| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Mengapa Tuhan Menciptakan Kita

 

Russ Allison Loar (CC BY-NC-ND 2.0)


1. Tuhan berbahagia tanpa batas dalam diri-Nya sejak keabadian. Dia merenungkan Roh-Nya sendiri, yang mengandung segala keindahan dan kesempurnaan. Dalam kegembiraan yang tak terbayangkan dari kontemplasi ini, Dia menghasilkan gambaran hakikat diri-Nya yang merupakan Sabda Abadi, “kecemerlangan kemuliaan-Nya dan gambaran hakikat-Nya.” (Bdk. Ibr. 1:3) Ketika Dia merenungkan diri-Nya dalam Firman Kekal, Dia secara alami mengasihi diri-Nya sendiri. Kasih yang hakiki dan tak terhingga ini bermula dari Allah sebagai prinsip yang kekal sejauh Dia mengenal diri-Nya sendiri, dan dari situ bermula dari Bapa yang merenung dan Sabda yang direnungkan. Dalam lingkaran kehidupan ilahi yang misterius ini, Tuhan menikmati kebahagiaan kekal yang tak terhingga dan sempurna. Oleh karena itu, Dia tidak membutuhkan apa pun. Meskipun demikian, Dia ingin memancarkan keagungan kekuasaan, keindahan dan kebaikan-Nya bahkan ke luar diri-Nya. Dia menciptakan dunia dan menempatkan manusia di dalamnya sebagai makhluk yang berdaulat. Sayangnya, dosa mengganggu keberadaan kita dan menghilangkan keagungan rahmat ilahi, dan dengan cara ini melemahkan kedaulatan yang telah diberikan Tuhan kepada kita atas semua makhluk lainnya. Namun Yesus, Sabda Kekal yang menjadi manusia, telah mengangkat kita sekali lagi ke martabat tertinggi sebagai anak-anak Allah dan ahli waris Surga. Perenungan ini hendaknya membangkitkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan di pihak kita, karena Dia telah memberi kita kehidupan dan menjadikan kita penguasa alam semesta. Hal-hal tersebut juga harus membuat kita sangat bersyukur kepada Yesus, karena dalam belas kasihan-Nya yang tak terbatas, Dia membangkitkan kita setelah kita terjatuh dan menebus kita dengan darah-Nya yang mulia.

2. Hendaknya kita menanyakan alasan segala sesuatu yang berasal dari tangan Tuhan. Pernahkah Anda dengan serius memikirkan mengapa Anda ada di dunia ini? Hal ini tentunya bukan demi kehidupan duniawi yang fana ini, demi mencari nafkah atau bersenang-senang. Anda tahu betul bahwa kesenangan hidup yang bersifat sementara tidak memuaskan hati manusia dan tidak bisa menjadi tujuan akhir hidup. Masing-masing dari kita haus akan segala sesuatu yang tak terbatas, abadi dan sempurna. Hanya Tuhan yang mampu memuaskan dahaga ini. Sama seperti kita diciptakan oleh Tuhan, demikian pula kita diciptakan untuk Dia. Sama seperti kita berasal dari Tuhan, maka kita perlahan-lahan melakukan perjalanan kembali kepada-Nya, karena Dialah tujuan akhir perjalanan kita di dunia. Kita hendaknya merenungkan kebenaran besar ini, yang pertama kali diajarkan kepada kita dalam Katekismus, yaitu bahwa kita diciptakan untuk mengenal, mengasihi dan melayani Tuhan di bumi ini dan untuk berbahagia bersama Dia selamanya di Surga. Janganlah kita membiarkan diri kita terpesona oleh keindahan duniawi. Hanya Tuhanlah keindahan abadi yang akan memuaskan hati kita.

3. Jika kita ingin mencapai Tuhan yang menjadi tujuan kita, kita perlu mengenal, mengasihi dan mengabdi kepada-Nya. Segala sesuatu berbicara kepada kita tentang Tuhan, dari sehelai rumput hingga pohon aras di Libanon, dari serangga yang bersinar di kegelapan malam hingga bintang-bintang tertinggi di cakrawala. Di kedalaman tersembunyi diri kita, kita mendengar suara-Nya. Semakin kita bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, semakin kita merasa perlu untuk mengasihi Dia. Kita melihat betapa begitu banyak keindahan, kebaikan, dan kekuatan yang layak untuk kita cintai. Sebagai Pencipta, Penebus, dan Penolong kita, Tuhan berhak atas kasih sayang yang tak terbagi dari hati kita. Namun kasih ini tidak boleh kosong dan steril; itu harus aktif dan efektif. Dengan mengenal dan mengasihi Tuhan, kita hendaknya merasakan kewajiban untuk melayani Dia sebagai Tuan kita dalam apa pun yang Dia perintahkan, bahkan ketika hal ini menuntut pengorbanan besar di pihak kita.—
 
Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy