Facebook  X  Whatsapp  Instagram 

Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat; ia akan masuk dan keluar, dan menemukan padang rumput.

Minggu, 11 Mei 2014
Minggu Paskah IV - Minggu Panggilan

Kis 2:14a.36-41; Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; 1 Ptr 2:20b-25; Yoh 10:1-10

"Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."

Tugas gembala adalah memelihara domba-domba yang dipercayakan kepadanya. Bentuk pemeliharaan tersebut bisa bermacam-macam, antara lain melindungi dari berbagai macam bahaya, mencukupi kebutuhannya, membimbing di jalan yang benar, dll dengan maksud agar domba-dombanya terjamin dan tidak berkekurangan tetapi mempunyai hidup yang berkelimpahan. Bagi kita, gembala yang sejati adalah Tuhan sendiri sebab Ia telah bersabda, "Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku ... Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya." (Yeh 34:15-16). Tuhan menggembalakan kita tanpa membeda-bedakan. Yang hilang dan yang tersesat, yang luka dan yang sakit, yang gemuk dan yang kuat, semuanya dikasihi dan diperhatikan sesuai dengan situasi dan kebutuhan masing-masing. Kita berdoa, semoga para imam yang telah menerima panggilan khusus dari Tuhan untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya dalam menggembakan umat, juga mempunyai kasih kegembalaan yang demikian. Semoga para imam menggembalakan umat sebagaimana yang seharusnya, yakni dengan sikap dasar kasih kepada semua yang tanpa membeda-bedakan kendati harus memberi perhatian dan pelayanan sesuai situasi dan kebutuhan masing-masing.

Doa: Tuhan, berkatilah para gembala kami agar mempunyai kasih seperti kasih-Mu kepada kami. Pilihlah pula dari antara kami untuk menjadi imam-Mu supaya kami jangan sampai kekurangan gembala yang Kautus mewakili-Mu dalam menggembalakan kami. Amin. -agawpr-

Kobus: Hidup dalam Kelimpahan


Minggu, 11 Mei 2014 Hari Minggu Paskah IV (Hari Minggu Panggilan)

Minggu, 11 Mei 2014
Hari Minggu Paskah IV (Hari Minggu Panggilan)
   
“Setiap tindakan pelayanan, yang menghantar pada cinta dan pelayanan Gereja, harus mendorong untuk semakin menumbuhkan kasih dan pelayanan kepada Yesus Kristus sebagai Kepala, Gembala dan Mempelai Gereja, suatu kasih yang selalu menjadi suatu jawaban atas Kasih Allah yang bebas dan cuma-cuma dalam diri Yesus Kristus” (St. Yohanes Paulus II, Pastores Dabo Vobis, no.25).
   
Antifon Pembuka (Mzm 33:5-6)
 
Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan, dan langit dijadikan oleh sabda-Nya. Alleluya.
  
atau
 
Misericordia Domini plena est terra, alleluia: verbo Dei cæli firmati sunt, alleluia, alleluia.
 
Doa Pagi
 
Allah, Engkau telah menebus kawanan-Mu dengan darah terindah Putra-Mu. Berkenanlah memperhatikan domba-domba-Mu dan sudilah menempatkan mereka di padang penggembalaan yang kekal. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.
 
Bacaan dari Kisah Para Rasul (Kis 2:14a.36-41)
  
"Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan dan Kristus."
      
Pada hari Pentakosta bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada orang-orang Yahudi, “Seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Ketika mendengar hal itu, hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain, “Apakah yang harus kami perbuat, Saudara-saudara?” Jawab Petrus kepada mereka, “Bertobatlah, dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu; maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu, bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.” Dengan banyak perkataan lain lagi Petrus memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh, dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya, “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini!” Orang-orang yang menerima perkataan Petrus itu memberi diri dibaptis, dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.
  
Bacaan dan Surat Pertama Rasul Petrus (2:20b-25)
    
"Kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu."
    
Saudara-saudara terkasih, jika kamu berbuat baik dan karena itu harus menderita, itu adalah kasih karunia Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu, dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu muslihat pun tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki. Ketika menderita, Ia tidak mengancam, tetapi menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah disembuhkan. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh: 10:14)
Akulah gembala yang baik! Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:1-10)
      
"Akulah pintu kepada domba-domba."
    
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu, dan domba-domba mendengarkan suaranya; ia memanggil dombanya, masing-masing menurut namanya, dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-dombanya itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu kepada domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat; ia akan masuk dan keluar, dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
  
Renungan
    
Judul hari ini adalah “Gembala dan Pintu?” Mengapa ada tanda anya? Karena pada zaman sekarang kedua hal ini tidak lagi mudah dipahami. Dunia penggembalaan sudah jauh berbeda pemahamannya dengan dahulu. Demikian juga halnya pemahaman akan makna pintu. Bagaimana perumpamaan Yesus hari ini dapat kita pahami?

Pertama, tentang gembala domba. Di Palestina gembala memiliki keunikan sendiri. Mereka biasanya berpenampilan sederhana, dengan peralatan sederhana, serta membawa bekal dalam kantong kulit. Hubungan antara domba dan gembala sangat uni. Di Palestina domba tidak untuk disembelih, melainkan untuk diambil bulu wolnya. Rentang waktu penggembalaan sampai bertahun-tahun, dan seringkali domba mempunyai nama sapaan masing-masing yang menerangkan keunikannya.

Jika domba hendak memasuki kandang pada akhir hari, gembala dengan cepat memeriksa apakah domba mendapatkan luka selama hari itu. Sehingga, ia mengenal betul dombanya. Sebaliknya, dombanya mengenal suara gembala. Gembala tahu benar menuntun domba ke padang rumput dan ia akan melindungi domba dari serangan binatang buas dan para penyamun. Sebagaimana gembala, demikian Yesus mengenal umat-Nya, menuntunnya ke padang rumput yang hijau, dan menjaganya dari serangan binatang buas dan para penyamun.

Kedua, tentang pintu. Berhubungan dengan dunia penggembalaan sering kita menggembalakan domba, gembala tidak membawa pulang dombanya ke kandang utama, melainkan mendirikan semacam kandang sementara yang hanya memiliki satu pintu masuk kecil. (Katekismus Gereja Katolik, No. 754 menjelaskan: “Gereja adalah kandang domba, dan satu-satunya pintu yang harus dilalui ialah Kristus Bdk. Yoh 10:1-10. Gereja juga kawanan, yang seperti dulu telah difirmankan Bdk. Yes 40:11, Yeh 34:11-31., akan digembalakan oleh Allah sendiri. Domba-dombanya, meskipun dipimpin oleh gembala-gembala manusiawi, namun tiada hentinya dibimbing dan dipelihara oleh Kristus sendiri, Sang Gembala Baik dan Pemimpin para gembala Bdk. Yoh 10:11; 1 Ptr 5:4., yang telah merelakan hidup-Nya demi domba-domba" (LG 62) Bdk. Yoh 10:11-15.”) Pada malam hari gembala akan tidur di pintu masuk tersebut, sehingga tidak ada satu pun domba pun yang dapat keluar atau masuk, jika tidak melalui pintu itu.

Pintu itulah Yesus. Hanya melalui Dia, manusia masuk ke kedamaian kawanan dan keluar ke kebahagiaan padang rumput yang hijau. Bagi kita orang Katolik, pemahaman Yesus sebagai Gembala sejati, yang menuntun kita ke padang rumput yang hijau dan menjaga kita dari segala marabahaya, serta sebagai Pintu, yang menjadi jalan satu-satunya menuju Kerajaan Allah, harus berurat-berakar kuat di dalam iman kita. Hanya dengan mengimani Yesus seperti itulah, kita akan bertahan dari segala godaan pencuri dan penyamun.(Cafe Rohani)

Gereja itu apostolik, karena ia didirikan atas para Rasul dalam tiga macam arti:
•    ia tetap "dibangun atas dasar para Rasul dan para nabi" (Ef 2:20) Bdk. Why 21:14., atas saksi-saksi yang dipilih dan diutus oleh Kristus sendiri Bdk. misalnya Mat 28:16-20; Kis 1:8, 1 Kor 9:1; 15:7-8; Gal 1:1.;
•    dengan bantuan Roh yang tinggal di dalamnya, ia menjaga ajaran Bdk. Kis 2:42., warisan iman, serta pedoman-pedoman sehat para Rasul dan meneruskannya Bdk. 2 Tim 1:13-14..
•    ia tetap diajarkan, dikuduskan, dan dibimbing oleh para Rasul sampai pada saat kedatangan kembali Kristus - dan justru oleh mereka yang mengganti para Rasul dalam tugasnya sebagai gembala: Dewan para Uskup, "yang dibantu para imam, dalam kesatuan dengan pengganti Petrus, gembala tertinggi Gereja" (AG 5).
"Engkaulah Gembala kekal yang tidak pernah meninggalkan kami, kawanan-Mu, tetapi selalu menjaga dan melindungi dengan perantaraan para Rasul-Mu. Engkau telah melantik para Rasul itu sebagai gembala yang memimpin kawanan-Mu, yaitu umat yang percaya kepada Putra-Mu" (MR, Prefasi Rasul). (Katekismus Gereja Katolik, No. 857)

Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.

Sabtu, 10 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
 
Kis 9:31-43; Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Yoh 6:60-69
  
Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Pada waktu SD, saya mempunyai beberapa guru yang dapat dikatakan galak, yang kalau marah seringkali mengeluarkan kata-kata wejangan yang keras dan pedas. Bahkan, kadang kala menggebrak meja atau memukul murid dengan tuding atau penggaris. Namun, pada waktu itu, tak ada seorang pun dari kami yang kemudian meninggalkan kelas atau keluar dari sekolah. Juga tidak ada di antara kami atau orangtua kami yang kemudian melaporkannya ke polisi. Kami, paling tidak saya waktu itu menyadari bahwa kata-kata wejangan yang keras dengan disertai kemarahan tersebut merupakan salah satu cara yang baik untuk menggembleng kami. Meskipun harus mendengar kata-kata keras, tapi kami butuh ilmu di tingkat SD itu demi hidup dan masa depan kami. Demikian juga, saya memahami kata-kata dan pengajaran Yesus yang dianggap keras sebagai salah satu cara bagi Tuhan untuk mendidik dan menggembleng para murid sehingga mereka sungguh militan. Sebagai murid-murid-Nya di zaman sekarang, kadang kita pun mengalami gemblengan yang keras, misalnya lewat penderitaan, persoalan hidup, masalah dan ujian-ujian hidup yang lain. Mungkin, hal-hal tersebut juga sempat membuat iman kita goyah, ingin meninggalkan Tuhan. Namun, kita sadar bahwa untuk selamat kita membutuhkan Tuhan sehingga tidak mungkin kita meninggalkan-Nya.

Doa: Tuhan, Engkaulah sumber dan jaminan hidup kami di dunia maupun di akhirat. Semoga, seberat dan sekeras apa pun jalan yang harus kami tempuh untuk mengikuti-Mu, kami tetap setia sebagaimana Engkau selalu setia kepada kami. Amin. -agawpr-

Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”

Sabtu, 10 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah

Bacaan silahkan lihat (di sini)

 Dalam hidup kita sering mendengarkan kata-kata yang keras dan pedas. Reaksi atas hal ini bisa berbeda. Mereka yang ‘berdarah panas’, biasanya langsung menanggapi dengan keras. Sikap demikian yang muncul dalam diri para murid dalam kisah Injil hari ini. Banyak yang ‘berdarah panas’, marah dan akhirnya meninggalkan Yesus, kembali ke rumah masing-masing.

Apa yang membuat sikap ini terjadi? Kita harus membaca kembali bacaan kemarin, tentang “Roti Hidup”. Orang yang mau selamat harus bersekutu dengan-Nya, dengan menyantap Tubuh-Nya. Orang-orang Yahudi protes. Setiap pribadi bisa sampai kepada Allah secara langsung. Maka, ketika Yesus ini mengatakan bahwa hidup abadi hanya didapatkan dengan mengikuti Dia dan lewat Dia, bagi mereka hal itu merupakan penghujatan kepada Allah! Inilah yang membuat mereka banyak meninggalkan Yesus. Mereka tidak menerima Yesus sebagai Mesias yang telah diutus Allah untuk membebaskan umat manusia dari belenggu dosa dan maut. Mereka hanya mau menerima Dia sebagai raja dunia yang mengenyangkan seperti saat menerima makanan dari Yesus; dan seperti nenek moyang mereka yang menerima manna. Pemikiran yang sangat duniawi!

Bisa jadi, itulah sikap beriman kita. Kita mau menerima Allah yang hanya memenuhi keinginan dan kepentingan kita. Kita ingin mengatur Allah demi kehidupan duniawi kita. Coba saja ingat doa-doa yang kita panjatkan, kerapkali bersifat duniawi. Berilah kesehatan, rezeki, kesenangan, jauhkan dukacita dan kesedihan; dan banyak lagi permintaan bersifat jasmani. Coba refleksikan, ketika semua diterima, adalah rasa syukur dan merasa cukup? Tidak, kita terus merasa kekurangan.

Tuhan kerapkali memberi sesuatu “yang keras” dalam kehidupan kita, seperti dukacita, kegagalan, ketidakmampuan dan sejenisnya. Sendirian kita memang kerap lemah. Maka kita harus bersekutu dengan Allah lewat santapan rohani, Tubuh-Nya yang kita terima lewat Sakramen Mahakudus. Kesatuan itu kemudian berbuah lewat persekutuan keluarga, di mana kita dapat saling meneguhkan dan membahagiakan. Jika kondisi keluarga seperti itu, maka akan menjadi tempat pertumbuhan bagi putra-putri kita untuk panggilan khusus sebagai imam atau biarawan-biarawati. Bagaimana dengan keluarga kita? (Pahala Hasudungan, O.Carm/Cafe Rohani)

Sabtu, 10 Mei 2014 Hari Biasa Pekan III Paskah

Sabtu, 10 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
            
Pernyataan pertama mengenai Ekaristi, memisahkan murid-murid-Nya dalam dua kelompok, sebagaimana juga penyampaian mengenai sengsara-Nya menimbulkan reaksi menolak pada mereka: "Perkataan ini keras, siapakah sanggup mendengarkannya?" (Yoh 6:60). Ekaristi dan salib adalah batu-batu sandungan. Keduanya membentuk misteri yang sama, yang tidak berhenti menjadi sebab perpecahan. "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (Yoh 6:67). Pertanyaan Tuhan ini bergema sepanjang masa; melalui pertanyaan ini cinta-Nya mengundang kita, supaya mengakui bahwa hanya Dialah memiliki "perkataan hidup kekal" (Yoh 6:68) dan bahwa siapa yang menerima anugerah Ekaristi-Nya dengan penuh iman, menerima Dia sendiri. (Katekismus Gereja Katolik, 1336)
    
Antifon Pembuka (lih. Kol 2:12)
     
Kita dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan dan dibangkitkan bersama dengan Dia pula berkat kepercayaan kita akan kuasa Allah, yang telah membangkitkan Kristus dari alam maut. Alleluya.
       
Doa Pagi  
      
Allah Bapa yang Mahamurah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau menganugerahkan kehidupan kekal kepada kami. Kami mohon, tariklah diri kami untuk selalu dekat dengan-Mu dan selalu rindu untuk tinggal bersama-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
     
Perjalanan Petrus adalah perjalanan kasih yang menyelamatkan. Orang yang sakit disembuhkannya dan yang mati dijadikannya hidup kembali. Kehadirannya menampakkan kehadiran Kristus.
       
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:31-42)
    
"Jemaat dibangun, dan jumlahnya makin bertambah besar, oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus."
   
Selama beberapa waktu setelah Saulus bertobat, jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus. Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan kemana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida. Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya, “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangunlah orang itu. Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan. Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita, dalam bahasa Yunani: Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Adapun Lida dekat dengan Yope. Maka ketika murid-murid mendengar bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan, “Segeralah datang ke tempat kami.” Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas, dan semua janda datang berdiri di dekatnya. Sambil menangis, mereka menunjukkan kepada Petrus semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Tetapi Petrus menyuruh mereka keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kmudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata, “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya, dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu ia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope, dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Sesudah peristiwa itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku. Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
3. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku: Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan.
  
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (lih. Yoh 6:63b.68b)
Perkataan-perkataan-Mu adalah roh dan hidup. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.
    
Perkataan Yesus tentang Roti hidup menguji dan memurnikan kesediaan untuk mengikuti Kristus. Bersama keduabelas murid Yesus setiap orang ditantang untuk setia sampai akhir.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:60-69)
   
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal."
    
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna! Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
    
Pernyataan Yesus tentang diri-Nya dirasa sangat keras sehingga membuat banyak orang yang mengikuti Dia bersungut-sungut. Lalu mereka mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Bagaimana perasaan kita? Apakah kita merasa bahwa perkataan Yesus ini keras? Apakah kita juga mau mengundurkan diri? Tidak! Bersama Petrus kita berkata, “Kepada siapa kami akan pergi? Kami percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:68-69)
  
Doa Malam
    
Tuhan, kendalikanlah keinginan-keinginan yang tidak teratur dari padaku. Semoga apa yang ada di dunia ini, kupakai sejauh membantu dan menjadi sarana saja untuk mencapai tujuan hidupku yaitu keselamatan di dalam Engkau, kini dan sepanjang masa. Amin.
    
RUAH

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Jumat, 09 Mei 2014
Hari Biasa Pekan III Paskah
     
Kis 9:1-20; Mzm 117:1bc.2; Yoh 6:52-59
       
Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Pada tahun 1263, ada seorang imam bernama Petrus dari Prague yang mengalami krisis iman. Akibat ajaran sesat dari bidaah yang dipimpin Berengarius, ia mengalami keraguan bersar bahwa roti ekaristi yang telah dikonsekrir benar-benar Tubuh Kristus. Maka, ia bermaksud mengadakan perjalanan ziarah ke makam St. Petrus di Roma dengan harapan mendapat pencerahan. Dalam peziarahan tersebut, ia singgah di Bolsena, sebuah kota kecil sebelah utara Roma dan merayakan Ekaristi di Gereja St. Kristina. Pada saat konsekrasi, ketika ia mengucapkan kata-kata, “Inilah Tubuh-Ku,” hosti di tangannya berubah menjadi daging dan mengucurkan darah yang menetes ke korporal. Segera, ia melaporkan kejadian tersebut kepada Paus Urbanus IV. Paus pun kemudian menegaskan bahwa mukjizat teresebut merupakan jawaban pasti atas keraguan Rm. Petrus sekaligus mematahkan ajaran sesat dari Berengarius. Yesus Kristus sungguh-sungguh hadir dalam hosti suci yang telah dikonsekrir dalam Misa. Dia benar-benar makanan bagi kita. Setiap kali kita menerima komuni, kita memakan-Nya sehingga kita mendapatkan hidup dari-Nya. Sebagaimana kalau kita makan nasi dengan segala lauk pauknya, kita mendapatkan energi dan kehidupan dari makanan tersebut; demikian pula dengan makan Tubuh Kristus kita pun mendapatkan energi dan kehidupan dari-Nya. Sebagaimana kalau misalnya kita makan petai, maka keringat, urine, dan mulut kita bau petai; demikian pula hendaknya dengan makan Tubuh Kristus, seluruh diri kita juga bau Yesus. Artinya, pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan-tindakan kita sungguh dijiwai oleh Yesus sendiri yang senantiasa mengasihi, melayani, mengampuni dan mengorbankan diri.


Doa: Bapa, kami bersyukur karena melalui sakramen Ekaristi, Putera-Mu Yesus Kristus menjadikan diri-Nya sebagai makanan bagi kami. Semoga hidup kami dijiwai oleh-Nya sehingga kami semakin mampu untuk mengasihi, melayani, mengampuni dan rela berkorban. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy