Sabtu, 11 Juli 2009

Sabtu, 11 Juli 2009
Pw. St. Benediktus, Abbas.

“Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya”


Doa Renungan

Allah Bapa, kebenaran-Mu tak tersangkal dan tak dapat ditutupi. Bantulah aku hari ini untuk menemukan kebenaran-Mu dan mengakuinya di hadapan dunia. Jadikanlah aku saksi-Mu yang setia. Berilah kekuatan untuk menyangkal diriku dan dunia serta mengakui kebenaran-Mu di hadapan sesama. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (49:29-32; 50:15-26a)


"Allah akan memperhatikan kalian, dan membawa kalian keluar dari negeri ini."

Waktu akan meninggal Yakub berpesan kepada anak-anaknya, "Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku dalam gua di ladang Efron, orang Het itu, dalam gua di ladang Makhpela di sebelah timur Mamre di tanah Kanaan, yaitu ladang yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik keluarga. Di situlah dikuburkan Abraham beserta Sara, isterinya; di situ pula dikuburkan Ishak beserta Ribka, isterinya, dan di situlah juga kukuburkan Lea. Ladang dengan gua di sana telah dibeli dari orang Het." Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka, "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalas kita sepenuhnya, atas segala kejahatan yang telah kita lakukan terhadapnya." Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf, "Sebelum ayahmu meninggal, ia telah berpesan, 'Beginilah hendaknya kalian katakan kepada Yusuf. Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu'." Ketika permintaan disampaikan kepadanya, menangislah Yusuf. Saudara-saudara Yusuf pun datang sendiri-sendiri dan sujud di depannya serta berkata, "Kami datang untuk menjadi budakmu." Tetapi Yusuf berkata, "Janganlah takut, sebab aku bukan pengganti Allah. Memang kalian telah membuat rencana yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mengubahnya menjadi kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Maka janganlah takut. Aku akan menanggung makanmu dan juga makanan anak-anakmu." Demikianlah Yusuf menghiburkan saudara-saudaranya dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Yusuf tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya. Ia hidup seratus sepuluh tahun. Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan Yusuf. Waktu akan meninggal, berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya, "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kalian dan membawa kalian keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub." Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya, "Tentu Allah akan memperhatikan kalian. Pada waktu itu kalian harus membawa tulang-tulangku dari sini." Kemudian Yusuf meninggal dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hai orang-orang yang rendah hati, carilah Allah, maka hatimu akan hidup kembali.
Ayat.
(Mzm 105:1-2.3-4.6-7)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, maklumkanlah perbuatan-Nya di antara bengsa-bangsa. Bernyanyilah bagi Tuhan, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
2. Bermegahlah dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari Tuhan. Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya!
3. Hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, pilihan-Nya! Dialah Tuhan Allah kita, ketetapan-Nya berlaku di seluruh bumi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah kalian, kalau dicacimaki demi Yesus Kristus, sebab Roh Allah ada padamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (10:24-33)


"Janganlah takut kepada mereka yang membunuh badan."

Pada waktu itu Yesus bersabda kepada keduabelas murid-Nya, "Seorang murid tidak melebihi gurunya, dan seorang hamba tidak melebihi tuannya. Cukuplah bagi seorang murid, jika ia menjadi sama seperti gurunya, dan bagi seorang hamba, jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kalian takut kepada mereka yang memusuhimu, karena tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka, dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi, yang takkan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah dalam terang. Dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah dari atas atap rumah. Dan janganlah kalian takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Tetapi takutilah Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual seduit dua ekor? Namun tak seekor pun akan jatuh tanpa kehendak Bapamu. Dan kalian, rambut kepalamu pun semuanya telah terhitung. Sebab itu janganlah kalian takut, karena kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit. Barangsiapa mengakui Aku di depan manusia, dia akan Kuakui juga di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, dia akan Kusangkal di hadapan Bapa-Ku yang di surga."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!



Renungan


· Yesus, Guru dan Tuhan kita, dalam melaksanakan tugas pengutusan-Nya telah menderita sengsara dan wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh dunia seisinya. Maka kita semua yang beriman kepada-Nya, sebagai murid-murid atau pengikut Yesus diperingatkan olehNya : “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya”. Jika dalam melaksanakan tugas pengutusan, atau menghayati panggilan kita harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan derita hendaknya tidak mengeluh atau merasa tersiksa. Derita yang harus kita alami kiranya tidak sebanding dengan yang telah dialami oleh Yesus. St Benediktus yang kita kenangkan hari ini kiranya telah berusaha untuk meneladan Yesus, Guru dan Tuhan, yaitu dengan hidup menyendiri dan bertapa. Maka baiklah saya mengajak kita semua untuk mawas diri salah satu keutamaan hidup beragama atau beriman yaitu lakutapa atau matiraga. Lakutapa atau matiraga antara lain berarti mengendalikan nafsu raga atau anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak berbuat dosa atau melakukan apa yang jahat, jauh dari aneka macam bentuk keserakahan dan setia dalam hidup beriman dalam situasi dan kondisi apapun. Kita hayati pesan Yesus “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa, takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

· "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." (Kej 50:20-21), demikian kata Yusuf kepada saudara-saudaranya. Yang terbuang telah menjadi penyelamat bagi saudara-saudaranya yang membuangnya, itulah yang terjadi. Apa yang dihayati oleh Yusuf ini kiranya dapat menjadi teladan bagi kita semua orang beriman. Di dalam keadaan damai, biasa-biasa saja mungkin kita tidak tehitung atau bahkan kurang diperhatikan dan dibuang. Penyelamat memang akan berarti dalam situasi dan kondisi yang tidak selamat. Kita semua dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan, maka baiklah kita tidak merasa kecil hati dan takut ketika dalam situasi dan kondisi damai tidak difungsikan atau dibuang, tetapi ketika ada situasi dan kondisi yang tidak selamat kesitulah kita harus tampil untuk menyelamatkannya.

Saya yakin di lingkungan hidup dan kerja kita ada sesuatu yang perlu diselamatkan atau dibereskan dan diperbaiki, entah itu perilaku sesama kita atau aneka macam sarana-prasarana. Sebagai orang beriman marilah kita hayati pesan ini : ”Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini” : kita semua dipanggil untuk senantiasa berbuat baik dalam situasi dan kondisi apapun dan dimanapun. Kita cermati dan perhatikan mereka yang mungkin kurang makan dan minum untuk kebutuhan hidup sehari-hari, sambil berkata “Aku akan menanggung makanmu, dan makan anak-anakmu juga”





Ignatius Sumarya, SJ



Renungan Pagi

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy