| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 31 Desember 2023 Pesta Keluarga Kudus - Yesus, Maria, Yusuf (Hari Ketujuh Dalam Oktaf Natal)

 
Minggu, 31 Desember 2023
Pesta Keluarga Kudus - Yesus, Maria, Yusuf 
(Hari Ketujuh Dalam Oktaf Natal)
 
Keluarga Kristen adalah persekutuan pribadi-pribadi, satu tanda dan citra persekutuan Bapa dan Putera dalam Roh Kudus. Di dalam kelahiran dan pendidikan anak-anak tercerminlah kembali karya penciptaan Bapa. Keluarga dipanggil, supaya mengambil bagian dalam doa dan kurban Kristus. Doa harian dan bacaan. Kitab Suci meneguhkan mereka dalam cinta kasih. Keluarga Kristen mempunyai suatu tugas mewartakan dan menyebarluaskan Injil. (Katekismus Gereja Katolik, 2205)

 
Antifon Pembuka (Luk 2:16)
 
Para gembala bergegas datang dan bertemu dengan Maria dan Yusuf serta Sang Bayi yang terbaring di palungan.

The shepherds went in haste, and found Mary and Joseph and the Infant lying in a manger.

Deus in loco sancto suo: Deus, qui inhabitare facit unamines in domo: ipse dabit virtutem et fortitudinem plebi suae.

   
 
Pada Misa ini ada Madah Kemuliaan dan Syahadat
Bacaan I, Mazmur dan Bacaan II dapat menggunakan dari Tahun A. Bacaan Injil dari Tahun B.
     
Doa Pagi

Ya Allah, Engkau berkenan memberikan kepada kami Keluarga Kudus sebagai teladan yang unggul. Semoga kami meneladannya dalam keutamaan hidup berkeluarga dan dalam ikatan cinta agar kami layak menikmati dengan penuh sukacita anugerah hidup abadi di dalam rumah-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (3:2-6,12-14)
 
"Orang takwa menghormati ibu-bapanya."
 
Anak-anakku, dengarkanlah aku: Tuhan telah memuliakan bapa di atas anak-anaknya, dan hak itu atas para anaknya Ia teguhkan. Barangsiapa menghormati bapanya, ia memulihkan dosa, dan siapa memuliakan ibunya, ia sama dengan orang yang mengumpulkan harta. Barangsiapa menghormati bapanya, ia sendiri akan mendapat kesukaan pada anak-anaknya, dan apabila bersembahyang, niscaya doanya dikabulkan. Barangsiapa memuliakan bapanya akan panjang umurnya, dan orang yang taat kepada Tuhan menenangkan hati ibunya. Anakku, tolonglah bapamu pada masa tuanya, dan jangan menyakiti hatinya di masa hidupnya. Kalau akalnya sudah berkurang, hendaklah kaumaafkan, jangan menistakan dia sewaktu engkau masih berjaya. Kebaikan yang ditujukan kepada bapa tidak akan terlupakan; sebaliknya akan dibilang sebagai pemulihan segala dosamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur yang ada di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di se keliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan, orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.
 
Bacaan Kedua
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (3:12-21)
  
"Tata hidup keluarga di dalam Tuhan."
   
Saudara-saudara, kalianlah orang pilihan Allah, yang dikuduskan dan dikasihi oleh-Nya. Maka kenakanlah belas kasihan, kemurahan dan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan hendaknya kalian saling mengampuni bila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sebagaimana Kristus mengampuni kalian, demikian pula kalian hendaknya. Dan di atas semuanya itu kenakanlah cintakasih, tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Semoga damai sejahtera Kristus menguasai hatimu, karena untuk itulah kalian dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Semoga sabda Kristus dengan segala kekayaannya tinggal di antara kamu. Hendaknya kamu saling mengajar dan menasihati dengan segala hikmat. Nyanyikanlah mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, untuk mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah itu demi nama Tuhan Yesus Kristus, dan dengan perantaraan-Nya bersyukurlah kepada Allah, Bapa kita. Hai para isteri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai para suami, kasihilah isterimu, dan janganlah berlaku kasar terhadapnya. Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai para bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
atau
 
Bacaan Pertama 
Bacaan dari Kitab Kejadian (15:1-6; 21;1-3)
    
"Anak kandungmulah yang akan menjadi ahli warismu."
      
Pada suatu ketika datanglah firman Tuhan kepada Abram dalam suatu penglihatan, "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." Abram menjawab, "Ya Tuhan Allah, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku? Aku akan meninggal tanpa mempunyai anak, dan yang akan mewarisi isi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Lagi kata Abram, "Engkau tidak memberi aku keturunan, sehingga seorang hambakulah yang nanti menjadi ahli warisku." Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, demikian, "Orang itu tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmulah yang akan menjadi ahli warismu." Lalu Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman, "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang itu jika engkau dapat!" Maka firman-Nya kepada Abram, "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Lalu Abram percaya kepada Tuhan; maka Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran. Tuhan memperhatikan Sara seperti difirmankan-Nya, dan Tuhan melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, dialah anak yang dilahirkan Sara baginya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 845
Ref. Tuhan adalah kasih setia bagi orang yang berkenan pada perjanjian-Nya.
Ayat. (Mzm 105:1b-2.3-4.5-6.8-9; Ul: 7a.8a)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, maklumkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa. Bernyanyilah bagi Tuhan, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
2. Bermegahlah dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersuka hati orang-orang yang mencari Tuhan. Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya. Carilah selalu wajah-Nya!
3. Ingatlah perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mukjizat dan ketetapan yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, pilihan-Nya!
4. Selama-lamanya ia ingat akan perjanjian-Nya, akan firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan; akan perjanjian yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak.

Bacaan Kedua
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (11:8.11-12.17-19)
    
"Iman Abraham, Sara, dan Ishak."
      
Saudara-saudara, karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan dia terima menjadi milik pusakanya, ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang ia tuju. Karena iman pula, Abraham dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia yakin bahwa Dia yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, dari satu orang yang malahan telah mati pucuk terpancar keturunan besar seperti bintang di langit atau seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. Karena iman, Abraham rela mempersembahkan Ishak tatkala ia dicobai. Ia yang telah menerima janji itu rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan, "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Abraham berbuat demikian karena ia percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang sekalipun mereka sudah mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
  
****
 
Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, allleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Kol 3:15a.16a)
Semoga damai Kristus melimpahi hatimu. Semoga damai Kristus berakar dalam dirimu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Suci menurut Lukas (2:22-40 (Singkat: 2:22.39-40)
   
"Anak itu bertambah besar dan penuh hikmat."
      
(Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa Kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan), seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah. Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur dan dua ekor anak merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Kanak Yesus dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, "Sekarang Tuhan, biarlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu Israel." Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Kanak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." Pada waktu itu ada pula di Yerusalem seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun bersama suaminya, dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada hari itu Hana pun datang ke Bait Allah dan mengucap syukur kepada Allah, serta berbicara tentang Kanak Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. (Setelah menyelesaikan semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan Yusuf beserta Kanak Yesus ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya).
Verbum Domini 
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe 
(U. Terpujilah Kristus)

Renungan

  
Hari ini tanggal 31 Desember tentu bukan sekadar hari biasa. Hari ini, kita telah memasuki penghujung tahun kalender 2023, dan kita berada di ambang tahun kalender baru.

Di sini, dan juga di tempat lain di seluruh dunia, orang-orang akan berpartisipasi dalam hitungan mundur menuju tahun baru dengan mengadakan pesta dan bergembira. Idenya adalah memulai tahun baru dengan “ledakan” dan penuh semangat.

Namun pada hari ini, saat kita bersiap menyambut tahun baru, makna hari ini juga mengajak kita untuk melihat kembali apa yang telah kita lalui, untuk melihat apa yang telah terjadi di tahun 2023 menjelang berakhirnya.
 
Ya, saat kita mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi di tahun 2023, kita mengenangnya dengan rasa syukur. Ya, kita bersyukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya dan karena telah menyertai kita dan membawa kita  ke hari terakhir tahun 2023 dan kita dapat menantikan tahun 2024 dengan harapan akan lebih banyak berkat yang akan datang.

Saat ini, Gereja juga merayakan pesta penting, pesta Keluarga Kudus, dan Injil dimulai dengan ini:

“Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa Kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan…”

Bagi Maria dan Yusuf, banyak hal telah terjadi dan saat mereka mempersembahkan bayi Yesus kepada Tuhan, mereka pasti ingin bersyukur karena mereka masih bisa bertahan bersama.

Dari Kabar Sukacita hingga Yesus dipersembahkan di Bait Allah, terjadi peristiwa-peristiwa di sana yang begitu penting dan penuh misteri yang melampaui kenyataan.

Maria mendapat kunjungan dari malaikat Gabriel yang memiliki misi untuknya dan dia berkata “Ya”. Yusuf bermimpi dan dia pun berkata “Ya”. Mereka harus pergi ke Betlehem dan bersama-sama mereka berkata “Ya”. Mereka menerima kandang itu sebagai tempat kelahiran Yesus. Dan sekarang, dalam ketaatan pada Hukum Musa, mereka mempersembahkan Yesus kepada Tuhan.

Namun banyak hal telah terjadi, dan masih banyak lagi yang akan terjadi. Simeon yang jujur dan saleh datang dan menggendong anak Yesus. Baginya, akhirnya, matanya telah melihat Juruselamat yang dijanjikan dan matanya kini dapat beristirahat dengan damai.

Bagi Hana, janda berusia 84 tahun, kewaspadaannya telah berakhir dan dia kini dapat menantikan matahari terbenam yang penuh kedamaian.

Namun bagi Maria dan Yusuf, mereka harus bersiap menghadapi apa yang akan terjadi. Khusus bagi Maria, pedang itu akan menembus jiwanya.

Namun pengalaman Maria dan Yusuf bersama bayi Yesus tidak hanya terbatas pada diri mereka sendiri dalam perayaan pesta Keluarga Kudus. Karena itu membuat kita memikirkan pengalaman keluarga kita sendiri.

Kita mungkin ingat bahwa pesta ini diistilahkan dengan “Keluarga Kudus” dan bukan “keluarga sempurna” atau “keluarga ideal”.

Dan itu juga realita yang terjadi pada keluarga kita bukan? Keluarga kita tidaklah sempurna atau ideal, apa pun arti sempurna atau ideal itu.

Namun keluarga kita harus berusaha untuk menjadi kudus, dan di sinilah Keluarga Kudus menjadi teladan bagi keluarga kita.

Terlepas dari pencobaan dan kesengsaraan serta harus merawat dan melindungi Yesus, mereka memancarkan kekudusan dan membawa kedamaian bagi orang-orang yang bertemu dengan mereka.

Simeon melihat apa yang ingin dilihat oleh matanya dan bagi Anna penantiannya telah berakhir, dan kedamaian pun menyelimuti mereka.

Saat kita melihat anggota senior keluarga kita, tahukah kita apa yang ingin mereka lihat dan tahukah kita apa yang mereka tunggu? Apakah mereka menunggu kita mengunjungi mereka? Semoga penantian mereka tidak sia-sia, dan semoga mata mereka terpejam dengan damai bersama terbenamnya matahari.

Dan mengenai anak-anak kita, apakah kita sedang membentuk mereka untuk mencintai Tuhan di atas segalanya? Apakah kita membawanya untuk sekolah minggu pada hari Minggu atau mengikuti Misa Kudus pada hari Minggu. Karena jika di masa pertumbuhannya, Misa dipandang sebagai pilihan, maka di masa-masa berikutnya, Gereja juga akan menjadi pilihan.

Tentu saja lebih bermanfaat menerima kesulitan dan menanggung ketidaknyamanan saat ini daripada membiarkan pedang menusuk hati kita di kemudian hari.

Sebagaimana disampaikan dalam pesta ini, ini adalah tentang kekudusan dalam keluarga dan tugas yang sulit dan menantang dalam pembinaan kekudusan.

Mari kita dengarkan bagian ini dan lihat apakah kedengarannya familier:
“Anak-anak sekarang menyukai kemewahan; mereka berperilaku buruk, meremehkan otoritas; mereka menunjukkan rasa tidak hormat kepada orang yang lebih tua dan suka mengobrol di gereja, tempat kerja. Anak-anak kini menjadi tiran, bukan pembantu rumah tangganya. Mereka tidak lagi bangkit ketika orang tua memasuki ruangan. Mereka bertentangan dengan orang tua mereka, jadilah obrolan kedepan, melahap makanan lezat di meja, menyilangkan kaki, dan menganiaya guru mereka.”

Kita mungkin mengira itu adalah keluh kesah orang tua atau generasi tua yang mengeluhkan generasi muda.  

Maria dan Yusuf membentuk Yesus dalam kekudusan dan Dia mengubah cara berpikir dunia. Tapi kita tidak bisa terus memikirkannya; kita perlu mewujudkannya. Seperti Keluarga Kudus, marilah kita berjuang menuju kekudusan sembari menantikan tahun baru. Biarlah kekudusan menjadi fokus kita, dan berkat Tuhan akan melimpah. 
(RENUNGAN PAGI)
 
Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang keterikatan dengan hal-hal duniawi


Antion Komuni (Bar 3:38)

Allah kita tampak di dunia, Ia bergaul dengan manusia.

Our God has appeared on the earth, and lived among us.
 
 



terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy