| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Seri Alkitab: INJIL MARKUS 4:38-40


KATKIT (Katekese Sedikit) No. 245

Seri Alkitab
INJIL MARKUS 4:38-40

Syalom aleikhem.
Mrk. 4:38
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
Et erat ipse in puppi supra cervical dormiens; et excitant eum et dicunt ei: “ Magister, non ad te pertinet quia perimus? ”.

Ketika terjadi badai di tengah pelayaran, Tuhan Yesus sedang tidur di buritan, bagian belakang perahu. Kata “tilam” menunjuk pada semacam bantal, mungkin tumpukan kain yang biasa dipakai para nelayan zaman itu untuk alas kepala sewaktu tidur. Entah bagaimana dalam keadaan kacau-balau, Tuhan Yesus bisa tidur. Namun, begitulah keadaannya. Karena itu, para murid sampai harus membangunkan Tuhan.

Istilah “guru” diterjemahkan dari kata bahasa Aram “rabbi”, suatu sapaan yang umum di Israel untuk menyebut seorang pengajar; di Jawa kira-kira seperti “kyai”. Pada murid sudah dipenuhi kekuatiran, sampai-sampai mereka bicara soal binasa. Secara manusiawi, keadaan waktu itu memang menuju pada kebinasaan, celaka. Rupanya, sampai saat itu para murid belum paham benar mengenai kuasa Tuhan Yesus.

Pada bagian-bagian depan Injil, sebenarnya para murid sudah melihat banyak mujizat yang menampakkan kuasa Tuhan Yesus. Namun, ketika ancaman maut mereka alami di danau, semua itu seperti terlupakan. Iman belum muncul sepenuhnya dalam diri para murid. Mereka belum benar-benar paham bahwa bersama Tuhan Yesus ada keselamatan.

Mrk. 4:39
Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
Et exsurgens comminatus est vento et dixit mari: “ Tace, obmutesce! ”. Et cessavit ventus, et facta est tranquillitas magna.

Kata “menghardik” biasa digunakan untuk menyebut tindakan Tuhan mengusir roh jahat. Angin badai pun dihardik, artinya diusir, ditiadakan kuasanya, ditundukkan. Lalu, danau dibuat tenang. Perkataan Tuhan menunjukkan ada dua perintah: satu untuk badai, satu untuk danau. “Diam” untuk menghentikan badai, “tenanglah” untuk membuat danau tak berombak. Dalam sekejap, perkataan Tuhan jadi kenyataan.

Mrk. 4:40
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
Et ait illis: “ Quid timidi estis? Necdum habetis fidem? ”.

Badai telah berhenti, danau tenang kembali. Kini perkataan Tuhan ditujukan kepada para murid. Kata “takut” berarti “cemas” atau “kuatir”. Kalimat “mengapa kamu tidak percaya” dalam bahasa asli secara harafiah berbunyi “belumkah kalian punya iman”. Iman yang dimaksud adalah iman kepada Tuhan Yesus, yaitu keyakinan bahwa Tuhan Yesus sanggup menolong mereka dari mara bahaya.

Kedua pertanyaan ini bersifat retoris, tak butuh jawaban, pertanyaan yang sesungguhnya adalah pernyataan. Tuhan menegur murid-murid dengan keras. Jika diparafrasakan, pertanyaan reotis itu dapat menjadi: “Seharusnya kalian tak usah takut. Seharusnya kalian percaya (kepada-Ku).”

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy