Saudara-saudari terkasih, pada hari ini
Gereja memperingati St. Ignatius dari Antiokhia, salah satu bapa besar
Gereja perdana yang hidup dan karyanya, yang tindakan dan imannya dapat
menjadi sumber inspirasi bagi kita semua tentang bagaimana kita
masing-masing dapat menjadi lebih baik dan lebih orang Katolik yang
berkomitmen dalam hidup. St. Ignatius dari Antiokhia adalah salah satu
bapa dan uskup Gereja awal sebagai penerus para Rasul dalam pelayanan
Gereja, dan dia adalah penerus St. Petrus di Takhta Antiokhia yang
didirikan oleh Rasul, yang didedikasikan untuk kawanannya dan perluasan
Gereja, antara lain untuk pemeliharaan dan keselamatan jiwa-jiwa.
St.
Ignatius dari Antiokhia dulu dan masih sangat dihormati karena
kesalehan dan imannya kepada Allah, atas kontribusi dan komitmennya yang
besar kepada Tuhan dan Gereja-Nya, sebagaimana ia menulis secara
ekstensif kepada Gereja, dan secara aktif berkorespondensi dengan Paus
St. Klemens, Uskup Roma dan suksesi St. Petrus dan dengan para bapa
Gereja lainnya, di atas pekerjaan dan dedikasinya yang penuh semangat
kepada kawanan Kristen setempat. Dia menghadapi kesulitan dan tantangan
seperti yang dihadapi banyak orang Kristen perdana dan para Rasul
sendiri.
St.
Ignatius dari Antiokhia adalah salah satu uskup Gereja yang paling
awal, menjadi murid St. Yohanes Penginjil. Salah satu perhatian utamanya
saat itu adalah persatuan Kristen. Ia menulis beberapa surat, dan dalam
banyak surat ia menjelaskan keinginannya untuk bersatu.
Misalnya,
dalam Suratnya kepada Jemaat Magnesia, St. Ignatius memerintahkan umat
untuk melakukan segala sesuatu dalam persatuan dengan uskup dan imam
setempat.
Karena itu, sebagaimana Tuhan tidak melakukan apa pun tanpa Bapa, karena bersatu dengan-Nya, baik oleh diri-Nya sendiri maupun oleh para rasul, demikian pula tidak melakukan apa pun tanpa uskup dan imam. Janganlah berusaha agar sesuatu tampak masuk akal dan pantas bagi diri Anda sendiri secara terpisah; tetapi karena kita berkumpul di tempat yang sama, biarlah ada satu doa, satu permohonan, satu pikiran, satu harapan, dalam kasih dan sukacita yang tak bercacat. Hanya ada satu Yesus Kristus, yang tidak ada yang lebih unggul daripada-Nya. Karena itu berlarilah bersama-sama menjadi satu bait Allah, seperti kepada satu altar, seperti kepada satu Yesus Kristus, yang berasal dari satu Bapa dan bersama dan pergi kepada satu Bapa itu.
Saudara-saudari
dalam Kristus, kita dapat melihat dalam diri Santo Ignatius dari
Antiokhia, nyala api gairah dan cinta kepada Tuhan, komitmen sejati yang
ia tunjukkan di hadapan semua orang, termasuk para penyiksa dan
algojonya. Ia mengutamakan Tuhan di atas segalanya, termasuk keinginan
dan harapannya sendiri. Dan dengan berbuat demikian, ia tidak membiarkan
godaan si jahat masuk ke dalam hatinya.
St.
Ignatius sendiri sebagaimana disebutkan menjadi martir pada akhir
pelayanannya sebagai Uskup Antiokhia, dan dia sangat menderita seperti
kawanannya, membela imannya sampai akhir. Tetapi dia dan banyak martir
lainnya tetap setia dan berkomitmen kepada Tuhan, terlepas dari semua
tantangan yang harus mereka hadapi. Mereka menaruh iman dan kepercayaan
penuh mereka kepada Tuhan, dan mengikuti Dia ke mana pun dan ke mana pun
Tuhan memimpin mereka.
Sekarang, apakah kita mampu mengikuti Tuhan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Santo Ignatius dari Antiokhia? Tentu saja, kita dapat melakukannya, jika kita menaruh hati dan pikiran kita di dalamnya. Karena itu, marilah kita menyerahkan diri kita sepenuhnya dan sepenuhnya kepada Tuhan, mulai sekarang, agar dalam segala hal, kita dapat memuliakan Tuhan melalui kata-kata, tindakan, dan perbuatan kita. Semoga Tuhan memberkati kita. Amin.




