| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kristus, Sang Kepala Gereja

 
Sebagai Tuhan, Kristus adalah juga Kepala Gereja, yang adalah Tubuh-Nya.
Walaupun Ia telah diangkat dan dimuliakan di dalam surga, karena Ia telah menyelesaikan perutusan-Nya secara penuh, namun Ia tinggal di dunia dalam Gereja-Nya.
Penebusan adalah sumber otoritas yang Kristus jalankan dalam Gereja-Nya berkat Roh Kudus.
Gereja, atau Kerajaan Kristus yang sudah hadir dalam misteri adalah benih dan awal Kerajaan-Nya di dunia ini (KGK, 669)


Sebagai umat Katolik kita bergembira, karena baru saja kita mendapatkan seorang Paus yang baru. Beliau adalah sosok yang amat sederhana dan baru pertama kalinya berasal dari Amerika Latin dan setelah berabad-abad tidak ada Paus yang dipilih, yang berasal dari luar Benua Eropa. Roh Kudus menghembuskan kesegaran baru dalam Gereja. Dipilih-Nya seorang hamba yang sederhana dan bersahaja (Luk 1:46-48) untuk memimpin umat-Nya. Paus Fransiskus bahkan memilih moto kepausannya yang berbunyi, “Miserando atque eligendo”, yang berarti: “yang rendah namun dipilih”.

Namun, mungkin di sana-sini kita masih melihat, membaca atau mendengar kasak-kusuk tentang kepausan itu sendiri. Ada selebaran yang menuduh Gereja Katolik menyembah Paus dan Pausnya sendiri adalah pemimpin yang sesat. Lalu mulailah selebaran itu membuat fantasi yang aneh tentang Paus. Digambarkan mitra yang dipakainya berbentuk seperti mulut ikan menganga dan itu adalah pakaian para penyihir atau penenung berabad-abad silam. Belum lagi obeliks atau tugu lurus berbentu pensil yang tertampang megah di lapangan Basilika St. Petrus di Vatikan yang dianggap berasal dari dunia sihir. Semua tuduhan ini isinya amat sensasional dan tidak mempunyai dasar apa pun. Mereka yang membuatnya sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang Gereja Katolik dan seluk beluknya. Bahkan boleh dikatakan bahwa tuduhan itu sebenarnya hanya omong kosong belaka. Sayangnya, banyak umat yang termakan oleh penjelasan tak bernilai tersebut.

Gereja Katolik tidak pernah menyembah Paus. Para Paus sendiri pun sadar akan hal ini. Mereka semua menunjuk pada Kristus sebagai Sang Kepala. Nama diri Paus itu berasal dari bahasa Latin papa, yang artinya adalah bapa. Mungkin kita pernah mendengar tentang gelar Pontifex Maximus yang pernah dikenakan pada Paus. Kedengarannya memang gagah, tapi artinya amat bersahaja. Pontifex berasal dari dua kata Latin: pons (jembatan) dan facere (membuat); jadi, artinya pembangun jembatan. Jembatan apa? Jembatan dari manusia ke Allah dan dari Allah ke manusia. Maximus artinya yang terbesar.

Jadi, pada dasarnya Paus menganggap diri hanya sebagai penghubung, bukan pusat kuasa. Dan gelar yang lain yang lebih banyak disukai dan dipakai oleh Paus adalah servus servorum Dei, yang berarti: hamba dari para hamba Allah. Singkatnya: hamba umat Allah. Di sini yang ditekankan adalah tugas pelayanannya, bukan sebagai dia yang berkuasa, tapi dia yang melayani. Bukankah Kristus pernah berpesan, “Tidakkah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat 20:26). Pesan inilah yang dijalankan dengan serius oleh para Paus.

Akan tetapi, bukankah kepemimpinan dalam Gereja itu dianugerahi dengan kuasa? Memang benar, kuasa atau otoritas diberikan, tapi dalam hal apa? Paus Fransiskus memberikan jawaban yang indah, “Dalam hal mencintai.” Kuasa yang sesungguhnya hanya ada pada Yesus Kristus! Gereja melalui Katekismus mengajar, “Sebagai Tuhan, Kristus adalah juga Kepala Gereja, yang adalah Tubuh-Nya” (KGK, 669). Pernyataan ini dengan jelas mengajar bahwa hanya Kristuslah pusat kekuasaan, hanya Dialah yang patut disembah, tidak pernah boleh ada sesuatu atau seseorang yang lain yang boleh kita sembah. Kita semua adalah umat-Nya. Bersama dengan pemimpin umat, yakni Paus, kita semua sujud menyembah Kristus.

Hendaknya ajaran Gereja ini sungguh jelas bagi kita, sehingga kita dapat menjawab sanggahan-sanggahan yang dilontarkan melawan iman kita.

Sumber: Katekismus Gereja Katolik, 668-674
RP. Benny Phang, O.Carm / CAFE ROHANI

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy