Paus Fransiskus merayakan Misa Peringatan Perjamuan Tuhan pada Kamis malam kudus. Dia bersyukur atas pelayanan imamat dan mengingat banyak imam yang telah meninggal saat melayani orang sakit.
Oleh Linda Bordoni
Paus Fransiskus memimpin Misa Perjamuan Tuhan pada Kamis Putih di Basilika Santo Petrus. Dia ingat bagaimana Yesus membasuh kaki para Rasul dan mengundang orang-orang beriman untuk mengizinkan Tuhan untuk mengasihi dan melayani mereka.
Paus bersyukur kepada Tuhan atas pelayanan begitu banyak imam yang tidak disebutkan namanya, beberapa di antaranya telah mengorbankan hidup mereka - terutama mereka yang telah meninggal baru-baru ini ketika melayani orang sakit di rumah sakit dan klinik di tengah pandemi coronavirus.
Liturgi yang dikenal sebagai coena Domini, berlangsung pada hari pertama Triduum Paskah dan memperingati institusi Ekaristi.
Dalam pidato tanpa naskah selama homili, Paus mengingat tiga kata kunci untuk Kamis Putih: Ekaristi, pelayanan, pengurapan.
'Izinkan Tuhan untuk melayani Anda'
Paus Fransiskus mengingatkan orang-orang Kristen bahwa hanya dengan membiarkan Tuhan mencintai kita, kita akan diselamatkan. Yesus sendiri berkata: "Jika kita tidak memakan Tubuh-Nya dan kita tidak minum Darah-Nya, kita tidak akan memasuki Kerajaan Surga", kata Paus.
“Sulit dipahami bahwa kita perlu mengizinkan Tuhan melayani kita,” lanjut Paus Fransiskus. Dia kemudian merenungkan Injil St. Yohanes yang menggambarkan pertukaran antara Yesus dan Petrus yang mengatakan kepada Tuhan: "Engkau tidak akan pernah mencuci kakiku". Yesus menjawab: "Jika aku tidak mencuci kamu, kamu tidak akan mendapat bagian dengan Aku".
"Anda harus meminta Tuhan untuk mengizinkan Anda tumbuh," kata Paus, "untuk memaafkan Anda."
Bersyukur atas imamat
Paus Fransiskus kemudian bersyukur atas imamat.
"Saya ingin berada dekat dengan para imam," katanya, "semuanya: dari yang baru ditahbiskan sampai ke para uskup dan Paus."
"Anda telah diurapi untuk menganugerahkan Ekaristi, Anda telah diurapi untuk melayani," tambahnya.
Memperhatikan bahwa dia tidak mungkin merayakan Misa Krisma pada hari Kamis pagi, Paus mengatakan dia berharap itu bisa dirayakan sebelum Pentakosta.
Merujuk pada liturgi Perjamuan Tuhan, dia berkata, "Saya tidak bisa membiarkan Misa ini berlalu tanpa menyebutkan imamat dan semua imam yang menawarkan hidup mereka untuk Tuhan."
Paus Fransiskus mengenang bahwa pada hari-hari dramatis yang ditandai oleh pandemi coronavirus ini, banyak pastor meninggal di sini di Italia ketika merawat orang sakit, bersama dengan dokter dan perawat di rumah sakit.
“Mereka adalah orang suci 'tetangga sebelah' kami,” yang telah menyerahkan hidup mereka untuk melayani Tuhan dan umat beriman, katanya.
Paus Fransiskus kemudian mengalihkan pikirannya kepada banyak pastor paroki dan pastor penjara yang membawa Injil ke kota-kota kecil dan ke penjara, dan ke sejumlah imam tanpa nama di wilayah misi, banyak di antara mereka yang mati dan dikubur jauh dari mata dunia. .
"Tidak ada yang tahu nama mereka," kata Paus. "Mereka adalah imam yang baik dan aku membawa mereka dalam hatiku."
Dia juga berbicara tentang banyak imam yang menderita fitnah dan penghinaan, “yang tidak bisa berjalan di jalanan” karena rasa malu yang ditimbulkan oleh penemuan beberapa hal buruk yang telah dilakukan beberapa imam.
"Hari ini kamu semua bersamaku di altar," katanya. "Jangan keras kepala seperti Petrus: biarkan Tuhan mencuci kakimu, belajar untuk memaafkan yang lain. Sama seperti Anda telah mengampuni, Anda akan diampuni. Jangan pernah takut untuk memaafkan. "
Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan bersyukur kepada Tuhan atas rahmat imamat: "Yesus mencintaimu. Saya hanya meminta agar Anda membiarkan kaki Anda dicuci."
Bertentangan dengan tradisi yang biasanya melihat Paus merayakan Misa Kamis Putih di luar Vatikan, upacara tahun ini berlangsung di Altar Kursi di Basilika Santo Petrus yang hampir kosong. Liturgi tidak termasuk mencuci kaki, karena menghormati arahan yang dimaksudkan untuk membatasi penyebaran Covid-19. Misa disiarkan langsung dan orang-orang Kristen di seluruh dunia diundang untuk berpartisipasi.
Jumat, 10 April 2020
Hari Jumat Agung --- Memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Para kudus mencintai salib dan menemukan dalam salib, kekuatan dan penghiburan (St Yohanes Maria Vianney)
Pengantar
Hari ini Gereja merayakan Pengenangan Sengsara Tuhan Inilah Puncak Cinta
Allah, yang telah menghampakan diri-Nya, mengutus Putra-Nya hidup,
sengsara sampai wafat di salib untuk menyelamatkan manusia,
menyelamatkan kita semua dari kegelapan dosa. Unsur khas perayaan hari ini:
1. Gereja merenungkan sengsara Kristus, menghormati salib-Nya, serta
mendoakan keselamatan seluruh dunia dalam doa umat meriah .
2. Suasana ibadat hening, tanpa musik iringan, sejak perarakan masuk
3. Tidak ada Perayaan Ekaristi, jadi tidak ada Doa Syukur Agung,
4. Tetapi ada Perayaan Komuni (hosti yang telah dikonsekrir pada Kamis Putih)
5. Tidak dibuka dengan Ritus Pembuka dan Ritus Penutup.
Perayaan Sengsara Tuhan Jumat Agung terdiri atas tiga bagian, yakni Liturgi Sabda, Penghormatan Salib, dan Upacara Komuni.
Bacaan dari Kitab Yesaya (52:13-53:12)
"Ia ditikam karena kedurhakaan kita."
Beginilah firman Tuhan, “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil! Ia akan
ditinggikan, disanjung dan dimuliakan! Seperti banyak orang tertegun
melihat dia – rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi, dan
tampaknya tidak seperti anak manusia lagi,-- demikianlah ia membuat
tercengang banyak bangsa, dan raja-raja akan mengatupkan mulutnya
melihat dia! Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka
lihat, dan yang tidak mereka dengar akan mereka pahami. Maka mereka
berkata: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, kepada
siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Sebagai taruk Hamba Yahwe
tumbuh di hadapan Tuhan, dan sebagai tunas ia muncul dari tanah kering.
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan, dan
biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap dia, dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Ia
tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya, sehingga kita tidak
tertarik untuk memandang dia; dan rupanya pun tidak menarik, sehingga
kita tidak terangsang untuk menginginkannya. Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah. Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia
diremukkan oleh karena kejahatan kita; derita yang mendatangkan
keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya
kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing
mengambil jalan sendiri! Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya
kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri
ditindas, dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan
penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang
memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dank
arena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di
antara orang-orang fasik, dan waktu mati ia ada di antara
penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan, dan tipu tidak
ada di dalam mulutnya. Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan
kesakitan, dan apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih, ia
akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan
terlaksana karena dia. Sesudah kesusahan jiwanya, ia akan melihat terang
dan menjadi puas. Sebab Tuhan berfirman, Hamba-Ku itu, sebagai orang
yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan
mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang
besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai
jarahan. Ini semua sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke
dalam maut dank arena ia terhitung di antara para pemberontak,
sekalipun ia menanggung dosa banyak orang, dan berdoa untuk
pemberontak-pemberontak.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 820
Ref. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kupercayakan jiwaku.
Ayat. (Mzm 31: 2.6.12-13.15-16.17.25; R: Luk 23:46)
1. Pada-Mu ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat
malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, ke dalam tangan-Mu
kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, Ya Tuhan Allah yang setia.
2. Di hadapan semua lawanku aku bercela, tetangga-tetanggaku merasa
jijik. Para kenalanku merasa nyeri; mereka yang melihat aku cepat-cepat
menyingkir, Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati. Telah
menjadi seperti barang yang pecah.
3. Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, Aku berkata, "Engkaulah
Allahku!". Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari
musuh-musuhku dan bebaskan dari orang-orang yang mengejarku!
4. Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku
oleh kasih setia-Mu! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang
yang berharap hatimu.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (4:14-16; 5:7-9)
"Yesus tetap taat dan menjadi sumber keselamatan abadi bagi semua orang yang patuh kepada-Nya."
Saudara-saudara, kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah
melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh
berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Agung yang kita punya,
bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita!
Sebaliknya Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya saja tidak
berbuat dosa. Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah
dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih
karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Dalam hidupnya
sebagai manusia, Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan
ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari
maut; dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Akan tetapi
sekalipun Anak, Ia telah belajar menjadi taat; ini ternyata dari apa
yang telah diderita-Nya! Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi
pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = es, PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan Sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. (Flp 2:8-9)
Kristus taat untuk kita sampai wafat-Nya di salib. Dari sebab itulah
Allah mengagungkan Dia. Nama yang paling luhur dianugerahkan kepada-Nya.
BACAAN INJIL†: Yesus ; S: Semua Rakyat ; Pi: Pilatus ; Pe: Petrus ; N: Naracerita ; W: Suara Wanita ; H: Hamba
P A S S I O
N. Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Yohanes (18:1-9:42)
MEREKA MENANGKAP YESUS DAN MEMBELENGGUNYA N. Seusai perjamuan
Paskah, keluarlah Yesus dari ruang perjamuan bersama dengan
murid-murid-Nya, dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada
suatu taman. Yesus masuk ke taman itu bersama dengan murid-murid-Nya.
Yudas, yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu, karena Yesus
sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka datanglah juga
Yudas ke situ bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah
yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka
datang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. Yesus tahu semua yang
akan menimpa diri-Nya. Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada
mereka, †. “Siapakah yang kamu cari?” N. Jawab mereka, S. “Yesus dari Nazaret.”
N. Kata Yesus kepada mereka, †. “Akulah Dia.” N. Yudas yang
mengkhianati Yesus berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika
Yesus berkata kepada mereka: “Akulah Dia”, mundurlah mereka, dan jatuh
ke tanah. Maka Yesus bertanya pula, †. “Siapakah yang kamu cari?” N. Jawab mereka, S. “Yesus dari Nazaret”. N. Jawab Yesus, †. “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” N. Demikian terjadi
supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: “Dari mereka yang
Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.”
Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, dan
menetakkannya kepada hamba Imam Agung dan memutuskan telinga kanannya.
Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus, †. “Sarungkan pedangmu itu! Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” YESUS DIBAWA DULU KE ISTANA HANAS
N. Maka para prajurit
serta perwiranya, dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu
menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa Yesus mula-mula
kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu
menjadi Imam Agung; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada
orang-orang Yahudi: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk
seluruh bangsa.” Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus.
Murid itu mengenal Imam Agung dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung.
Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang
mengenal Imam Agung, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan
penjaga pintu, lalu membawa Petrus masuk. Maka kata perempuan penjaga
pintu itu kepada Petrus,
W. “Bukankah engkau juga murid orang itu?” N. Jawab Petrus, Pe. “Bukan!”
N. Sementara itu
hamba-hamba dan para penjaga Bait Allah telah memasang api arang,
sebab hawanya dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ.
Petrus pun berdiri berdiang di situ. Petrus pun berdiri berdiang
bersama-sama dengan mereka. Maka mulailah Imam Agung menanyai Yesus
tentang para murid dan tentang ajaran-Nya. Jawab Yesus kepadanya, †. “Aku berbicara terus
terang kepada dunia! Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di
Bait Allah tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah
berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah
mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh,
mereka tahu apa yang telah Kukatakan.” N. Ketika Yesus berkata demikian, seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus sambil berkata, H. “Begitukah jawab-Mu kepada Imam Agung?” N. Jawab Yesus kepadanya, †. “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau benar, mengapa engkau menampar Aku?”
"BUKANKAH ENGKAU JUGA SEORANG MURID YESUS?" - "BUKAN!" N. Lalu Hanas mengirim
Yesus terbelenggu kepada Kayafas, Imam Agung. Simon Petrus masih
berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya, S. “Bukankah engkau juga seorang murid Yesus?” N. Petrus menyangkalnya, katanya, Pe. “Bukan!” N. Salah seorang hamba Imam Agung, keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus, berkata kepadanya, H. “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Yesus?” N. Maka Petrus menyangkal lagi dan ketika itu berkokoklah ayam.
N. Keesokan harinya mereka
membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari
masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu,
supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. Sebab
itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata,
Pi. “Apakah tuduhanmu terhadap orang ini?”
N. Jawab mereka kepadanya, S. “Jikalau Ia bukan penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!” N. Kata Pilatus kepada mereka: Pi. “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.” N. Kata orang-orang Yahudi itu: S. “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.” N. Demikianlah terjadi supaya
genaplah firman Yesus yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia
akan mati. Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu
memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya, Pi. “Engkau inikah raja orang Yahudi?” N. Jawab Yesus, †. “Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu? Ataukah adakah orang lain yang mengatakan kepadamu tentang Aku?”
N. Kata Pilatus, Pi. “Orang Yahudikah aku?
Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala telah menyerahkan Engkau
kepadaku, apakah yang telah Engkau perbuat?” N. Jawab Yesus, †. “Kerajaan-Ku bukan dari
dunia ini! Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku sudah
melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi
Kerajaan-Ku bukan dari sini.”
N. Maka kata Pilatus kepada-Nya:
Pi. “Jadi Engkau adalah raja?” N. Jawab Yesus, †. “Seperti yang kaukatakan,
Aku adalah raja! Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke
dunia ini, yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap
orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
N. Kata Pilatus kepada-Nya: Pi. “Apakah kebenaran itu?” N. Sesudah mengatakan demikian, Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi, dan berkata kepada mereka,
Pi. “Aku tidak mendapati
kesalahan apa pun pada-Nya. Tetapi padamu ada kebiasaan, bahwa pada hari
raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku
membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?” N. Mereka pun berteriak, S. “Jangan Dia, melainkan Barabas!”
N. Barabas adalah seorang penyamun.
"SALAM, YA RAJA BANGSA YAHUDI"
N. Lalu Pilatus mengambil
Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam
sebuah mahkota duri, dan menaruhnya di atas kepala Yesus. Mereka
mengenakan jubah ungu pada-Nya, dan sambil maju ke depan mereka berkata, S. “Salam, hai raja orang Yahudi!” N. Lalu mereka menampar wajah Yesus. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada orang-orang Yahudi, Pi. “Lihatlah aku membawa Dia keluar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”
N. Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka,
Pi. “Lihatlah manusia ini!”
N. Ketika para imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Yesus, berteriaklah mereka, S. “Salibkan Dia, salibkan Dia!” N. Kata Pilatus kepada mereka, Pi. “Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia! Sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.” N. Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya, S. “Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.” N. Ketika Pilatus
mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia. Lalu ia masuk pula ke
dalam gedung pengadilan, dan berkata kepada Yesus, Pi. “dari manakah asal-Mu?” N. Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus, Pi. “Tidakkah Engkau
mau berbicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk
membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” N. Yesus menjawab, †. “Engkau tidak
mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan
dari atas. Sebab itu, dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar
dosanya.”
"ENYAHKANLAH DIA! ENYAHKANLAH DIA! SALIBKAN DIA!"
N. Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus, tetapi orang-orang Yahudi berteriak, S. “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar.” N. Ketika mendengar
perkataan itu, Pilatus menyuruh Yesus ke luar. Lalu ia duduk di kursi
pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani:
Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam duabelas.
Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu, Pi. “Inilah rajamu!” N. Maka berteriaklah mereka, S. “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” N. Kata Pilatus kepada mereka: Pi. “Haruskah aku menyalibkan rajamu?” N. Jawab imam-imam kepala, S. “Kami tidak mempunyai raja, selain Kaisar!” N. Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Dan mereka menerima Yesus.
"YESUS DISALIBKAN BERSAMA DUA ORANG LAIN"
N. Sambil memikul
salib-Nya, Yesus dibawa ke luar, ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam
bahasa Ibrani: Golgota. Di situ Yesus disalibkan, dan bersama dengan
Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah menyebelah, Yesus di
tengah-tengah. Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib
itu, bunyinya: “Yesus Orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Banyak orang
Yahudi membaca tulisan itu, sebab tempat Yesus disalibkan itu
letaknya dekat kota, dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani,
Latin dan Yunani. Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus, “Jangan
engkau menulis: “Raja orang Yahudi, tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah
Raja orang Yahudi.” N. Jawab Pilatus, Pi. “Apa yang kutulis, tetap tertulis.”
"MEREKA MEMBAGI-BAGI PAKAIANKU"
N. Setelah
prajurit-prajurit menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian Yesus,
lalu membaginya menjadi empat bagian, masing-masing prajurit satu
bagian. Jubah Yesus pun mereka ambil. Tetapi jubah itu tidak berjahit,
dari atas sampai ke bawah merupakan satu tenunan utuh. Karena itu
mereka berkata seorang kepada yang lain, “Janganlah kita membagi jubah
ini menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk
menentukan siapa yang mendapatnya.” N. Demikianlah terjadi
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka
membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka, dan membuang undi atas
jubah-Ku.” Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.
“ITULAH ANAKMU” - “ITULAH IBUMU”
N. Di dekat salib Yesus
berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria
Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang Ia kasihi
disampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: †. “Ibu, inilah anakmu!” N. Dan kemudian kata-Nya kepada murid itu, “ Y. Inilah ibumu!”
N. Dan sejak saat itu murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.
"SELESAILAH SUDAH"
N. Sesudah itu,
karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai berkatalah Ia –
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, -- †. “Aku haus!” N. Di situ ada suatu
buli-buli penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang pada
sebatang hisop, mencelupkannya dalam anggur asam itu, lalu
mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah meminum anggur asam itu,
berkatalah Yesus, †. “Sudahlah selesai.” N. Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.
"SEGERA DARAH DAN AIR MENGALIR KELUAR" N. Karena hari itu
adalah hari persiapan Paskah, dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat
itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu adalah
hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan
meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan, dan
mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit, lalu
mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang
disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi ketika mereka sampai kepada
Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan
kaki-Nya. Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung Yesus
dengan tombak, dan segera mengalirlah darah serta air keluar. Dan
orang yang melihat sendiri hal itu yang memberi kesaksian ini, dan
benarlah kesaksiannya. Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran,
supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang
tertulis dalam Kitab Suci: Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan;
dan nas lain yang mengatakan: Mereka akan memandang Dia yang telah
mereka tikam.
'JENAZAH YESUS DIBUNGKUS DENGAN KAIN KAFAN DAN DIBUBUHI DENGAN WANGI-WANGIAN" N. Sesudah itu Yusuf
dari Arimatea (Yusuf ini adalah seorang murid Yesus, tetapi
sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi) meminta kepada
Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus. Pilatus
meluluskan permintaan Yusuf. Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah
Yesus. Juga Nikodemus datang di situ. Dialah yang dulu datang
malam-malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak
gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil jenazah
Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan
rempah-rempah menurut adapt pemakaman orang Yahudi. Di dekat tempat
Yesus disalibkan itu ada suatu taman, dan dalam taman itu ada suatu
kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena
hari itu hari persiapan Paskah orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh
letaknya, maka mereka membaringkan jenazah Yesus di situ. Demikianlah Injil Tuhan. U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Hari ini kita merayakan Jumat Agung Sengsara Tuhan kita, saat ketika Yesus, Tuhan kita, dihukum mati oleh Pontius Pilatus atas dorongan lawan-lawannya, dan dihukum dan disiksa, dipaksa memikul salib kayu yang berat, dan akhirnya menjadi disalibkan di kayu salib, dan mati. Inilah yang kita peringati hari ini, hari ketika Tuhan kita sendiri mati demi kita.
Pengalaman kita membaca ini sore ini diperkuat oleh segala sesuatu di sekitar kita. Ada perasaan kehilangan yang mendalam, ketidakhadiran, di gereja saat ini. Tidak ada lonceng Tidak ada dekorasi. Tabernakel kosong. Altar kosong. Ini adalah satu-satunya hari dalam kalender Gereja ketika Misa tidak dirayakan. Kita hampir dalam kondisi mati suri. Yang bisa kita lakukan adalah mengingat sekali lagi apa yang diberikan kepada kita. Kita bercermin. Kita menghidupkannya kembali. Kita berduka.
Di kapel dan gereja di seluruh dunia hari ini, orang berdoa Jalan Salib dan menelusuri kembali langkah-langkah Kristus dan melafalkan kata-kata kuno yang terukir di hati kita: Ya Kristus, kami menyembah dan memuji Dikau, sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
Salib hari ini adalah tanda kita, pusat ibadat kita, dan untuk alasan yang baik: karena kita merangkul makna, kekuatan, dan bahkan kebutuhannya secara mendalam. Dalam beberapa menit kita akan memuliakannya dengan ciuman atau tindakan penghormatan lainnya — mengungkapkan dengan sedikit cara bahwa alat penderitaan ini juga merupakan kunci yang membuka bagi kita keselamatan kita. Salib adalah sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Namun, untuk semua kesedihan dan rasa sakitnya, semua drama dan tragedinya, kisah tentang sengsara dan kematian Kristus ini menawarkan kepada kita sesuatu yang lain, sesuatu yang mungkin tampak kontradiktif. Itu memberi kita alasan untuk berharap. Dan itu ada dalam kata-kata yang baru saja kita dengar.
Detailnya bukan kebetulan. St Yohanes memberi kita gema tentang Eden — di mana perjalanan manusia di bumi dimulai, dan di mana ia jatuh karena anugerah. Tetapi sekarang, kita memiliki Adam baru, Kristus, yang melangkah ke taman untuk menghadapi pengkhianatan, penderitaan, penghakiman dan kematian. Dengan Gairah-Nya, Kristus memberi kita sebuah Kejadian baru. Ia memberikan kita awal yang baru, peluang baru, cara baru untuk maju. Karena apa yang terjadi hari ini, kita bisa mulai lagi.
Kata-kata terakhir Kristus dalam Injil ini memberi tahu kita: "Sudah selesai." Tapi apa yang selesai? Kehidupan duniawi Kristus telah selesai. Bab panjang dalam sejarah manusia telah selesai. Cara hidup lama kita sudah selesai. Umat manusia menunggu penyelamat selesai. Dan sebanyak yang kita inginkan agar Injil ini memiliki akhir yang lain, kita menyadari bahwa kasih Allah yang luar biasa memberi kita sesuatu yang lebih baik.
Kita tidak lagi melihat Yesus, dan kita tidak ada di sana selama penyaliban-Nya. Namun, kita juga diselamatkan. Kenapa begitu? Itu karena di setiap Misa Kudus, dan termasuk dalam perayaan hari ini, meskipun tidak ada Misa Kudus hari ini, Tuhan benar-benar hadir di tengah-tengah kita, melalui Ekaristi Mahakudus.
Ketika imam menguduskan roti dan anggur yang dibawa ke altar, dia sebenarnya, mempersembahkan korban yang sama seperti Kalvari, mengangkat roti dan anggur, tetapi bukan lagi sekadar roti dan anggur, tetapi dalam substansi dan esensi sepenuhnya berubah menjadi Tubuh dan Darah Tuhan kita Sendiri.
Karena itu, hari ini ketika kita merayakan Sengsara dan wafat Tuhan kita, mari kita semua menghabiskan waktu dalam doa dan kontemplasi dan merenungkan betapa kita telah menyebabkan rasa sakit dan kesedihan bagi Tuhan kita, ketika Dia memikul salib itu, dalam cara-Nya untuk menyelamatkan kita semua.
Berdiri di dekat salib Yesus adalah tempat yang menyakitkan dan penuh kuasa. Ketika kita berdoa pada hari Jumat Agung ini, kita diundang untuk berdiri di sana bersama Yesus, Bunda Maria dan murid-murid-Nya. Tanpa peristiwa wafat Yesus di salib atau Jumat Agung tidak akan ada kebangkitan Kristus atau Minggu Paskah. Untuk inilah salib menjadi tanda kemenangan dan kekuatan Allah (1 Kor 1:18). Penghormatan salib Kristus dalam liturgi Jumat Agung dimulai sekitar abad ke-4 di Yerusalem, yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, sampai sekarang. Kita tidak dapat merayakan dan menekankan Kebangkitan Kristus tanpa merenungkan sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, yang mendahului Kebangkitan-Nya. Yesus, semoga kemenangan-Mu di atas salib memenuhi aku dengan keberanian untuk bertahan di saat-saat sulit dan harapan untuk melihat melampaui salib menuju sukacita Kebangkitan.(RENUNGAN PAGI 2020).
“Salib adalah Kurban Kristus yang unik, “satu-satunya pengantara antara
Allah dan manusia” (1 Tim 2:5). Tetapi karena dalam Pribadi ilahi-Nya
yang menjadi manusia, Ia dalam suatu cara telah menyatukan diri-Nya
dengan setiap manusia, “Kemungkinan untuk menjadi rekan, dalam cara yang
diketahui Allah, dalam misteri Paskah” ditawarkan kepada setiap manusia
(GS 22,2). Yesus mengajak murid-murid-Nya, untuk “memanggul salibnya”
dan mengikuti Dia (Mat 16:24), karena “Kristus pun telah menderita untuk
[kita] dan telah meninggalkan teladan bagi [kita], supaya [kita]
mengikuti jejak-Nya” (1 Ptr 2:21). Ia ingin mengikut-sertakan dalam
kurban penebusan-Nya ini, pada tempat pertama, orang-orang yang menjadi
ahli waris-Nya (Bdk. Mrk 10:39; Yoh 21:18-19; Kol 1:24) Hal ini dicapai
secara sangat mendalam oleh Ibu-Nya, yang dihubungkan dengan lebih
intim daripada siapapun dalam misteri penderitaan-Nya yang menebus
manusia (Bdk. Luk 2:35)” (Sta. Rosa dari Lima).
Kamis, 09 April 2020
Malam: Kamis Putih (Peringatan Perjamuan Tuhan)
Gereja merayakan misteri terbesar penebusan manusia setiap tahun pada
trihari yang berlangsung dari Misa Perjamuan Malam Terakhir pada waktu
Kamis Putih sampai dengan ibadat sore Minggu Paskah. Kurun waktu ini
selayaknya bernama: "Trihari Penyaliban, Pemakaman dan Kebangkitan
Kristus" (Bdk. SRC Decr. "Maxima redemptionis nostrae mysteria"
(6-11-1955), AAS 47 (1955) 858; St. Agustinus, Epistola, 55, 24, PL 35,
215) ;juga disebut "Trihari Paskah", karena di dalamnya dipentaskan dan
diwujudkan misteri Paskah, artinya, peralihan Tuhan dari dunia ini
kepada Bapa. Oleh perayaan misteri ini, dalam tanda liturgis dan
sakramental Gereja disatukan secara mesra dengan Kristus, mempelainya.
(Perayaan Paskah dan persiapannya, No. 38)
Antifon Pembuka (Gal 6:14; PS 496/MB 417)
Kita harus bangga akan salib Tuhan kita Yesus Kristus, pohon
keselamatan, kehidupan dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan
pembebasan kita.
Nos autem gloriari oportet, in cruce Domini nostri Iesu Christi: in quo
est salus, vita, et resurrectio nostra: per quem salvati, et liberati
sumus.
We should glory in the Cross of our Lord Jesus Christ, in whom is our
salvation, life and resurrection, through whom we are saved and
delivered.
Pengantar
Antifon Pembuka Misa Kamis Putih didasarkan pada ayat Kitab Suci
tepatnya dari Gal 6:14. Gereja menghendaki kita untuk mengaitkan upacara
Kamis Putih tidak hanya sebatas ‘kasih’, namun juga dengan sengsara dan
wafat Tuhan, termasuk kebangkitan-Nya. Perlu diketahui pula bahwa
hitungan hari dalam liturgi mengikuti tradisi Yahudi dimana hari dimulai
saat setelah matahari terbenam. Jadi hari pertama dari Trihari Paskah
dimulai pada hari Kamis sore saat matahari terbenam sampai Jumat sebelum
matahari terbenam. Sehingga Trihari Paskah tidak diawali dari hari
Kamis pagi, melainkan pada sore hari saat Misa Kamis Putih dirayakan.
Dengan demikian maka hari pertama Trihari Paskah terdapat dua perayaan
besar, yakni Kamis Putih yang diadakan malam hari dan Jumat Agung yang
diadakan jam 3 siang. Hari kedua adalah Jumat malam sampai Sabtu
menjelang Malam Paskah; dan hari ketiga mulai Malam Paskah, sampai
dengan Misa Hari Raya Paskah sore pada hari Minggu yang menutup Trihari
Paskah. Dari penjelasan di atas tampak lebih jelas, bahwa nyanyian
pembuka PS 496/MB 417 tidak hanya membuka Kamis Putih, namun juga
membuka keseluruhan Trihari Paskah yang berpusat pada wafat Kristus di
kayu salib dan kebangkitan-Nya yang mulia. Nyanyian ini tidak hanya
mengajak kita untuk merenungkan bagaimana caranya saling mengasihi,
tetapi juga wujud kasih yang paling besar yang dicontohkan Tuhan
sendiri, yakni kesediaan-Nya untuk menderita dan wafat di kayu salib.
Pada Hari Raya Paskah, salib tidak lagi dimaknai sebagai sumber
penderitaan, namun sebagai kemenangan. Dan kita pun terkadang menyebut
tanda salib sebagai tanda kemenangan. Maka dari itu pantaslah kita
berbangga dalam salib Yesus Kristus.
Doa Pembuka
Ya Allah, dalam perjamuan malam yang amat kudus ini, Putra Tunggal-Mu
menyerahkan diri-Nya kepada kematian, mempercayakan kepada Gereja kurban
yang baru dan kekal, serta perjamuan cinta kasih-Nya. Semoga kami yang
merayakan perjamuan malam ini menimba kepenuhan kasih dan hidup dari
misteri yang luhur dan agung itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus,
Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh
Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (12:1-8.11-14)
"Aturan perjamuan Paska."
Pada waktu itu berfirmanlah Tuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir,
“Bulan ini akan menjadi permulaan segala bulan bagimu, bulan yang
pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap jemaat Israel:
Pada tanggal sepuluh bulan ini hendaklah diambil seekor anak domba oleh
masing-masing menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap
rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk
menghabiskan seekor anak domba, maka hendaklah ia bersama dengan
tetangga yang terdekat mengambil seekor menurut jumlah jiwa; tentang
anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap
orang. Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela dan berumur satu
tahun; kamu boleh mengambil domba, boleh kambing. Anak domba itu harus
kamu kurung sampai tanggal empat belas bulan ini. Lalu seluruh jemaat
Israel yang berkumpul harus menyembelihnya pada senja hari. Darahnya
harus diambil sedikit dan dioleskan pada kedua tiang pintu dan pada
ambang atas rumah, tempat orang-orang makan anak domba itu. Pada malam
itu juga mereka harus memakan dagingnya yang dipanggang; daging panggang
itu harus mereka makan dengan roti yang tidak beragi dan sayuran pahit.
Beginilah kamu harus memakannya: pinggangmu berikat, kaki berkasut, dan
tongkat ada di tanganmu. Hendaknya kamu memakannya cepat-cepat. Itulah
Paskah bagi Tuhan. Sebab pada malam ini Aku akan menjelajahi negeri
Mesir, dan membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia maupun
anak sulung hewan, dan semua dewata Mesir akan Kujatuhi hukuman. Akulah
Tuhan. Adapun darah domba itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah
tempat kamu tinggal. Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan
melewati kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah
kamu, pada saat Aku menghukum negeri Mesir. Hari ini harus menjadi hari
peringatan bagimu, dan harus kamu rayakan sebagai hari raya bagi Tuhan
turun temurun.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18; R: lh. 1Kor 10: lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku
akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang
dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu; aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu.
Engkau telah melepaskan belengguku.
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan
nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh
umat-Nya. Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 11:23-26)
"Setiap kali kamu makan dan minum, kamu mewartakan wafat Tuhan."
Saudara-saudara, apa yang telah kuteruskan kepadamu ini telah aku terima
dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan,
mengambil roti, dan setelah mengucap syukur atasnya, Ia memecah-mecahkan
roti itu seraya berkata, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu;
perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku!” Demikian juga Ia mengambil
cawan, sesudah makan, lalu berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru
yang dimeteraikan dalam darah-Ku. Setiap kali kamu meminumnya,
perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku.” Sebab setiap kali kamu makan
roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia
datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, Mzm 95:8ab, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 13:34)
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (13:1-15)
"Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir."
Sebelum Hari Raya Paskah mulai, Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah
tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sebagaimana Ia senantiasa
mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka
sampai saat terakhir. Ketika mereka sedang makan bersama, Iblis
membisikkan dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, rencana untuk
mengkhianati Yesus. Yesus tahu, bahwa Bapa telah menyerahkan segala
sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali
kepada Allah. Maka bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia
mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya.
Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki
murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada
pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus
kepada-Nya, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus
kepadanya, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak mengerti sekarang, tetapi
engkau akan memahaminya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya, “Selama-lamanya
Engkau tidak akan membasuh kakiku!” Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak
membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku.” Kata
Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga
tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya, “Barangsiapa sudah mandi,
cukuplah ia membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Kamu
pun sudah bersih, hanya tidak semua!” Yesus tahu siapa yang akan
menyerahkan Dia; karena itu Ia berkata, “Tidak semua kamu bersih.”
Sesudah membasuh kaki mereka, Yesus mengenakan pakaian-Nya dan kembali
ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang
telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu
itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Nah, jikalau Aku, Tuhan
dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki.
Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu juga
berbuat seperti yang telah Kuperbuat padamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Dalam suatu perjamuan pesta, seperti pesta perkawinan, aneka pesta keagamaan atau kemasyarakatan, dst.., mereka yang menjadi pemimpin pesta bertindak sebagai koordinator. Sebagai koordinator ia menerima laporan kegiatan dari para pembantu atau pekerjannya dan ia sendiri tidak atau jarang menyentuh atau melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar dan kotor. Ada kemungkinan ia bertindak dengan ˜main perintah atau ˜memberi petunjuk serta tidak pernah melakukan sendiri apa yang ia perintahkan atau tunjukkan kepada orang lain atau para pembantunya. Dalam tradisi Yahudi yang menjadi pemimpin pesta perjamuan Paskah adalah kepala rumah tangga, dan rasanya sebagai pemimin pesta ia juga tidak pernah melakukan tugas pekerjaan yang kotor dan kasar. Yesus bersama dengan para rasul mengadakan pesta Paskah dan yang menjadi pemimpin pesta adalah Yesus sendiri. Sangat menarik dan mengesan bahwa sebagai pemimpin pesta Ia melayani dan memberi teladan dengan mencuci kaki para rasul. Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu Yoh 13:12-15, demikian sabdaNya kepada para rasul/murid, setelah Ia membasuh kaki mereka. Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu
Kaki atau telapak kaki adalah bagian anggota tubuh yang paling bawah dan pada umumnya kotor. Di telapak kaki dan jari kaki terpusatlah aneka jaringan syaraf, maka sering ada penyembuhan orang sakit dengan ˜pijat refleksi", yang tidak lain adalah memijat jari-jari telapak kaki atau seluruh telapak kaki. Derap-langkah tubuh kita juga tergantung dari kesehatan dan kebugaran kaki/telapak kaki, di atas telapak kaki berdiri seluruh tubuh. Membasuh kaki berarti membersihkan atau menyehatkan, namun tugas membasuh kaki pada umumnya dilakukan oleh para pelayan. Yesus, Guru dan Tuhan kita, membasuh kaki para murid, yang berarti melayani, dan kepada para murid diberi perintah untuk berbuat sama seperti yang Ia lakukan yaitu saling membasuh kaki, maka marilah kita sebagai murid-murid Yesus mawas diri: sejauh mana kita telah saling membasuh kaki atau saling melayani.
Sikap dan perilaku melayani ini hendaknya pertama-tama dan terutama dilakukan oleh para pemimpin, atasan atau petinggi di dalam hidup dan kerja bersama. Dengan kata lain hendaknya seorang pemimpin menghayati kepemimpinan partisipatif: memberi contoh atau teladan melayani serta mendengarkan mereka yang harus dilayani atau dipimpin. Pemimpin hendaknya turba, turun ke bawah, dengan mendatangi mereka yang dipimpin dan seoptimal mungkin bersama dengan mereka, sesuai dengan kesempatan dan kemungkinan yang ada. Hendaknya juga memberi perhatian yang memadai bagi mereka yang miskin dan berkekurangan, entah dalam hal hati, jiwa, akal budi, tubuh atau harta benda. Perhatikan juga para pelayan, petugas kebersihan, satpam dan lain-lain yang sungguh membaktikan hidupnya demi kehidupan dan kerja bersama.
Kita semua dipanggil untuk saling melayani dan membersihkan atau membahagiakan. Maka marilah dengan rendah hati kita saling memperhatikan, kita perhatikan kekurangan dan kelemahan yang ada, bukan untuk disebarluaskan melainkan untuk disembuhkan dan dikuatkan. Apa-apa yang membuat kotor hidup seseorang hendaknya dengan rendah hati dibersihkan. Agar kita dapat saling melayani dengan baik hendaknya meneladan Yesus, yang melepaskan kebesaran-Nya untuk menjadi sama dengan kita, manusia: sikapi dan perlakukan sesama dan saudara-saudari kita sebagai sahabat. Tentu saja hal ini pertama-tama dan terutama harus dihayati oleh para orangtua/ayah- ibu terhadap anak-anaknya, sedangkan di kantor atau tempat kerja para pemimpin atau atasan hendaknya juga menyikapi anggota atau bawahan sebagai sahabat, dst..
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (1Kor 11:26)
Pesta Kamis Putih hari ini juga menjadi inspirasi bagi kita perihal Perayaan Ekaristi, yang setiap kali atau sering kita rayakan, dan di dalam perayaan tersebut kita makan roti dan minum cawan, menyantap Tubuh Kristus dan meminum Darah-Nya. Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja: di dalamnya Krsitus Tuhan, melalui pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan Diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri dalam persembahan-Nya (KHK kan 899 $1).
Kamu memberitahukan kematian Tuhan sampai Ia datang , demikian pesan Paulus kepada kita semua yang setiap kali menyantap Tubuh Kristus dan minum Darah-Nya di dalam Perayaan Ekaristi. Memberitahukan kematian Tuhan berarti mengenangkan persembahan diri Yesus secara total dalam diri kita masing-masing. Dengan kata lain dengan makan dan minum Tubuh dan Darah Kristus berarti kita dihidupi oleh-Nya, meneladan cara bertindakNya yang mempersembahkan diri seutuhnya demi keselamatan seluruh bangsa manusia. Kita dipanggil untuk saling mempersembahkan diri seutuhnya, dan rasanya hal ini para orangtua, bapak-ibu dapat menjadi teladan atau contoh konkret. Bukankah bapak-ibu, sebagai laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain, telah saling mempersembahkan diri dengan berusaha bersehati, bersejiwa, berseakal budi dan bersetubuh? Apa yang telah dihayati berdua dalam kasih tersebut hendaknya disebarluaskan dalam hidup sehari-hari.
Bagi kita masing-masing memberitahukan kematian Tuhan sampai Ia datang berarti kita sejak kini sampai mati senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: (1) bagi para peserta didik atau mahasiswa hendaknya sungguh belajar sehingga lulus atau selesai belajar pada waktunya dengan baik dan memuaskan semua orang, (2) bagi para pekerja/pegawai hendaknya sungguh bekerja sehingga terampil bekerja dan dengan demikian terus bekerja sampai mati, (3) bagi yang terpanggil untuk hidup berkelurga, imamat atau membiara hendaknya setia dan taat pada panggilannya sampai mati, dst.. Marilah kita sungguh memberikan atau mempersembahkan diri kita seutuhnya pada panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. Marilah kita hayati bersama-sama salah satu motto Bapak Andrie Wongso ini: Kasih dan perhatian adalah kekuatan! Jika setiap hari kita mau memberikan kasih dan perhatian kepada orang-orang di sekeliling kita, hidup akan terasa bahagia dan lebih bermakna. (Arsip Renungan Rm. Ign. Sumarya, SJ )
Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya Mzm116:15-18
Antifon Komuni (1Kor 11:24.25)
Inilah Tubuh, yang dikurbankan bagimu. Inilah piala Perjanjian Baru
dalam Darah-Ku. Setiap kali kamu menyambut-Nya, lakukanlah untuk
mengenangkan Daku. This is the Body that will be given up for you;this is the Chalice of
the new covenant in my Blood, says the Lord;do this, whenever you
receive it, in memory of me.
Hoc corpus, quod pro vobis tradetur: hic calix novi testamenti est in
meo sanguine, dicit Dominus: hoc facite, quotiescumque sumitis, in meam
commemorationem.
Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 23: 1-2a, 2b-3a, 3b, 4ab, 4cd, 5ab, 5cd, 6ab atau Mazmur 116
Bila Ekaristi adalah pusat dan pucak hidup Gereja, maka haruslah juga
menjadi pusat dan puncak dari pelayanan imamat. Dengan demikian, penuh
dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, saya ulangi bahwa
Ekaristi adalah prinsip dan inti alasan pengadaan Sakramen Imamat, yang
memang timbul pada saat pendarasan Ekaristi. (St. Yohanes Paulus II)
Paus Fransiskus mempersembahkan Misa pada hari Selasa pagi di Casa Santa Marta untuk orang-orang yang menderita hukuman yang tidak adil karena penganiayaan. Dia juga mengingatkan kita bahwa kita dipilih untuk melayani.
Oleh RP. Benedict Mayaki, SJ
Memperkenalkan homili Selasa pagi, Paus Fransiskus berkata, "Saya ingin berdoa hari ini untuk semua orang yang menderita hukuman yang tidak adil karena penganiayaan."
Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Yesus diburu oleh para doktor hukum meskipun Dia tidak bersalah.
Kita semua dipilih
Nubuat Yesaya (Yes 49: 1-6) berhubungan dengan Mesias dan Umat Allah. Tuhan memilih nabi sebelum Dia dilahirkan, jelas Paus Fransiskus. Dengan cara yang sama, kita masing-masing dipilih dengan panggilan melayani dari rahim ibu kita. Tidak ada dari kita yang jatuh ke dunia ini secara kebetulan.
“Kita masing-masing memiliki takdir, takdir bebas. Nasib adalah pemilihan Allah. Saya dilahirkan untuk menjadi hamba Allah dengan tugas melayani. ”
Panggilan pelayanan
"Melayani bukanlah berpura-pura bahwa kita memiliki manfaat lain untuk diberikan daripada melayani," kata Paus Fransiskus. Yesus, Hamba Allah memberi kita contoh pelayanan. Kemuliaan Yesus melayani sampai mati. Tampaknya kekalahan tetapi itu adalah cara melayani.
Ketika Umat Allah menjauhkan diri dari sikap melayani, mereka adalah orang yang telah murtad, jelaskan Paus. Ini membimbing mereka untuk membangun kehidupan mereka di atas cinta-kasih lain yang sering menjadi penyembah berhala dan mereka kehilangan pekerjaan mereka.
Sikap pertobatan
Paus Fransiskus menjelaskan bahwa yang penting adalah sikap kita di hadapan Tuhan yang memilih kita dan mengurapi kita sebagai hamba-Nya. Kecuali Bunda Maria dan Yesus, kita semua telah jatuh. Contoh Petrus adalah sumber inspirasi. Ketika Petrus menyangkal Yesus dan ayam jantan berkokok, ia menangis dan bertobat (Mat 26:75). Ini adalah jalan seorang pelayan yang meminta pengampunan ketika dia terpeleset dan jatuh.
Jalan lainnya adalah hamba yang tidak mampu memahami bahwa ia telah jatuh. Jalan ini membuat hati terbuka terhadap hasrat yang mengarah pada penyembahan berhala. Seperti Yudas, hati menjadi terbuka untuk setan.
Doa Paus
Mengakhiri homilinya, Paus mengundang kita untuk memikirkan Yesus yang setia dalam pelayanan. Kita dengan panggilan dimaksudkan untuk melayani dan bukan untuk mendapat untung dari posisi kita di Gereja. Paus Fransiskus berdoa agar seperti Petrus, kita mungkin dapat menangis ketika kita terpeleset dan jatuh.
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati