| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

MINGGU BIASA XXVI/B - 30 SEPTEMBER 2012

MINGGU BIASA XXVI/B - 30 SEPTEMBER 2012
Bil 11:25-29; Yak 5:1-6; Mrk 9:38-43.45.47-48

1. Meski semua manusia diciptakan sebagai citra Allah serta sesuai dengan gambar dan rupa Allah (Kej 1:28), masing-masing tidak ada yang sama persis. Setiap orang mempunyai perbedaan, baik dari segi fisik, sifat, kemampuan, keterampilan, minat, kepandaian, dan lain-lain. Anak kembar pun, sekalipun kembar identik dan sama dalam banyak hal, pasti tetap memiliki perbedaan.

2. Dalam Gereja, meskipun kita dibaptis dalam baptisan yang sama dan mengimani Tuhan yang sama serta dipersatukan dalam satu Gereja yang kudus, terdapat banyak sekali perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada, entah perbedaan pendapat, karakter, peran, selera ataupun kepentingan, seringkali menimbulkan perselisihan, konflik, pertentangan, permutungan, bahkan perpecahan. Mengapa hal-hal ini seringkali terjadi?

3. Menurut bacaan-bacaan hari ini, penyebabnya adalah egoisme yang tinggi. Banyak orang cenderung memikirkan tentang "aku" dan "kelompokkau" bukan tentang "kita". Banyak orang cenderung memperjuangkan apa yang dipikirkan dan diinginkan sendiri, kurang berpikir dan berjuang tentang kebaikan bersama dan bekerja dalam kebersamaan. Banyak orang, termasuk kita tidak siap menerima perbedaan dan kurang menghargai keragaman karena cenderung, menghendaki keseragaman. Maka, kalau ada yang berbeda dengan aku, berarti ia harus salah dan ditolak.

4. Sikap seperti itulah yg terjadi dalam diri Yosua bin Nun (bac I) dan Yohanes (Injil). Ketika ada beberapa orang yang menerima Roh Kenabian seperti Musa, Yosua tidak bisa menerima sehingga ia meminta agar Musa mencegahnya. Hal yang sama dibuat oleh Yohanes. Ketika ada orang yang bukan dari kelompoknya (kelompok Yesus dan para murid) ia juga tidak bisa menerimanya sehingga langsung bertindak sendiri mencegahnya. Baik, Yosua maupun Yohanes curiga dan berpikir negatif bahwa kehadiran orang-orang tersebut menjadi saingan bagi Musa dan Yesus, sehingga harus ditolak dan dicegah.

5. Sikap dan tindakan Yosua tersebut tidak berkenan bagi Musa. Demikian pula, sikap dan tindakan Yohanes tidak berkenan bagi Yesus. Baik Musa maupun Yesus menegaskan bahwa kita harus berpikir positif dan terbuka pada semua orang, mau menerima dan menghargai perbedaan serta kehendak dan pekerjaan baik dari orang atau kelompok lain, sekaligus mau bekerjasama dengan mereka.

6. Musa malah berpikir, "Ah, sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhan memberikan Roh-Nya kepada mereka". Musa tidak memandang bahwa mereka akan menjadi saingan tetapi justru menjadi rekan kerja yang sangat mendukung tugas kenabiannya. Sebab, Roh dan karunia kenabian itu berasal dari satu Tuhan yang sama dan dimaksudkan untuk karya pelayananan bagi umat Allah. 

7. Demikian pula Yesus. Ketika ada orang yang mengusir setan demi nama-Nya, ia sama sekali tidak tersinggung. Ia tidak merasa namanya telah dicatut. Justru Ia menegaskan, "Tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita". Yesus berpikir positif, terbuka pada semua orang yang berhekendak baik dan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan baik demi nama-Nya, meskipun mereka tidak termasuk kelompok pengikut-Nya.

8. Dari bacaan-bacaan ini, kita belajar dari Musa dan Yesus. Keduanya mengajak kita berpikir positif terhadap orang/kelompok lain sehingga kita menjauhkan diri dari sikap eksklusif. Musa dan Yesus juga memberi teladan bersikap insklusif. Maka, marilah kita jadikan diri kita, kelompok-kelompok kita entah teritorial (blok, lingkungan, wilayah), kategorial (PIA, PIR, OMK, Adiyuswa, dll), ataupun kelompok organisasi (Dewan Harian, Dewan Inti, Tim-Tim Kerja, dll) bukan sebagai kelompok yang eksklusif tetapi terbuka semua orang/kelompok, mau menerima dan menghargai perbedaan serta kehendak dan pekerjaan baik dari orang atau kelompok lain, sekaligus mau bekerjasama dengan mereka. Kita biasakan berpikir positif terhadap orang/kelompok lain dan kita jadikan diri kita, kelompok kita serta Gereja kita sebagai tanda persatuan, persaudaraan dan perdamaian.

Rm. Ag. Agus Widodo, Pr

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy