Jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"

Kamis, 07 Agustus 201
Hari Biasa Pekan XVIII

Yer. 31:31-34; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 16:13-23.

Jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"

Simon Petrus adalah murid Yesus yang vokal dan spontan. Tanpa ragu-ragu, Ia menebak dengan tepat, siapakah Yesus. "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16). Saya katakan menebak, karena Petrus belum mengerti sepenuhnya, apa artinya Yesus sebagai Mesias. Maka, Yesus pun menjawab kalau apa yang dikatakan Petrus itu bukan berasal dari dirinya sendiri tetapi Allah Bapa di surga yang menyatakannya (Mat 16:17). Dan selanjutnya, terbukti kan kalau Petrus memang salah mengerti makna ke-Mesias-an Yesus. Ketika Yesus menjelaskan bahwa Ia adalah Mesias yang harus menderita, lalu dibunuh dan dibangkitkan demi keselamatan manusia, Petrus tidak bisa mengerti (Mat 16:21-22). Lagi-lagi sikap vokal dan spontannya muncul. Ia sok tahu dan menegor Yesus. Maka, ia pun balik dimarahi dan ditegor secara keras oleh Yesus (Luk 16:23). Petrus masih harus belajar banyak untuk mendengarkan Dia supaya mempunyai pemahaman yang benar dan mendalam tentang Dia, bukan sekedar pemikiran spontan saja, kendati ada benarnya. Itulah makanya, enam hari kemudian (Mat 17:1), ketika Petrus besama Yohanes dan Yakobus, menyaksikan Yesus yang dimuliakan, Allah Bapa berkata dengan tegas, "dengarkanlah Dia!". Mendengarkan itu amat penting supaya memiliki pemahaman yang baik dan benar. Maka, marilah kita terus-menerus belajar mendengarkan Tuhan dan sesama, supaya kata-kata pewartaan dan kesaksian kita benar, berisi dan berdaya guna, bukan sekedar omong kosond atau malah menjadi batu sandungan.

Doa: Tuhan, berilah kami kebijaksanaan dan kemampuan untuk mendengarkan dan berkata-kata dengan baik agar jangan sampai kami hanya mengumbar omong kosong datau kata-kata kami menjadi batu sandungan bagi orang lain. Amin. -agawpr-

Kamis, 07 Agustus 2014 Hari Biasa Pekan XVIII

Kamis, 07 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVIII
  
“Walau segenap para kudus dan segala makhluk meninggalkan engkau, Ia akan senantiasa mendampingimu, apa pun yang engkau butuhkan” (St. Kayetanus)

 
Antifon Pembuka (Yer 31:33)
  
Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka. Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat-Ku.
 
Doa Pagi
  
            
Ya Allah, berkat kurban Kristus Engkau telah memperoleh satu umat sebagai milik-Mu. Sudilah mengaruniakan bagi kami anugerah kesatuan dan damai di dalam Gereja-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Allah membarui perjanjian dengan meletakkan firman-Nya di dalam hati umat-Nya. Dengan firman yang ada dalam hati ini, setiap orang memiliki potensi untuk mengenali dan menyadari kebenaran Allah dalam diri dan kehidupannya.

Bacaan dari Kitab Yeremia (31:31-34)
    
"Aku akan mengikat perjanjian baru, dan takkan lagi mengingat dosa mereka."
         
Beginilah sabda Tuhan, “Sungguh, akan datang waktunya Aku akan mengikat perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuikat dengan nenek moyang mereka, ketika Aku memegang tangan mereka dan membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Perjanjian-Ku itu sudah mereka ingkari meskipun Akulah tuan yang berkuasa atas mereka,” demikianlah sabda Tuhan. “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuikat dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah sabda Tuhan. “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka. Maka Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan, “Kenallah Tuhan!” Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku,” demikianlah sabda Tuhan. “Sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka, dan takkan lagi mengingat dosa mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Mazmur Tanggapan do = as, 4/4, PS 826
Ref. Curahkan rahmat dalam hatiku ciptakan hati dan semangat baru.
Ayat. (Mzm 51:12-15.18-19: R:12a)
1. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
2. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang durhaka, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
3. Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalaupun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
 
Bait Pengantar Injil do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 16:18)
Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.
 
Kebersamaan dengan Yesus membuat Petrus mampu mengenali siapa Yesus. Namun kehendak dan harapan manusiawinya belum mampu menerima kenyataan akan cara Allah membawa keselamatan kepada manusia.
  
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-23)
     
"Engkau adalah Petrus. dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku."
          
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis; ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau, Simon anak Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu, ‘Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut takkan menguasainya. Kepadamu akan kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa saja yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa saja yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya memberitahukan kepada siapa pun, bahwa Dialah Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem, dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia, katanya, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Tetapi Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab Engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
Renungan
 
Sikap dan perilaku kita kepada seseorang sering dipengaruhi oleh pengenalan kita terhadap orang itu. Orang-orang Yahudi mengenal Yesus sebagai seorang Nabi. Itu sebabnya mereka menolak dan bersikap apatis terhadap-Nya seperti perlakuan nenek moyang mereka terhadap para nabi. Petrus mengenal Yesus sebagai Mesias, itu sebabnya dia memperlakukan Yesus sebagai Tuhan dan Pembebas hidupnya (meski dengan penuh perjuangan). Injil hari ini hendak menguji sejauh mana pengenalan kita pada Tuhan Yesus. Jika kita mengenal Dia sebagai Tuhan dan Mesias, bagaimana sikap dan tindak tanduk kita pada-Nya?

Doa Malam

Allah Bapa yang Mahakuasa, Engkau adalah maha segalanya bagiku. Tanpa Engkau aku tidak dapat berbuat apa-apa. Karena itu, ya Allah, bimbinglah aku sebagaimana Engkau telah melakukannya kepada Petrus sehingga ia bisa mengenal siapakah Yesus, Putra-Mu itu baginya. Aku pun ingin mengenal Yesus secara pribadi, makin mendalam, dari waktu ke waktu, seiring dengan perjalananku mengikuti Yesus Kristus, Putra-Mu, yang bagiku adalah Tuhan dan Juruselamatku, yang hidup dan bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
  

  
RUAH

"Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."

Rabu, 06 Agustus 2014
Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya

Dan. 7:9-10,13-14 atau 2Ptr. 1:16-19; Mzm. 97:1-2,5-6,9; Mat. 17:1-9.

"Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."

Kita semua mengimani bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tidak tanggung-tanggung, Allah Bapa sendiri yang menyatakannya. Pertama, waktu Malaikat Gabriel menyampaikan kabar gembira kepada Maria bahwa anak yang dikandungnya "akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi" (Luk 1:32). Lalu pada saat pembaptisan-Nya, terdengarlah suara Bapa, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Mat 3:17). Kini, di atas bukit, Sang Bapa kembali menegaskan "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." (Mat 17:5). Yang pertama dulu, tidak ada seorang pun yang menjadi saksi, hanya ada Maria dan Malaikat Gabriel. Yang kedua, memang ada Yohanes Pembaptis dan banyak orang lain. Tapi mereka belum mengenal Yesus. Bahkan, sebelum pembaptisan itu, Yohanes juga belum sungguh-sungguh mengenal-Nya (Yoh 1:31), dan setelahnya pun, ia masih penasaran sehingga mengutus dua muridnya untuk bertanya pada Yesus tentang jati diri-Nya (Luk 7:19). Nah, untuk yang ketiga ini, ada saksinya. Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, tiga murid terdekat-Nya (Mat 17:1). Dan pernyataan dari Allah Bapa pun ditujukan langsung kepada mereka ini, di mana mereka diberi pesan khusus "dengarkanlah Dia". Itulah makanya, Yesus mengajak mereka bertiga karena Allah Bapa ingin berbicara langsung kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai saksi-Nya. Tapi kok kemudian Yesus malah melarang mereka untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada seorang pun (Mat 17:9). Ya memang! Wong perintah Bapa saja untuk mendengarkan Yesus kok. Jadi, sebelum mereka bercerita dan berwarta sebagai saksi-Nya, mereka masih harus belajar banyak untuk mendengarkan Dia. Inilah proses bersaksi yang benar, yang juga harus kita hayati. Pertama-tama, kita harus bisa mendengarkan terlebih dulu Tuhan yang bersabda pada kita, baru kita mewartakannya kepada orang lain. Pewartaan dan kesaksian yang tanpa disertai kemampuan mendengarkan, baik suara Tuhan maupun sesama, hanyalah akan menjadi pewartaan yang kosong, ngayawara dan tidak berdaya guna.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu mendengarkan sabda-Mu dan mendengarkan sesama kami sehingga kami pun semakin mampu memberikan pewartaan dan kesaksian yang berisi dan berdaya guna. Amin. -agawpr-

SERI CATATAN RINGAN: Kemuliaan Kepada Allah di Surga

Dalam tradisi liturgi Gereja, ada 2 madah yang dikenal dengan sebutan Kemuliaan / Gloria. Pertama adalah madah ‘Kemuliaan kepada Allah di surga’ yang selalu kita nyanyikan pada perayaan Ekaristi hari Minggu, dan kedua adalah Gloria Patri atau ‘Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus....’ yang lazim digunakan untuk menutup doa atau sebagai ayat terakhir dalam pendarasan Mazmur. Dari keduanya, yang akan dibahas berikut adalah yang pertama: Gloria in excelsis Deo.

Madah ini bisa dikatakan adalah salah satu madah tertua dalam tradisi Gereja, yang sudah digunakan dalam liturgi sejak masa awal Gereja. Untuk menghargai sejarahnya yang panjang, Gereja saat ini menetapkan aturan bahwa Kemuliaan yang dapat dipakai dalam perayaan Ekaristi adalah yang sesuai dengan Missale Romanum atau terjemahannya yang telah disetujui Takhta Suci. Itu artinya teks eksperimental terhadap madah ini atau lagu lain yang menggantikannya tidak dapat dipakai lagi.

Secara tekstual, Kemuliaan dibagi menjadi empat bagian:

Bagian pertama adalah kalimat pertama madah ini: “Kemuliaan kepada Allah di surga, dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.” Kalimat ini sama sekali tidak asing bagi orang kristen, apalagi yang rajin membaca alkitab. Seruan ini diucapkan oleh para malaikat yang menemui para gembala pada malam saat Yesus dilahirkan (lihat Luk 2:14).

Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa seruan ini diucapkan oleh “sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah” (Luk 2:13). Maka saat melambungkan kembali madah ini, umat beriman ikut menggabungkan diri dengan penghuni surga. Jika dahulu para malaikat memuji Allah karena Sang Sabda telah menjadi manusia, kini Gereja memuji Allah karena sebentar lagi Sabda Allah akan dimaklumkan dan kemudian hadir dalam rupa Hosti Suci.

Bagian kedua dari madah Kemuliaan adalah pujian kepada Allah Bapa. Bagian ini diawali dengan pujian langsung: “Kami memuji Dikau. Kami meluhurkan Dikau. Kami menyembah Dikau. Kami memuliakan Dikau.’ Baru di kalimat selanjutnya disebutkan alasan kenapa Allah patut dipuji, diluhurkan, disembah dan dimuliakan: ‘Kami bersyukur kepada-Mu, karena kemuliaan-Mu yang besar.’ Sekali lagi disebutkan tentang kemuliaan-Nya setelah yang pertama di awal tadi.

Bagian ini ditutup dengan pengakuan tentang siapa Allah itu. Dia adalah ‘Tuhan Allah, Raja surgawi, Allah Bapa yang mahakuasa.’ Pengakuan tentang kemahakuasaan Allah tidak hanya ditemukan dalam madah Kemuliaan, tapi juga pada pengakuan iman baik Syahadat Para Rasul maupun Syahadat Nikea-Konstantinopel. Kedua syahadat ini diawali dengan ‘Aku percaya akan (satu) Allah, Bapa yang mahakuasa

Bagian ketiga adalah pujian kepada Yesus Kristus. Pujian ini sama seperti bagian terakhir sebelumnya, berupa pengakuan tentang siapa itu Yesus. Bagian ini secara singkat-padat menyebutkan tentang Yesus sebagai pribadi kedua dalam misteri Tritunggal Mahakudus. Dia adalah ‘Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal, Tuhan Allah, Anakdomba Allah, Putra Bapa.

Tiga kalimat berikutnya lebih tampak sebagai permohonan yang alkitabiah. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus, ia menyebut-Nya sebagai “yang menghapus dosa-dosa dunia” (Yoh 1:29). Seruan “kasihanilah kami” banyak kali disebutkan dalam Injil oleh orang-orang yang merasa berdosa atau membutuhkan pertolongan entah bagi dirinya sendiri maupun orang lain (Mat 9:27, 20:30; Mrk 10:47; Luk 17:13).  Dalam berbagai kesempatan orang-orang meminta “kabulkanlah doa kami” kepada-Nya (Mrk 5:13, 10:35).  Yesus pula yang menyatakan diri-Nya “duduk di sisi Bapa” (Mat 26:64, Mrk 15:62, Luk 22:69, Kis 7:55-56).

Jika ada pertanyaan kenapa tiga permohonan ini muncul dalam madah tentang kemuliaan Tuhan, jawabannya adalah tiga pernyataan berikutnya: “Karena hanya Engkaulah kudus. Hanya Engkaulah Tuhan. Hanya Engkaulah mahatinggi, ya Yesus Kristus.” Tiga pertanyaan dan tiga pernyataan ini adalah pengakuan terhadap kemahakuasaan Yesus, sebagaimana kemahakuasaan Allah Bapa yang sudah diakui sebelumnya.

Bagian keempat sangatlah singkat, hanya terdiri dari satu kalimat yang sesungguhnya melanjutkan kalimat terakhir di atas: “bersama dengan Roh Kudus dalam kemuliaan Allah Bapa.” Kalimat ini singkat namun padat makna. Pertama bisa dilihat bahwa sekali lagi, disebutkan tentang ‘kemuliaan’. Kedua, penyebutan Roh Kudus menggenapi misteri Tritunggal Mahakudus yang juga hendak disampaikan dalam madah Kemuliaan ini: di awal menyebut Allah Bapa, kemudian Allah Putra, dan di akhir Allah Roh Kudus. Ketiga, kalimat trinitaris seperti ini juga banyak ditemukan dalam doa atau madah lainnya misalnya pada doa pembuka atau yang sudah disebutkan di awal artikel ini pada doa “Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus...” dan masih banyak lagi. Seluruh rangkaian pemuliaan ini, seperti halnya pada doa umumnya, ditutup dengan seruan “Amin.

Selain makna literal yang sudah dijelaskan di atas, ada beberapa hal lain terkait dengan madah Kemuliaan ini:
  1. Ada satu aturan dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) tentang menundukkan kepala ketika menyebutkan nama Yesus sebagai tanda hormat. Itu artinya saat Kemuliaan, kita, termasuk Imam, menundukkan kepala pada saat nama Yesus disebut, pada awal dan akhir bagian ketiga.
  2. Terkait dengan poin 1 di atas, pada penyebutan nama Yesus yang kedua kali umumnya dijadikan puncak pada banyak karya musik, entah dibuat lebih meriah atau sedikit lebih lambat untuk memberikan kesan bagian itu memang berbeda dari yang lain dan memberi semacam tanda untuk menundukkan kepala. Contohnya yang dapat ditemukan di Puji Syukur adalah pada Kemuliaan Misa Lauda Sion, Misa Kita II dan Misa Kita IV.
  3. Ada kebiasaan untuk memperlambat tempo, memperlembut dinamika atau memberi harmoni minor pada bagian permohonan pada Yesus Kristus. Ini sebenarnya bukan merupakan keharusan, tergantung interpretasi dari komposer atau dirigen.
  4. Kalimat “Kemuliaan kepada Allah di surga” umumnya dinyanyikan oleh Imam selebran. Ini pun juga bukan keharusan, bahkan di dalam PUMR disebutkan bahwa kalimat ini dapat dinyanyikan oleh koor atau solis. Jadi tidak perlu merasa janggal jika suatu waktu bukan Imam yang menyanyikannya, atau Imam meminta koor yang menyanyikan.

Sumber: Saint Raphael Publishing

Rabu, 06 Agustus 2014 Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya

Rabu, 06 Agustus 2014
Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya
Hari Doa Sedunia untuk Perdamaian di Irak
 
Sabda menjadi manusia, untuk menjadi contoh kekudusan bagi kita: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku" (Mat 11:29). "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Dan di atas gunung transfigurasi, Bapa memerintah: "Dengarkanlah Dia" (Mrk 9:7) Bdk. Ul 6:4-5.. Yesus adalah gambaran inti dari sabda bahagia dan norma hukum yang baru: "Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12). Kasih ini menuntut penyerahan diri sendiri, dengan mengikutinya Bdk. Mrk 9:34. (Katekismus Gereja Katolik, 459)
      
   
PADA MISA HARI INI ADA GLORIA (MADAH KEMULIAAN), TANPA CREDO (SYAHADAT)
        
Antifon Pembuka (bdk. Mat 17:5)

Dalam awan yang bercahaya tampaklah Roh Kudus, dan terdengarlah suara Bapa: Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!

In a resplendent cloud the Holy Spirit appeared. The Father's voice was heard: This is my beloved Son, with whom I am well pleased. Listen to him. 
  
Tibi dixit cor meum, quæsivi vultum tuum, vultum tuum Domine requiram: ne avertas faciem tuam a me.

Pengantar

Pada hari ini dikenangkan dan dirayakan peristiwa agung di Gunung Tabor, ketika Tuhan Yesus berubah rupa menjadi sangat mulia dan menyinarkan cahaya. Peristiwa itu menggambarkan kenaikan-Nya ke surga serta kemuliaan-Nya sebagai Allah. Bagi para rasul kejadian ini meneguhkan iman mereka agar tidak goncang bila nanti melihat Yesus menderita sengsara dan wafat di salib. Sebab justru melalui saliblah Yesus menjadi Juruselamat dunia. Kemuliaan yang ditunjukkan-Nya di atas gunung itu bukan hanya menjadi antisipasi untuk kebangkitan-Nya sendiri, melainkan memaklumkan juga kemuliaan yang kelak disediakan bagi seluruh umat beriman. Pada hari ini juga dilaksanakan Hari Doa Sedunia untuk Irak. Inisiatif kali ini disponsori oleh Patriark Chaldean dari Baghdad, Louis Raphael Sako, yang bekerjasama dengan Bantuan bagi Gereja yang Membutuhkan / Aid to the Church in Need (ACN). Dalam kesempatan tersebut, Patriark telah mengirim pesan kepada masyarakat internasional melalui AsiaNews, di mana ia menjelaskan bahwa solusi atas masalah bukan berakhir hanya dengan "mendapatkan Visa" untuk pergi ke negara-negara asing, tetapi untuk "penyelesaian politik yang akan memungkinkan kami untuk tetap tinggal di negara yang kami cintai ini, hidup di dalam keamanan, kesetaraan dan martabat semua." Mari kita turut berdoa bersama bagi Irak. Semoga penyelesaian atas masalah tercapai seperti harapan kita semua.

Doa Pagi

Ya Allah, dalam Penampakan Kemuliaan Putra Tunggal-Mu, Engkau mengukuhkan misteri iman dengan kesaksian Musa dan Elia. Secara mengagumkan, Engkau juga memaklumkan martabat kami sebagai anak-anak angkat-Mu yang terkasih. Semoga kami, yang mendengarkan suara Putra-Mu terkasih, menjadi ahli waris yang sah bersama-Nya, yang hidup dan berkuasa, bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Daniel (7:9-10.13-14)
  
"Pakaian-Nya putih seperti salju."
  
Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Takhta-Nya dari nyala api, roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar. Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab. Aku terus melihat dalam penglihatan itu, tampak dari langit bersama awan-gemawan seorang serupa Anak Manusia. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya itu, dan Ia dihantar ke hadapan-Nya. Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja. Maka segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah, berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 97:1-2.5-6.9; R: lih. 1a.9a)
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Sebab, ya Tuhan Engkaulah Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala dewata.
 
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Petrus (1:16-19)
    
"Suara itu kami dengar datang dari surga."
      
Saudara-saudara, kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitakan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika suara dari Yang Mahamulia datang kepada-Nya dan mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baik kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing, dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 17:5c)
Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (17:1-9)
    
"Wajah-Nya bercahaya seperti matahari."
     
Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka: Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka tampak kepada mereka, Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus, "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia." Sementara Petrus berkata begitu, tiba-tiba turunlah awan yang terang menaungi mereka, dan dari dalam awan itu terdengarlah suara yang berkata, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!" Mendengar itu tersungkurlah murid-murid Yesus dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka. Ia menyentuh mereka sambil berkata, "Berdirilah, jangan takut!" Dan ketika mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung, Yesus berpesan kepada mereka, "Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
 
Seorang romo pernah bercerita bahwa ia merasa heran karena di tengah kerumunan banyak orang, ada yang masih mengenalinya. Pada suatu kesempatan ia bertanya orang yang menyapanya tentang bagaimana ia mengenal dirinya. Orang itu mengatakan bahwa ia adalah aktivis Gereja, maka ia mengenal sosok para romo.

 Menurut aktivis Gereja ini, ada yang istimewa dari para romo sebagai orang yang diurapi. Misalnya, penampilannya, cara membawakan dirinya, cara berbicara dan dari wajahnya terpancar sinar kekudusan. Mungkin hal ini kurang mereka sadari, namun dari kacamata orang awam ada sesuatu yang berbeda dari hidup para romo.
 
 Hari ini kita merayakan Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Kita diajak untuk mengarahkan pandangan kepada Yesus yang dinyatakan oleh Bapa sebagai Putra-Nya yang terkasih. Peristiwa di atas gunung yang dialami oleh para murid merupakan kesaksian yang meneguhkan iman akan Yesus sebagai Putra Allah. Oleh karena itu, kita tidak perlu lagi sangsi dan ragu-ragu bahwa Yesus yang kita imani adalah sungguh-sungguh Putra Allah. Pernyataan Allah Bapa yang berbunyi, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" (Mat 17:5) sangatlah penting untuk dijadikan dasar yang kokoh bagi kita untuk mengimani Yesus, sebagai Putra Bapa. Bapa sendiri berkenan kepada Yesus Putra-Nya, maka pastilah kita juga berkenan akan Yesus dan tidak perlu membuat kita bimbang.

 Hidup bersama Yesus, Putra Allah menjadi saat yang indah dan nyaman. Pengalaman Petrus berkata demikian. Ia mewakili kedua temannya yang merasa bahagia dan nyaman saat berada bersama dengan Yesus di puncak gunung. (Pengalaman) itu menjadi inspirasi yang meneguhkan bahwa berada dan bersama dengan Yesus pasti akan mendatangkan kebahagiaan dan kenyamanan. Karena itu, ketika harapan dan kerinduan kita sebagai orang beriman ingin hidup bahagia dan nyaman, maka yang harus diperjuangkan adalah dekat dan bersama dengan Yesus dalam setiap langkah kehidupan kita.

 Untuk dapat hidup dekat dan berada bersama Yesus, kita mesti mempunyai waktu untuk mendengarkan Dia. Tanpa mendengarkan Yesus, kita tidak akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup kita. (CAFE ROHANI)

"Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Selasa, 05 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVIII

Yer 30:1-2.12-15.18-22; Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; Mat 15:1-2, 10-14

"Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Kita tidak sedang berhadapan dengan teks Kitab Suci yang berbicara tentang higenitas atas kesehatan. Sebab, yang dijadikan alasan oleh beberapa orang Farisi dan ahli Taurat untuk mempermasalahkan para murid yang tidak membasuh tangan sebelum makan, bukanlah masalah higenitas dan kesehatan tetapi masalah adat-istiadat yang berkaitan dengan kenajisan. Menurut tradisi Yahudi, ada banyak sekali barang yang najis seperti: makanan yang disebutkan dalam Im 11:1-47, binatang mati (Im 5:2; 11:24-28; 17:15), mayat atau tulang (Bil 9:6-7; 19:11,16), kuburan (Bil 19:16), penyakit kusta (Im 13:3,11; Bil 5:2,3), lelehan dari tubuh, misalnya darah haid (Im 15:2; Bil 5:2), wanita bersalin (Im 12:2), dll. Kenajisan itu menular, maka setiap orang yang menyentuh orang atau barang yang najis, ikut menjadi najis. Misalnya: seorang wanita sedang haid. Berarti, semua yang disentuhnya najis. Pakaiannya najis. Kalau ia ke pasar, semua barang yang dipegangnya najis. Uang yang dipegang untuk membayar ikut najis. Penjual yang menerima uang najis tersebut ikutan najis juga. Lalu semua barang yang disentuh penjual tersebut juga najis. Kalau ada pembeli lain yang membeli bahan makanan yang sebelumnya telah disentuh oleh wanita najis tadi, maka yang najis tidak hanya bahan makanan tersebut tetapi juga pembeli yang tidak tahu apa-apa tersebut. Sampai di rumah, setelah di masak, yang dihasilkan adalah makanan najis. Anggota keluarga dan semua yang makan, ikut najis juga. Kalau mereka salaman atau menyentuh orang lain, mereka jadi najis. Dan seterusnya. Dengan demikian, hidup menjadi sangat kompeks dan penuh beban karena semua orang boleh dikatakan najis, entah dirinya sadar atau tidak, tahu atau tidak.

Nah, situasi semacam inilah yang hendak dibongkar oleh Yesus. Ia hendak membebaskan para pengikutnya dari hukum dan adat-istiadat yang membebani dan membuat hidup tidak happy. Ia menegaskan bahwa menyentuh sesuatu yang najis itu tidak membuat orang ketularan najis. Maka, Yesus menyentuh dan menyembuhkan orang kusta (Luk 5:12-16), membiarkan diri disentuh wanita yang sakit pendarahan (Luk 8:44-48), Ia juga menyentuh mayat dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; 8:54). Bagi-Nya, juga tidak ada makanan yang haram dan menajiskan, sebab "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (Mat 15:11). Di sini, Yesus menegaskan bahwa yang membuat orang itu najis, sehingga dirinya kotor, tercemar, tidak bersih dan tidak suci bukanlah makanan yang dimakannya tetapi hal-hal jahat yang keluar dari mulut. Kata-kata tidak baik yang kita ucapkan, seperti sumpah serapah, umpatan, penghinaan, kutukan dan ungkapan kebencian atau kemarahan yang lain, itulah yang menajiskan kita. Dan sekarang, hal itu tidak hanya terjadi melalui kata-kata lisan tetapi juga apa yang kadang/sering kita tulis di ruang publik, misalnya di facebook, twitter, dll. Maka, kita harus berhati-hati dalam berkata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, supaya jangan menjadikan kita sendiri najis sehingga dijauhi dan dihindari orang lain.

Doa: Tuhan, berilah kami kebijaksanaan dalam bertutur kata, baik secara lisan maupun tulisan. Amin. -agawpr-

Selasa, 05 Agustus 2014 Hari Biasa Pekan XVIII

Selasa, 05 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVIII
 
“Kediaman hina dalam hati kita ini merupakan bait kesucian bagi Tuhan!” (Barnabas)
   
Antifon Pembuka (Yer 30:22)
 
Kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.

Doa Pagi

Tuhan, Engkau selalu mencintaiku walau tak jarang aku melakukan hal-hal yang mengecewakan Engkau. Semoga pengampunan-Mu yang tak kenal batas ini dapat kulakukan pula terhadap siapa saja yang mengecewakan diriku hari ini. Buatlah aku sabar dan menyadari bahwa diriku tidak lebih baik dari orang lain. Amin.
 
Walaupun kelihatannya murka atas dosa dan ketidaktaatan Israel, namun Allah masih tetap mengasihani dan menyayangi mereka. Dia tidak meninggalkan mereka dan tetap menyertai bahkan memulihkan keadaan mereka.
 
Bacaan dari Kitab Yeremia (30:1-2.12-15.18-22)

Tuhan bersabda kepada Yeremia demikian, “Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel, ‘Tulislah segala perkataan yang telah Kusabdakan kepadamu dalam sebuah kitab’.” Beginilah sabda Tuhan tentang Israel, “Penyakitmu sangat parah, lukamu tak tersembuhkan! Tiada orang yang membela hakmu, tiada obat untuk bisulmu, tiada kesembuhan lagi. Sungguh, Aku telah memukul engkau dengan pukulan musuh, dan dengan hajaran yang bengis, karena kesalahanmu banyak dan besarlah jumlah dosamu! Mengapa engkau berteriak karena penyakitmu? Mengapa engkau mengaduh karena kepedihanmu sangat payah? Karena kesalahanmu banyak, dan dosamu besar jumlahnya, maka Aku telah melakukan semuanya ini kepadamu.” Dan beginilah sabda Tuhan selanjutnya, “Sesungguhnya, Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengaasihani tempat-tempat tinggalnya. Kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya, dan purinya akan berdiri di tempatnya yang asli. Nyanyian syukur akan terdengar dari antara mereka, juga suara orang yang bersukaria. Aku akan membuat mereka berlipatganda, dan mereka tidak akan berkurang lagi. Aku akan membuat mereka dipermuliakan, dan mereka tidak akan dihina lagi. Anak-anak mereka akan menjadi seperti dahulu kala, dan perkumpulan mereka akan tinggal tetap di hadapan-Ku. Aku akan menghukum semua orang yang menindas mereka. Orang yang memerintah atas mereka akan tampil dari antara mereka sendiri. Dan orang yang berkuasa atas mereka akan bangkit dari tengah-tengah mereka. Aku akan membuat dia maju dan mendekat kepada-Ku. Sebab siapakah yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk mendekat kepada-Ku?” demikianlah firman Tuhan. Maka kamu akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan 
Ref. Tuhan akan membangun Sion dan menampakkan diri dalam kemuliaan.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23)
1. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
2. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
3. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu. Supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Rabi, Engkau Anak Allah, Engkaulah raja Israel. Alleluya.

Walaupun kelihatannya melanggar adat istiadat nenek moyang, namun Yesus sebenarnya mau menunjukkan sebuah kebenaran yang telah tertutup akibat perhatian berlebihan terhadap tata adat istiadat itu sendiri. Yesus menyampaikan pemulihan dan pembenahan.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (15:1-2, 10-14)
 
Sekali peristiwa datanglah kepada Yesus beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem. Mereka berkata, “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” Yesus lalu memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkan dan camkanlah, bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Maka datanglah para murid dan bertanya kepada Yesus, “Tahukah Engkau bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang Farisi?” Tetapi Yesus menjawab, “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di surga, akan dicabut sampai akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka itu orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus
 
Renungan
 
Penyesatan di zaman ini sering terjadi karena orang salah menempatkan hal-hal yang rohaniah dengan yang jasmaniah. Hal-hal yang rohaniah harus mengatasi hal-hal jasmaniah termasuk urusan mencuci tangan dan melakukan adat istiadat. Orang-orang Yahudi ternyata salah mengerti. Mereka menempatkan hal-hal fisik dan jasmaniah melampaui hal-hal rohaniah. Itu sebabnya Yesus marah. Yesus pun akan marah jika kita melakukan hal yang sama. Sebab dengan begitu kita menomorduakan apa yang sangat penting dalam hidup beriman kita. Sebelum Tuhan marah pada kita, mari kita tempatkan Dia di atas segala-galanya.

Doa Malam

Tuhan, ajarlah aku bersikap baik, bertutur bahasa lemah lembut seperti hati-Mu yang penuh cinta kasih. Berkatilah aku agar dapat melaksanakannya secara spontan tanpa menimbang-nimbang untung dan rugi, juga tanpa memandang rupa dan mencari balas jasa. Amin.
RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy