Syalom aleikhem. Tahukah anda, apakah yang dimaksud “Ekaristi”? Kata “Ekaristi” itu transliterasi (‘penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain’) eukharistia (Yunani) yang berarti ‘mengucap syukur’ kepada Allah. Dalam Ekaristi, ringkasnya, kita bersyukur kepada Allah karena kita telah diberi Putra-Nya yang tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Alasan bersyukur yang utama dan pertama dalam Ekaristi adalah “karena Tuhan Yesus”.
Tuhan Yesus dilahirkan di Betlehem. Dalam bahasa Ibrani, nama kota itu bermakna ‘rumah roti’. Kalau Betlehem rumah roti, maka Tuhan Yesus adalah roti sebagaimana disabdakan-Nya dalam Yoh. 6:51: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
Nas itu sejalan dengan bagian tengah doa Bapa Kami yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan: “Berilah kami rezeki pada hari ini.” Terjemahan ini agak mengaburkan istilah roti di sana. Terjemahan Latin berbunyi: “Panem nostrum quotidianum da nobis hodie” yang harafiahnya: ‘Berilah kami roti pada hari ini’.
Bagian sentral Bapa Kami menyebut jelas “roti”. Apa yang dimaksud sesungguhnya? Itulah yang difirmankan dalam Yoh. 6:51 di atas. Roti itu Sang Kristus, alasan utama bersyukur dalam Ekaristi.
Jumat, 21 Februari 2020
Hari Biasa Pekan VI
“Aku tidak mau mengabdi Tuhan setengah-setengah” (St. Petrus Damianus)
Antifon Pembuka (Mzm 112:1)
Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.
Doa Pembuka Allah Bapa Mahakuasa, kami bersyukur atas cinta kasih-Mu kepada kami. Bantulah kami untuk mewujudkan iman dengan makin mengasihi sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-24.26)
"Sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan."
Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seseorang mengatakan bahwa ia
beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu
menyelamatkan dia? Misalnya saja seorang saudara atau saudari tidak
mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. Kalau seorang di
antara kalian berkata kepadanya, “Selamat jalan! Kenakanlah kain panas,
dan makanlah sampai kenyang!” Tetapi tidak memberi apa yang diperlukan
tubuhnya; apakah gunanya itu? Demikian pula halnya dengan iman. Jika
iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati.
Tetapi mungkin ada orang berkata, “Padamu ada iman dan padaku ada
perbuatan:; aku akan menjawab dia, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu
tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari
perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah. Itu
baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan karenanya mereka
gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa
iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa
kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kalian lihat, bahwa iman
bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh karena
perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian
genaplah ayat yang mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah,
maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena
itulah Abraham disebut ‘Sahabat Allah’. Jadi kalian lihat, bahwa manusia
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Sebab sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa
perbuatan-perbuatan adalah mati.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang suka akan perintah Tuhan.
Ayat. (Mzm 112:1-2.3-4.5-6; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan
segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang
benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang
selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam
gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan
segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah, ia akan
dikenang selama-lamanya.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya.
Ayat. (Yoh 15:15b)
Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa. Alleluya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)
"Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan Injil, akan menyelamatkan nyawanya."
Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan
berkata kepada mereka, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus
menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Karena barangsiapa
mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan
menyelamatkan nyawanya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia,
tetapi kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikannya
sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena
perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini,
maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang
kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Kata
Yesus lagi kepada mereka, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, di antara
orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat
kerajaan Allah datang dengan kuasa.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan Ajakan Yesus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia adalah
cara bagaimana kita tetap bertahan dalam pelayanan meskipun tidak
dihargai. Dengan demikian, kita tetap mengorbankan seluruh diri kita
yaitu waktu, tenaga, pikiran, hati dan bahkan nyawa kita sendiri. Bentuk
pelayanan yang seperti inilah yang bisa dikatakan pelayanan yang
sungguh-sungguh murah hati dan tidak memperhitungkan perasaan dan
kepentingan pribadi karena sebuah pelayanan yang murah hati tidak pernah
menghitung-hitung untung dan rugi atau suka dan tidak suka.
St. Ambrosius berkata: kesombongan telah mengubah malaikat menjadi
setan; kerendahan hati menghantar orang biasa menjadi orang kudus, santo
atau santa. Kesombongan mendorong kita untuk melawan Perintah Allah;
kerendahan hati mendesak kita untuk mengikuti kehendakNya. Orang sombong
ingin dipuji; orang rendah hati berusaha menyembunyikan kebaikan yang
dilakukan.”
Penyangkalan diri atau berani mengatakan “tidak” membutuhkan suatu
pendasaran kuat, yaitu iman. Inilah salah satu ujian bagi kedalaman
iman seseorang. Tidak jarang orang berpengaruh dan tergoda untuk
membuat suatu perbuatan yang merugikan iman. Tidak jarang orang berbuat
dosa karena tidak berani mengatakan “tidak” pada dirinya. Bahkan,
tidak jarang seorang Katolik pergi meninggalkan Gereja, karena tidak
berani mengatakan “tidak” pada pengaruh orang lain.
Antifon Komuni (Markus 8:36)
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?"
Murid
Kristus harus mempertahankan iman dan harus hidup darinya, harus
mengakuinya, harus memberi kesaksian dengan berani dan melanjutkannya;
Semua orang harus “siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan
mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu
saja menimpa Gereja” (Lumen Gentium 42, Bdk. Dignitatis Humanae 14).
Pengabdian dan kesaksian untuk iman sungguh perlu bagi keselamatan:
“Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan
mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barang siapa
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan
Bapa-Ku yang di surga” (Mat 10:32-33). (Katekismus Gereja Katolik, 1816)
Seri Katekismus ARTI LITURGI
Syalom aleikhem.
Kita masuk Katekismus Gereja Katolik (KGK) Bagian II: “Perayaan Misteri Kristen”.
Dalam iman Gereja Kristen yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik (dikenal dengan nama singkat “Gereja Katolik”), sebagaimana tertera dalam kredonya, Allah yang esa adalah Allah Tritunggal Mahakudus. Allah mengawali karya agung di tengah umat Perjanjian Lama, lalu membentuk umat Perjanjian Baru (Gereja). Karya agung Allah dipuncaki oleh Kristus dengan Paskah-Nya: sengsara-wafat, kebangkitan, dan kenaikan ke surga.
Peristiwa-peristiwa itu disebut dengan istilah “misteri Paskah”. Gereja merayakan misteri Paskah di dalam liturgi. Untuk apa? KGK no. 1068 menerangkan: (1) umat hidup dari misteri Paskah, (2) umat memberi kesaksian tentangnya kepada dunia. Ringkasnya, liturgi dirayakan untuk “memberi makan umat Allah” supaya “umat dapat bersaksi di dunia”.
Di dalam liturgi pula, misteri Paskah dirayakan dan diwartakan. Dirayakan, sebab misteri itu penting sekali bagi keselamatan dunia. Diwartakan, sebab misteri itu harus dikenal oleh dunia, terutama oleh umat Allah Perjanjian Baru. Arti Liturgi
Kata “liturgi” dalam sejarah awalnya adalah kata sehari-hari. Kata itu berarti ‘karya publik’, dapat disejajarkan dalam bahasa kita: ‘kerja bakti’; juga berarti ‘pelayanan dari rakyat dan untuk rakyat’. Lalu, kata itu diambil alih oleh iman Kristen untuk menandai bahwa umat ikut ambil bagian dalam “karya Allah”. Akhirnya, secara khusus, liturgi digunakan untuk menyebut “perayaan ibadat”, meski juga mencakup “pewartaan” dan “pelayanan kasih”.
Dengan demikian, liturgi digunakan untuk menyebut: (1) penyembahan, (2) pewartaan, (3) pelayanan kasih. Pertama-tama liturgi adalah karya Kristus sebagai imam, nabi, dan raja; jadi bukan karya umat manusia.
Di dalam liturgi, umat manusia dikuduskan oleh Kristus Sang Imam. Pengudusan dilakukan dengan tanda-tanda jasmaniah: mencakup gerak, benda, dsb. Contoh: Hosti Suci diubah oleh Roh Kudus menjadi Tubuh Kristus karena doa imam dengan gerak tertentu dan ada hosti sebagai benda yang dikonsekrasikan. Liturgi: Puncak dan Sumber
Liturgi tak mencakup seluruh kehidupan Gereja Katolik. Ada segi lain yang mendahului adanya liturgi, yaitu penginjilan, iman, dan pertobatan. Orang harus mengenal Injil lebih dulu, baru beriman dan bertobat menuju hidup baru dalam Roh Kudus.
Meski tak mencakup seluruh segi kehidupan Gereja, liturgi itu puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja dan menjadi sumbernya. Puncak, karena segala kegiatan Gereja pada akhirnya bermuara pada liturgi, dipersembahkan dalam liturgi. Sumber, karena segala kegiatan Gereja pada gilirannya menimba kekuatan dari liturgi.
** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik No. 1066-1075
“Hendaklah lidahmu hanya mengatakan apa yang benar, dan hendaklah hukum Allah selalu ada di dalam hatimu” (St. Ambrosius)
Antifon Pembuka (Kej 9:9.11.13)
Aku mengadakan perjanjian dengan kalian dan keturunanmu. Sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan air bah, dan takkan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi. Busur-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian antara Aku dan bumi.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahabaik, kami bersyukur atas perlindungan dan berkat-Mu. Semoga kami berani menolong orang-orang yang terpinggirkan, sebagai tanda bahwa Engkau masih berkarya di tengah kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sikap memandang muka itu keliru, bahkan dosa! Sikap seperti itu
melanggar ajaran “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Bukan hanya kasih, tetapi iman juga menentangnya.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-9)
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus,
Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang
muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai
cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ
dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian
indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang
baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata:
"Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan
kakiku!", bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan
bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? Dengarkanlah, hai
saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang
dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi
ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin.
Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret
kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang
oleh-Nya kamu menjadi milik Allah? Akan tetapi, jikalau kamu
menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi,
jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu
menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Orang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkannya
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu
ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang
yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama
memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandangan-Mu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas itu berseru, dan
Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Petrus dipuji, karena pengakuan imannya; dan dia dicela dengan amat
kasar (enyahlah iblis!), karena menolak salib Kristus sebagai jalan
kemuliaan-Nya. Misteri salib hanya bisa dipahami oleh orang yang
mengenal Kristus secara tepat, personal, dan intensif. Tanpa pengenalan
sekualitas itu, kita tak ubahnya seperti Petrus yang ditegur sebagai
iblis!
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)
Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung
di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada
murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” Para murid menjawab,
“Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia,
ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Yesus bertanya lagi
kepada mereka, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Maka Petrus
menjawab, “Engkaulah Mesias!” Dan Yesus melarang mereka dengan keras,
supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian
mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus
menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah
tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus
menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan
sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, “Enyahlah
Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus. Renungan
Tidak tahan dan tidak mau menderita. Itulah pengalaman umum manusiawi kita. Ada orang yang maunya serba enak, tidak bayar, dan tidak usah banyak kerja. Tiap hari, orang itu cuma kunjungan ke sana ke mari agar mendapat hidangan dan ditraktir, tetapi orang lain ya lama-lama tahu juga. Ada juga karyawan, ketika masih dikontrak sangat rajin, tetapi begitu diangkat menjadi pegawai tetap, orang itu malas keijanya. Datang telat atau sekurang-kurangnya hanya untuk fingerprint, lalu pergi entah ke mana dan siang-siang baru muncul untuk finger print saat pulang. Kalaupun di kantor, orang tersebut cuma baca-baca koran atau berita di internet.
Sikap tidak mau sengsara dan hanya suka enaknya saja ternyata juga dapat menghinggapi para murid Kristus. Ketika Yesus menyatakan apa yang akan terjadi dengan diri-Nya, yakni akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari, Petrus menarik Yesus dan menegur-Nya. Dalam Injil hari ini, Yesus mewahyukan diri-Nya sebagai Mesias atau Kristus, tetapi Mesias yang harus menderita sengsara. Bahwa Yesus juga mengatakan tiga hari kemudian akan bangkit, pikiran para murid sudah tidak nyampai. Bahwa setelah sengsara dan wafat, Yesus akan bangkit tidak masuk ke dalam pikiran para murid pada waktu itu. Petrus dan teman-teman seolah mau berkata kepada Tuhan, “Tuhan, kami ini mengikuti Engkau bukan untuk menderita, bukan untuk bernasib celaka, tetapi kami ingin senang dan mulia, kami ingin menjadi orang yang dihormati.” Namun, Yesus kemudian menghardik Petrus dengan kata-kata yang sangat keras, “Enyahlah iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Tidak sedikit dari kita, orang-orang, yang tidak pernah dapat mengerti mengapa menjadi pengikut Yesus justru harus menderita sengsara dalam hidup ini. Bisa saja memang sengsara orang kristiani terjadi melalui penganiayaan orang Kristen di beberapa tempat di dunia ini. Akan tetapi, secara sosial, penderitaan orang kristiani dapat dialami melalui perlakuan diskriminatif dari kelompok masyarakat tertentu atau pemerintah daerah tertentu, atau institusi tertentu. Sulitnya membangun gedung gereja.
Adanya nama baptis menyebabkan orang kristiani tidak dapat naik jenjang karier di tata pemerintahan dan .masyarakat, Namun, ini semua umum sifatnya. Penderitaan kita sebagai orang kristiani justru terjadi secara sangat sehari-hari, ketika kita harus mampu mengasihi dan mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita, ketika kita dapat bersabar kepada orang yang bikin jengkel, dan saat kita tetap bertekun dengan pekerjaan utama kita yang barangkali kering dan membosankan tetapi perlu; seperti mengoreksi ujian kalau kita guru.
Antifon Komuni (Mrk 8:31)
Putra Manusia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak para tua-tua, imam kepala, dan ahli Taurat, lalu dibunuh, tetapi bangkit sesudah tiga hari.
Mrk. 6:48 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.
Et videns eos laborantes in remigando, erat enim ventus contrarius eis, circa quartam vigiliam noctis venit ad eos ambulans super mare et volebat praeterire eos.
Syalom aleikhem. Tuhan Yesus masih di bukit, para murid sudah di tengah danau dengan perahu. Tuhan melihat para murid mengalami kesulitan dalam perjalanan. Mungkinkah tengah malam buta Tuhan melihat dengan jelas dari atas bukit yang jaraknya jauh dari perahu para murid? Tentu Injil sedang bicara mengenai kuasa-Nya. Melihat di sini bukan harafiah dalam arti “dengan mata kepala sendiri”, melainkan “mengetahui”. Jarak dan waktu tak menghalangi kuasa-Nya.
Angin sakal itu apa? Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan: ‘angin yang bertiup dari arah haluan kapal (berlawanan dengan arah kapal)’. Terjemahan Latin menulis ventus contrarius, ‘angin yang melawan’. Para murid berjuang melawan angin. Maju sedikit saja sulit, bisa-bisa malah perahu terdesak mundur dan mundur lagi.
Istilah dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan “jam tiga malam” berbunyi ‘waktu jaga keempat pada malam’. Latinnya quartam vigiliam noctis. Quartam itu ‘keempat’, vigiliam ‘berjaga’, noctis ‘malam’. Injil menyebut “kira-kira” (Latin: circa), jadi tak persis pada pukul tertentu.
Apa itu “waktu jaga” (Latin: vigilia)? Zaman itu, bangsa Yunani dan Romawi membagi waktu jaga pada malam (pukul 18 sampai pukul 6 pagi) menjadi empat, masing-masing berdurasi 3 jam. Waktu jaga I: pukul 18-21, II: 21-24, III: 00-03, IV: 03-06.
Secara harafiah memang Tuhan berjalan di atas air. Jadi, air itu bagai tanah keras, diinjak tak ambles. Itulah mujizat. Air bukan halangan bagi Tuhan untuk berjalan.
Ungkapan “hendak melewati” bermakna ganda: (1) Tuhan seakan-akan mau mendahului (menyalip); (2) Tuhan mau bergabung di atas perahu. Apapun tafsiran, inti sama: Tuhan mendekati mereka.
Mrk. 6:49-50 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, * sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
At illi, ut viderunt eum ambulantem super mare, putaverunt phantasma esse et exclamaverunt; * omnes enim eum viderunt et conturbati sunt. Statim autem locutus est cum eis et dicit illis: “ Confidite, ego sum; nolite timere! ”.
Dalam pikiran para murid, mustahil manusia berjalan di atas air. Itulah alasannya mengapa mereka berteriak-teriak. Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) menerjemahkan dengan “menjerit-jerit ketakutan”. Apakah para murid ketakutan? Ya. Karena itu, pada ayat 50 dituliskan, Tuhan mengatakan “jangan takut”.
Kata Yunani yang diterjemahkan “hantu” berbunyi phantasma, begitu juga Latinnya. Kata ini diserap ke dalam bahasa Inggris phantasm yang artinya ‘sesuatu yang terlihat namun tak punya kenyataan jasmani’.
Rabu, 19 Februari 2020
Hari Biasa Pekan VI
“Manusia itu seumpama piala! Di dalamnya Tuhan mempersatukan diri-Nya
sebagai Pencipta dengan makhluk sebagai ciptaan” (St. Prokopius dari
Gaza)
Antifon Pembuka (Mzm 15:1)
Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?
Doa Pembuka
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, semua orang yang merasa lemah dan
menderita menemukan kekuatan dan hiburan pada-Mu. Dampingilah kami, bila
sedang tertimpa penderitaan, melewati bulan-bulan yang hampa menghitung
malam-malam yang menyesakkan. Sembuhkanlah kami dari segala penyakit
dan jadilah pada kepercayaan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus,
Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:19-27)
Saudara-saudara yang terkasih, ingatlah akan hal ini: setiap orang
hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan
juga lambat untuk marah. Sebab amarah manusia tidak dibenarkan oleh
Allah. Maka buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang
demikian banyak itu, dan terimalah dengan lemah lembut sabda yang
tertanam dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Hendaklah
kalian menjadi pelaksana sabda, dan bukan hanya pendengar. Sebab jika
tidak demikian, kalian menipu diri sendiri. Sebab jika orang hanya
mendengar sabda saja dan tidak melakukannya, ia itu seumpama orang yang
sedang mengamat-amati mukanya dalam cermin. Sesudah memandangi dirinya
sesaat, ia lalu pergi, dan segera lupalah ia bagaimana rupanya. Tetapi
barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan
orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk
melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melaksanakannya, ia akan berbahagia
karena perbuatannya. Kalau ada orang yang menganggap dirinya beribadah,
tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, dan
sia-sialah ibadahnya. Ibadah sejati dan tak tercela di hadapan Allah,
Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan
mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemari oleh dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = f, 3/4, PS 848
Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat. (Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5)
1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil
dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya; yang tidak menyebarkan
fitnah dengan lidahnya.
2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela
kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela tetapi
menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap
melawan orang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan
goyah selama-lamanya. Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Ef 1:17-18)
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi kata hati kita, supaya
kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita. Alleluya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:22-26)
Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ
orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia
menjamah dia. Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia
ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di
atasnya, Ia bertanya, “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang
ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang! Kulihat mereka
berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan.”
Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka
orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat
melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia
pulang ke rumahnya dan berkata, “Jangan masuk ke kampung!”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Ketika tiba di Betsaida, Yesus diminta menyembuhkan orang buta. Ada
beberapa hal yang menarik untuk kita renungkan bersama: Pertama, Yesus
membawa orang buta itu ke luar kampung. Mengapa harus di luar kampung?
Adakah peraturan yang melarangnya? Apakah pada saat itu hari Sabat,
sehingga apa yang dikerjakan nanti tidak menjadi batu sandungan bagi
orang lain? Kedua, Yesus meludahi mata orang itu terlebih dahulu, lalu
meletakkan tangan-Nya. Apakah ludah Yesus lebih mempunyai kekuatan
daripada sabda-Nya? Ketiga, Yesus juga menanyai orang itu, "Sudahkah
kaulihat sesuatu." Apakah Dia tidak mampu menyelami penglihatan mata
orang buta itu, sehingga harus menanyainya? Keempat, Yesus meletakkan
lagi tangan-Nya pada mata orang itu untuk kedua kalinya, dan barulah
orang itu dapat melihat dengan baik. Kelima, Yesus menyuruh dia langsung
pulang ke rumahnya dan melarangnya masuk kembali ke kampung. Ada apa
dengan kampung itu?
Hanya pertanyaan mengapa dan mengapa, yang bisa kita ajukan dalam
mendengarkan Injil yang dibacakan pada Misa Kudus hari ini. Karena
memang ada banyak hal yang menarik, bila kita membacanya secara teliti.
Keberanian kita bertanya akan memungkinkan kita menjadi pelaksana sabda,
dan bukan pendengar yang menipu diri, sebagaimana dikatakan Yakobus
dalam suratnya (1:22). Aneka pertanyaan dalam membaca Kitab Suci
memungkinkan setiap orang untuk memasuki peristiwa hidup di mana sabda
itu disampaikan; tidak hanya ketika dia membacanya, tetapi juga dalam
aneka kegiatan dia mencoba mencocokkan pesan Sabda yang telah
didengarnya.
Yesus sengaja menggunakan teknik-teknik ritual, dan tidak memakai cara
yang dikenakan-Nya kepada Bartimeus dengan pengucapan sepotong kalimat
singkat (Mrk 10:52). Yesus ingin menegaskan bahwa kita tidak bisa
memaksakan kemauan kita kepada Tuhan sang Empunya kehidupan. Kemampuan
kita dalam berdoa hanya sebatas memohon dan memohon yang berakar dari
keinginan hati, tak ada hak dan kuasa kita untuk melanjutkannya dengan
memaksa Allah supaya segera mengeksekusi permohonan kita. Kita hanya
memohon; kapan dan bagaimana Allah mengabulkannya, kita serahkan kembali
kepada-Nya. Keberserahan diri meletakkan semua permohonan kita pada
kehendak Tuhan menenangkan jiwa dalam berharap kepada-Nya.
Seri Liturgi BAGAIMANA MENUTUP DOA? Bagian III – Habis
Syalom aleikhem. Menutup doa dalam doa spontan bersama orang lain memang bebas rumusannya. Tiada aturan ketat mengikat bagaimana orang Katolik harus menutup doanya. Namun, sayang kalau rumus penutup doa dicomot begitu saja dari udara. Akibat pengaruh “luar”, ada rumusan tertentu yang jadi populer pada umat Katolik, padahal rumusan itu tak terlalu Katolik. Apa salah? Tidak, tentu saja.
Soalnya bukan salah atau tidak, melainkan lex credendi lex orandi yang kalau disimpelkan bermakna ‘apa yang kita imani itulah yang kita ucapkan dalam doa’. Jadi? Mari berdoa secara Katolik karena iman kita iman Katolik.
Hal pertama yang penting diingat: penutup doa harus selaras dengan arah doa. Arah doa kepada Sang Bapa beda cara menutupnya dengan arah doa kepada Sang Putra. Bagian I & II membahas versi panjang.
Kini model singkatnya. Kalau arah doa kepada Allah Bapa (“Ya Allah Bapa kami, …”), penutup singkatnya: “Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.” Untuk arah doa kepada Allah Putra (“Ya Tuhan Yesus, …”), ini penutup singkatnya: “Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami.”
So? Mudah dan bersahaja ‘kan. Hapalkan cara singkat, dan gunakan tiap kali berdoa. Hanya dua rumusan saja. Tak sulit. Ingat lagi ini: lex credendi lex orandi, ‘yang diimani itu yang diucapkan dalam doa’.
Ya Tuhan, berilah umat, Gereja-Mu bertambah besar jumlahnya dan kumpulkan semua anggotanya dalam kesatuan --- St Sirilus.
Antifon Pembuka (Mzm 95:12-13a)
Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan, yang Kaudidik dalam hukum-Mu. Hatinya akan tenang di hari-hari malapetaka.
Doa Pembuka Allah
Bapa kami sumber iman kepercayaan, kami telah menerima sabda penuh
kebenaran, ialah Yesus, Putra Manusia. Semoga sabda itu membuka mata
hati dan budi kami dalam pergaulan kami dengan Dikau. Dengan pengantaraan
Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam
persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin. Manusia
memang pandai melempar kesalahan kepada orang lain, bahkan kepada Tuhan
sendiri. Akan tetapi, Tuhan tidak memberi godaan kepada siapa pun, yang
baik-baik saja yang diberikan-Nya. Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:12-18)
"Allah tidak mencobai siapa pun."
Saudara-saudara terkasih, berbahagialah orang yang bertahan dalam
pencobaan. Apabila tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang
dijanjikan Allah kepada setiap orang yang mengasihi Dia. Apabila
seseorang dicobai, janganlah ia berkata, "Pencobaan ini datang dari
Allah." Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri
tidak mencobai siapa pun. Tetapi setiap orang dicobai oleh
keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan
apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila
dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang
terkasih, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap
anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa
segala terang. Pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena
pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh
sabda kebenaran, supaya pada tingkat yang tertentu kita menjadi anak
sulung di antara semua ciptaan-Nya. Demikianlah sabda Tuhan U. Syukur kepada Allah. Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan.Ayat. (Mzm 94:12-13a.14-15.18-19) 1. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan, yang Kaudidik dalam Taurat-Mu hatinya akan tenang di hari-hari malapetaka.
2. Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik pusaka-Nya
tidak akan Ia tinggalkan; sebab hukum akan kembali kepada keadilan,
dan semua orang yang tulus hati akan mematuhi.
3. Ketika aku berpikir, "Kakiku goyah! Kasih setia-Mu, ya Tuhan,
menopang aku. Apabila keprihatinanku makin bertambah, penghiburan-Mu
menyenangkan jiwaku.
Bait Pengantar Injil Ref. Alleluya Ayat. (Yoh 14:23) Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya. Tugas
Yesus memang tidak mudah. Orang Farisi tidak percaya. Para murid juga
sulit memahami, sehingga Yesus mengecam para murid karena mudah lupa dan
tidak mengeri apa yang Dia katakan dan perbuat selama ini.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:14-21)
"Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
Pada
suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti
saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan
mereka, kata-Nya, "Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi
dan ragi Herodes". Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata
kepada yang lain, "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai
roti". Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata,
"Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah
kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai
mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah
kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima
roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan
roti yang kalian kumpulkan?" Jawab mereka, "Tujuh bakul". Lalu kata
Yesus kepada mereka, "Masihkah kalian belum mengerti?"Demikianlah Injil Tuhan U. Terpujilah Kristus Renungan
Di
dalam penderitaan, orang bisa belajar bersabar menanggung segala
sesuatu. Dalam pengalaman salib, orang belajar beriman bahwa Yesuslah
kekuatan hidup ini. Apabila kita tahan uji dalam cobaan hidup, kita akan
memiliki mahkota kehidupan. Para murid ditegur oleh Yesus karena mereka
tidak belajar percaya dalam pergumulan hidup. Mereka belum mampu
mengerti dan memahami pengajaran Yesus. Kita diundang untuk memiliki
hati yang terbuka untuk memahami hidup dan kata-kata-Nya. Karena apa
yang dikatakan dan dilakukan-Nya mengungkapkan kuasa kehadiran Allah
yang menyelamatkan.
Antifon Komuni (Mzm 94:14) Tuhan takkan meninggalkan umat-Nya. Ia takkan menolak milik pusaka-Nya. Doa Malam Ya
Tuhan dan Allahku, aku hidup oleh Roti Kehidupan yang diberikan dalam
santapan lewat Ekaristi. Semoga hidupku mampu menjadi roti yang siap
dibagi-bagi demi kemuliaan nama-Mu dan demi kebaikan orang-orang yang
mengasihi-Mu. Amin.
Selama
Masa Prapaskah altar tidak dihias dengan bunga, kecuali pada Minggu
Laetare (Minggu Prapaskah IV),hari raya dan pesta yang terjadi pada masa
ini. (Pedoman Umum Misale Romawi, No. 305)
Syalom aleikhem. Apa yang terjadi sesudah Pengadilan Terakhir (Pengadilan Umum)? Melalui Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 1042, Gereja mengajar: “Semua orang yang benar, yang dimuliakan dengan jiwa dan badannya, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya, dan semesta alam akan dibaharui.”
Dua hal disampaikan di sana. Pertama, manusia benar berada dalam kebahagiaan abadi. Kedua, alam diperbarui secara sempurna.
Bagaimana pembaruan itu? Alkitab tak menjawab gamblang bagaimana akan terjadinya, melainkan memakai gambaran, seperti: “langit yang baru dan bumi yang baru” (2Ptr. 3:13), “semuanya baru” (Why. 21:5), “yang lama itu sudah berlalu” (Why. 21:4). Serba tak jelas bagaimana pembaruan itu terjadi, namun jelas akan terjadi.
KGK memberi tahu kita bahwa ketika pembaruan itu telah terjadi, Allah akan mempunyai tempat tinggal di antara manusia. Ini berarti Allah sungguh bersama-sama dengan manusia dalam arti harafiah, namun tentu saja di luar jangkauan pikiran kita sekarang, sebab – kita telah paham – badan kita kelak pun tubuh rohani yang tak lagi terikat hukum alami dunia sekarang. Jadi, perkataan “Allah tinggal di antara manusia” belum dapat dipahami sepenuhnya. Serba gambaran.
Alam semesta yang tampak (dunia material) juga ditentukan untuk diperbarui. Tradisi Suci yang disampaikan Santo Ireneus dalam kitab berjudul Adversus Haereses berbunyi: “dunia… dikembalikan kepada keadaannya yang semula.” Keadaan semula itu keadaan pada awal penciptaan ketika belum ada dosa, ketika manusia dengan manusia lain serta dengan alam masih harmoni.
Tradisi Suci memberitahukan petunjuk bahwa dunia material tak akan hilang begitu saja, melainkan diperbarui. Namun, KGK pun bersahaja mengakui bahwa “[kita] tidak tahu pula bagaimana alam semesta akan diubah”. Hanya disebut bahwa dunia yang kita kenal ini, yang telah rusak akibat dosa ini akan berlalu.
Apa makna “berlalu”? Yang jelas, bukan musnah begitu saja, sebab menurut KGK no. 1048, “Allah menyiapkan tempat tinggal baru dan bumi yang baru… yang kebahagiaannya akan memenuhi dan melampaui segala kerinduan… hati manusia.” Seperti apa “wujud konkret” bumi yang baru itu? Tak tahulah aku. Yang pasti, akan ada.
Peduli pada Dunia Kini
Kalau akan ada “bumi yang baru”, kita tak usah pedulikan “bumi yang lama”! Untuk apa? Bukankah Allah sudah menyiapkan yang sempurna untuk kita? Biar saja lenyap bumi yang ini!
Berhadapan dengan pandangan itu, Gereja Katolik berpendapat lain, demikian sebagaimana tercantum di KGK no. 1049: “Janganlah karena mendambakan dunia baru, orang lalu menjadi lemah perhatiannya untuk mengolah dunia ini.”
Gereja mengajarkan, kita justru harus makin peduli untuk merawat dan mengolah dunia kini agar semakin baik sehingga dapat “memberi suatu bayangan tentang zaman baru”; artinya, semakin mengarah kepada kesempurnaan, bukan kehancuran – sebab, akhir zaman pun bukan kehancuran, melainkan kesempurnaan (tepatnya: penyempurnaan).
** Uraian atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1042-1050
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati