| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Penampakan Tuhan dan ketiga orang Majus


 Mari kita perhatikan iman orang Majus, yaitu iman yang rela, hidup dan aktif. Mereka melihat di langit bintang yang melambangkan Bayi Yesus, dan merasakan ilham ilahi di dalam hati mereka. Segera, mereka pergi mencari Dia. Mereka bahkan tidak terhalang oleh perjalanan panjang dan berbahaya yang terbentang di hadapan mereka.

Ketika mereka tiba di Yerusalem, mereka menemukan Herodes, yang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Bintang itu menghilang, dan para imam menjawab dengan dingin pertanyaan yang mereka ajukan. Namun seiring berjalannya waktu, kepercayaan mereka terhadap panggilan Ilahi terus bertumbuh. Akhirnya mereka mencapai sebuah lumbung miskin, di mana mereka tidak menemukan seorang Raja duniawi, melainkan seorang anak kecil yang menangis di atas palungan jerami. Sebagai imbalan atas kesulitan dan ketekunan mereka, sebuah suara di dalam hati mereka mengatakan kepada mereka bahwa inilah Yesus, Raja segala raja dan Juruselamat dunia.

Sayangnya, ketika kita mendengar panggilan Ilahi, betapapun jelas dan sederhananya, kita menemukan ribuan alasan untuk menunda dan mungkin tidak menanggapinya sama sekali. Marilah kita dengan rendah hati berjanji untuk lebih bermurah hati dalam mendengarkan-Nya dan lebih bersemangat dalam mematuhinya, apa pun akibatnya.
 
Kasih itulah yang mengilhami orang Majus. Kasih menopang mereka dalam perjalanan mereka dan membuat mereka bersujud dalam pemujaan di hadapan Bayi Yesus. Bahkan sebelum mereka memberikan hadiah materi kepada-Nya, mereka telah menawarkan hati mereka kepada-Nya. Sebagai imbalan atas keimanan dan kasih mereka, Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka dan sukacita supranatural yang luar biasa melingkupi jiwa mereka. Pada saat penyembahan itu mereka menerima ganjaran setinggi-tingginya atas kerja keras dan ketekunan mereka. Dengan sukacita batin yang mendalam mereka memberikan hati mereka kepada Yesus dan tidak pernah menariknya kembali. Sebuah tradisi saleh menyatakan bahwa mereka menjadi rasul dan orang suci, dan pada kenyataannya Gereja menghormati mereka seperti itu. Kita harus mengikuti teladan orang Majus dan berjanji di hadapan bayi Juruselamat bahwa kita akan menghadapi pengorbanan apa pun, bahkan kematian, daripada menyinggung Dia, dan akan bekerja dengan segala cara untuk kemuliaan-Nya dan pengudusan kita.

Orang Majus memberi Yesus hadiah materi juga sebagai simbol dedikasi penuh mereka kepada-Nya. Mereka memberi Dia emas karena Dia adalah seorang Raja; dupa karena Dia adalah Tuhan; dan mur karena Dia adalah manusia. Kita sering berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan ingin mengabdi serta menaati-Nya dalam segala hal. Namun ketika kita menyadari bahwa hal ini memerlukan pengorbanan, kita melupakan janji-janji kita.

Kita harus bertanya pada diri kita sendiri apakah kita bersedia mempersembahkan emas kepada Yesus, yaitu, mempersembahkan kepada-Nya segala sesuatu yang kita miliki demi kemajuan kemuliaan-Nya, demi perluasan Kerajaan-Nya, dan demi pertolongan orang-orang miskin-Nya, yang di dalamnya kita harus selalu memberikannya. melihat dan mengasihi Kristus sendiri. Kita harus memeriksa diri kita secara menyeluruh mengenai hal ini. Sangat mudah untuk mencari alasan untuk tidak memberi kepada Tuhan dan orang miskin sesuai dengan kemampuan kita. Kita juga harus mempersembahkan dupa penyembahan dan doa kita yang tak henti-hentinya. Tidak ada kekudusan tanpa doa. Tidak ada orang Kristen sejati yang tidak memiliki kekudusan. Yang terakhir, kita harus mempersembahkan mur dari mati raga kita. Mortifikasi, seperti dikatakan St. Vinsensius de Paul, adalah kesempurnaan Kristiani. Santo Paulus menasihati kita untuk selalu menanggung mati raga Yesus dalam diri kita. Jika kita tidak bermatiraga kita tidak akan pernah bisa menjadi kudus dan tidak akan pernah bisa berbagi kegembiraan yang dialami orang-orang Majus ketika mereka bersujud di hadapan palungan  Penebus Ilahi kita.— ————

   Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy