Minggu, 10 Februari 2019
Hari Minggu Biasa V
Hanya dengan kurnia iman, yang bekerja lewat cinta, dosa dapat dihapuskan --- St. Agustinus
Antifon Pembuka (Mzm 95:6-7)
Marilah kita bersujud dan menyembah, berlutut di hadapan Tuhan, yang menjadikan kita, sebab Dialah Allah kita.
O come, let us worship God and bow low before the God who made us, for he is the Lord our God.
Venite adoremus Deum, et procidamus ante Dominum: ploremus ante eum, qui fecit nos: quia ipse est Dominus Deus noster.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, semua saja yang mengalami dekat
dengan Dikau, menyatakan bahwa Engkau kudus dan bahwa alam semesta ini
penuh dengan kemuliaan-Mu. Kami mohon, agar mereka yang Kaupanggil untuk
berkarya demi nama-Mu, tetap percaya penuh akan sabda-Mu dan bangga
karena menjadi murid-murid-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami,
yang bersama dengan Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah,
sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (6:1-2a.3-8)
"Inilah aku, utuslah aku!"
Dalam tahun wafatnya Raja Uzia, aku, Yesaya,
melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung
jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya,
masing-masing mempunyai enam sayap. Mereka berseru seorang kepada yang
lain, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh
kemuliaan-Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan oleh
suara orang yang berseru itu, dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.
Lalu aku berkata, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang
najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir,
namun mataku telah melihat Sang Raja, Tuhan semesta alam.” Tetapi
seorang dari para Serafim itu terbang mendapatkan aku. Di tangannya ada
bara api, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia
menyentuhkan bara api itu pada mulutku serta berkata, “Lihat, bara ini
telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu
telah diampuni.” Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata, “Siapakah yang
akan Kuutus? Dan siapakah yang akan pergi atas nama-Ku?” Maka aku
menjawab, “Inilah aku, utuslah aku!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, re = b, 4/4, PS 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan di tengah umat kumuliakan.
Ayat. (Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8)
1. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati. Di hadapan
para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak bersujud ke arah
bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu.
2. Aku hendak memuji nama-Mu karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu;
sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku
berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam
jiwaku.
3. Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, sebab mereka
mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan
Tuhan, sebab besarlah kemuliaan Tuhan.
4. Engkau mengulurkan tangan kanan-Mu dan menyelamatkan daku. Tuhan akan
menyelesaikan segalanya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi,
janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus 15:1-11 (Singkat: 15:3-8.11)
"Begitulah kami mengajar, dan begitu pulalah kamu mengimani."
Saudara-saudara aku mau mengingatkan kamu kepada
Injil yang sudah kuwartakan kepadamu dan sudah kamu terima, dan yang di
dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal
kamu berpegang teguh padanya, sebagaimana kuwartakan kepadamu; kecuali
kalau kamu sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting
telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah wafat karena dosa kita, sesuai dengan Kitab
Suci; bahwa Yesus telah dimakamkan! Dan pada hari yang ketiga telah
dibangkitkan, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri
kepada Kefas, dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu
Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus;
kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di
antaranya sudah meninggal dunia. Selanjutnya Yesus menampakkan diri
kepada Yakobus, lalu kepada semua rasul. Dan yang paling akhir Ia
menampakkan diri juga kepadaku, seperti kepada anak yang lahir sebelum
waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, dan tak
layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi
berkat kasih karunia Allah aku menjadi sebagaimana aku sekarang, dan
kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidaklah sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi
bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Sebab
itu, entah aku, entah mereka, begitulah kami mengajar, dan begitu
pulalah kamu mengimani.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 954
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 4:19)
Marilah, ikutlah Aku, sabda Tuhan, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (5:1-11)
"Mereka meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus."
Sekali peristiwa Yesus berdiri di pantai Danau
Genesaret. Banyak orang mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman
Allah. Yesus melihat dua buah perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya
telah turun dan sedang membasuh jala. Yesus naik ke dalam salah satu
perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan
perahu itu sedikit jauh dari pantai. Lalu Yesus duduk dan mengajar orang
banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Yesus berkata
kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu
untuk menangkap ikan.” Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami
bekerja keras, dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi karena
perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah melakukannya,
mereka menangkap ikan dalam jumlah besar, sehingga jala mereka mulai
koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-teman di perahu yang
lain, supaya mereka datang membantu. Maka mereka itu datang, lalu
mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Melihat
hal itu, Simon Petrus tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan,
tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa.” Sebab Simon dan
teman-temannya takjub karena banyaknya ikan yang mereka tangkap.
Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi
teman Simon. Yesus lalu berkata kepada Simon, “Jangan takut! Mulai
sekarang engkau akan menjala manusia.” Sesudah menghela perahu-perahunya
ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Hidup kita di dunia ini merupakan suatu proses terus-menerus menuju kebaikan dan kesempurnaan yang semakin berkenan di hati Tuhan dan sesama. Karena itu, diperlukan keterbukaan sikap untuk selalu mau dibentuk, mau belajar dan siap sedia untuk diperbarui menuju transformasi hidup. Pribadi yang rendah hati akan mampu mernasuki transformasi hidup karena kesiapsediaannya dibentuk dan diperbarui.
Melalui Injil hari ini, kita memperoleh inspirasi lewat pengalaman Petrus dan teman-teman sepanggilan sebagai nelayan. Meskipun mereka sudah sangat ahli dan berkompeten dalam pekerjaannya sebagal nelayan, mereka mau mendengarkan nasihat dan perintah Yesus.
Hari itu, Rasul Petrus yang ahli dalam menangkap ikan (karena dia seorang nelayan selama puluhan tahun), sepanjang malam tidak menangkap apa-apa. Ketika Yesus datang dan memberi petunjuk agar petrus mengarahkan perahunya bertolak ke tempat yang lebih dalam lalu menebarkan jala di situ, Petrus dengan rendah hati mau dengan tulUS melakukannya. Di sinilah letak kerendahan hati Petrus. Dia mau mendengarkan dan mau menerima nasihat justru pada dunia dan hal yang menjadi keahliannya. Petrus tidak arogan. Dia ingin dan mau belajarterus-menerus agar semakin hari semakin mampu menemukan makna hidup ini secara lebih mendalam.
Pengakuan diri kita dengan rendah hati sebagai pribadi yang lemah, rapuh dan jauh dari sempurna adalah awal yang baik dan unsur mendasar untuk menuju pribadi yang berkualitas dan mendalam. Orang yang mau belajar dan mau dibentuk adalah pribadi yang sanggup merefleksikan setiap pengalaman hidupnya sebagai jalan menuju kedewasaan dan kematangan hidup. Inilah hidup yang berkualitas. Inilah hidup yang penuh makna itu. Ketika kita sudah sampai pada kesadaran ini, maka kita akan mampu memandang hidup dan dunia ini secara kontemplatif, yaitu melihat bahwa semua pengalaman hidupnya dengan kaca mata iman dan menyadari peranan Tuhan dalam setiap derap langkah pendewasaan dan penyempurnaan hidupnya.
Rasul Petrus dan beberapa murid yang lain setelah mengalami penyadaran dan pencerahan dari Yesus dengan lantang dan langkah pasti meninggalkan segala sesuatu yang ada pada mereka (secara lebih mendalam: segala kelekatan dan keterikatan duniawi mereka) dan hidup sepenuhnya bagi Yesus. Kita pun yang setiap hari ingin lebih dekat mengikuti Yesus mesti lebih berani dan tegas meninggalkan segala paham, ide-ide, fanatisme dan konsep-konsep tertentu yang terlalu melekat dalam diri kita yang selama ini membuat kita terjerat Dada kedangkalan hidup.
Mari kita meninggalkan semuanya itu dan siap dibentuk dan dibarui oleh cara pandang dan semangat hidup Yesus menuju hidup yang lebih mendalam dan berkualitas. [Rm. Yohanes Tinto Tiopanus Hasugian, O.Carm.]
Antifon Komuni (Mat 5:4.6)
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka
akan dipuaskan.
Blessed are those who mourn, for they shall be consoled. Blessed are
those who hunger and thirst for righteousness, for they shall have their
fill.
Aku telah datang ke dalam
dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku,
jangan tinggal di dalam kegelapan. -- Yoh 12:46
RUAH