Rabu, 20 Juli 2016 Hari Biasa Pekan XVI

Rabu, 20 Juli 2016
Hari Biasa Pekan XVI

  
Saya ingin menegaskan fakta yang sangat penting: Allah, dan bukan manusia, yang menjadi pusat liturgi Katolik. Kita datang untuk menyembah Dia. Liturgi bukan tentang kamu dan saya; ia bukan tempat kita merayakan identitas kita, atau pencapaian atau pemuliaan, liturgi bukan tempat untuk mendukung budaya kita dan kebiasaan religius lokal kita. Liturgi, pertama dan terutama, adalah tentang Allah dan apa yang telah Dia lakukan bagi kita. Dalam Penyelengaraan Ilahi-Nya, Allah yang Mahakuasa mendirikan Gereja dan menginstitusikan Liturgi Suci, yang melaluinya kita mampu mempersembahkan kepada-Nya ibadah/penyembahan sejati seturut Perjanjian Baru yang ditetapkan Kristus. Dengan melakukan ini, dengan masuk ke dalam tuntutan ritus suci yang berkembang dalam tradisi Gereja, kita diberikan identitas sejati dan makna sebagai putra dan putri Bapa. (Kardinal Robert Sarah, Prefek Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen 5 Juli 2016 dalam Konferensi Internasional Sacra Liturgia)  
   
Antifon Pembuka (Mzm 71:15)

Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan karya-Mu.

Doa Pagi


Allah Bapa Maha Penyayang, orang yang mencari Engkau takkan dikecewakan: Engkau berkenan menemui mereka dalam diri manusia penuh belas kasih, yaitu Yesus Putra Rahmat. Ajarilah kami menurut semangat-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami,  yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.
    

Bacaan dari Kitab Yeremia (1:1.4-10)
 
  
"Aku menentukan dikau menjadi nabi untuk berbagai bangsa." 
     
Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin. Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
Mazmur Tanggapan do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; Ul: lh.6a)

1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!
2. Jadilah bagiku gunung batu tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri; sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik.
3. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, Engkaulah kepercayaanku sejak muda, ya Allah. Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkaulah yang telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.
4. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu, dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu. Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.

Bait Pengantar Injil do = bes, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Benih melambangkan sabda Allah, penaburnya ialah Kristus. Semua orang yang menemukan Kristus, akan hidup selama-lamanya.
     
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:1-9)
   
   
"Benih yang jatuh di tanah yang baik menghasilkan buah seratus ganda."
    
Pada suatu hari, Yesus keluar dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
  
Renungan

  
Yesus menceritakan benih yang ditaburkan di pelbagai jenis tanah. Pertama, ada benih yang jatuh di pinggir jalan. Kedua, benih yang jatuh di tanah yang tipis dan berbatu-batu. Ketiga, benih yang jatuh di tengah semak duri; dan keempat, benih yang jatuh di tanah yang baik dan subur. Kalau kita perhatikan baik-baik, contoh ketiga tidak mempersoalkan jenis tanah, tetapi banyaknya semak berduri yang mengelilingi benih-benih yang sedang tumbuh itu.Tanah bisa saja subur dan produktif, tetapi banyaknya semak berduri akan tetap mengganggu tumbuhnya benih yang telah ditaburkan itu.

 Kehidupan kita sehari-hari sering tidak ubahnya benih yang tumbuh di antara semak-semak berduri. Ada banyak tantangan dan rintangan yang menghadang, terus silih berganti. Iman kepercayaan tidak dapat disangkal, tidak akan membebaskan kita dari aturan hukum alam. Misalnya, kena hujan kita akan basah kuyup, kalau kita bekerja dan bekerja, kita akan merasa haus, lapar dan lelah.

 Namun, keberanian kita mencabut akar-akar dosa akan membuat tanah subur; diri kita makin produktif dan menghasilka banyak buah. Jangankan membunuh, kemarahan jiwa yang belum terungkap dalam kata-kata pun hendaknya kita cabut agar tidak bertumbuh dan berkembang. Keindahan aneka media komunikasi pun tak ubahnya semak berduri yang mendesak diri seseorang untuk tidak melakukan berbagai kegiatan keagamaan. Semak berduri merupakan jenis tanaman yang ditakuti oleh banyak orang, karena duri-durinya tajam. Sebaliknya, semak duri zaman modern ini, tumbuh subur dengan aneka modifikasi. Kodrat tetap menyakitkan dan membinasakan, tetapi penampilan menarik hati banyak orang, sehingga durinya tidaklah dirasakan saat itu, tetapi makin hari makin menusuk dan menebarkan racun ke dalam tubuh.

 Mari kita tetap setia mendengarkan sabda dan kehendak Tuhan. Kesulitan kita mendengarkan dan memahami-Nya terjadi karena memang sabda-Nya adalah “roh dan hidup” (Yoh 6:63). Sabda Tuhan mengajak setiap pribadi menikmati hidup ini dengan penuh syukur dan mengantar kita untuk siap menikmati kehidupan kekal, sebagaimana kehendak Allah agar setiap orang beroleh selamat.

 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” 

  
  (Rm. Martinus Nurhadi Gunawan Wibisono, O.Carm/Cafe Rohani)

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy