| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang mengikuti Yesus dan memikul Salib

 
 

Tampaknya mustahil penderitaan dan penganiayaan bisa memberi kita kebahagiaan. Namun kita mempunyai jaminan dari Tuhan kita akan hal itu. "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” ( Mat.5:9-12)

Hal ini tidak hanya berlaku dalam penganiayaan yang dilakukan untuk membela iman dan Gereja, tetapi juga berlaku dalam segala jenis kesulitan dan penderitaan selama hal ini ditanggung demi kasih Allah. “Bersukacitalah,” tulis Santo Petrus, “sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.” (1 Petrus 4:13)

“Adalah baik bagi kita sekarang dan nanti,” 'The Imitation of Christ'
meyakinkan kita, “untuk mengalami beberapa kesulitan dan kesengsaraan; karena sering kali hal-hal tersebut membuat seseorang masuk ke dalam dirinya sendiri, sehingga dia dapat mengetahui bahwa dia adalah seorang pengasingan, dan tempat bukan harapannya pada apa pun di dunia ini. Adalah baik bagi kita kadang-kadang untuk mengalami pertentangan, dan membiarkan orang berpikir buruk dan meremehkan kita, bahkan ketika kita berbuat baik dan bermaksud baik. Hal ini sering kali membantu kita menjadi rendah hati, dan menyingkirkan kita dari hal-hal lain, kemuliaan yang sia-sia. Sebab dengan demikian kita akan semakin bersungguh-sungguh mencari Allah untuk menjadi saksi atas apa yang terjadi dalam diri kita, ketika secara lahiriah kita diremehkan oleh manusia, dan mendiskreditkan mereka." (Bk.1, kr.12)

Ini merupakan pengulangan ajaran Yesus Kristus, yang mengatakan: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23)

Kebahagiaan yang Tuhan janjikan kepada kita adalah kebahagiaan yang dihasilkan dari pembaharuan diri kita sendiri dan penerimaan salib kita. Kebahagiaan ini tidak mudah didapat, karena dorongan egois dan sensual kita, serta hinaan orang lain, sepertinya selamanya mengobarkan sarang ular berbisa di dalam diri kita. Seringkali hati kita dipenuhi bukan dengan kebahagiaan, melainkan dengan pemberontakan. Bagaimana kita bisa mengatasinya? Hanya ada satu cara. Kita harus begitu mengasihi Tuhan sehingga kita siap menanggung segala sesuatunya dengan rela demi cinta kepada-Nya. Oleh karena itu, orang yang menderita diberkati hanya dengan satu syarat, yaitu dengan syarat menderita karena cinta kepada Tuhan.

Mengapa Tuhan menghendaki memberi kita kebahagiaan hanya dengan syarat kita menyangkal diri dan memikul salib dengan pasrah? Alasannya adalah agar kita tidak lagi menjadi diri kita sendiri, melainkan menjadi milik Allah sepenuhnya, dan tidak lagi menjalani kehidupan kita sendiri, sebagaimana diungkapkan St. Paulus, namun harus menjalani kehidupan Yesus Kristus. Kita harus menjadi seperti Dia, manusia yang penuh duka yang menebus kita dengan harga Darah-Nya yang Berharga dan mengampuni para algojo-Nya di Kayu Salib. Terlebih lagi, kita harus menderita agar melalui penderitaan kita dapat menebus dosa-dosa kita, menyucikan jiwa kita, melepaskan diri dari dunia, dan mulai menjalani kehidupan surgawi bahkan di bumi ini.

Kita tidak boleh membayangkan bahwa hal ini akan membuat hidup kita sedih dan suram. Sebaliknya, hal itu akan memenuhi mereka dengan sukacita abadi yang Allah kirimkan dari tempat tinggi. Marilah kita memperoleh kedamaian yang didasarkan pada kendali penuh atas hawa nafsu, pada pengabdian mutlak kepada Tuhan, dan pada kekuatan kasih, yang dapat mengatasi segala rintangan. Sebelum kita dapat memperolehnya, tentunya kita harus diterangi dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Baru setelah Pentakosta para Rasul mencapai kebahagiaan ini, sehingga “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus." (Kisah Para Rasul 5:41)

Marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk menerangi kita dan menganugerahkan kepada kita sukacita yang tenteram ini, yang merupakan cerminan kebahagiaan Surga. ——
    
Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy