2013
Yes 43:16-21; Fil 3:8-16; Injil : Yoh 8:1-11

Hari ini kita memasuki Minggu Prapaskah V. Minggu depan sudah Minggu Palma, awal dari Pekan Suci. Bacaan-bacaan hari ini semakin meneguhkan iman kita akan Tuhan yang maha pemurah dan penuh belas kasih. Ia tidak menghukum orang berdosa tetapi mengampuninya (Injil). Dengan pengampunan-Nya, Ia menciptakan kita menjadi manusia baru (bacaan I). Namun, pembaruan hidup itu membutuhkan kerja sama dari pihak kita, sehingga kita diperingatkan untuk tidak berbuat dosa lagi (Injil). Untuk itu, kita diajak mengikuti teladan Paulus, yakni mengarahkan diri kepada masa depan yang dijanjikan Tuhan, yakni panggilan surgawi.

Peristiwa Yesus mengampuni seorang perempuan yang “katanya” kedapatan berzinah, menunjukkan kepada kita betapa Tuhan itu maha pengampun. Sebagaimana dinyatakan dalam bacaan pertama, Allah senantiasa mengampuni orang berdosa dan melupakan kesalahan-kesalahan umat-Nya di masa lalu. Sekaligus, Allah menghendaki pertobatan manusia, yakni pembaruan hidup berkat rahmat-Nya.

Tokoh yang diangkat dalam bacaan Injil adalah seorang perempuan yang berzinah. Kita tahu bahwa dosa perzinahan itu berupa ketidaksetiaan demi kenikmatan atau kesenangan sesaat. Dengan berzinah, seseorang telah tidak setia dan menghianati serta meninggalkan pasangan hidupnya. Kalau dita kenakan pada diri kita masing-masing, bukankah kita ini juga sering dan mudah sekali jatuh dalam dosa ini. Kita mungkin pernah tidak setia pada keluarga, pada panggilan kita, pada tugas pekerjaan kita, pada komitmen dan pilihan hidup kita, pada janji-janji kita, dan tentu saja pada Tuhan. Mungkin, kita juga pernah meninggalkan tanggungjawab dan pekerjaan kita, atau malah meninggalkan Tuhan karena kita terlalu mengandalkan diri sendiri dan tidak melibatkan Tuhan dalam hidupan kita sehari-hari.

Secara konkret, dosa ketidaksetiaan yang mungkin pernah atau sering kita lakukan adalah: kita meninggalkan Tuhan dan tidak setia kepada-Nya, karena kita lebih mencintai pekerjaan, uang, kedudukan, kekuasaan, dll. Orang yang berbuat demikian, berarti menomorduakan bahkan meninggalkan Tuhan. Ia tidak setia kepada Tuhan dan boleh dikatakan telah berzinah dengan uang, pekerjaan, kekudukan, dan kekuasaan. Atau, karena kemalasan kita dan karena ingin cari enaknya, maka kita tidak setia dan sering meninggalkan tugas, tanggungjawab, dan pekerjaan-pekerjaan kita. Kita ingin tetap mendapatkan gaji tetapi tidak mau bersusah-susah dengan mengemban tugas, tanggung jawab, dan pekerjaan sebaik-baiknya. Orang yang demikian boleh dikatakan telah tidak setia pada tugas, tanggung jawab dan pekerjaannya serta berzinah dengan kemalasan.

Kepada kita yang seringkali jatuh dalam dosa ketidaksetiaan ini, Tuhan menyatakan kemurahan dan belaskasih-Nya, sebagaimana Ia tidak menghukum tetapi mengampuni seorang perempuan yang katanya kedapatan berzinah. Yesus malah membuka kedok kemufikan orang-orang yang mengadukan perempuan tersebut. Mereka menyadari bahwa mereka pun berdosa sehingga mereka satu per satu pergi tanpa memberi hukuman kepada perempuan itu. Yesus, meskipun Ia tidak berdosa, juga tidak menghukumnya. Bayangkan, Yesus yang tidak berdosa saja tidak menghukum perempuan yang kedapatan berbuat zinah, apalagi mereka/kita yang berdosa.

Kalau kita rekonstruksi, bacaan-bacaan hari ini, sebagaimana telah diuraikan di atas, memberikan 3 pesan pokok:
1.     Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan itu maha pemurah dan penuh belas kasih. Supaya misi-Nya untuk menyelamatkan orang berdosa dapat terlaksana, Yesus tidak menghukum dan membinasakan orang berdosa tetapi mengampuninya. Semoga, kemurahan, belas kasih dan pengampunan Tuhan ini, semakin menggerakkan kita untuk menghayati pertobatan yang sejati. Pertobatan macam apakah itu? Inilah pesan yang kedua dan ketiga.
2.     Kalau selama ini kita pernah atau sering jatuh dalam ketidaksetiaan, kita diajak membangun komitmen hidup baru untuk semakin setia pada keluarga, pada panggilan kita, pada tugas pekerjaan kita, pada komitmen dan pilihan hidup kita, pada janji-janji kita, dan tentu saja pada Tuhan.
3.     Kita juga diajak untuk bertobat dan meninggalkan sikap Farisi dalam diri kita, yakni sikap munafik, merasa diri bersih dan benar, serta berhasrat untuk menghukum orang berdosa. Yesus yang tidak berdosa saja tidak menghukum orang berdosa tetapi mengampuni kok. Maka, kita yang berdosa dan diampuni oleh Tuhan juga tidak boleh menghukum orang berdosa, entah dengan mengucilkan, ngrasani, menjauhi, atau yang lainnya. Sebagaimana Tuhan mengampuni, kita pun harus mengampuni.

 Ag. Agus Widodo, Pr

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy