Bahan Adven Keuskupan Agung Semarang, Pertemuan Keempat: Meneladan Maria Dalam Pembaruan Hidup Beriman

Pertemuan Keempat

MENELADAN MARIA DALAM PEMBARUAN HIDUP BERIMAN

Tujuan

Umat mampu membuat pembaruan hidup beriman, baik melalui keteladanan hidup maupun berdevosi kepada Maria


1. Pembuka

a. Lagu Pembuka: (PS 674, 675)
b. Doa Pembuka: dibuat sendiri, yang berisi:
-Ungkapan syukur atas pertemuan Adven keempat.
-Mohon terang Roh Kudus agar Umat mampu membuat pembaruan hidup beriman, baik melalui keteladanan hidup maupun berdevosi kepada Maria

2. Pengantar

Karya keselamatan Allah, dalm diri Yesus Kristus, tidak dapat dilepaskan dari peran Maria. Kesediaan Maria menerima panggilan Allah menjadi bunda Yesus, baik dalam hati, pikiran, maupun tubuhnya menjadi awal terjadinya karya keselamatan-Nya. Maria mengandung Putera tunggalnya dari kuasa Roh Kudus sebagai wujud kesediaannya untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah bagi semua orang. Maka, sudah sepantasnya kalau Maria dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang khas dan istimewa sambil mencontoh keteladanan hidupnya (LG 66) karena dia sendiri yang mengarahkan Gereja kepada Yesus.

3. Pertanyaan Awal

a. Mengapa Maria ditempatkan secara istimewa dalam Gereja Katolik?
b. Sebutkan peristiwa-peristiwa dalam Kitab Suci yang menempatkan peran Maria?

4. Materi Adven menjadi saat yang istimewa bagi kita untuk merenungkan karya keselamatan Allah, yang tampak dalam diri Yesus Kristus. Allah berkehendak untuk memperbarui manusia yang jatuh dalam dosa menjadi ciptaan yang “sungguh amat baik” (Kej 1:31). Berulang kali Allah berbicara kepada manusia melalui para nabi, kini Ia hadir secara pasti dalam diri Yesus Kristus (Ibr 1:1-2). Kehadiran yang membawa pembaruan dan tidak dapat dilepaskan dari peran seorang perempuan, yang bernama Maria. Siapakah Maria dan bagaimana perannya?

a. Maria tumbuh dalam bimbingan orangtuanya
Menurut tradisi, Maria adalah anak Yoakim dan Anna. Mereka tinggal di daerah Sepforis (tidak disebut dalam Perjanjian Baru). Ketika Maria dilahirkan sekitar tahun 18 SM, bangsa Romawi menduduki wilayah utara Palestina yang dikenal sebagai Galilea. Ketika kota Sepforis habis terbakar, Yoakim, Anna, dan Maria mengungsi ke desa kecil bernama Nasaret, kira-kira 6,5 km sebelah tenggara Sepforis. Ketika Maria lahir, Yoakim dan Anna mempersembahkan dia kepada Allah melalui imam Zakaria di Bait Allah. Maria tumbuh di bawah asuhan imam Zakaria dalam adat dan tradisi Yahudi yang kuat. Ketika Maria berumur 14 tahun, dia sudah dianggap dewasa dan dipertunangkan dengan Yusuf.

Kitab Suci kita tidak banyak bercerita tentang kehidupan Maria sebelum menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel. Kita hanya dapat membayangkan bagaimana kehidupan dan pendidikan yang diterima Maria dalam keluarganya. Aneka keutamaan hidup Maria, misalnya kesederhanaan, kesetiaan, ketekunan, pasti tidak muncul begitu saja dari dirinya tetapi hasil dari pendidikan orangtuanya. Maria dididik sedemikian rupa sehingga aneka keutamaan hidup tersebut sungguh tumbuh dan berkembang dalam diri dan hidupnya sebagai bekal hidup ketika berhadapan dengan panggilan Allah.

Salah satu keutamaan hidup yang paling menonjol adalah kesederhanaan. Kesederhanaan Maria tampak dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam kata maupun perbuatan. Kesederhanaan ini menjadikan Maria tidak sombong, tetapi yang tampak berkembang justru kerendahan hatinya berhadapan dengan kenyataan hidup yang harus dijalani, misalnya keterbukaan hati menerima panggilan Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus (Luk 1:26-38), ketulusan hati untuk memperhatikan dan membantu orang lain (Luk 1:39-56; Yoh 2:111), ketaatan terhadap hukum Taurat (Luk 2:21-40.41-52), ketabahan hati untuk mendampingi Puteranya yang menderita sampai di bawah kayu salib (Yoh 19:25-27), kesetiaan untuk mendampingi para murid Yesus yang menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 1:12-14). Maria menerima dan melaksanakan semua peristiwa itu tanpa berulah, tetapi dengan gembira, senyum, ketulusan, dan penuh kepasrahan. Inilah bentuk kesederhanaan Maria.

b. Fiat Voluntas Tua (jadilah padaku menurut perkataan-Mu)
Jawaban Maria atas panggilan Allah “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38) mengakhiri percakapan antara Maria dan malaikat Gabriel yang sangat menentukan sejarah keselamatan manusia. Maria menjawab dengan mantap dan penuh kebebasan, bukan keterpaksaan. Jawaban Maria menjadi jawaban dan keputusan yang membuka babak baru dalam karya keselamatan Allah, meski ia sadar akan konsekuensi atas jawaban tersebut. Konsekuensi yang diterima tidaklah ringan karena ia harus memasuki lorong-lorong yang gelap dalam hidupnya. Ia harus berjalan melaksanakan kehendak Allah tanpa mengetahui apa yang sebenarnya akan terjadi. Ia berhadapan dengan banyak hal yang tidak diketahuinya karena kehendak Allah sungguh misteri.

Jawaban Maria dapat dipahami sebagai satu keutamaan bahwa ia berani meninggalkan kepentingan pribadi dan menomorsatukan kehendak Allah. Jawaban ini dapat menjadi contoh sikap orang beriman, yaitu berani meninggalkan kepentingan dirinya dengan penuh kesadaran. Hal ini tentu berbeda dengan kecenderungan orang pada umumnya, yang selalu menghitung untung rugi dalam segala hal. Orang lebih suka menjawab “tidak” terhadap hal-hal yang merugikan kepentingan pribadi dan menjawab “ya” terhadap hal-hal yang menguntungkan.

c. Per Mariam ad Jesum (melalui Maria sampai kepada Yesus)

Karya keselamatan Allah memuncak pada diri Yesus Kristus, yang dikandung dan dilahirkan dari seorang perawan dan diberi nama Imanuel (Mat 1:23 lih. Yes 7:14). Perawan itu adalah Maria. Keberadaan dan peranan Maria dalam karya keselamatan Allah dan keterkaitan Maria dengan Puteranya Yesus tidaklah diragukan. Maka sudah sepantasnya kalau Maria ditetapkan menjadi Bunda Allah yang mengantar umat beriman sampai kepada Yesus Puteranya sepanjang masa. Itulah sebabnya Bunda Maria juga disebut Bunda Gereja.

Keberadaan dan peran Bunda Maria yang penting ini diakui oleh Gereja Katolik, sehingga Gereja memberikan penghormatan yang khusus dan istimewa dalam liturgi Gereja sebanyak 15 kali, baik hari raya, pesta, maupun peringatan. Selain itu, ada kebiasaan umat beriman untuk berdoa rosario setiap hari pada Mei dan Oktober. Penghormatan kepada Bunda Maria tidak hanya berhenti pada hal-hal yang berkaitan dengan liturgi dan berdoa rosario, tetapi sampai pada pengakuan bahwa Bunda Maria adalah pengantara rahmat bagi umat beriman.

Kepengantaraan Bunda Maria tentu tidak akan mengambil alih kepengantaraan Yesus Kristus, sebagai satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia, seperti dikatakan oleh santo Paulus “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia” (1Tim 2:5-6). Kepengantaraan Bunda Maria adalah mengundang umat beriman agar mendekatkan diri kepada Yesus Kristus, sehingga boleh mengalami rahmat keselamatan-Nya, dengan ungkapan yang khas per Mariam ad Jesum.

Keberadaan Bunda Maria dalam Gereja Katolik tampak dalam rumusan Lumen Gentium 67 “Konsili mendorong putera Gereja, supaya mereka dengan rela hati mendukung kebaktian kepada Santa Perawan, terutama yang bersifat liturgis... selanjutnya hendaklah kaum beriman mengingat, bahwa bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul dan bersifat sementara, tidak pula dalam sikap mudah percaya tanpa dasar. Bakti itu bersumber pada iman yang sejati, yang mengajak kita untuk mengaku keunggulan Bunda Allah, dan mendorong kita untuk sebagai putera-puteranya mencintai Bunda kita dan meneladan keutamaan-keutamaannya.” Rumusan tersebut mengandung tiga hal yang saling terkait, yaitu 1) Gereja menghormati atau berdevosi kepada Bunda Maria, 2) umat beriman diajak berdevosi secara benar, dan 3) umat beriman diajak mencintai dan meneladan Bunda Maria.

Penghormatan atau berdevosi kepada Bunda Maria berbeda ketika Gereja Katolik menghormati dan bersembah sujud kepada Yesus Kristus. Penghormatan kepada Bunda Maria tidak mengganti sembah-sujud kepada Yesus Kristus karena Dia satu-satunya pengantara kepada Allah. Sebagai pengantara, Maria adalah ”sarana rahmat” yang ditempatkan di bawah Yesus Kristus. Itulah sebabnya, Gereja Katolik mengajak umat beriman untuk menghormati Maria secara benar. Ajakan ini bukan berarti bahwa umat beriman mengurangi devosinya kepada Bunda Maria, baik dalam bentuk ziarah ke gua Maria, berdoa rosario, berdoa litani kepada Bunda Maria, maupun novena tiga Salam Maria, tetapi menempatkan Bunda Maria sesuai dengan perannya. Ada banyak contoh sederhana tapi perlu dipikirkan lagi, agar devosi kepada Bunda Maria menjadi benar, antara lain: umat beriman berdoa rosario ketika mengikuti perayaan Ekaristi, umat beriman lebih mengutamakan ziarah ke gua Maria dibanding mengikuti perayaan Ekaristi Minggu (padahal di tempat ziarah tidak ada Ekaristi), umat beriman
memperlakukan tempat ziarah untuk maksud tertentu yang bersifat magis, dan sebagainya.

d. Meneladan Maria dalam melaksanakan perutusan sebagai agen pembaru dan saluran berkat Melalui sakramen Baptis dan Penguatan atau Krisma yang telah diterima, umat beriman diajak untuk menyadari diri dan hidupnya akan panggilan dan perutusan untuk mewartakan keselamatan Allah di dunia, seperti sabda Yesus “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15). Warta keselamatan Allah yang disampaikan selalu mengandung aspek pembaru dan berkat. Umat beriman yang diutus mewartakan keselamatan Allah berarti diutus untuk menjadi agen pembaru dan saluran berkat bagi siapa pun, tanpa terkecuali, baik dalam kata maupun perbuatan. Menjadi agen pembaru dan saluran berkat bukan hanya teori tetapi penghayatan pribadi yang nyata sebagai bentuk kesaksian hidupnya. Semua ini dapat terjadi kalau umat beriman mau dan berani mengembangsuburkan aneka keutamaan hidup, seperti yang dihayati oleh Bunda Maria. Semoga, dengan aneka keutamaan yang berkembang dalam diri dan hidup Bunda Maria, umat beriman mampu menjadi agen pembaru dan saluran berkat bagi banyak orang.

Berdasarkan semangat Bunda Maria, umat beriman mampu mewartakan keselamatan Allah di tengah masyarakat yang sedang mengalami berbagai krisis karena ketidakadilan, penindasan, kemiskinan, penderitaan, perusakan lingkungan hidup, perang, dan sebagainya. Semoga kehadiran umat beriman membawa sukacita dan kedamaian sehingga terbentuklah habitus baru yang mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat.

5. Pendalaman Materi

Pada akhir pertemuan, pemandu memberikan waktu tanya jawab kepada peserta.

6. Penutup
a. Penyalaan Lilin Korona Adven dan Doa Syukur atas habitus baru
b. Doa Penutup: dibuat sendiri, yang berisi:
-Terima kasih atas penyertaan Allah selama pertemuan
-Umat mampu membuat pembaruan hidup beriman, baik melalui keteladanan hidup maupun berdevosi kepada Maria

c. Lagu Penutup: PS 440/450 atau alternatif lagu berjudul ”Maria, Hamba Allah Bunda Gereja”, cipt. J. Pujasumarta, Pr.

LAMPIRAN

Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

Refren : Datanglah Tuhan Allahku, selamatkanlah umat-Mu.

P: Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami,
Hamba-Mu yang merindukan Putera-Mu,
Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini,
nyalakanlah harapan kami (Lilin adven dinyalakan)

Bagaikan nyala lilin yang semakin terang,
Sampai kami berjumpa dengan Juru Selamat kami,
Yang terbaring di palungan suci.
Angkatlah tangan-Mu yang mungil, Putra Allah yang Agung,
Berkatilah seluruh umat-Mu
Ajarilah kami untuk selalu bersyukur
atas Habitus Baru yang sudah kami kembangkan,
Sehingga kami siap sedia bertekad bulat
mewujudkan pembaruan hidup beriman,
Terangilah, lindungilah, bimbinglah dan hantarkanlah kami
Selalu pada Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.

Refren : Datanglah Tuhan Allahku, selamatkanlah umat-Mu.

Doa Syukur atas Habitus Baru

Ya Bapa yang bertahta dalam Kerajaan Surga, puji dan syukur kami persembahkan kepada-Mu, khususnya atas berkat melimpah yang boleh kami terima selama perjalanan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang ini. Kami bersyukur atas keluarga yang menjadi basis hidup beriman, keterlibatan anak-anak, remaja dan kaum muda dalam hidup menggereja dan masyarakat yang semakin berkembang,terlebih usaha memperhatikan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Semua ini kami lakukan bersama-sama karena harapan terwujudnya “habitus baru” dalam kehidupan.

Ya Bapa, kami juga bersyukur atas semakin terbukanya hati dan pikiran kami untuk selalu belajar dari sabda Putra-Mu Yesus Kristus,sehingga kami semakin cerdas dan tangguh imannya, semakin sadar bahwa laki-laki dan perempuan sama dihadapanMu, mau terbuka dengan siapa saja yang berkehendak baik dan bersyukur atas alam ciptaan-Mu yang diciptakan untuk kelangsungan hidup kami dengan tetap melestarikannya.


Ya Bapa, berikanlah rahmat penyertaan-Mu agar kami selalu ada kebutuhan dan kerinduan menjawab tantangan zaman dan siap mewujudkan “habitus baru” bagi hidup beriman kami. Semoga atas penyertaan-Mu dalam terang Roh Kudus-Mu, kami mampu menjawab tugas panggilan untuk senantiasa menjadi utusan dan semakin bertumbuhnya benih-benih panggilan untuk menjadi imam, bruder dan suster di tengah umat Keuskupan Agung Semarang. Semoga kami semakin bersiap menempatkan diri kami untuk menerangi dunia dengan kebenaran Kristus; menanggapi segala situasi dalam cinta kasih dan seantiasa mewartakan harapan akan Kristus.

Bersama Bunda Maria, hamba Allah dan bunda Gereja, teladan kesetiaan dan kerendahan hati, kami persembahkan doa, syukur, niat dan upaya kami kepada-Mu melalui Yesus Kristus Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami. Amin.









Photobucket


Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy