"Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala; sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Mat 10,16)

Jumat, 10 Juli 2015
Hari Biasa Pekan XIV


Kej. 46:1-7,28-30; Mzm. 37:3-4,18-19,27-28,39-40; Mat. 10:16-23

"Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala; sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Mat 10,16)

Suatu saat, saya pernah menolak untuk dihubungi oleh seseorang yang setiap hari mengirim sms atau email yang sebenarnya tidak perlu sekaligus memintanya untuk tidak menghubungi saya lagi. Apalagi, saat saya harus belajar secara khusus untuk ujian. Sungguh sangat mengganggu. Namun, orang tersebut mengatakan, "Bukankah Tuhan datang untuk orang berdosa supaya bertobat, ... sebagai seorang gembala, rm. bukan hanya siap mendampingi domba2 yang baik, yang nakal juga ..." Ya benar! Tuhan datang untuk orang berdosa. Tujuannya supaya bertobat. Kalau orang tersebut tetap bebal dan tidak mau bertobat Yesus pun marah, mengecam dan bahkan mengeluarkan sabda celaka seperti yang Ia tujukan kepada penduduk Kirazim dan Betzaida, juga kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Ketika mereka bermaksud jahat dan mencelakainya, Yesus juga memilih pergi, menghindar dan menyingkir. Demikian juga, seorang imam memang diutus untuk menggembalakan kawanan domba Tuhan, dan dari sekian banyak domba itu mungkin ada juga yang nakal. Mereka pun harus digembalakan dan diajak untuk bertobat. Tapi kalau tetap saja nakal, bahkan menakali dan mengganggu si gembala, ya sebaiknya dihindari kan? Bukankah gembala harus dilindungi dan bisa melindungi diri dari orang-orang yang bernaksud jahat? Saya rasa, gangguan dan kenakalan-kenakalan dari satu dua domba ini merupakan salah satu bentuk konkret kata-kata Yesus ini: "Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala". Oleh karena itu, dibutuhkan kecerdikan seperti ular dan ketulusan seperti merpati. Untuk kata "cerdik", dalam bahasa Yunani, istilah yang dipakai adalah φρόνιμοι, yang arti lebih tepatnya adalah bijaksana, hati-hati, penuh pertimbangan (Igr: wise, sensible, thoughtful). Dalam konteks ini, Yesus menggunakan kebijaksanaan ular, apa maksud-Nya? Seekor ular, ketika tidak dapat melarikan diri dari jebakan musuhnya, ia sekurang-kurangnya akan mempertahankan agar kepalanya bebas dari bahaya dan kesakitan, kendati anggota tubuh lainnya harus terluka dan menderita. Bagi kita, "kepala" itu adalah Kristus, yang juga berarti iman kepada-Nya dan panggilan suci dari-Nya, sehingga harus dilindungi, dipertahankan dan dijauhkan dari segala bahaya yang mengancam.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat kebijaksanaan dalam berelasi dengan orang lain, terlebih terhadap mereka yang kadang berusaha menjebak dan membahayakan hidup kami, iman kami dan panggilan kami. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy