Facebook  X  Whatsapp  Instagram 

Kamis, 28 April 2011 Hari Kamis dalam Oktaf Paskah

Kamis, 28 April 2011
Hari Kamis dalam Oktaf Paskah


"Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat,lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka" <--> Luk 24:30

Doa Renungan

Allah Bapa kami di surga, Engkau selalu membangkitkan daya hidup baru pada umat-Mu. Engkau telah memulihkan martabat kami dan mengangkat kami menjadi putra dan putri-Mu. Semoga kami senantiasa memuji Dikau karenanya, dan semoga kami mendambakan hari kebangkitan kami dan terlaksananya segala harapan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul (3:11-26)

"Yesus, Pemimpin kepada hidup, yang telah kamu bunuh; tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati."

Petrus dan Yohanes menyembuhkan seseorang yang lumpuh. Ketika orang lumpuh yang disembuhkan itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, seluruh orang banyak yang sangat keheranan datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata, "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu? Dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat bahwa Ia harus dilepaskan. Kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, dan malah menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Yesus, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh! Tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Karena kepercayaan dalam nama Yesuslah, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; kepercayaan itulah yang telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpinmu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di Surga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku! Dengarkanlah Dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakan-Nya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita. Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati, dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu Tuhan di seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 8:2ab.5.6-7.8-9)

1. Ya Tuhan, Allah kami, apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.
3. Domba, sapi dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil, do = d, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)

Ayat. Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:35-48)

"Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga."

Dua murid yang dalam perjalanan ke Emaus ditemui oleh Yesus yang bangkit, segera kembali ke Yerusalem. Mereka menceritakan kepada saudara-saudara apa yang telah terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut, dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hatimu? Lihatlah tangan dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini! Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu kan tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum juga percaya karena girang dan masih heran, berkatalah Yesus kepada mereka, "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Yesus berkata kepada mereka, "Inilah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Yesus membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka, "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

"Sesudah dirimu dis'lamatkan, jadilah saksi Kristus..." Lagu itu berkumandang gempita di gereja paroki. Hari itu ratusan remaja dan beberapa orang dewasa telah menerima Sakramen Krisma dari Uskup. Seusai Ekaristi, Anton dengan riang menyambut ucapan selamat dari ayah dan ibunya, kakaknya, serta seluruh kenalan dan kerabat. Ia dan keluarganya pun sempat berfoto bersama Bapa Uskup, pastor paroki, wali krisma, guru agama, dan teman-teman. Senang sekali rasanya.

Setelah itu di aula paroki, hidangan dan berbagai acara telah disiapkan untuk para penerima Sakramen Krisma. Anton mengingat baik-baik nasihat Bapa Uskup dalam homili tadi: "Menjadi saksi Kristus berarti mengalami hubungan yang akrab dengan Kristus dalam doa dan sakramen-sakramen. Juga mengalami Kristus dalam perjumpaan dengan orang sekitar. Mau memikirkan yang terbaik demi Kristus dalam peristiwa sehari-hari. Sejak dibaptis, kita sebenarnya telah menjadi saksi Kristus. Namun, dengan Sakramen Krisma, secara resmi dinyatakan bahwa kita telah dewasa dalam iman. Kita dilantik menjadi utusan Gereja untuk menjadi saksi hidup Kristus. Caranya, hidup yang penuh kasih di tengah keluarga, sekolah, dan pergaulan masyarakat."

Menerima Sakramen Krisma dari tangan Bapa Uskup, pengganti para rasul, merupakan peristiwa sekali seumur hidup. Bukan mengenai acara dan hadiah serta foto dan sertifikatnya, namun yang pasti ialah kenyataan iman bahwa kita menjadi saksi Kristus. Kita merindukan dan mengenangkan Kristus yang mencurahi Roh Kudus, sehingga kita menjadi saksi Injil-Nya dalam hidup yang gembira.

Tuhan Yesus Kristus, terima kasih, Engkau telah melantik aku menjadi saksi-Mu. Amin.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

POPE BENEDICT XVI FOR THE 45th WORLD COMMUNICATIONS DAY: Truth, Proclamation and Authenticity of Life in the Digital Age

POPE BENEDICT XVI
FOR THE 45th WORLD COMMUNICATIONS DAY

Truth, Proclamation and Authenticity of Life in the Digital Age

June 5, 2011



Dear Brothers and Sisters,

On the occasion of the 45th World Day of Social Communications, I would like to share some reflections that are motivated by a phenomenon characteristic of our age: the emergence of the internet as a network for communication. It is an ever more commonly held opinion that, just as the Industrial Revolution in its day brought about a profound transformation in society by the modifications it introduced into the cycles of production and the lives of workers, so today the radical changes taking place in communications are guiding significant cultural and social developments. The new technologies are not only changing the way we communicate, but communication itself, so much so that it could be said that we are living through a period of vast cultural transformation. This means of spreading information and knowledge is giving birth to a new way of learning and thinking, with unprecedented opportunities for establishing relationships and building fellowship.

New horizons are now open that were until recently unimaginable; they stir our wonder at the possibilities offered by these new media and, at the same time, urgently demand a serious reflection on the significance of communication in the digital age. This is particularly evident when we are confronted with the extraordinary potential of the internet and the complexity of its uses. As with every other fruit of human ingenuity, the new communications technologies must be placed at the service of the integral good of the individual and of the whole of humanity. If used wisely, they can contribute to the satisfaction of the desire for meaning, truth and unity which remain the most profound aspirations of each human being.

In the digital world, transmitting information increasingly means making it known within a social network where knowledge is shared in the context of personal exchanges. The clear distinction between the producer and consumer of information is relativized and communication appears not only as an exchange of data, but also as a form of sharing. This dynamic has contributed to a new appreciation of communication itself, which is seen first of all as dialogue, exchange, solidarity and the creation of positive relations. On the other hand, this is contrasted with the limits typical of digital communication: the one-sidedness of the interaction, the tendency to communicate only some parts of one’s interior world, the risk of constructing a false image of oneself, which can become a form of self-indulgence.

Young people in particular are experiencing this change in communication, with all the anxieties, challenges and creativity typical of those open with enthusiasm and curiosity to new experiences in life. Their ever greater involvement in the public digital forum, created by the so-called social networks, helps to establish new forms of interpersonal relations, influences self-awareness and therefore inevitably poses questions not only of how to act properly, but also about the authenticity of one’s own being. Entering cyberspace can be a sign of an authentic search for personal encounters with others, provided that attention is paid to avoiding dangers such as enclosing oneself in a sort of parallel existence, or excessive exposure to the virtual world. In the search for sharing, for “friends”, there is the challenge to be authentic and faithful, and not give in to the illusion of constructing an artificial public profile for oneself.

The new technologies allow people to meet each other beyond the confines of space and of their own culture, creating in this way an entirely new world of potential friendships. This is a great opportunity, but it also requires greater attention to and awareness of possible risks. Who is my “neighbour” in this new world? Does the danger exist that we may be less present to those whom we encounter in our everyday life? Is there is a risk of being more distracted because our attention is fragmented and absorbed in a world “other” than the one in which we live? Do we have time to reflect critically on our choices and to foster human relationships which are truly deep and lasting? It is important always to remember that virtual contact cannot and must not take the place of direct human contact with people at every level of our lives.

In the digital age too, everyone is confronted by the need for authenticity and reflection. Besides, the dynamic inherent in the social networks demonstrates that a person is always involved in what he or she communicates. When people exchange information, they are already sharing themselves, their view of the world, their hopes, their ideals. It follows that there exists a Christian way of being present in the digital world: this takes the form of a communication which is honest and open, responsible and respectful of others. To proclaim the Gospel through the new media means not only to insert expressly religious content into different media platforms, but also to witness consistently, in one’s own digital profile and in the way one communicates choices, preferences and judgements that are fully consistent with the Gospel, even when it is not spoken of specifically. Furthermore, it is also true in the digital world that a message cannot be proclaimed without a consistent witness on the part of the one who proclaims it. In these new circumstances and with these new forms of expression, Christian are once again called to offer a response to anyone who asks for a reason for the hope that is within them (cf. 1 Pet 3:15).

The task of witnessing to the Gospel in the digital era calls for everyone to be particularly attentive to the aspects of that message which can challenge some of the ways of thinking typical of the web. First of all, we must be aware that the truth which we long to share does not derive its worth from its “popularity” or from the amount of attention it receives. We must make it known in its integrity, instead of seeking to make it acceptable or diluting it. It must become daily nourishment and not a fleeting attraction. The truth of the Gospel is not something to be consumed or used superficially; rather it is a gift that calls for a free response. Even when it is proclaimed in the virtual space of the web, the Gospel demands to be incarnated in the real world and linked to the real faces of our brothers and sisters, those with whom we share our daily lives. Direct human relations always remain fundamental for the transmission of the faith!

I would like then to invite Christians, confidently and with an informed and responsible creativity, to join the network of relationships which the digital era has made possible. This is not simply to satisfy the desire to be present, but because this network is an integral part of human life. The web is contributing to the development of new and more complex intellectual and spiritual horizons, new forms of shared awareness. In this field too we are called to proclaim our faith that Christ is God, the Saviour of humanity and of history, the one in whom all things find their fulfilment (cf. Eph 1:10). The proclamation of the Gospel requires a communication which is at once respectful and sensitive, which stimulates the heart and moves the conscience; one which reflects the example of the risen Jesus when he joined the disciples on the way to Emmaus (cf. Lk 24:13-35). By his approach to them, his dialogue with them, his way of gently drawing forth what was in their heart, they were led gradually to an understanding of the mystery.

In the final analysis, the truth of Christ is the full and authentic response to that human desire for relationship, communion and meaning which is reflected in the immense popularity of social networks. Believers who bear witness to their most profound convictions greatly help prevent the web from becoming an instrument which depersonalizes people, attempts to manipulate them emotionally or allows those who are powerful to monopolize the opinions of others. On the contrary, believers encourage everyone to keep alive the eternal human questions which testify to our desire for transcendence and our longing for authentic forms of life, truly worthy of being lived. It is precisely this uniquely human spiritual yearning which inspires our quest for truth and for communion and which impels us to communicate with integrity and honesty.

I invite young people above all to make good use of their presence in the digital world. I repeat my invitation to them for the next World Youth Day in Madrid, where the new technologies are contributing greatly to the preparations. Through the intercession of their patron Saint Francis de Sales, I pray that God may grant communications workers the capacity always to carry out their work conscientiously and professionally. To all, I willingly impart my Apostolic Blessing.

From the Vatican, 24 January 2011,
Feast of Saint Francis de Sales



BENEDICTUS XVI

Pesan Paus Benediktus XVI Pada Hari Komunikasi Sedunia ke 45 "Kebenaran, Pemakluman dan Kesejatian Hidup di Jaman Digital"

PESAN BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI
PADA HARI KOMUNIKASI SEDUNIA ke-45
HARI MINGGU PASKAH VII, 5 Juni 2011

"Kebenaran, Pemakluman dan Kesejatian Hidup di Jaman Digital"

Saudara dan Saudari Terkasih,

Pada kesempatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-45, saya ingin berbagi beberapa refleksi yang dimotivasi oleh suatu ciri khas yang menggejala jaman kita: munculnya internet sebagai jejaring komunikasi. Ada pendapat yang semakin umum bahwa, sebagaimana revolusi industri yang pada masanya menghasilkan suatu transformasi besar dalam masyarakat melalui perubahan-perubahan yang terjadi ke dalam lingkaran produksi dan kehidupan para pekerja, demikian juga berbagai perubahan mendasar yang terjadi di dalam komunikasi di jaman sekarang ini sedang memandu perkembangan-perkembangan budaya dan sosial yang signifikan. Teknologi baru tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi melainkan juga memengaruhi komunikasi itu sendiri sedemikian rupa sehingga orang menegaskan bahwa kita sementara hidup dalam suatu periode transformasi budaya yang besar. Sarana penyebaran informasi dan pengetahuan ini melahirkan suatu cara baru belajar dan berpikir dengan peluang-peluang yang belum pernah terjadi guna menegakkan antar hubungan dan membangun persekutuan .

Kini, cakrawala baru yang tak terbayangkan sebelumnya telah terbuka. Cakrawala-cakrawala tersebut membangkitkan kekaguman karena kemungkinan-kemungkinan yang disodorkan oleh media baru itu, dan pada saat yang sama amat menuntut suatu permenungan yang serius tentang makna komunikasi di jaman digital. Hal ini secara khusus menjadi jelas ketika kita menghadapi kemampuan luar biasa internet dan kerumitan pemakaiannya. Sebagaimana halnya dengan setiap hasil kecakapan manusia, teknologi komunikasi baru harus diperuntukkan bagi pelayanan kebaikan perorangan dan umat manusia secara utuh. Jika dipergunakan dengan bijaksana, teknologi komunikasi baru dapat memberikan sumbangsih bagi pemenuhan kerinduan akan makna, kebenaran dan kesatuan yang tetap menjadi cita-cita terdalam setiap manusia.

Dalam dunia digital, menyampaikan informasi kian dipahami dalam suatu jejaring sosial dimana pengetahuan terbagi dalam konteks pertukaran pribadi. Perbedaan yang jelas antara penyedia informasi dan pengenyam informasi menjadi relatif; dan komunikasi tidak hanya nampak sebagai pertukaran data tetapi juga sebagai suatu bentuk berbagi. Dinamika ini menyumbangkan bagi suatu penilaian baru tentang komunikasi itu sendiri, yang terutama dipandang sebagai dialog, pertukaran, solidaritas dan penciptaan hubungan-hubungan yang positif. Pada sisi lain, hal ini diperhadapkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari komunikasi digital: interaksi sepihak, kecenderungan mengkomunikasikan hanya sebagian dari dunia batin seseorang, resiko pencitraan palsu seseorang yang dapat menjadi suatu bentuk kepuasan diri sendiri.

Secara khusus, kaum muda sedang mengalami perubahan ini dalam komunikasi dengan semua kecemasan, tantangan dan daya cipta, yang khas bagi orang yang terbuka dengan antusiasme dan rasa ingin tahu akan pengalaman-pengalaman baru dalam hidup. Keterlibatan mereka yang semakin besar dalam forum digital publik yang tercipta oleh jejaring-jejaring sosial membantu melahirkan bentuk-bentuk baru dari hubungan-hubungan antar pribadi memengaruhi kesadaran diri sendiri dan oleh karena itu tak pelak lagi mempertanyakan bukan saja bagaimana seharusnya bertindak tetapi juga tentang kesejatian jati dirinya. Masuk ke dalam ruang maya dapat menjadi tanda pencarian yang otentik akan perjumpaan pribadi dengan orang lain, asalkan tetap tanggap terhadap bahaya seperti menyertakan diri dalam sejenis eksistensi ganda atau menampilkan diri secara berlebihan di dalam dunia maya. Dalam upaya berbagi dan mencari "teman", terdapat tantangan untuk menjadi otentik dan setia dan tidak menyerah kepada ilusi untuk mencitrakan tampang publik yang palsu bagi diri sendiri.

Teknologi baru memungkinkan untuk saling bertemu di luar batas-batas ruang dan budaya mereka sendiri, dengan menciptakan sebuah dunia yang sama sekali baru dari persahabatan-persahabatan potensial. Ini merupakan suatu peluang besar tetapi juga menuntut perhatian yang lebih besar dan kesadaran akan resiko yang mungkin. Siapakah "tetangga" saya di dalam dunia baru ini? Entahkah ada bahaya bahwa kita mungkin kurang hadir bagi mereka yang kita jumpai dalama hidup harian kita? Apakah ada risiko menjadi lebih terganggu karena perhatian kita terbagi-bagi dan terserap di suatu "dunia lain" daripada dimana kita hidup? Apakah kita mempunyai waktu untuk merenungi pilihan kita secara kritis dan memajukan hubungan yang sungguh mendalam dan berdaya tahan? Pentinglah untuk selalu mengingat bahwa kontak virtual tidak dapat dan tidak boleh mengganti kontak manusiawi langsung dengan orang-orang di setiap tingkat kehidupan kita.

Dalam era digital juga, setiap orang dihadapkan dengan kebutuhan akan otentisitas dan refleksi. Selain itu, dinamika yang melekat di dalam jejaring sosial menunjukkan bahwa seseorang senantiasa terlibat dalam apa yang ia komunikasikan. Tatkala orang saling menukar informasi, mereka sudah mensyeringkan diri mereka, pandangannya tentang dunia, harapan dan cita-cita mereka. Lantas, cara hadir yang khas kristiani di dunia digital adalah bentuk komunikasi yang jujur dan terbuka, bertanggungjawab dan hormat akan orang lain. Memaklumkan Injil melalaui media baru berarti tidak sekadar memasukkan isi religius secara terbuka ke dalam berbagai pentas media, tetapi menjadi saksi setia di dunia digital itu sendiri dan cara seseorang mengkomunikasikan pilihan-pilihan, apa yang utama, serta keputusan-keputusan yang sepenuhnya selaras dengan Injil bahkan ketika hal itu tidak terungkap secara khusus. Selanjutnya, benar juga bahwa di dalam dunia digital pesan tak dapat disampaikan tanpa disertai dengan kesaksian yang konsisten dari pihak yang meyampaikannya. Dalam situasi baru itu dan dengan bentuk pengungkapan baru, orang Kristen sekali lagi dipanggil untuk memberikan jawaban kepada siapa saja yang meminta pertanggungjawaban terhadap pengharapan yang ada dalam diri mereka (bdk. 1 Petrus 3:15)

Tugas memberikan kesaksian tentang Injil di era digital menuntut setiap orang untuk secara istimewa memiliki kepekaan terhadap aspek pesan yang dapat menantang cara berpikir khas internet. Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa kebenaran yang ingin kita bagikan bukan bukan berasal dari nilai "popularitas"nya atau jumlah perhatian yang diterima. Kita harus berusaha memperkenalkannya secara utuh, bukan sekadar supaya dapat diterima atau sebaliknya malah melemahkannya. Ia harus menjadi makanan harian dan bukannya daya tarik sesaat. Kebenaran Injil bukanlah sesuatu yang memberikan rasa puas atau digunakan secara dangkal, melainkan pemberian yang menuntut jawaban bebas. Bahkan apabila diwartakan dalam dunia internet, Injil harus terjelma dalam dunia nyata dan berkaitan dengan wajah riil saudara dan saudari kita, mereka yang dengannya kita berbagi keseharian hidup kita. Hubungan manusiwi yang langsung tetap menjadi fundamental bagi pemakluman iman.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak orang-orang kristiani dengan percaya diri, dan dengan kreatifitas yang terbina dan bertanggungjawab bergabung dalam jejaring hubungan yang dimungkinkan oleh jaman digital. Hal ini bukan saja untuk memuaskan keinginan untuk hadir, tetapi karena jejaring ini merupakan bagian utuh dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks, bentuk-bentuk baru kesadaran berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kirstus adalah Allah, Penyelamat umat manusia dan Penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (Bdk. Ef. 1:10). Pewartaan Injil menuntut sebuah komunikasi yang sekaligus penuh hormat dan peka, yang menggugah hati dan menggerakkan kesadaran; cerminan suri teladan Yesus yang bangkit tatkala Ia bergabung bersama para murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (bdk. Lk. 24:13-35). Dengan cara pendekatan-Nya, dialog-Nya bersama mereka, cara-Nya yang lembut menggerakkan hati, mereka perlahan-lahan dituntun kepada suatu pemahaman akan misteri.

Dalam analisis terakhir, kebenaran Kristus merupakan jawaban yang utuh dan otentik bagi kerinduan manusia akan hidup relasi, persekutuan dan makna yang tercermin dalam popularitas jejaring sosial yang meluas. Orang beriman yang memberikan kesaksian iman yang sungguh mendalam tentu memberikan bantuan yang berharga bagi internet agar tidak menjadi sarana yang memerosotkan kepribadian manusia, memanipulasi secara emosional, dan yang memberikan kemungkinan kepada berkuasa untuk memonopoli pendapat orang lain. Sebaliknya, orang beriman mendorong setiap orang untuk terus menghidupkan pertanyaan manusiawi yang abadi sebagai ungkapan kerinduan akan sesuatu yang yang trasenden dan dambaan akan bentuk-bentuk yang otentik dari kehidupan yang patut untuk dihayati. Justru hasrat rohani yang unik manusiawi inilah yang mengilhami upaya kita untuk mencari kebenaran dan persekutuan dan mendesak kita untuk berkomunikasi dengan keutuhan dan kejujuran.

Saya mengundang terutama kaum muda untuk sungguh-sungguh hadir secara berdaya guna di dunia digital. Saya mengulangi lagi undanganku bagi mereka untuk Hari Kaum Muda sedunia di Madrid, dimana teknologi baru sedang memberikan sumbangannya yang besar bagi persiapannya. Dengan pengantaraan pelindungnya St. Fransiskus de Sales, saya berdoa agar Allah menganugerahi para pekerja di bidang komunikasi kemampuan untuk melaksanakan karya mereka dengan sadar dan profesional. Kepada kalian semua, saya memberikan berkat apostolik saya.

Vatikan 24 Januari 2011

Pesta St. Fransiskus de Sales



Benedictus PP XVI

Rabu, 27 April 2011 Hari Rabu dalam Oktaf Paskah

Rabu, 27 April 2011
Hari Rabu dalam Oktaf Paskah

Jadilah yang pertama mengakui dosa-dosamu, maka engkau akan dibenarkan. (St. Yohanes Krisostomus)

Antifon Pembuka


Marilah, hai kamu yang diberkati Bapa-Ku. Terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan (Mat 25:43)


Doa Pagi


Dengan kuasa Yesus, Petrus menyembuhkan orang yang lumpuh sejak lahir. Banyak orang menjadi takjub dan memuliakan Allah. Semoga kami pun senantiasa memuliakan Engkau, ya Yesus, karena karya-Mu yang luhur dalam diri kami. Amin.


Beriman berarti memberikan kesaksian akan Yesus Kristus yang bangkit. Kata-kata, tindakan dan hidup orang beriman harus benar-benar menampakkan hidup Yesus sendiri, yakni membawa kehidupan bukan kematian. Kata-kata, tindakan dan perhatian Petrus sama dengan yang dilakukan Yesus.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul (3:1-10)

"Apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, berjalanlah!"

Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. Di situ ada seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah. Ketika orang itu melihat, bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. Mereka menatap dia dan Petrus berkata, "Lihatlah kepada kami." Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata, "Emas dan perak tidak ada padaku! Tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" Lalu Petrus memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian kemari dan mengikuti Petrus dan Yohanes ke dalam Bait Allah; ia berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Ketika seluruh rakyat melihat dia berjalan sambil memuji Allah, mereka mengenali dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah. Maka mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 845
Ref. Tuhan adalah kasih setia bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya.
Ayat. (Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9; Ul: 7a.8a)

1. Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, maklumkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa. Bernyanyilah bagi Tuhan, bermazmurlah bagi-Nya; percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
2. Bermegahlah dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari Tuhan. Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya!
3. Hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, pilihan-Nya, Dialah Tuhan, Allah kita, ketetapan-Nya berlaku di seluruh bumi.
4. Selama-lamanya ia ingat akan perjanjian-Nya, akan firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan; akan perjanjian yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak.

Bait Pengantar Injil, do = f, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)
Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.


Kisah perjalanan kedua murid yang pergi ke Emaus menyadarkan semua orang beriman bagaimana kita harus menangkap Yesus yang menyertai perjalanan hidup kita. Sepahit apapun, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Perjalanan mereka merupakan gambaran hidup kita sebagai orang beriman yang terus mencari Tuhan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:13-35)

"Mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti."

Pada hari Sabat sesudah Yesus dimakamkan, dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenali Dia. Yesus berkata kepada mereka, "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya, "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka, "Apakah itu?" Jawab mereka, "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret! Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati, dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Dan beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan bahwa Yesus hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Yesus sendiri tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka, "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya akan segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Sementara itu mereka mendekati kampung yang mereka tuju. Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka mendesak-Nya dengan sangat, "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka, dan mereka pun mengenali Dia. Tetapi Yesus lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain, "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita? Lalu bangunlah mereka dan langsung kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid. Mereka sedang berkumpul bersama teman-teman mereka. Kata mereka kepada kedua murid itu, "Sungguh, Tuhan telah bangkit, dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua murid itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan


Suasana hati itu sangat mempengaruhi keadaan hidup kita. Misalnya, senang, gembira, penuh sukacita; atau sedih, susah dan menderita. Kita mencoba untuk selalu menciptakan suasana gembira di hadapan sesama. Namun, kita tidak bisa membohongi diri sendiri. Kemampuan kita sangat terbatas untuk mengerti dan mengendalikan suasana hati. Kita lamban untuk merespon keadaan sekitar lingkungan dengan jernih. Padahal, banyak hal indah yang bisa memberdayakan hidup kita.

Doa Malam

Tuhan Yesus, kami mengucap syukur dan terimakasih kepada-Mu. Engkau telah membuka mata hati kami dalam Ekaristi seperti Engkau membuka mata murid dari Emaus. Semoga kami menjadi penghayat dan pencinta Ekaristi dan hidup kami semakin ekaristis, rela dibagi-bagi demi kebahagiaan dan keselamatan banyak orang. Amin.


RUAH

Selasa, 26 April 2011 Hari Selasa dalam Oktaf Paskah

Selasa, 26 April 2011
Hari Selasa dalam Oktaf Paskah

YESUS MENAMPAKKAN DIRI KEPADA MARIA MAGDALENA

Doa Renungan

Tuhan Yesus, terima kasih untuk cintakasih-Mu yang tak terbatas bagiku. Engkau adalah gembala yang baik. Ajarlah aku bagaimana mendengar suara-Mu dalam setiap situasi yang kuhadapi. Jagalah aku agar selalu dekat pada-Mu. Amin.


Pembacaan dari Kisah Para Rasul (2:36-41)

"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dirimu dibaptis dalam nama Yesus."

Pada hari Pentakosta, berkatalah Petrus kepada orang-orang Yahudi, "Seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Ketika mendengar hal itu, hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain, "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka, "Bertobatlah, dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu; maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu, bagi anak-anakmu dan bagi semua orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." Dan dengan banyak perkataan lain lagi Petrus memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh, dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya, "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bumi penuh dengan kasih setia-Mu.
Ayat. (Mzm 33:4-5.18-19.20.22)

1. Firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
2. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya; Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
3. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan, Dialah penolong dan perisai kita. Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

Bait Pengantar Injil, do = d, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)

Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya
.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:11-18)

"Aku telah melihat Tuhan, dan Dialah yang mengatakan hal-hal itu kepadaku."

Setelah makam Yesus kedapatan kosong, maka Maria Magdalena, berdiri dekat kubur dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya, "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka, "Tuhanku telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang, dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya, "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman. Maka ia berkata kepada-Nya, "Tuan, jikalau Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana Tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya, "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, "Rabuni!" artinya Guru. Kata Yesus kepadanya, "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid, "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Tuhanlah yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan

Yesus yang bangkit itu melarang Maria memegang-Nya. Sesudah kebangkitan, Yesus berelasi atas cara baru dengan murid-murid dan orang-orang yang dikasih-Nya: keadaan baru, pengharapan baru, suasana baru, dan penampilan baru.

Paskah membawa kita kepada keadaan dan praksis hidup secara baru. Untuk itu, bukti konkret memang mutlak relevan dan signifikan. Secara fisik kita sama saja dengan sebelum Paskah, tetapi Yesus yang bangkit itu menyuruh kita untuk memperbarui diri dan menampilkan diri kita atas cara yang baru. Kalau dahulu kita lebih cenderung dibantu, sesudah Paskah kita lebih ingin membantu. Kalau dahulu kita ingin diperhatikan, sesudah Paskah ini kita lebih ingin memberi perhatian. Kalau dahulu kita ... maka sesudah Paskah kita ….

Bapa yang kudus, tariklah aku ke dalam rencana-Mu dan jadikanlah aku partner-Mu untuk meluaskan kabar sukacita-Mu. Amin.


Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian



Senin, 25 April 2011 Hari Senin dalam Oktaf Paskah

Senin, 25 April 2011
Hari Senin dalam Oktaf Paskah

Marilah kita memadahkan alleluia dengan suara kita dan dengan hati kita, dengan bibir kita dan dengan hidup kita (St. Agustinus)


Antifon Pembuka

Tuhan telah mengantar kamu masuk ke tanah yang berlimpah-limpah susu dan madu. Semoga hukum Tuhan kamu renungkan selalu (Kel 13:5,9). Alleluya.


Doa Pagi


Yesus terang hidup kami, Engkau telah menghalau kegelapan hidup kami dengan derita, wafat dan kebangkitan-Mu. Engkau tidak pernah meninggalkan kami. Maka, kami pun akan berusaha untuk mengikuti jejak-Mu agar dengan pengantaraan-Mu, kami sampai pada Bapa di surga. Amin.


Kematian adalah pukulan berat bagi manusia. Demikian juga bagi para murid, hidup dan harapan mereka hancur karena peristiwa kematian Yesus. Namun, pengalaman kebangkitan Yesus telah membuka cakrawala baru dalam kehidupan mereka, terutama keterbukaan mereka untuk menjadi saksi kehidupan Yesus.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul (2:14.22-32)


"Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi."

Pada hari Pentakosta, bangkitlah Petrus berdiri bersama kesebelas rasul. Dengan suara nyaring ia berkata kepada orang banyak, "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan, mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh dengan tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan-Nya dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan. Karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram. Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburnya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi, dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu Daud telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
atau Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.

Ayat. (Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11; Ul: 5a)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku."
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
4. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil, do = d, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)
Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.


Makam kosong Yesus bagi para murid yang percaya menjadi pusat kepercayaan, kegembiraan, kekaguman dan pengharapan. Sedangkan bagi mereka yang tidak percaya, tempat itu menjadi batu sandungan, ketidak percayaan dan hambatan untuk melihat kehidupan yang baru.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (28:8-15)


"Katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan disanalah mereka akan melihat Aku."

Pada waktu itu, perempuan-perempuan pergi dari kubur, diliputi rasa takut dan sukacita yang besar. Mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukan kepada para murid bahwa Yesus telah bangkit. Tiba-tiba Yesus menjumpai mereka dan berkata, "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka, "Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka masih di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga makam Yesus ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan kaum tua-tua, mereka mengambil keputusan, lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata, "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid Yesus datang malam-malam dan mencuri jenazah-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan


Melakukan kebohongan itu lebih mudah daripada melakukan yang benar. Kita mudah terjebak dalam kebohongan untuk mempertahankan kekayaan, kedudukan, prestise, atau pengikut. Kebohongan satu akan selalu diikuti oleh kebohongan selanjutnya. Itulah kecenderungan manusia untuk melakukan kejahatan. Segala cara bisa kita halalkan. Padahal kita mempunyai rahmat pengudus yang mengingatkan kita untuk selalu melakukan yang benar. Jangan takut untuk mengatakan yang benar.

Doa Malam

Yesus, berulang kali Engkau berpesan, “Jangan takut!” Terima kasih ya Yesus, atas bimbingan-Mu sepanjang hari ini. Aku merasakan kelegaan dalam setiap langkahku, sebab Engkaulah yang memimpin aku dengan kuat kuasa-Mu. Amin.



RUAH

Apa yang dimaksud dengan Masa Paskah?

Masa Paskah adalah masa dalam kalender liturgi Gereja katolik yang dimulai dari Hari Minggu Paskah sampai hari Raya Pentakosta. Pada masa ini kita diajak untuk merefleksikan Yesus yang bangkit dari alam kematian; suatu kesempatan yang diberikan Gereja kepada umatnya untuk kembali menghadirkan peristiwa puncak dari seluruh rencana keselamatan Allah bagi kita.

Paskah yang kita kenal ini memang diambil dari tradisi Yahudi. Namun, tentu ada perbedaan antara Paskah Yahudi dengan Paskah yang ada dalam tradisi Gereja Katolik. Paskah Yahudi adalah masa peringatan bagi bangsa Israel akan pembebasan bangsa ini dari perbudakan di Mesir oleh Yahweh. Paskah Yahudi ditandai oleh upacara makan bersama dalam keluarga Yahudi. Dalam acara keluarga itu dibacakan kembali kisah keluarnya bangsa Yahudi dari tanah Mesir.

Mengapa pada Malam Paskah diarak lilin Paskah dan mengapa minggu-minggu setelah Paskah, lilin itu masih diletakkan di dekat mimbar?

Dalam liturgi Malam Paskah ada bagian yang dikenal dengan Upacara Cahaya. Dalam upacara itu diaraklah sebuah lilin besar yang dinyalakan dari api baru yang sudah diberkati. Biasanya lampu-lampu gereja dipadamkan sehingga ruangan menjadi gelap. Hanya nyala lilin paskah dan juga nantinya lilin-lilin kecil yang dipegang umat yang menyala menerangi ruang gereja hingga Madah Kemuliaan dinyanyikan.

Lilin Paskah ini melambangkan kemuliaan Kristus yang menerangi kegelapan dunia akibat kedosaan umat manusia. Ia membawa cahaya baru bagi dunia. Oleh karena itu umat juga menyanyikan lagu “Kristus Cahaya Dunia”. Lilin Paskah itu penuh simbol yang mengungkapkan Kristus Mulia sang pembawa terang bagi dunia. Dalam lilin itu tertera tanda Alfa (Δ) dan Omega (Ω) yang melambangkan awal dan akhir dan tertera pula tahun bersangkutan sebagai lambang Kristus penguasa waktu. Kemuliaan dan kekuasaan-Nya tak habis dimakan zaman.

Setelah diarak dari luar gereja, lilin ini lalu diletakkan di samping mimbar tempat lektor biasanya membacakan Kitab Suci. Secara simbolik posisi ini mau mengajarkan bahwa Kristus yang mulia itu menuntun langkah manusia lewat sabda-sabda kehidupan yang dibacakan dari atas mimbar ini. Lilin paskah ini akan terus ada di samping mimbar selama masa Paskah.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy