| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Panduan Adven 2011: Pertemuan III: Beriman yang Mendalam dan Tangguh - Keuskupan Agung Semarang

Pertemuan Ketiga: BERIMAN YANG MENDALAM DAN TANGGUH
Tujuan: Umat menyadari bahwa iman yang mendalam dan tangguh perlu dikembangkan dalam beriman di tengah masyarakat


1. Lagu Pembuka
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 450)

2. Doa Pembuka
doa dapat dikembangkan oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur atas pertemuan Adven ketiga dan atas karunia dari Allah yang sudah diterima dan dirasakan selama ini, khususnya atas iman Katolik yang telah dijalani.
  • Mohon terang Roh Kudus agar pertemuan dapat berjalan dengan baik, lancar, dan mampu memahami beriman yang mendalam dan tangguh.

3. Pengantar

Pertemuan sebelumnya kita telah melihat dan merasakan kebaikan dan kasih Allah yang tiada batasnya. Ia mengutus Putra-Nya menjadi manusia dan tinggal serta membantu umat manusia. Terhadap Allah yang solider dan berbelas kasih itu, kita diharapkan mengimani dengan sungguh dan mengikuti-Nya dengan mantap. Atau pendek kata kita diajak untuk memiliki iman yang mendalam dan tangguh kepada Allah yang berbelas kasih.

Iman yang demikian sangat dibutuhkan pada saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita menghadapi godaan, krisis maupun tantangan yang membuat iman kita goyah. Tidak sedikit dari umat Katolik yang akhirnya memilih jalan pintas dan menyimpang dari nilai-nilai iman. Kekuatan dan ketangguhan iman teruji, ditantang, dan tentu saja diperbarui, apalagi hidup beriman di zaman yang semakin sulit ini. Di saat-saat seperti itu masihkah kita tetap beriman kepada Allah? Di saat hidup banyak persimpangan, pilihan, dan tawaran, masihkah kita memilih Allah sebagai jalan hidup kita?

Dalam pertemuan kali ini kita akan belajar pada Bunda Maria yang sungguh memiliki iman yang mendalam dan tangguh pula dalam segala situasi. Kita juga akan melihat pengalaman seorang suster biarawati yang sekaligus perawat yang juga mendalam dan tangguh dalam pelayanan dan tantangan yang dia hadapi. Dengan permenungan itu diharapkan kita juga memiliki kedalaman dan ketangguhan iman dalam kehidupan di tengah masyarakat. Iman yang mendalam dan tangguh merupakan harapan dan cita-cita yang ingin dicapai sebagai model dan upaya hidup beriman di Keuskupan Agung Semarang ini.

untuk memulai pertemuan ini, marilah kita mohon rahmat agar iman kita juga diperdalam dan akhirnya dipertangguh dalam pergaulan dan tantangan hidup.

4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

P. Tuhan terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U. Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama
P. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami. (lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

5. Inspirasi dan Permenungan
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:26-38)

"Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki."

Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Maka kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.


***

Bacaan Injil itu memberikan kepada kita permenungan bagaimana iman Maria. Ia memiliki iman yang sungguh mendalam kepada Tuhan. Kedalaman iman Maria nampak dari relasinya yang begitu dekat dengan Allah dan para malaikat-Nya. Ia dikunjungi oleh Malaikat, disapa dan disampaikan kepadanya pesan dari Allah sendiri. Ia juga sungguh menjadi orang kepercayaan Allah yang mampu turut serta ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Tentu kepercayaan Allah itu tidak tanpa dasar. Dasarnya adalah Maria beriman secara total dan sungguh-sungguh pada Allah.

Kecuali itu, Maria juga menampakkan ketangguhan beriman: Hal itu nampak dari kesediaannya untuk menerima tugas yang berat dan penuh resiko. Dikatakan berat dan beresiko karena ia harus mengandung seorang Putra sementara ia belum bersuami. Dalam masyarakat pada waktu itu, siapapun yang kedapatan berzinah akan dihukum mati dengan cara dilempari batu. Bisa saja oleh orang yang tidak beriman, Maria telah dianggap berzinah dan mengandung. Namun kepercayaan-Nya kepada Allah tidak tergoyahkan oleh ketakutan-ketakutan akan resiko yang akan terjadi. Ia siap menanggung resiko atas keputusannya menerima tawaran Allah. Dengan penuh iman, ia menjawab tawaran Allah itu dengan kata-kata yang indah, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu." Maria mengakui bahwa beriman memang kadang-kadang akan menghadapi resiko. Namun kalau memiliki iman yang mendalam dan tangguh, apa pun resikonya pasti akan bisa dihadapi sebab Allah beserta kita untuk membantu kita.

Pengakuan Maria itu mirip dengan pengakuan kisah selanjutnya inii. Kita akan diajak merenungkan kedalaman dan ketangguhan iman seorang biarawati yang berkarya di salah satu rumah sakit Katolik. Bagaimana ketangguhan yang ditampakkan dan sikapnya dalam melayani pasien dalam kisah "Salib Menguatkan Pelayanan Kami".

Senin pagi yang cerah di akhir Juli 2010. Setelah usai doa pagi, sebelum mulai kerja, telpon berdering. Usai aku memberi salam, ada jawaban lembut dari sana, yang mengatakan, "Suster tolong pendampingan pasien baru Elisabet 201B, masuk dengan [i]febris[/i] (panas) yang tak kunjung turun sudah hampir satu minggu. Inti informasi yang disampaikan adalah bapak Harapan (bukan nama sesungguhnya), tidak mau makan dan minum obat, alasannya tidak jelas, tetapi sempat bilang menunggu salib yang dipasang di kamarnya minta diturunkan.

Seusai perawat wasen (memandikan) semua pasien, saya masuk ke kamar itu, memberi salam dan memperkenalkan diri. Bapak itu menjawab salam saya, karena namanya jelas saya sebut. Tetapi pak Harapan tidak bisa melihat saya secara langsung karena posisi tidurnya dibalik, supaya tidak melihat salib. "Selamat pagi Pak! Bisa tidur semalam?" Pak Harapan tidak menjawab sapaan saya. "Sudah siang kok belum sarapan? Apa masih ada hal yang membuat tidak enak? Apa yang boleh saya bantu pak?" Mulailah sepatah kata keluar dari bibirnya, "Saya ini pusing dan stress kok dak sembuh-sembuh." Tanyaku lebih lanjut, "kenapa tidurnya ini kok diputar-putar? Apa ini tidak membuat bapak tambah pusing? Mau terima oksigen susah, ambil makan minum susah, bahkan dokter visitpun juga susah karena harus putar-putar." Bapak itu tertawa kecil, lalu putar badan tanpa saya duga. Bapak ini menunjuk salib dengan berucap, "Itu yang membuat saya tambah pusing suster??" Saya ganti yang tertawa, "benarkah begitu??" Tanyaku lanjut, "coba perhatikan baik-baik, apa yang membuat bapak pusing dari salib itu?" Bapak itu menunduk, dan berucap lirih tapi jelas. "Tidak suster! Saya tidak tahan melihat matanya yang terus melihat saya, dan saya kasihan melihat dia terus-terus tergantung di sana,maka saya semalem minta perawat untuk menurunkan." Saya menjadi semakin penasaran, "Lha kenapa salib itu sampai sekarang masih ada di situ? Suster tadi malah tidak mau membantu menurunkan?" Pak Harapan menjelaskan, "Perawat tadi malam hanya tersenyum saja sambil menjawab, 'Sebelum saya lahir dan kerja disini, Salib itu sudah ada. Lagi pula, itu salib itu ciri khas bagi orang Kristen Pak dan tidak akan mengganggu pengobatan bapak'. Begitu dia menjawabnya."

Kata "kasihan" yang terungkap itu saya jadikan kata kunci untuk masuk lebih dalam. Setelah cukup saya mendengarkan, saya berkata, "Terima kasih pak sudah mengasihani Tuhan kami. Akan tetapi kami lebih berterima kasih lagi kalau bapak tidak memaksa kami untuk menurunkan salib itu dengan tidak mau makan dan minum obat. Tujuan bapak datang ke sini kan mau berobat dan sehat kan??? Salib itu bagi bapak tidak berarti apa-apa, bapak boleh menganggap hanya sebuah patung yang dipasang, sebagai ciri, lambang, atau tanda bagi orang kristiani'." Lebih lanjut saya menjelaskan, "Lain halnya bagi kami, salib tidak hanya sekedar lambang, tetapi memiliki makna yang dalam. Salah satunya kami bekerja melayani orang-orang sakit di rumah sakit ini, juga disemangati oleh Dia yang disalib itu. Penderitaan dan wafatnya di kayu salib itu karena cinta-Nya pada kami manusia berdosa, supaya selamat." "Kami seluruh staf disini sebagai sarana untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan dengan membantu para pasien yang lemah dan tak berdaya, dalam proses penyembuhan, kita semua bergantung pada Tuhan sendiri sang pemilik hidup."

Bapak ini mengangguk tanda menerima, dan satu hal penting saya dapat lihat secara nyata saat itu, ia mau makan sampai habis, dan minum obat. Sengaja saya menunggu sampai selesai, karena kebetulan juga keluarganya pas pulang.


(Disharingkan oleh Sr. Rosalinda, CB -- RS. Panti Rapih, Yogyakarta).

Baik Maria maupun seorang Biarawati yang bertugas sebagai perawat telah menampakkan kepada kita bagaimana mereka beriman. Mereka telah menunjukkan iman yang sungguh dalam dan tangguh, demikian pula biarawati perawat itu. Iman itu tidak hanya menjadi dasar dari pengambilan keputusan tetapi juga mampu dipertanggungjawabkan secara benar. Kedalamannya nampak dari kedekatannya pada Tuhan dan kesediaannya untuk mengutamakan rencana Tuhan dari pada rencananya dirinya sendiri. Dan ketangguhannya nampak dari sikap yang dipilihnya.

6. Refleksi dan Sharing Pengalaman
Pemandu mengajak umat mendalami kisah, berbagi pengalaman iman dan memberikan berbagai peneguhan.

Mempunyai iman yang mendalam dan tangguh di zaman sekarang, tentu menjadi dambaan dan tujuan yang ingin dicapai, terutama di dalam hidup menggereja kita saat ini. Maka, di berikut ini ada pertanyaan yang dapat kita gunakan untuk melihat kembali dan merenungkan upaya mewujudkan iman yang mendalam dan tangguh.
a. Dalam kisah tadi, dimana letak kedalaman dan ketangguhan Maria?
b. Dimana pula letak ketangguhan iman biarawati perawat tadi?
c. Pernahkah anda mengalami tantangan iman? Dan bagaimana sikap anda?
d. Bagaimana kita mewujudkan iman yang mendalam dan tangguh dalam hidup kita sekarang ini? Hal-hal apa yang perlu kita lakukan dan kembangkan?


(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan setelah berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut)

Dalam pertemuan ini kita diajak untuk memilik iman yang mendalam dan tangguh. Sebagaimana dijelaskan dalam tanya jawab Ardas 2011-2015, iman yang mendalam bisa dipahami dalam dua pengertian. Pertama adalah mendalam dalam penghayatan. Beriman mendalam berarti percaya penuh pada Allah sampai ia mampu menaruh seluruh harapan hidup hanya kepada-Nya. Ia memiliki kedalaman dan keintiman dalam relasi dan hubungan dengan Allah. Kedua adalah mendalam dalam pengetahuan. Beriman mendalam berarti beriman dengan memiliki pengetahuan yang benar dan wawasan yang luas mengenai pokok-pokok iman kristiani. Ia mendapat landasan kognitif yang kokoh dalam beriman sehingga dapat beriman secara cerdas dan betanggung jawab.

Ada banyak cara untuk memperdalam iman. Pertama adalah dengan meningkatkan doa, devosi, ibadat, dan didukung dengan renungan dan refleksi yang cukup atas pengalaman dan pergulatan hidup. Doa dan ibadat bukan sekedar sebagai kewajiban tetapi sebagai usaha untuk menjalin relasi yang lebih dekat dengan Allah. Kedua adalah saling berbagi pengalaman iman atau memberi kesaksian iman dengan sesama beriman, sehingga bisa saling menimba kedalaman iman dari sesamanya. Ketiga, membaca bacaan-bacaan rohani atau santo-santa yang bisa menumbuhkan inspirasi dan peneguhan dalam menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Keempat adalah dengan membaca buku-buku katekese atau ajaran-ajaran iman agar iman semakin dapat dipertanggungjawabkan. Sangat baik juga kalau ada kemauan untuk mengikuti kursus atau pembelajaran mengenai pokok-pokok iman.

Sedangkan beriman dengan tangguh berarti beriman secara tidak tergoyahkan baik oleh disposisi pribadinya sendiri maupun ketika berhadapan dengan yang lain. Iman kristiani menjadi pilihan hidup yang dipegang erat. Ia tidak mudah goyah ketika bergumul dengan peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman hidupnya yang kadang berisi kepahitan dan kebuntuan. Orang juga tidak mudah goyah imannya ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan ajaran iman yang diajukan oleh orang lain. Ia juga tidak mudah goyah ketika ada godaan dan tantangan dari pihak lain. Ia tidak hanya bisa mempertahankan tetapi juga mampu mempertanggungjawabkan pilihan imannya secara benar.

Agar imannya bisa tangguh, hal-hal yang diusahakan diantaranya. Pertama, memperdalam imannya sampai tumbuh rasa syukur atas iman yang telah dihayati sehingga sangat disayangkan kalau imannya sampai luntur dari penghayatan hidupnya dan hilang dari pilihannya. Kedua, orang perlu menggali kekayaan iman yang telah dihayatinya sehingga menjadi sangat bodohlah seandainya iman dilepaskan. Ketiga, perlu belajar dari tokoh-tokoh beriman yang tangguh seperti Bunda Maria, santo santa, para martir, dan saudara-saudari kita yang tangguh imannya.

7. Doa Umat dan Doa Penutup
Pemandu mengajak umat berdoa permohonan (doa umat) yang ditutup dengan doa Bapa Kami, lalu dilanjutkan dengan doa penutup.

Doa dapat ditutup oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur karena pertemuan dapat berjalan lancar dan memberikan kesadaran baru.
  • Mohon penyertaan Allah supaya mampu meresapkan dalam hati segala nilai-nilai imani yang ditemukan dan mampu mengembangkan iman yang mendalam dan tangguh dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

8. Lagu Penutup
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 627, 630, 632, 636)

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy